MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 Tentang : Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan Dan Penggunaan Pestisida

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN ATAS PEREDARAN, PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN PESTISIDA.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/Permentan/SR.140/9/2014 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.1274, 2014 KEMENTAN. Pestisida. Pengawasan. Pencabutan.

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

RESUME PENGAWASAN K3 LINGKUNGAN KERJA MATA KULIAH: STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. Ditulis oleh: Yudy Surya Irawan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/SR.140/5/2007 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Menimbang : Mengingat :

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK N0M0R 382/MENKES/PER/VI/ 1989 TENTANG PENDAFTARAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Pertanian No. 949 Tahun 1998 Tentang : Pestisida Terbatas

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Keputusan Menteri Perindustrian No. 148 Tahun 1985 Tentang : Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahaan Industri

Peraturan Menteri Kesehatan No. 528 Tahun 1982 Tentang : Kualitas Air Tanah Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN HYGIENE DAN SANITASI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 239/Men.Kes/Per/V/85 TENTANG ZAT WARNA TERTENTU YANG DINYATAKAN SEBAGAI BAHAN BERBAHAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. atau dapat mendatangkan kemiskinan dan kesengsaraan. unsur atau subsistem dalam agroekosistem. 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/SR.140/2/2007 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PANGAN SEHAT DAN BEBAS BAHAN BERBAHAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1973

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

No. 416 Tahun 1990 Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PESTISIDA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI NOMOR : HK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBTIK INDONESIA. NOMOR : 329IMEN,KEs/PER/XII/76 TENTANG PRODUKSI DAN PEREDARAN MAKANAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/Permentan/SR.330/7/2015 TENTANG PENDAFTARAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Kuesiner Penelitian PENGETAHUAN, DAN SIKAP PEDAGANG ES KRIM TENTANG PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN DI BEBERAPA PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : T22IMENKES/PERiIX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan produksi pertanian, pesrisida mempunyai peranan yang sansat penting,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

Peraturan Menteri Kesehatan No. 472 Tahun 1996 Tentang : Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 58 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN

NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran Air

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdaga

NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : Mengingat :

2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299);

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 45/PRT/1990 T E N T A N G PENGENDALIAN MUTU AIR PADA SUMBER-SUMBER AIR MENTERI PEKERJAAN UMUM

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : Kep- 2833/LK/2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KOTA MALANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2011 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN

2015, No Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 242, Tambahan Lembara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : Mengingat :

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI KETENAGAKERJAAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 239/Kpts/ot.210/4/2003 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PUPUK AN- ORGANIK MENTERI PERTANIAN,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PREKURSOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

2016, No Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Ikl

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-03/MENKLH/II/1991 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 30

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Instruksi Presiden No. 2 Tahun 1990 Tentang : Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar Dan Ikan Beku

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 749a MENKES/PER/XII/1989 TENTANG REKAM MEDIS/MEDICAL RECORDS

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

Draft PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN PANGAN STERIL KOMERSIAL

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa dengan tersedianya pestisida yang sangat diperlukan dalam pemberantasan hama penyakit, sangat bermanfaat dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal; b. bahwa penggunaan pestisida untuk pemberantasan hama penyakit tersebut pada dewasa ini semakin meningkat, oleh karena itu perlu upaya untuk melindungi masyarakat dari gangguan kesehatan sebagai akibat pengelolaan pestisida yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan; c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Persyaratan Kesehatan Dalam Pengelolaan Pestisida; Mengingat : 1. Ordonansi Bahan Berbahaya (Staatsblad 1949 Nomor 377); 2. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068); 3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha-usaha Bagi Umum (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2475); 4. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1966 tentang Hygiene (Lembaran Negara Tahun 1966 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2804); 5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida (Lembaran Negara Tahun 1973 Nomor 12); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan Dalam Bidang Kesehatan Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347);

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Persyaratan Kesehatan adalah ketentuan-ketentuan yang bersifat teknis kesehatan yang harus dipenuhi untuk tujuan melindungi, memelihara dan atau mempertinggi derajat kesehatan: 2. Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk : - Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman; bagian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian; - Memberantas rerumputan; - Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk; - Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan; - Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak; - Memberantas atau mencegah hama-hama air; - Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; - Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air; 3. Pestisida hygiene lingkungan adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular (serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumahrumah, pekarangan, tempat kerja, tempat umum lain, termasuk sarana angkutan dan tempat penyimpanan/pergudangan. 4. Perusahaan Pemberantasan Hama ialah yang sah menurut peraturan perundangundangan yang berlaku, yang bergerak di bidang usaha pemberantasan hama dengan menggunakan pestisida hygiene lingkungan.

5. Pestisida Terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya (fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan disimpan dan digunakan secara terbatas. 6. Pengelolaan Pestisida adalah kegiatan yang meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peredaran, pengelolaan penggunaan dan pemusnahan pestisida. 7. Tempat Pengelolaan Pestisida adalah tempat kerja di mana dilakukan sebagian atau semua pengelolaan pestisida. 8. Kakanwil adalah Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi. 9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bertanggung jawab dalam penyehatan lingkungan pemukiman. BAB II KLASIFIKASI DAN PENANDAAN Pasal 2 (1) Pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh dan daya racunnya, menjadi 4 (empat) kelas yaitu : Kelas Ia : Pestisida yang sangat berbahaya sekali Kelas lb : Pestisida yang sangat berbahaya Kelas II : Pestisida yang berbahaya Kelas Ill : Pestisida yang cukup berbahaya (2) Pestisida yang dimaksud dalam klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diberikan tanda peringatan bahaya dengan warna dasar tertentu yang melekat dalam label kemasannya. (3) Ketentuan tentang klasifikasi dan warna penandaan pestisida sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) tercantum dalam Lampiran I dan II Keputusan ini. BAB Ill TENAGA DAN PERLENGKAPAN PENGELOLAAN Pasal 3 (1) Setiap tempat pengelolaan Pestisida wajib mempunyai seorang tenaga penanggung jawab tehnis di samping tenaga penjamah pestisida.

(2) Penanggung jawab tehnis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki kemampuan khusus dalam mengelola pestisida dan memenuhi persyaratan kesehatan. Pasal 4 (1) Tenaga penjamah pestisida harus berbadan sehat dan dalam melaksanakan tugasnya wajib menggunakan perlengkapan pelindung yang memenuhi syarat kesehatan. (2) Jenis perlengkapan pelindung bagi penjamah pestisida disesuaikan dengan jenis klasifikasi pestisida dan atau jenis pekerjaannya. Pasal 5 Ketentuan persyaratan kesehatan bagi tenaga tehnis dan tenaga penjamah pestisida serta jenis perlengkapannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan 4 ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB IV PEMBUATAN, PENYIMPANAN, PENYAJIAN DAN PENGANGKUTAN Pasal 6 (1) Tempat Pembuatan dan Penyimpanan pestisida harus memenuhi persyaratan kesehatan; (2) Persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengenai lokasi, bangunan, kontruksi fasilitas sanitasi dan tata ruang/letak serta sarana lain yang diperlukan untuk pengamanannya. (3) Pestisida yang disajikan dalam ruang penjualan atau dalam pengangkutan harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk menghindarkan gangguan kesehatan dan atau pencemaran lingkungan. (4) Ketentuan persyaratan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB V P E N I L A I A N Pasal 7 (1) Setiap pestisida hygiene lingkungan yang akan diedarkan untuk pemberantasan hama wajib dilakukan penilaian.

(2) Ketentuan tentang penilaian sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB VI P E R I J I N A N Pasal 8 (1) Setiap perusahaan pemberantasan hama harus memiliki izin operasional. (2) Ketentuan pemberian izin operasional sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. Pasal 9 (1) Peredaran, penyimpanan, dan penggunaan pestisida terbatas terlebih dahulu harus mendapatkan izin khusus berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh Kakanwil. (2) Ketentuan tentang persyaratan peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida terbatas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Direktur Jenderal. BAB VIl PEMBINAAN Pasal 10 (1) Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bertanggung jawab atas pembinaan umum penyelenggaraan pengelolaan pestisida. (2) Kakanwil bertanggung jawab atas pembinaan teknis penyelenggaraan pengelolaan pestisida. Pasal 11 Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) meliputi : a. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap jenis, mutu, dan jumlah pestisida, wadah pembungkus dan warna penandaan label serta publikasi pestisida; b. Pemeriksaan dan pengawasan terhadap bahan-bahan, alat-alat yang digunakan atau dihasilkan dalam pengelolaan residu pestisida; c. Pemeriksaan dan pengawasan bahan-bahan yang mengandung residu pestisida; d. Pemeriksaan kesehatan tenaga pengelola pestisida: e. Pengawasan kegiatan pembuangan dan pemusnahan limbah pestisida; f. Pengamanan penggunaan pestisida;

g. Bimbingan pengelolaan pestisida melalui penyuluhan, pendidikan dan latihan; h. Pencatatan dan pelaporan tentang pembinaan pengelolaan pestisida. Pasal 12 Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Kakanwil dalam melakukan pembinaan pengelolaan pestisida dapat mengikut sertakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam bidang pengelolaan pestisida. BAB VIll S A N K S I Pasal 13 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan ini sehingga merugikan kesehatan masyarakat atau menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan dikenakan sanksi pidana sesuai dengan Undang-undang Namor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kitab Undang-undang Hukum Pidana. (2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal-pasal 3, 4. 5, 6. 7, 8, 9 dalam Peraturan ini dapat dikenakan sanksi hukum administrasi yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap melalui teguran lisan, tertulis sampai dengan pencabutan izin atau penutupan usaha. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 14 Semua pengelolaan pestisida yang telah melakukan kegiatan sebelum berlakunya Peraturan ini, waiib menyesuaikan diri dengan Peraturan ini dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Peraturan Menteri ini, ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 16 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 Maret 1 992 MENTERI KESEHATAN. ttd. Dr. ADHYATMA, MPH

Lampiran I : PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TANGGAL : 30 MARET 1992 KRITERIA KLASIFIKASI PESTISIDA BERDASARKAN BENTUK FISIK, JALAN MASUK KEDALAM TUBUH DAN DAYA RACUNNYA KLASIFIKASI LD50 untuk tikus (mg/kg) ORAL DERMAL PADAT CAIR PADAT CAIR I. a. SANGAT BERBAHAYA <5 <20 <10 <40 SEKALI b. SANGAT 5-50 20-200 10-100 40-400 BERBAHAYA II. BERBAHAYA 50-500 200-2000 100-1000 400-4000 III. CUKUP BERBAHAYA >500 >2000 >1.000 >4.000 Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 Maret 1992 MENTERI KESEHATAN ttd Dr. ADHYATMA, MPH

Lampiran II : PERATURAN MENTRI KESEHATAN RI NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TANGGAL : 30 MARET 1992 WARNA DASAR TANDA PERINGATAN BAHAYA YANG DICANTUMKAN PADA LABEL KEMASAN PESTISIDA I.a. SANGAT BERBAHAYA SEKALI Coklat tua I.b. SANGAT BERBAHAYA Merah tua II. BERBAHAYA Kuning tua III. CUKUP BERBAHAYA Biru muda Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 30 Maret 1992 MENTERI KESEHATAN ttd Dr. ADHYATMA, MPH