BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan pokok-pokok permasalahan yang telah

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Restitusi adalah pembayaran ganti kerugian yang d

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

BAB III IMPLIKASI HAK KEWARISAN ATAS PENGAKUAN ANAK LUAR

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

ALUR PERADILAN PIDANA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Barat

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Di dalam Pasal 7 ayat (4) dinyatakan bahwa pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Un

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. - Putusan perkara perdata Nomor : 216/Pdt.G/1996?PA.YK. Pengadilan Agama Yogyakarta adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III HAK WARIS ANAK SUMBANG. A. Kedudukan Anak Menurut KUH Perdata. Perdata, penulis akan membagi status anak ke dalam beberapa golongan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.870, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Bantuan Hukum. Syarat. Tata Cara. Penyaluran Dana. Peraturan Pelaksanaan.

Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III KEWARISAN ANAK DALAM KANDUNGAN MENURUT KUH PERDATA 1. A. Hak Waris Anak dalam Kandungan menurut KUH Perdata

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

LAPORAN MONITORING KASUS MAKAR DENGAN TERDAKWA YOHANES AGAPA, CS. Sidang II (PEMBACAAN EKSEPSI) Kamis, 25 Juni 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PENANGANAN ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM

Program Pascasarjana Ilmu Hukum FAKULTAS HUKUM Universitas Brawijaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI MENGIKUTI PERSIDANGAN : Kiat Bersaksi Di Pengadilan. Oleh : Abdul Fickar Hadjar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kajian tentang kekerasan yang berspektif gender juga memasuki

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I LATAR BELAKANG. yang diajukan oleh warga masyarakat. Penyelesaian perkara melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan setiap kelahiran anak yang dilakukan oleh pemerintah berasas non

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB III KEDUDUKAN ANAK DI LUAR PERKAWINAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO. 46/PUU-VIII/2010 DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN HUKUM

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Institute for Criminal Justice Reform

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, diperoleh. kesimpulan penting sebagai berikut:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau beberapa orang lain. Intinya adalah peraturan yang mengatur akibat-akibat

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Laporan Pemantauan Persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

P U T U S A N. NOMOR 40/PID.Sus-KDRT/2015/PT.BDG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama lengkap : Terdakwa ; Tempat lahir : Kebumen ;

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

Transkripsi:

88 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pokok-pokok permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka peneliti memberikan suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Kedua orang tua yang menyebabkan kelahiran anak akibat suatu hubungan incest pada dasarnya dilarang oleh ketentuan hukum positif di Indonesia untuk melangsungkan perkawinan, sehingga berimbas pada status dan kedudukan anak yang tidak dapat memperoleh pengakuan dan pengesahan dari kedua orang tuanya. Namun, ketentuan tersebut dapat dikesampingkan apabila kedua orang tua anak tersebut diberikan dispensasi oleh Presiden untuk saling menikahi (Pasal 273 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), sehingga anak tersebut dapat mendapat suatu pengakuan dan pengesahan sebagai anak yang diakui dan sah bagi kedua orang tuanya. Mengenai pencatatan akta kelahiran, merupakan hak bagi semua anak yang dilindungi (Pasal 27 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak), sehingga semua anak baik anak sah maupun anak tidak sah dilindungi oleh Undang-Undang untuk memiliki akta kelahiran, meskipun pada realitasnya untuk anak

89 tidak sah dalam kasus ini, dalam akta kelahiran hanya disebutkan nama ibunya saja tanpa mencantumkan nama ayah biologisnya. Terkait dengan kekuasaan orang tua (ouderlijke macht) yang tidak terdapat pada anak di mana kedua orang tua anak tersebut tidak melangsungkan perkawinan, maka untuk anak yang dilahirkan akibat incest yang kedua orang tuanya tidak diperbolehkan untuk melangsungkan perkawinan, hanya berhak mendapat perwalian dari orang tuanya hingga anak tersebut dewasa. Perwalian tersebut dapat dilakukan menurut undang-undang (Pasal 345 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, perwalian dengan wasiat (Pasal 355 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata) dan perwalian yang diangkat oleh hakim (Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Anak juga memiliki hak untuk mendapatkan pemeliharaan dan pendidikan yang merupakan kewajiban orang tuanya (Pasal 298 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kewajiban tersebut disebabkan oleh adanya hubungan antara orang tua dengan anak yang tercipta karena keturunan (afstamming). Hal ini terbukti dari ketentuan yang secara tegas diatur oleh Pasal 298 ayat (2) Kitab Undang- Undang Hukum Perdata bahwa terdapat kewajiban untuk memberikan biaya-biaya pemeliharaan pendidikan. Apa yang dimaksud dengan pemeliharaan ialah pemberian tempat tinggal, makanan, pakaian, dan perawatan jika anak tersebut sakit, sedangkan pendidikan yang dimaksud ialah mendidik anak tersebut menjadi makhluk sosial.

90 Bagian yang utama dari kewajiban orang tua ini adalah menyekolahkan anak-anak agar dapat hidup mandiri di kemudian hari. 81 Selain kewajiban orang tua dalam memberikan biaya pemeliharaan dan pendidikan kepada anaknya, terdapat suatu kewajiban untuk memberikan nafkah seperlunya atau yang bisa disebut juga dengan hak alimentasi seperti yang diatur dalam Pasal 867 Kitab Undang- Undang Perdata. Nafkah itu diatur selaras dengan kemampuan bapak atau ibunya dan berhubung dengan jumlah dan keadaan para waris yang sah (Pasal 868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Apabila bapak atau ibunya sewaktu hidupnya telah mengadakan jaminan nafkah seperlunya guna anak yang dibenihkan dalam zinah atau dalam sumbang tadi, maka anak itu tak mempunyai tuntutan lagi terhadap warisan bapak atau ibunya (Pasal 869 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata). Sebab pada dasarnya anak yang tidak diakui hanya dapat mengharapkan sesuatu yang letaknya di lapangan hukum harta kekayaan dari orang yang menyebabkan kelahirannya, yaitu hak untuk pemeliharaan. Bagi anak incest, undang-undang tidak memberikan hak mewaris, tetapi undang-undang memberikan kepada mereka hak untuk menuntut pemberian nafkah (hak alimentasi). Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak mengatur bahwa: Setiap anak berhak untuk 81 R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Loc.cit.

91 mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. Dalam pasal ini kita bisa melihat bahwa hak anak untuk mengetahui identitas kedua orang tuanya akan memperjelas status serta hubungan antara anak dengan orang tuanya. 2. Pendampingan bagi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh Rifka Annisa adalah pendampingan psikologi dan pendampingan hukum. Proses pendampingan hukum dilakukan melalui 2 (dua) proses, yaitu: a. Melalui proses kepolisian; dan b. Laporan langsung dari korban, pihak keluarga korban, maupun warga sekitar. Pada saat korban atau keluarga memutuskan untuk membawa perkaranya untuk diproses secara hukum, maka pendampingan hukum yang dilakukan dimulai dari pemeriksaan di kepolisian. Konselor melakukan pendampingan bagi korban selama menjalani pemeriksaan di kepolisian ketika korban diminta untuk memberikan keterangan mengenai kronologi peristiwa yang terjadi. Konselor sebelumnya memberikan pengertian-pengertian terhadap korban incest terkait gambaran pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan oleh pihak kepolisian mengenai kronologi peristiwanya dan harus dijawab oleh korban, karena nantinya digunakan sebagai keterangan untuk Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kepolisian. Seringkali korban kesulitan untuk menceritakan, sehingga membuat pihak kepolisian belum dapat

92 mengambil keterangan dari anak tersebut, maka di sini peran konselor sangat penting untuk membantu kelancaran proses pemeriksaan di kepolisian. Setelah itu, pendampingan dilakukan ketika korban menjalani proses pemeriksaan di Pengadilan, dimulai dari membantu menyiapkan kelengkapan alat bukti. Alat bukti yang sah menurut Pasal 184 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 82 adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Selain itu konselor juga memberikan pengertian-pengertian pada korban mengenai proses pemeriksaan di Pengadilan, misalnya terkait pertanyaan-pertanyaan dari Hakim yang memeriksa perkara dan bagaimana tahapan-tahapan proses persidangan dalam perkara pidana. Pendampingan di Pengadilan dimulai dari agenda sidang pembacaan dakwaan, eksepsi, pemeriksaan alat bukti, tuntutan jaksa (requisitor), pembelaan (pledooi), replik Jaksa Penuntut Umum, Duplik Terdakwa/Penasihat Hukum hingga putusan dari Majelis Hakim yang memeriksa perkara tersebut. B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan peneliti kepada pihak Rifka Annisa sebagai berikut: 1. Upaya-upaya pencegahan perlu ditingkatkan lagi semaksimal mungkin, misalnya dengan mengadakan suatu pertemuan dengan penegak hukum, Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Lembaga Swadaya 82 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

93 Masyarakat (LSM) serta lembaga lain yang terkait sebagai wadah untuk melakukan penelitian hukum, pelatihan penanganan perkara anak dan lain sebagainya agar tujuan untuk mengurangi angka kekerasan pada perempuan dapat tercapai. 2. Rifka Annisa harus lebih aktif dalam melakukan monitoring untuk kasus-kasus incest yang pada umumnya para korban sulit untuk melapor dengan cara melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara berkala.