BAB I PENDAHULUAN. dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangkatan anak merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

PERLINDUNGAN HAK ANAK

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. (2010 hingga 2014) sebanyak kasus anak terjadi di 34 provinsi dan

BAB IV ANALISIS MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK JALANAN ATAS EKSPLOITASI DAN TINDAK KEKERASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengatur tetntang pengertian anak berdasarkan umur. Batasan umur seseorang

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran antar pelajar

PENETAPAN HAKIM TERHADAP PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT UNDANG-UNDANG NO.4 TAHUN 1979 (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG EKPLOISTASI PEKERJA ANAK. A. Pengaturan Eksploitasi Pekerja Anak dalam Peraturan Perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. luasnya pergaulan internasional atau antar negara adalah adanya praktek

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yanag dapat dipidana, orang yang dapat dipidana, dan pidana. Istilah tindak pidana di

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua, keluarga,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia

KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi yang telah dilakukan selama ini oleh pemerintah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 110 / HUK /2009 TENTANG PERSYARATAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN ANAK

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB II PENGANGKATAN ANAK MENURUT PP NOMOR 54 TAHUN

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepolisian Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia disebutkan bahwa Kepolisian bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat sebagai suatu kumpulan orang yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak dan perlindungannya tidak akan pernah

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

13 ayat (1) yang menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial, sejak dalam kandungan sampai dilahirkan anak. mempunyai hak atas hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan baik

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN PELINDUNGAN ANAK

BAB II PERLINDUNGAN TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI PENELANTARAN DARI PERSPEKTIF HUKUM NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2006 NOMOR 6 SERI E NOMOR 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

dengan timbulnya kesadaran dalam diri masyarakat, yang diharapkan dapat mencegah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kesejahteraan anak. 1. Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Realitas keadaan anak di muka peta dunia ini masih belum

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

Bab 2 KONSEP ANAK JALANAN FENOMENA SOSIAL ANAK JALANAN 11

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Institute for Criminal Justice Reform

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

TANYA JAWAB UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perdagangan perempuan dan anak (trafficking) telah lama terjadi di muka

-2- bertanggung jawab atas Pengasuhan Anak, demi terwujudnya perlindungan dan kesejahteraan Anak. Setiap Anak berhak untuk diasuh oleh Orang Tuanya se

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Di tangan mereka peran-peran strategis yang kelak menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan Negara Indonesia bertumpu. Dengan ke-khususan ciri dan sifat mereka, serta mental dan fisik yang rentan, anak membutuhkan perawatan dan perhatian, sehingga setiap anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial dan harus berpendidikan juga berbudi pekerti yang baik. Dalam perkembangannya anak memerlukan perlindungan dan bimbingan atas kehidupannya, hal ini menyangkut kepada hak-hak dan kewajiban anak tersebut. Tugas untuk memberikan perlindungan dan bimbingan tersebut adalah tugas Negara, masyarakat dan orang tua dari anak itu sendiri. 1 Perlindungan dan bimbingan kepada anak wajib diberikan karena pada kenyataannya masih banyak terdapat penyimpangan dan pelanggaran yang 1 Unit Kerja Hukum Forum Komnikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak Indonesia, Panduan Penyuluhan Hukum Tentang Anak, (Jakarta: FK-PPAI, 1993), hlm. 4.

2 terutama disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari orang tua atas hakhak anak. Pada tanggal 20 November 1959 dalam sidang umumnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mensahkan Deklarasi Hak-hak Anak. Dalam Deklarasi tersebut tercantum bahwa umat manusia wajib memberikan yang terbaik untuk anak. Secara garis besar, Deklarasi ini memuat 10 asas tentang hak-hak anak, yaitu hak untuk memperoleh perlindungan khusus, hak untuk mendapatkan kesempatan dan fasilitas yang memungkinkan mereka berkembang secara sehat dan wajar dalam keadaan bebas dan bermanfaat, hak untuk memiliki nama sejak lahir, hak unuk mendapat jaminan sosial termasuk gizi yang cukup, hak untuk pernikahan, hak untuk rekreasi dan pelayanan kesehatan, hak untuk mendapatkan pendidikan, perawatan dan perlakuan khusus jika mereka cacat, hak untuk tumbuh dan dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih dan rasa aman yang sedapat mungkin berada di bawah asuhan serta tanggung jawab orang tua mereka sendiri, dan dalam hal terjadi kecelakaan atau malapetaka anak-anak termasuk yang pertama yang mendapatkan perlindungan dan pertolongan, hak untuk memperoleh perlindungan terhadap segala bentuk yang menyianyiakan anak dengan kekejaman dan penindasan serta perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi. 2 Untuk itulah anak sebagai generasi penerus bangsa memerlukan perlindungan, dimana perlindungan tersebut adalah merupakan hak asasi 2 Irma Setyowati Soemitro, Aspek Hukum Perlindungan Anak, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 2.

3 mereka. Dalam pengertiannya, perlindungan anak tersebut dapat dibedakan menjadi 2 hal, yaitu: 3 1. Perlindungan yang bersifat yuridis, meliputi; bidang hukum publik dan bidang hukum keperdataan. 2. Perlindungan yang bersifat non yuridis meliputi; bidang sosial, bidang kesehatan dan bidang pendidikan. Jadi perlindungan anak yang bersifat yuridis menyangkut semua aturan hukum yang mempunyai dampak langsung terhadap kehidupan anak, dalam artian semua aturan hukum yang mengatur kehidupan anak. Perlindungan terhadap hak anak dalam keluarga sangat berkaitan dengan orang tua dari anak tersebut. Orang tua adalah Ayah dan atau Ibu kandung 4, dan keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah dan atau ibu dan anak 5. Anak sangat memerlukan kehangatan, kedekatan dan hubungan yang baik dengan orang tua mereka terutama dalam perkembangan psikologisnya. Lalu bagaimana jika kekuasaan orangtua terhadap anak sampai dapat dicabut, tentu saja terdapat dasar-dasarnya. Untuk itu perlu diketahui alasan-alasan pencabutan kekuasaan orang tua terhadap anak, adapun alasan-alasannya adalah sebagai berikut; 4 Indonesia, Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, LN tahun 1974 nomor 53, TLN nomor 3039, Pasal 1 ayat (3). 5 Ibid, Pasal 1 ayat (4).

4 1. Menggunakan kekuasaan yang dimiliki orang tua sampai batas kelayakan atau selalu melalaikan kewajibannya dalam hal memelihara atau mendidik anak. 2. Berkelakuan tidak sepantasnya atau buruk 3. Di hukum akibat suatu tindak pidana kejahatan yang dilakukan bersamasama si anak. 4. Di hukum akibat suatu tindak pidana yang dilakukan terhadap si anak. 5. Dipenjara sebagai hukuman akibat dari kejahatan yang dilakukan selama 2 tahun. Atas dasar uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian hukum, untuk itu penulis mengangkat judul: PENCABUTAN KEKUASAAN ORANG TUA TERHADAP HAK ANAK B. Pokok Permasalahan Untuk memperoleh hasil penelitian yang kualitatif dan memenuhi syarat-syarat ilmiah serta dapat memberikan kesimpulan yang sesuai dengan judul, maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan persoalan-persoalan dengan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah dampak kekuasaan orang tua yang telah dicabut kekuasannya? 2. Apakah hak-hak anak masih bisa diperoleh dari orangtua yang kekuasaannya sebagai orang tua telah di cabut?

5 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dan manfaat yang hendak dicapai penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dampak kekuasaan orang tua yang telah di cabut 2. Untuk mengetahui apa saja hak-hak anak yang masih bisa diperoleh dari orangtua yang kekuasaannya sebagai orang tua telah di cabut. D. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisa pokok permasalahan, beberapa definisi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Anak : a. Menurut Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, bahwa b. Menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. c. Menurut Pasal 47 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan yang belum mencapai usia

6 18 (delapan belas) tahun, belum pernah kawin dan berada di bawah kekuasaan orangtuanya selama mereka tidak dicabut kekuasaannya. d. Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, bahwa belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih e. Menurut Pasal 1 butir 5 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut. f. Menurut Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), bahwa anak yang belum dewasa apabila anak belum mencapai umur 16 (enam belas) g. Menurut Konvensi Hak Anak 20 November 1989, bahwa nak adalah setiap manusia di bawah usia 18 (delapan belas) tahun, kecuali apabila menurut hukum yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan bahwa dewasa dicapai lebih awal. 2. Hak Anak Pengertian hak anak menurut Pasal 1 butir 12 Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,

7 3. Perlindungan Anak Pengertian perlindungan anak menurut Pasal 1 butir 2 Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat 4. Perlindungan Khusus Anak Pengertian perlindungan khusus menurut Pasal 1 butir 15 Undang- Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban pe 5. Orang tua Menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Orang tua adalah Ayah dan/atau Ibu kandung. 6. Keluarga

8 Menurut Pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah dan atau ibu dan anak. E. Metode Penelitian Metode diartikan sebagai suatu jalan atau cara untuk mencapai sesuatu. Sebagaimana tentang cara penelitian harus dilakukan, maka metode penelitian yang digunakan penulis antara lain mencakup: 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah tipe penelitian hukum Normatif Yuridis; Tipe penelitian ini disebut juga Penelitian Kepustakaan (Library Research), adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelusuri atau menelaah dan menganalisis bahan pustaka atau bahan dokumen siap pakai. Dalam penelitian hukum bentuk ini dikenal sebagai Legal Research, dan jenis data yang diperoleh disebut data sekunder. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk menelusuri dan menganalisis peraturan, mengumpulkan dan menganalisis vonis atau yurisprudensi, membaca dan menganalisis kontrak atau mencari, membaca dan membuat rangkuman dari buku acuan. Jenis kegiatan ini lazim dilakukan dalam penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal bentuk penelitian dengan meneliti studi kepustakaan, sering juga disebut penelitian kepustakaan

9 atau studi dokumen seperti Undang-undang, buku-buku, yang disebut sebagai Legal Research. 6 2. Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Analistis, yaitu penelitian yang menggambarkan tentang perlindungan hukum hak-hak anak. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara sistematis dan menyeluruh yang dapat membantu memperkuat teori-teori tentang pelaksanaan perlindungan hukum hak-hak anak. 3. Jenis Data Data yang digunakan adalah data sekunder dan didukung data primer, a. Data sekunder diperoleh dari: 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan; 7 a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) b) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan c) Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak d) Peraturan perundang-undangan lain yang terkait. 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer diantaranya yang 6 Henry Arianto,, Modul Kuliah Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Esa Unggul, 2006), hlm. 8 7 Ibid, hlm. 20.

10 berasal dari hasil karya para Sarjana Hukum, jurnal, serta bukubuku kepustakaan yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini. 8 3) Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder 9, seperti kamus, ensiklopedi hukum dan sarana-sarana pendukung lainnya. b. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber data. 10 Dalam hal ini adalah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengenai Pencabutan kekuasaan orang tua terhadap anak. 4. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini adalah analisis kualitatif, yaitu suatu metode analisis data yang menggunakan dan memahami kebenaran yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan jawaban-jawaban responden untuk dicari hubungan antara satu dengan yang lain kemudian disusun secara sistematis. Metode analisis kualitatif dilakukan dengan cara menyeleksi data yang telah terkumpul dan 8 Ibid. 9 Soerjono Soekanto, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia, UI-press, 2007), hlm. 52. 10 Henry Arianto, Op. Cit.

11 memberikan penafsiran terhadap data itu baru kemudian menarik kesimpulan. 11 F. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibuat secara terperinci dan sistematis agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya, sekaligus memudahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Keseluruhan sistematika penulisan skripsi ini merupakan satu kesatuan yang sangat berhubungan antara satu dengan yang lainnya, disusun dalam 5 (lima) bab dimana dalam setiap bab menguraikan tentang pokok bahasan dari materi yang sedang dikaji. Adapun sistematikanya sebagai berikut; BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang: Latar Belakang Masalah, Pokok Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Definisi Operasional, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan : Pengertian anak, Hak-hak anak, serta Hak-hak dan kewajiban anak hak

12 BAB III : TINJAUAN YURIDIS HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP ANAK SERTA PENCABUTANNYA Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang: Pengertian Orang Tua, hak dan kewajiban orang tua, Kekuasaan Orang tua, Pencabutan Kekuasaan Orang tua, Perwalian Anak. BAB IV : DAMPAK BAGI ORANG TUA DAN HAK HAK ANAK MASIH DAPAT DIPEROLEH DARI ORANG TUA YANG KEKUASAANNYA TELAH DICABUT. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai analisis kasus yang disertai dengan pembahasan dari permasalahan yang ada, yaitu tentang: Proses pencabutan kekuasaan orangtua terhadap anak menurut Kitab undang-undang Hukum Perdata, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dan Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, serta sanksi hukuman bagi orang tua yang menelantarkan anaknya (studi kasus perkara No. 127/Pdt.G/1994/PN.Jak-Sel). BAB V : PENUTUP

13 Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang hasil analisis dan evaluasi data yang merupakan perumusan suatu kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan pada bab-bab sebelumnya, yang juga akan menjelaskan saran dari penulis untuk diusulkan menjadi penyelesaian permasalahan yang diajukan pada penulisan skripsi ini.