BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini sering kita dengar problematika peningkatan mutu pendidikan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

I. PENDAHULUAN. setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3), yang menjelaskan bahwa pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

I. PENDAHULUAN. Kondisi siswa SMA PGRI 2 Marga Tiga, kelas XI IPS, sebelum diadakan

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berpedoman pada kajian dan analisis serta pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar memberikan pengetahuan atau nilai-nilai atau melatihkan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

ARTIKEL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA KULIAH DASAR-DASAR DESAIN BERBASIS KEARIFAN LOKAL BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN SENI RUPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya baik dalam bidang pendidikan maupun tingkat sosial

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas zaman. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi pembelajaran awal siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

BAB I PENDAHULUAN. menunjang masa depan agar lebih baik. Pendidikan dalam hidup manusia

I. PENDAHULUAN. Tujuan utama dari kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia)

PENERAPAN METODE QUANTUM LEARNING TEKNIK PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS 5 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. boleh dikatakan pondasi atau gerbang menuju pendidikan formal yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN PES JLH LLS. Rata. Total Rata. % Nilai KIM. Kota Medan ,98 8,32 50,90 8,48

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu IPA yang mempelajari tentang gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lanjut dan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

antara komponen-komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

Fika Septiningkasih, Eko Setyadi Kurniawan, Nur Ngazizah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Media internet sebagai sumber belajar efektif dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. modern, teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan begitu

PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI DITINJAU DARI MINAT BACA SISWA DAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS XI SMA N 1 BATURETNO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS JOYFULL LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. nampak dalam interaksi antara keduanya. Dalam interakasi ini terjadi proses

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan posisi yang strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nantinya akan membawa bangsa menuju kearah kemajuan karena di. taraf kemajuan peradapan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Media Pembelajaran CD Interaktif Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) pada era modern ini

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan. Kurikulum

meningkatkan kapasitas peserta didik salah satunya dalam menghadapi permasalahan hidup.

APLIKASI PAKEM MODEL KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I AMBARAWA SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar problematika peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia dapat diperoleh dari lembaga pendidikan formal yang sekiranya menyediakan lulusan yang berkompeten. Lembaga pendidikan formal yang dimaksud adalah tingkat dasar (TK dan SD), tingkat menengah (SMP dan SMA), serta tingkat tinggi (Perguruan Tinggi). Sekolah Menengah Atas atau SMA adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama atau sederajat. Sekolah Menengah Atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas X sampai kelas XII. Pada tahun kedua (yakni kelas XI), peserta didik SMA dapat memilih salah satu dari 3 jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (yakni kelas XII), peserta didik diwajibkan mengikuti Ujian Nasional yang mempengaruhi kelulusan peserta didik. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja. 1

Kurikulum SMA jurusan sosial atau dikenal dengan nama Ilmu Pengetahuan Sosial disingkat IPS, terdiri dari beberapa mata pelajaran yang mendominasi antara lain sejarah, sosiologi, geografi, ekonomi, akuntasi dan beberapa mata pelajaran yang umumnya dipelajari di jurusan IPA atau Bahasa. Penggunaan kurikulum sebagai pedoman pencapaian kompetensi lulusan di jurusan IPS menjadi suatu hal yang menjadi dasar terselenggaranya pembelajaran bagi peserta didik yang memilih jurusan IPS sebagai bidang yang diminati. Salah satu situs di internet menyebutkan bahwa rata-rata nilai UTS sosiologi kelas XI semester 1 tahun ajaran 2009-2010 di salah satu SMA Negeri di Kebumen yaitu 6.07. Ini menandakan bahwa masih rendahnya kompetensi yang dicapai oleh siswa-siswi kelas XI jika hanya mengandalkan buku paket sebagai sumber belajar. Pembelajaran yang dilakukan pada jurusan IPS saat ini masih tergolong monoton. Artinya bahan ajar, media pembelajaran, maupun strategi yang digunakan masih terhitung konvensional. Bahan ajar yang digunakan masih bersumber pada buku teks yang hanya dimiliki oleh pendidik saja. Timbulnya berbagai tuntutan tersebut membawa konsekuensi pada perubahan paradigma dalam belajar mengajar menjadi pembelajaran. Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) dan sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan ( learning resources by utilization). Sumber belajar yang dirancang yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, 2

modul, program audio, transparansi. Sumber belajar akan mempengaruhi penerimaan informasi atau materi yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik. Bagaimana informasi itu dapat diterima oleh peserta didik tidak hanya sebatas mendengarkan saja tetapi juga sampai kepada level yang lebih tinggi yaitu understanding. Modul adalah salah satu alternatif sumber belajar yang efektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh James D. Russel dalam Ali (2008: 110) A modul is an instructional package with a single conceptual unit of subject matter. Suatu paket sumber belajar mengajar dengan satu unit bahan pelajaran. Hal ini akan memudahkan siswa dalam merespon materi, karena disajikan secara efektif dan tidak berbelit-belit. Sistem belajar dengan fasilitas modul telah dikembangkan baik di luar maupun di dalam negeri, yang dikenal dengan Sistem Belajar Bermodul (SBB). SBB telah dikembangkan dalam berbagai bentuk dengan berbagai nama pula, seperti Individualized Study System, Self-pased study course, dan Keller plan (Tjipto Utomo dan Kees Ruijter, 1990). Masing-masing bentuk tersebut menggunakan perencanaan dan kegiatan pembelajaran yang berbeda, tetapi mempunyai tujuan yang sama, yaitu: 1. Memperpendek waktu yang diperlukan oleh peserta didik untuk menguasai tugas pelajaran tersebut; 2. Menyediakan waktu sebanyak yang diperlukan oleh peserta didik dalam batas-batas yang dimungkinkan untuk menyelenggarakan pendidikan yang teratur. 3

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat diyakini bahwa pembelajaran bermodul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi peserta didik menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya prestasi belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemikiran yang paling mendasar dari peneliti mengenai pemilihan modul sebagai sumber belajar yang diangkat dalam peneletian di tengah kondisi yang serba canggih dengan teknologi adalah bahwa teknologi tidak dapat menyentuh semua lapisan masyarakat. Artinya, penggunaan teknologi sebagai sumber belajar dapat dikategorikan modern dan up to date terhadap perkembangan zaman. Namun demikian, semua itu tidak serta merta dapat dijangkau oleh lapisan masyarakat yang berada di wilayah yang sulit terjangkau teknologi. Setelah alasan mendasar di atas, alasan selanjutnya adalah karena terdapat tiga hal yang hilang dari kebiasaan peserta didik dewasa ini, yaitu : (1) belajar mandiri (2) belajar kelompok, dan (3) joyfull learning. Penggunaan modul diharapkan dapat memunculkan minat baca dari pribadi peserta didik. Mau tidak mau peserta didik diwajibkan membaca agar peserta didik tersebut mempunyai bekal untuk dirinya berdiskusi dengan rekannya ketika diharuskan mengungkapkan masalah yang ada pada materi modul. Belajar kelompok dapat terjadi karena peserta didik mempunyai masalah yang didapatnya dari membaca modul untuk didiskusikan dengan rekan-rekannya. Kemudian yang terakhir adalah peserta didik dapat merasa belajar dengan menyenangkan (joyfull learning) karena anak mempunyai masalah, kemudian didiskusikan dengan rekan-rekannya 4

dan akhirnya menemui pemecahannya, berarti peserta didik tersebut lulus belajar pada modul kegiatan I yang sering diistilahkan mastery learning. Alasan-alasan di atas adalah alasan yang kuat untuk dijadikan sebagai dasar pemikiran peneliti mengusung modul sebagai bahan ajar yang dipilih ditengah zaman yang serba canggih dengan teknologi dewasa ini. Merujuk pada situasi di atas, maka peneliti bermaksud mengusung satu model bahan ajar yang sekiranya dapat digunakan oleh pendidik maupun peserta didik di lembaga pendidikan khususnya tingkat SMA. Modul bergambar adalah bahan ajar yang diperkirakan dapat membantu pembelajaran pada jurusan IPS khususnya mata pelajaran sosiologi yang diprediksi mempunyai bahan materi yang penuh dengan konsep-konsep materi. Hasil yang ingin dicapai adalah bahwa dengan menggunakan modul bergambar, diharapkan penyampaian materi yang ingin disampaikan berdasarkan kurikulum dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Penggunaan modul pada mata pelajaran sosiologi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar para peserta didik karena pada modul bergambar disajikan materi konsep yang berbeda penyajiannya dengan buku teks yang digunakan selama ini. Secara lebih jelas penelitian ini dirumuskan dengan judul : Pengaruh Penggunaan Modul Bergambar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Sosiologi Di SMA Negeri 3 Subang 5

B. Rumusan Masalah Berangkat dari uraian latar belakang, maka permasalahan secara umum dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi belajar siswa dibandingkan dengan penggunaan buku paket pada ranah kognitif dalam mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 3 Subang?. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi kognitif aspek memahami dalam mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 3 Subang? 2. Apakah terdapat pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi kognitif aspek menerapkan dalam mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 3 Subang? 3. Apakah terdapat pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi kognitif aspek menganalisis dalam mata pelajaran sosiologi di SMA Negeri 3 Subang? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi belajar siswa 6

dibandingkan dengan penggunaan buku paket pada ranah kognitif dalam mata pelajaran sosiologi kelas XI di SMA Negeri 3 Subang. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi kognitif aspek memahami dalam mata pelajaran sosiologi kelas XI di SMA Negeri 3 Subang. 2. Mengetahui pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi kognitif aspek menerapkan dalam mata pelajaran sosiologi kelas XI di SMA Negeri 3 Subang. 3. Mengetahui pengaruh penggunaan modul bergambar terhadap prestasi kognitif aspek menganalisis dalam mata pelajaran sosiologi kelas XI di SMA Negeri 3 Subang. D. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi: 1. Sekolah Menengah Atas, dapat menjadi kerangka acuan penerapan bahan ajar modul bergambar untuk mata pelajaran lain yang banyak memuat teori dan konsep. 7

2. Guru sosiologi, dapat menjadi alternatif pemilihan bahan ajar yang tepat untuk digunakan pada mata pelajaran sosiologi kelas XI. 3. Siswa SMA kelas XI, dapat memahami materi sosiologi dengan lebih efektif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. E. Definisi Operasional 1. Modul bergambar Modul adalah alat ukur yang lengkap. Modul adalah satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar. Modul bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk modul yang dirancang dan berisi kegiatan belajar yang terencana dilengkapi dengan gambar-gambar sebagai analogi dari materi dan konsep pada mata pelajaran sosiologi untuk membatu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik. 2. Prestasi belajar Prestasi belajar (achievement) umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan. Prestasi belajar digunakan sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik. Prestasi belajar juga dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik. 8

Prestasi belajar ditunjukkan oleh skor hasil tes yang diberikan dalam proses penelitian yang dilakukan yakni berupa pretest dan posttest terhadap para peserta didik. Pada penelitian ini, prestasi belajar yang akan dijadikan indikator pengaruh penggunaan modul bergambar dibatasi hanya pada ranah kognitif aspek pemahaman, serta aspek penerapan (aplikasi), dan aspek analisis. 3. Mata pelajaran sosiologi kelas XI Mata pelajaran sosiologi adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam jurusan IPS/Ilmu Pengetahuan Sosial. Sosiologi mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Sub bab yang akan dibahas di sini adalah kelompok sosial dalam mata masyarakat multikultural. Materi ini tersaji di kelas XI menengah atas. 9