MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

Oleh Saryana PENDAHULUAN

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN JARINGAN KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI KOMBINASI MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN COURSE REVIEW HORAY

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

Alit Verfitasari Aryaningrum Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

Vikcy Mita Martina. Universitas PGRI Yogyakarta.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

Jl. Ir. Sutami no. 36 A, Kentingan Surakarta, , 3)

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. tindakan kelas merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

Konseling dan Pendidikan

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

Frekuensi Persentase Rata-rata Selang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KOLABORASI PENDEKATAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN SATE BOLA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK NEGERI 1 SINGKEP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN TEMUAN

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian ini adalah MIN Ilung yang beralamat di Jalan H. Damanhuri

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEAD TOGETHER UNTUK PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PEMAHAMAN KONSEP PADA SISWA

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Transkripsi:

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti Handayani SMK Negeri 1 Pelaihari Jl. H. A. Syukri Komplek Perkantoran Gagas Permai Kel. Angsau Kec. Pelaihari e-mail : handayaningesti@gmail.com Abstrak. Masih banyak siswa yang tidak mencapai hasil belajar sebagaimana diharapkan, khususnya pada materi Fungsi, meskipun KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan masih di bawah KKM ideal yang diharapkan. Dalam pembelajaran sehari-hari sebagian besar siswa tidak terlibat secara aktif, ada yang tidak bersemangat dan guru masih mendominasi pembelajaran. Masalah di atas dicoba diatasi melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) ketercapaian pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), 2) aktivitas siswa, 3) hasil belajar siswa, dan 4) respon siswa terhadap pembelajaran. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus dengan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, pemberian tes, dan penyebaran angket. Data kualitatif yang diperoleh dianalisa dengan teknik deskriptif secara naratif, sedangkan data kualitatif dianalisa dengan teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ketercapaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada siklus I mencapai 98,25%, pada siklus II dan III masing-masing 100%; (2) aktivitas positif siswa pada siklus I berkisar antara 67,78% sampai 100% dan aktivitas negatif mencapai 5,56%; pada siklus II aktivitas positif siswa berkisar antara 80% sampai 100% tanpa ada aktivitas negatif, dan pada siklus III aktivitas positif siswa berkisar antara 85% sampai 100% juga tanpa aktivitas negatif; (3) hasil belajar siswa pada materi Fungsi di siklus I rata-rata kelasnya 42,07 dan secara klasikal tuntas 23,33%. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai 63,33 dan secara klasikal tuntas 56,67%. Sedangkan di siklus III rata-rata kelas 81 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86,67%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan di tiap siklus, baik nilai rata-rata kelas maupun ketuntasan klasikalnya; (4) respon siswa positif terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa aktvitas dan hasil belajar matematika siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari pada materi Fungsi dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat diterima. Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Fungsi, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) SMK Negeri 1 Pelaihari, sebagai pusat pendidikan dan pelatihan yang menyiapkan sumber daya manusia yang siap terjun ke dunia kerja, telah berupaya memperbaiki mutu lulusannya. Perbaikan mutu lulusan itu sangat bergantung pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di dunia usaha/dunia industri, 230

Ngesti Handayani, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran 231 sebagai tempat para siswa mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajarnya. Pada kegiatan pembelajaran di kelas guru seringkali menemui masalah, terutama pada hasil belajar siswanya. Salah satu sebab rendahnya hasil belajar matematika saat ini adalah pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas, khususnya di SMK masih bersifat konvensional. Pembelajaran didominasi oleh guru. Guru menentukan bahan dan metode, sedang siswa menerima begitu saja. Aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat serta menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Siswa hanya bekerja sesuai perintah guru dan dengan cara-cara yang ditentukan guru. Begitu pula dengan cara berpikir siswa sesuai dengan apa yang digariskan oleh guru. Menurut Sardiman (2011), dalam hal ini memang sebenarnya siswa tidak pasif secara mutlak, hanya proses belajar mengajar semacam ini jelas tidak mendorong siswa untuk berpikir dan beraktivitas. Sebatas pengalaman peneliti, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika pada materi fungsi. Di samping itu siswa kurang trampil dalam menyelesaikan masalah program keahlian yang berkaitan dengan fungsi. Kesulitan ini disebabkan guru kurang memperhatikan kesiapan siswa. Banyaknya Standar Kompetensi berikut Kompetensi Dasar yang harus dibahas kadang membuat guru kurang memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya. Ditambah lagi dengan adanya beberapa siswa yang pandai tetapi tidak mau berbagi dan cenderung menutup diri dari teman-teman lain yang kurang pandai. Pembelajaran yang monoton masih mewarnai kegiatan guru dan siswa di kelas. Meskipun guru sudah menyarankan kepada siswa untuk mencari dan membaca/mempelajari kembali literatur yang disarankan, tetapi itu dirasa tidak cukup, bahkan banyak siswa yang mengabaikan saran itu. Akibatnya, yang pasif semakin pasif dan yang tidak/kurang paham tetap bungkam. Berdasarkan data yang peneliti miliki, hasil belajar siswa kelas XI Program Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 1 Pelaihari pada Tahun Pelajaran 2011/2012 untuk materi Fungsi masih jauh dari yang diharapkan, padahal KKM yang ditetapkan masih di bawah KKM ideal yang diinginkan. Akibatnya, guru perlu waktu lebih banyak lagi untuk melaksanakan remedial dan perbaikan. Untuk mengatasi masalah itu, upaya perbaikan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan perlu lebih dikembangkan. Salah satunya adalah dengan melibatkan siswa secara aktif agar saling berinteraksi dan bekerja sama, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Sebagaimana dijelaskan dalam teori konstruktivis, bahwa siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa dalam setting kelas, siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman lainnya diantara sesama siswa bila dibandingkan dengan belajar dari gurunya (Ratumanan, 2002). Hal ini menunjukkan, proses pembelajaran akan lebih efektif dengan memanfaatkan kecenderungan siswa berinteraksi antar sesamanya. Dari hasil penellitian yang dilakukan oleh Hastuti (2010) pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 6 Pelaihari pada materi Garis Lurus menunjukkan bahwa melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa serta mendapat respon positif dari siswa. Hal itu telah memberikan inspirasi pada peneliti untuk melakukan penelitian tindakan kelas sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi Fungsi melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Melalui kegiatan tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat meningkat yang bermuara pada meningkatnya kemampuan akademik, kemampuan sosial serta kemampuan komunikasinya. Menurut Hudoyo (1988), seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 232 kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu dapat diamati dan berlaku dalam kurun waktu relatif lama. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam kurun waktu relatif lama itu disertai dengan usaha orang tersebut, sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi mampu mengerjakannya. Tanpa usaha, walaupun terjadi perubahan tingkah laku, bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil belajar. Dari pengertian tentang belajar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan sebagai hasil dari pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil belajar. Aktivitas belajar merupakan segala kegiatan dalam interaksi guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa. Itu berarti bahwa dalam belajar siswa harus aktif berbuat. Adanya aktivitas siswa mengindikasikan bahwa ada keinginan belajar pada diri siswa. Paul B. Diedrich (dalam Sardiman, 2011) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: (1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. (2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. (3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, music, pidato. (4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. (5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. (6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. (8) Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. Aktivitas yang dirangkum oleh Paul mencakup aktivitas positif dan negatif. Harapannya adalah bahwa pembelajaran berlangsung dengan meminimalisir aktivitas negatif siswa. Dalam hal ini peran guru sangatlah penting. Meningkatnya aktivitas positif siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar, yaitu meningkatnya hasil belajar siswa. Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pembelaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dalam kelompok dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan dan penghargaan. Keberhasilan pembelajaran tergantung pada keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan individu tersebut sangat berarti untuk mencapai tujuan kelompok. Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah tipe Numbered Heads Together (NHT). Numbered Heads Together adalah suatu pendekatan yang dikembangkan Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi materi pembelajaran tersebut (Ibrahim dkk, 2000). Dalam Chotimah (2009) dijelaskan bahwa Numbered Heads Together merupakan suatu strategi pembelajaran dengan cara setiap peserta didik diberi nomor, kemudian dibuat suatu

Ngesti Handayani, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran 233 kelompok. Selanjutnya, secara acak guru memanggil nomor dari peserta didik sebagai ganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas. Strategi pembelajaran ini mengedepankan kepada aktivitas peserta didik dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari beberapa sumber belajar yang akhirnya untuk dipresentasikan di depan kelas. Terdapat empat langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) (Ibrahim dkk, 2000). Langkah-langkah tersebut adalah: (1) Penomoran, guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 3 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai dengan 5. Menurut Suwiyadi dalam Chotimah (2009), pemberian nomor dimaksudkan untuk memudahkan kinerja kelompok, mengubah posisi kelompok, menyusun materi pembelajaran, mempresentasikan, dan mendapatkan tanggapan dari kelompok lain. (2) Mengajukan pertanyaan, guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Contoh: Bagaimana cara melukis grafik fungsi f(x) = x 2 + 2x 8? (3) Berfikir bersama, siswa menyatukan pendapat tentang jawaban pertanyaan, dan meyakinkan tiap anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. (Peneliti menerjemahkan menyatukan pendapat dimulai dari awal proses sampai jawaban akhir/produk). (4) Menjawab, guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari pada materi fungsi dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Desain PTK mengacu pada model Kemmis dan MC Taggart (dalam Susilo, 2009) yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. PTK dilaksanakan dalam tiga siklus. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Pelaihari, mulai bulan Juli - Desember 2012, terdiri dari tiga siklus dengan tujuh kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan masing-masing siklus ditambah satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes hasil belajar. Peneliti sekaligus bertindak sebagai guru. Pelaksanaan tindakan diamati oleh dua orang teman sejawat sebagai pengamat (observer). Subyek penelitian adalah siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari Tahun Pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa 30 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki dan 20 orang perempuan. Beberapa aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah: (1) Aspek yang diamati untuk siswa adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini adalah memperhatikan informasi yang disampaikan, mengerjakan tugas yang diberikan, menghargai dan mengeluarkan pendapat, bekerjasama, berdiskusi, mempresentasikan, menanggapi serta membuat kesimpulan. (2) Aspek yang diamati untuk guru adalah kegiatan mengajar guru. (3) Aspek yang diamati sebagai hasil belajar adalah nilai tes hasil belajar (ulangan harian). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Data tentang keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan lembar observasi pada setiap siklus. Pengamatan dilakukan dengan kolaborasi teman sejawat. (2) Tes, yaitu untuk mendapatkan data hasil belajar matematika siswa.

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 234 (3) Data tentang tanggapan dari siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh dengan menggunakan lembar angket respon siswa yang dilakukan pada akhir siklus III. Data tentang aktivitas dan respon siswa dianalisa dengan teknik deskriptif secara naratif disamping teknik persentase. Untuk data kualitatif berupa hasil observasi terhadap keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT, aktivitas dan respon siswa dianalisis dengan teknik persentase. Teknik tersebut juga digunakan untuk menghitung persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa. Data yang dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif adalah rata-rata hasil belajar siswa Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang berkelanjutan. Siklus I berlangsung dalam 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuaan untuk tes hasil belajar, sedangkan siklus II dan III masing-masing berlangsung dalam 2 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes hasil belajar. Adapun indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT minimal rata-rata 95% dilaksanakan. (2) Aktivitas belajar menunjukkan siswa aktif minimal 75% untuk setiap aktivitas positif yang diamati dan maksimal 5% untuk aktivitas negatif yang diamati. (3) Hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal 75% dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 60 (berdasarkan hasil rapat sekolah). (4) Respon siswa menunjukkan respon positif, yaitu minimal 65% siswa menyatakan ya pada setiap pernyataan respon siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun rata-rata nilai kuis setiap kelompok untuk masing-masing siklus adalah sebagai berikut. Tabel 1 Rata-rata Nilai Kuis setiap Kelompok KELOMPOK Siklus I Siklus II Siklus III P-1 P-2 P-3 P-1 P-2 P-1 P-2 I 31,8 88 77 47,4 63 74 75,4 II 28 59 61 58,6 65 84,8 68,4 III 48 48 48 56,2 55,2 51,4 69,8 IV 46,6 84 72 48,2 60,6 85,6 62,6 V 50,8 46 46 47,2 40,4 90 78,4 VI 60,8 56 56 64,2 47,2 84 62,6 Rata-rata Kelas 44,33 63,50 60,00 53,63 55,23 78,30 69,53 Keterangan: P-1 = Pertemuan 1 P-2 = Pertemuan 2 P-3 = Pertemuan 3 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat pada pertemuan pertama kelompok VI memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi. Karenanya kelompok VI berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Rata-rata kelas pertemuan 1 adalah 44,33 dengan 20 orang siswa memiliki nilai kurang dari KKM (tidak tuntas). Pada pertemuan kedua, kelompok I memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi dan berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Nilai rata-rata kelas pada pertemuan kedua

Ngesti Handayani, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran 235 ini adalah 63,50 dengan 12 orang siswa mendapat nilai di bawah KKM (tidak tuntas). Pada pertemuan ketiga, kelompok I kembali memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi dan berhak mendapat penghargaan dari guru. Nilai rata-rata kelas pada pertemuan ini adalah 60,00 dengan 13 orang siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM (tidak tuntas). Berdasarkan data nilai kuis dari pertemuan 1 dan 2 menunjukkan bahwa ada peningkatan nilai rata-rata kelas dan penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas. Sedangkan pada pertemuan 3 terjadi sedikit penurunan nilai rata-rata kelas tetapi masih di atas dari nilai rata-rata kelas pertemuan 1 serta jumlah siswa yang tidak tuntas masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah siswa yang tidak tuntas di pertemuan 1. Di Siklus II, pada pertemuan 1 kelompok VI memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi, karenanya kelompok VI berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Ratarata kelas pertemuan 1 adalah 53,63 dengan 19 orang siswa memiliki nilai kurang dari KKM (tidak tuntas). Pada pertemuan 2, kelompok II memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi dan berhak memperoleh penghargaan dari guru. Nilai rata-rata kelas pada pertemuan 2 adalah 55,23 dengan 16 orang siswa yang memiliki nilai kurang dari KKM (tidak tuntas). Berdasarkan data rata-rata nilai kuis pada pertemuan 1 dan 2 menunjukkan bahwa meskipun terjadi sedikit peningkatan pada nilai rata-rata kelas dan penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas, namun nilai rata-rata tersebut tidak mencapai lebih dari 60. Hal ini dimungkinkan materi pada siklus II memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan materi pada siklus I. Sedangkan di Siklus III, pada pertemuan 1 kelompok V memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi sehingga berhak mendapatkan penghargaan dari guru. Ratarata kelas pada pertemuan 1 adalah 78,30 dan ada 6 orang siswa yang nilainya kurang dari KKM (tidak tuntas). Pada pertemuan 2, kembali kelompok V memperoleh nilai rata-rata kuis tertinggi serta mendapatkan penghargaan dari guru. Nilai rata-rata kelas pada pertemuan 2 adalah 69,53 dan ada 7 orang siswa yang nilainya kurang dari KKM (tidak tuntas). Data kuis pertemuan 1 dan 2 menunjukkan bahwa ada penurunan nilai rata-rata kelas dan jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM juga bertambah. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pada pertemuan 2 tingkat analisanya lebih tinggi dibandingkan dengan pertemuan 1. Adapun ketercapaian pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, II, maupun III adalah sebagai berikut: Tabel 2 Ketercapaian Pelaksanaan Pembelajaran SIKLUS PERTEMUAN KETERCAPAIAN (%) RATA-RATA (%) I 1 94,74 98,25 2 100 3 100 II 1 100 100 2 100 III 1 100 100 2 100 Dari Tabel 2, hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Siklus I, pada pertemuan 1 persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT hanya 94,74% karena ada satu kegiatan yang tidak terlaksana, yaitu menjelaskan bahan diskusi kepada anggota kelompok yang lain sehingga seluruh anggota kelompok paham/mengerti. Sedangkan pada pertemuan 2 dan 3 keterlaksanaan mencapai 100%, yang berarti semua kegiatan dilaksanakan oleh guru dan siswa. Berdasarkan data pada Tabel 3 diperoleh rata-rata ketercapaian

NO. EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 236 pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT 98,25%. Di Siklus II dan III, hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pertemuan 1 dan 2 ketercapaian pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 100%. Semua AKTIVITAS SISWA 1. Memperhatikan informasi yang disampaikan guru Tabel 3 Hasil pengamatan Aktivitas Siswa kegiatan sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa. Sementara hasil pengamatan aktivitas siswa selama melaksanakan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut: Siklus I Siklus II Siklus III P1 P2 P3 X (%) P1 P2 X (%) P1 P2 X (%) 60 70 76,67 68,89 93,33 90 91,67 93,33 96,67 95 2. Berada dalam kelompok 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 3. Mengambil giliran dan 80 73,33 80 77,78 90 90 90 96,67 96,67 96,67 berbagi tugas 4. Bertanggung jawab 70 80 76,67 75,56 76,67 86,67 81,67 90 93,33 91,67 terhadap tugas yang diberikan 5. Bekerjasama dalam 73,33 73,33 73,33 73,33 80 96,67 88,34 100 100 100 kelompok 6. Mencapai kesepakatan 80 76,67 80 78,89 83,33 100 91,67 100 100 100 7. Menghargai pendapat 96,67 100 100 98,89 100 100 100 100 100 100 individu 8. Bertanya, menjawab, 63,33 66,67 73,33 67,78 80 80 80 83,33 90 86,67 mengemukakan pendapat atau membimbing sesama anggota kelompok 9. Perilaku yang tidak relevan 6,67 3,33 6,67 0 0 0 0 0 0 dengan PBM (misal melamun, bermain, mengganggu teman, mengerjakan sesuatu di luar topik) 5,56 Keterangan: P-1 = Pertemuan 1 P-2 = Pertemuan 2 P-3 = Pertemuan 3 Berdasarkan Tabel 3, hasil pengamatan menunjukkan bahwa di Siklus I, aktivitas positif (1 s.d. 8) berkisar antara 67,78% sampai 100%. Aktivitas positif yang kurang dari 75% adalah (1) memperhatikan informasi yang disampaikan guru; (5) bekerjasama dalam kelompok, serta (8) bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat atau membimbing sesama anggota kelompok. Berada dalam kelompok adalah aktivitas siswa yang mencapai 100%, yang berarti semua siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan aktivitas negatif (9) mencapai 5,56%. Ini menunjukkan ada siswa yang berperilaku yang tidak relevan dengan PBM (misal melamun, mengganggu teman atau mengerjakan pekerjaan lain di luar topik). Pada siklus II, hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas positif (1 s.d. 8) berkisar antara 80% sampai 100%. Sedangkan aktivitas negative (9) sudah tidak nampak lagi. Aktivitas positif siswa pada pertemuan 1 hampir seluruhnya mengalami perubahan di pertemuan 2. Meski tidak semuanya mencapai 100%, namun aktivitas tersebut sudah lebih banyak dilakukan siswa dan mencapai indikator yang ditetapkan. Sedangkan di Siklus III, hasil pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas positif (1 s.d. 8) berkisar antara 85% sampai 100% dan tidak ada lagi aktivitas negatif. Ada

Ngesti Handayani, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran 237 beberapa aktivitas positif yang tidak semua siswa melakukannya, yaitu memperhatikan informasi yang disampaikan guru, mengambil giliran dan berbagi tugas, bertanggung jawab terhadap tugas, serta bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat atau membimbing sesama anggota kelompok. Namun, aktivitas positif siswa secara keseruluhan sudah memenuhi indikator yang ditetapkan dalam penelitian ini. Mengenai ketuntasan hasil belajar siswa, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus Banyak X Σ % Siswa T TT T TT I 30 42,07 7 23 23,33 76,67 II 30 63,33 17 13 56,67 43,33 III 30 81 26 4 86,67 13,33 Keterangan: X = Rata-rata kelas T = Tuntas TT = Tidak Tuntas Tabel 4 menunjukkan bahwa di siklus I, setelah melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe NHT banyaknya siswa yang nilainya 60 (KKM) sebanyak 7 orang. Ini berarti bahwa hasil belajar siswa hanya mencapai ketuntasan klasikal sebesar 23,33% dengan rata-rata kelas yang diperoleh 42,07. Di Siklus II, hasil ketuntasan belajar siswa setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe NHT menunjukkan bahwa siswa yang nilainya 60 (KKM) ada 17 orang. Ini berarti hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 56,67% dengan rata-rata kelas 63,33. Sedangkan di Siklus III, siswa yang nilainya 60 (KKM) sebanyak 26 orang. Ini berarti hasil belajar siswa mencapai ketuntasan klasikal sebesar 86,67% dan ratarata kelas yang diperoleh adalah 81. Hal lain yang diperoleh dalam penelitian ini adalah mengenai respon siswa yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 5 Hasil Respon Siswa NO PERTANYAAN RESPON SISWA(%) YA TIDAK TDK TAHU 1. Dalam Pembelajaran materi fungsi saya setuju/senang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan pada materi fungsi menurut saya dapat membuat kegiatan pembelajaran menjadi bergairah dan menyenangkan 3. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan dalam pembelajaran materi fungsi dapat memotivasi saya untuk belajar bersama dengan anggota kelompok saya. 4. Dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT membuat saya lebih mudah memahami materi pelajaran dibandingkan dengan pembelajaran tanpa kerja kelompok. 5. Saya mengharapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT digunakan untuk materi lainnya karena saya merasa dapat menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. 6. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat membangkitkan semangat belajar saya untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok yang diberikan guru dengan sebaik mungkin. 7. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang digunakan dalam pembelajaran dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan tanggung jawab dalam diri saya 100 0 0 97,67 0 3,33 100 0 0 90 3,33 6,67 90 0 10 93,33 0 6,67 93,33 0 6,67

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 238 8. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, saya merasa berharga/dihargai tiap kali dapat berperan memberikan sumbangan pikiran untuk kelompok saya dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru 9. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT saya merasa dapat menjalin kerjasama yang baik dengan anggota kelompok 10. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, saya merasa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya 90 0 10 100 0 0 86,66 6,67 6,67 Berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan, semua indikator keberhasilan sudah terpenuhi pada siklus III sehingga dapat dikatakan bahwa tindakan berhasil, jadi bisa saja dihentikan. Pembelajaran dapat dilanjutkan pada SK-KD berikutnya menggunakan model pembelajaran yang lainnya atau masih menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan variasi yang berbeda berdasarkan temuan pada penelitian ini. Berdasarkan deskripsi siklus I, siklus II dan siklus III, yang merupakan hasil penelitian ini, maka hipotesis yang menyatakan bahwa aktvitas dan hasil belajar matematika siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari pada materi fungsi dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat diterima. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ketercapaian pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi Fungsi di siklus I mencapai 98,25%, pada siklus II dan III masing-masing 100%. Pencapaian ini memenuhi indikator keberhasilan. (2) Aktivitas positif siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari pada kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi Fungsi di siklus I berkisar antara 67,78% sampai 100% dan 5,56% untuk aktivitas negatif yang diamati. Pada siklus II aktivitas positif siswa berkisar antara 80% sampai 100% tanpa ada aktivitas negatif. Sedangkan di siklus III aktivitas positif siswa berkisar antara 85% sampai 100% tanpa ada aktivitas negatif. Ini berarti bahwa aktivitas siswa memenuhi indikator keberhasilan. (3) Hasil belajar matematika siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari yang dicapai melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) pada materi Fungsi di siklus I rata-rata kelasnya 42,07 dan secara klasikal tuntas 23,33%. Pada siklus II rata-rata kelas mencapai 63,33 dan secara klasikal tuntas 56,67%. Hasil belajar siswa di siklus II mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Sedangkan di siklus III rata-rata kelas 81 dengan ketuntasan klasikal mencapai 86,67%. Pencapaian ini memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dalam penelitian ini. (4) Respon siswa berdasarkan angket menyatakan ya pada setiap pernyataan seluruhnya mencapai lebih dari 60%. Pencapaian ini memenuhi indikator keberhasilan. Ini menunjukkan bahwa respon siswa positif terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). (5) Berdasarkan deskripsi siklus I, siklus II dan siklus III, maka hipotesis yang menyatakan bahwa aktvitas dan hasil

Ngesti Handayani, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran 239 belajar matematika siswa kelas XI Akuntansi 1 SMK Negeri 1 Pelaihari pada materi Fungsi dapat meningkat melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) dapat diterima. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: (1) Jika ditemui masalah yang relatif sama dengan yang dipaparkan dalam penelitian ini hendaknya dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. (2) Pada kegiatan belajar mengajar, sebaiknya menggunakan berbagai model pembelajaran yang disesuaikan dengan materi, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), sebagai upaya untuk memberikan nuansa baru dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. (3) Kepada pihak sekolah, hendaknya memberikan perhatian terhadap kualitas pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika sehingga dapat memotivasi guru maupun siswa dalam pelaksanaannya. (4) Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini dengan menerapkan metode penelitian tindakan kelas (PTK) untuk materi yang berbeda. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (numbered Heads Together) di Kelas VIIIA SMP Negeri 6 Pelaihari. Laporan Akhir Penelitian Tindakan Kelas. Pelaihari. Hudoyo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Ibrahim, M dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya-University Press. Ratumanan. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya- University Press. Sardiman A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning. Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, H. dkk (2009). Penelitian Tindakan Kelas sebagai Sarana Pengembangan Keprofesionalan Guru dan Calon Guru. Malang: Bayumedia. To ali. (2008). Matematika SMK Kelompok Penjualan dan Akuntansi untuk Kelas XI. Jakarta: Depdiknas. To ali. (2008). Matematika SMK Kelompok Penjualan dan Akuntansi untuk Kelas XII. Jakarta: Depdiknas. DAFTAR PUSTAKA Chotimah, H & Dwitasari, Y. (2009). Strategi - Strategi Pembelajaran untuk Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Surya Pena Gemilang. Hastuti, E. (2010). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa pada Materi Garis Lurus melalui