TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

dokumen-dokumen yang mirip
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /SEOJK.03/2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan. Pasal/ Ayat BAB I KETENTUAN UMUM. Cukup jelas.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.03/2017

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.81, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5012)

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

BAB I. KETENTUAN UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

RANCANGAN POJK BANK PERANTARA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.03/2017 TENTANG BANK PERANTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN FUNGSI KEPATUHAN BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 19/POJK.03/2014 TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

2017, No mengikat untuk seluruh lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Lingkup pengaturan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini adalah BPR yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, Koperasi, dan Perusahaan Daerah. Sementar

- 4 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 45 /SEOJK.03/2017 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pemeriksaan oleh Otoritas Jasa Keuangan dapat dilakukan di luar jam kerja. Huruf a Yang dimaksud deng

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/9/PBI/2008 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- b. modal disetor atau modal koperasi serta lingkup wilayah operasional; c. pemegang saham pengendali; d. persyaratan dan tata cara perizinan usaha

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

2017, No menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Prinsip Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal; Mengingat : 1. Undang-Undan

No. 15/6/DPNP Jakarta, 8 Maret 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

2015, No.73 2 e. bahwa sehubungan dengan huruf a sampai dengan huruf d diatas diperlukan penyesuaian terhadap ketentuan tentang Kewajiban Penyediaan M

No. 12/36/DPNP Jakarta, 23 Desember 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAYANAN KEUANGAN TANPA KANTOR DALAM RANGKA KEUANGAN INKLUSIF.

-2- persyaratan agar divestasi yang dilakukan atas inisiatif sendiri tidak dimanfaatkan Bank untuk melakukan kegiatan investment banking. Dalam rangka

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 41 Tahun 2017 Seri E Nomor 32 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 41 TAHUN 2017 TENTANG

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.02/2014 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN PUNGUTAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

No Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan SLIK diperlukan pengaturan mengenai pelaporan dan permintaan informasi

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/1/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK UMUM YANG MELAKUKAN LAYANAN NASABAH PRIMA

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No Syariah harus tetap memperhatikan azas perbankan yang sehat dan prinsip kehati-hatian sehingga dapat tercipta perbankan syariah yang kuat d

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /SEOJK.03/2017

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/SEOJK.03/2017 TENTANG PERSYARATAN BANK UMUM UNTUK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA DALAM VALUTA ASING

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH PADA MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I. KETENTUAN UMUM

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2017, No e. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL PADA MANAJER INVESTASI. BAB I KETENTUAN

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5849 KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 34). PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL INTI I. UMUM Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi regional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal, diperlukan peran dan kontribusi BPR yang lebih besar dalam memberikan layanan perbankan di seluruh penjuru wilayah, terutama di remote area. Agar dapat berkontribusi lebih besar, diperlukan upaya untuk mendorong penguatan permodalan BPR, sehingga dapat berkinerja secara lebih produktif, dan memenuhi perubahan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan produk dan layanan yang berkualitas. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu dilakukan penataan cakupan kegiatan usaha dan wilayah jaringan kantor BPR berdasarkan modal inti. Penataan industri BPR menurut kapasitas permodalan tersebut dilakukan agar BPR dapat fokus pada kegiatan usaha dan penyediaan produk dan layanan yang disesuaikan dengan kemampuan permodalan dan pengelolaan risiko, sehingga setiap BPR dapat berkembang dan berperan optimal menurut kelompok permodalannya. Upaya mendorong penguatan permodalan BPR juga ditujukan untuk meningkatkan daya saing BPR melalui perbaikan kualitas sumber daya manusia, kelengkapan infrastruktur, teknologi informasi, dan ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kualitas layanan BPR.

No.5849-2- Selain menyangkut jenis kegiatan usaha yang dapat disediakan oleh BPR berdasarkan kapasitas permodalan, batasan wilayah jaringan kantor BPR juga perlu disesuaikan dengan kemampuan BPR dalam menjalankan fungsi intermediasi dalam wilayah tertentu. Dengan berlakunya POJK ini, masing-masing BPR dapat memposisikan pada kelompoknya yang diperhitungkan berdasarkan jumlah modal inti. Semakin tinggi strata BPR, semakin beragam jenis kegiatan usaha dan kegiatan lainnya yang mendukung operasional BPR, serta semakin luas jangkauan wilayah Pembukaan Jaringan Kantor BPR. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pembagian Kegiatan Usaha dan pembatasan wilayah Pembukaan Jaringan Kantor BPR ditetapkan menurut kemampuan Modal Inti BPR agar BPR dapat melayani masyarakat sesuai dengan kapasitas permodalan dan kemampuan pengelolaan risiko serta mendorong upaya penguatan BPR guna meningkatkan daya saing BPR. Pasal 3 Pasal 4 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Kegiatan usaha penukaran valuta asing dilakukan oleh pedagang valuta asing bank sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai pedagang valuta asing.

-3- No.5849 Huruf e Angka 1) Pelaksanaan kegiatan sebagai penyelenggara dan agen layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) mengacu pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang mengatur mengenai layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai). Angka 2) Termasuk dalam cakupan Electronic Banking antara lain berupa: a. phone banking yaitu layanan untuk bertransaksi perbankan melalui telepon dengan menghubungi nomor layanan BPR; b. SMS banking yaitu layanan informasi atau transaksi perbankan yang dapat diakses langsung melalui telepon seluler dengan menggunakan media Short Message Service (SMS); c. mobile banking yaitu layanan untuk melakukan transaksi perbankan melalui telepon seluler; dan d. internet banking yaitu layanan untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan internet bagi BPR yang menjadi bank penyelenggara Laku Pandai. Angka 3) Angka 4) Angka 5) Angka 6) Cukup jelas Angka 7) Penyelenggaraan alat pembayaran berupa Uang Elektronik mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai uang elektronik. Angka 8)

No.5849-4- Angka 9) Angka 10) Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Huruf a Huruf b Pemenuhan persyaratan tingkat kesehatan didasarkan pada hasil penilaian yang dilakukan oleh Otoritas Jasa keuangan dengan merujuk pada laporan terakhir yang diterima Otoritas Jasa Keuangan. Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Teknologi informasi yang memadai dalam hal ini menyangkut sistem yang mampu melakukan pembukuan transaksi pada saat transaksi berlangsung (real time), disertai dengan mekanisme pengamanan mulai dari sistem, data, dan jaringan, serta terdapat mekanisme pemantauan dan evaluasi terhadap sarana teknologi informasi untuk penyelenggaraan layanan kepada nasabah.

-5- No.5849 Huruf g Huruf h Huruf i Yang dimaksud dengan pelanggaran ketentuan terkait dengan BPR antara lain pelanggaran atas ketentuan: 1. larangan rangkap jabatan dan hubungan keluarga atau semenda serta kewajiban minimum jumlah anggota direksi dan anggota dewan komisaris; 2. kewajiban BPR memiliki paling kurang 1 (satu) pemegang saham dengan persentase kepemilikan saham tertentu; dan/atau 3. kewajiban pemenuhan modal inti minimum. Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Yang dimaksud dengan kabupaten atau kota adalah wilayah administratif pemerintahan kabupaten atau pemerintahan kota. Jaringan Kantor BPR paling banyak 20 (dua puluh) kantor meliputi baik kantor cabang yang telah ada maupun yang akan dibuka oleh BPR.

No.5849-6- Ayat (3) Ayat (4) Jaringan Kantor BPR paling banyak 30 (tiga puluh) kantor meliputi baik kantor cabang yang telah ada maupun yang akan dibuka oleh BPR. Pasal 14 Jaringan Kantor BPR paling banyak 40 (empat puluh) kantor meliputi baik kantor cabang yang telah ada maupun yang akan dibuka oleh BPR. Pasal 15 Jaringan Kantor BPR paling banyak 70 (tujuh puluh) kantor meliputi baik kantor cabang yang telah ada maupun yang akan dibuka oleh BPR. Ayat (3) Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19

-7- No.5849 Pasal 20 Contoh: BPRKU 2 dapat melakukan kegiatan usaha dan memperluas wilayah Jaringan Kantor sebagaimana diperkenankan bagi BPRKU 3 jika memenuhi Modal Inti pada kelompok BPRKU 3 selama 6 (enam) bulan berturut-turut paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). Pasal 21 Yang dimaksud dengan penurunan Modal Inti termasuk penurunan Modal Inti menjadi kurang dari Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau kurang dari Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah). Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Contoh: BPR yang semula berada dalam kelompok BPRKU 2, namun mengalami penurunan Modal Inti sehingga tidak memenuhi persyaratan Modal Inti sebagai BPRKU 2 dan tidak dapat menyelesaikan rencana tindak (action plan) dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun, wajib menyesuaikan seluruh Kegiatan Usaha dan/atau wilayah Jaringan Kantor BPRKU 1. Ayat (6) Pasal 22 Yang dimaksud dengan pertimbangan tertentu adalah pertimbangan untuk menetapkan jumlah kantor cabang yang

No.5849-8- berbeda yang didasarkan pada kemampuan rentang kendali, persaingan yang sehat, perluasan akses keuangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan produktif (financial inclusion), upaya pemerataan pembangunan di daerah, dan/atau kelangsungan pengembangan kegiatan usaha individual BPR ke depan sehingga dapat beroperasi secara berkesinambungan. Pasal 23 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Pencantuman pengurus BPR dalam daftar pihak-pihak yang memperoleh predikat tidak lulus dilaksanakan melalui proses uji kemampuan dan kepatutan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan mengenai uji kemampuan dan kepatutan. Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28

-9- No.5849 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Dengan tidak berlakunya Pasal 12 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 19/POJK.03/2014 tentang Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai), persyaratan yang harus dipenuhi oleh BPR yang akan mengajukan permohonan menjadi penyelenggara Laku Pandai mengacu pada persyaratan yang diatur pada ketentuan mengenai layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai). Pasal 35