PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI Oleh: Bambang Priyonoadi

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI

BERBAGAI MACAM TES UNTUK MENENTUKAN TINGKAT KESTABILAN SENDI LUTUT. Oleh: Bambang Priyonoadi Jur. PKR-FIK-UNY

Cedera Keseleo pada Pergelangan Kaki (Ankle Sprains)

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.

PERAWATAN CEDERA PADA TENDO ACHILLES. Oleh: Bambang Priyonoadi

Written by Dr. Brotosari Wednesday, 02 September :18 - Last Updated Wednesday, 28 December :53

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

: Pencegahan dan Perawatan Cedera. Semester IV (Genap) - 16 X Pertemuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok oleh dua tim dengan beranggotakan masing-masing lima orang

CEDERA OLAHRAGA. By : Faidillah Kurniawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil pengindraan atau hasil tahu, setelah orang

Lampiran 1 Lembar permohonan dan persetujuan menjadi talent video

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN CEDERA PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

RUPTUR TENDO ACHILLES

PATOFISIOLOGI CEDERA

Pengantar Cedera Olahraga

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. hingga kehidupan yang berkaitan dengan lingkungan sekitar. Sehat

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

CEDERA OLAHRAGA PADA SENAM DAN UPAYA P3K. Oleh: Dr. Sugeng Purwanto Dosen PJKR FIK UNY

Abstrak. Kata kunci : Cedera perenang, rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan sehari-hari. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan khususnya yaitu olahraga. Olahraga merupakan suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, dimana harus mempunyai kemampuan fungsi yang optimal

LAPORAN PENELITIAN DOSEN (Bidang Keahlian)

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas sehari-hari. Gangguan pada kaki bisa menghambat aktivitasnya.

Penanganan atau pertolongan terhadap cedera Oleh Tri Ani Hastuti

CEDERA PADA PEMAIN SEPAKBOLA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGETAHUAN CEDERA OLAHRAGA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIMED. Nurhayati Simatupang,

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. menaiki tangga, berlari dan berolahraga secara umum dan lain-lain. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangkan kesempatan atlet profesional mendapatkan sumber. olahraga non-kontak yang memerlukan lompatan, perubahan cepat dalam

LAMPIRAN 1. INSTRUMEN PENELITIAN Test of Gross Motor Development 2 (TGMD-2)

Oleh: dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

PERTOLONGAN PERTAMA DAN PERAWATAN CEDERA PADA BELADIRI

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. sepak bola. Karena dengan jump heading pemain bisa melakukan tehnik bertahan

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

BAB I PENDAHULUAN. yang membuat otot tertarik lebih dari pada kapasitas yang dimilikinya. Berbeda

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

BAB I PENDAHULUAN. seperti tarian. Pada saat ini, aerobik mempunyai gerakan yang tersusun, tapi

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan suatu aktivitas yang sangat diperlukan oleh tubuh

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS

Oleh: Agri Fera Endah Setiani dan Bambang Priyonoadi FIK UNY

MAKALAH CEDERA OLAHRAGA


TITIK BERAT DAN STABILITAS (CENTER OF GRAVITY DAN STABILITY)

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS BERMAIN BULUTANGKIS DENGAN KECENDERUNGAN TERKENA TENNIS ELBOW DI GOR BULUTANGKIS DIRGANTARA KARTASURA

ROM (Range Of Motion)

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

KEIATAN BELAJAR SASARAN OLAHRAGA PADA ANAK SEKOLAH DASAR

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Mata Kuliah: PENCEGAHAN, PERAWATAN DAN EVALUASI KEOLAHRAGAAN (POK612) Di Susun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

TERAPI MASSAGE CEDERA OLAHRAGA. Oleh Hendi S Pawaka Andi Suntoda S

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

BAB I PENDAHULUAN. beratnya latihan dan kontak badan antar pemain bertumpu pada fisik. Oleh

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN ERAT DENGAN CEDERA

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. teknik-teknik dasar dan teknik-teknik lanjutan untuk bermain bola voli secara

Sepak Bola. 1. Lapangan dan Peralatan Sepak Bola

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan produktif dibutuhkan status kesehatan yang tinggi dan. peningkatan sistem pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada olahraga bulutangkis terdapat teknik yang seringkali dilakukan untuk memasukkan kok/shuttlecock ke dalam bidang lawan,

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

ROM (Range Of Motion)

SIAPA YANG BERMAIN DAN DIMANA

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

METODE PEMBINAAN KEBUGARAN ATLIT *) Oleh: Eka Swasta Budayati (FIK UNY)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT WORKSHOP PENANGANAN CEDERA OLAHRAGA Oleh: Ali Satia Graha, M.Kes.

BAB I PENDAHULUAN. tua, orang muda, bahkan anak-anak. Banyak diantara anak-anak yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Populasi dan Sampel

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam

Oleh: Bambang Priyonoadi Dosen Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi FIK UNY

Transkripsi:

PENGELOLAAN CEDERA SPRAIN TINGKAT II PADA PERGELANGAN KAKI Oleh: Bambang Priyonoadi Abstrak Pada waktu berolahraga, sering terjadi cedera pada daerah sendi pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki mudah sekali mengalami cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial, lateral, tekanan, dan rotasi. Cedera yang mengenai pada ligamentum disebut Sprain. Pada sendi pergelangan kaki terdapat banyak ligamentum, dan ligamentum tersebut bisa terkena sprain dengan berbagai tingkatan diantaranya tingkat I (terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus), tingkat II (lebih banyak serabut otot dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separoh serabut ligamentum masih utuh), tingkat III (seluruh ligamentum putus sehingga kedua ujungnya terpisah). Cedera Sprain tingkat II pada ligamentum pergelangan kaki kalau tidak segera dikelola dapat berakibat menuju cedera yang lebih berat atau ke tingkat III. Pengelolaan Cedera Sprain Tingkat II Pada Pergelangan Kaki terdiri dari lima fase, yaitu fase I bertujuan Untuk mengontrol pengeluaran darah, pembengkakan, rasa sakit dan kejang. Diperkirakan lama waktu 2-3 hari; fase II Pemeliharaan lanjutan, yaitu dengan semua perlakuan dan segera dilanjutkan dengan latihan; fase III bertujuan untuk memulihkan 50% bebas dari sakit pada waktu bergerak dan memulihkan kekuatan; fase IV bertujuan untuk memulihkan 90% luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM), power, daya tahan, kecepatan dan kelincahan. Lama waktu yang dibutuhkan 1 minggu; dan fase V bertujuan penderita bebas dari gejala dan mempunyai ROM yang baik. Keberhasilan penyembuhan cedera tergantung dari tingkat kedisiplinan, ketekunan, dan kemauan untuk menjalankan urutan perawatan. Kriteria dari sembuh total pada cedera Sprain Tingkat II pergelangan kaki adalah bebas dari kepincangan dalam gerak dan tidak ada pembengkakan, ROM pada pergelangan kaki berfungsi baik dan kekuatan kembali normal, penderita dapat berlari, melompat dan dapat membuat perbaikan gerak yang baik seperti sebelum cedera. Pendahuluan Setiap melakukan aktivitas fisik khususnya berolahraga selalu dihadapkan kemungkinan cedera dan cedera ini akan berdampak pada gangguan aktifitas fisik, psikis, 1

dan prestasi. Salah satu anggota tubuh yang paling sering mengalami cedera adalah pada bagian sendi pergelangan kaki. Cedera ini dapat terjadi karena terkilir secara mendadak ke arah lateral atau medial yang berakibat robeknya serabut ligamentum pada sendi pergelangan kaki (Arnheim, 1985: 473, Peterson, 1990: 341, Brukner, P. dan Khan, K., 1993: 439). Ditiap persendian terdapat serabut-serabut otot yang menghubungkan tulang satu dengan tulang yang lainnya. Serabut otot ini disebut Ligamentum. Cedera yang mengenai pada daerah ligamentum ini sering disebut SPRAIN, sedangkan cedera yang mengenai pada unit musculo tendinous disebut STRAIN. Gambar 1. Anatomi persendian pergelangan kaki dilihat dari sisi lateral (Brukner, P., dan Khan, K., Clinical Sports Medicine., 1993: 439) Gambar 2. Anatomi persendian pergelangan kaki dilihat dari sisi medial (Brukner, P., dan Khan, K., Clinical Sports Medicine., 1993: 439) Walaupun sendi pergelangan kaki merupakan persendian yang tidak begitu besar dalam tubuh, kenyataannya pada sendi pergelangan kaki mudah sekali terserang cedera 2

traumatik. Persendian ini mudah cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial, lateral, tekanan, dan rotasi karena lemahnya otot atau lapisan lemak. Kesemuanya ini terjadi karena adanya perintah gerak untuk merubah secara cepat sedangkan kondisi permukaan tanah tidak memungkinkan, kontak langsung dengan kaki pemain lain juga dapat mengganggu keseimbangan dalam melompat atau mendarat, contoh konkrit sewaktu berolahraga adalah pada permainan basket, voli, bulutangkis, tenis dan sepakbola (Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 442). Cedera pada serabut otot ligamentum (SPRAIN) menurut Sadoso (t.t.:8) dan Brukner & Khan (1993: 12) terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu: 1. Sprain tingkat I. Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. 2. Sprain tingkat II. Pada cedera ini lebih banyak serabut otot dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separoh serabut ligamentum masih utuh. Gambar 3. Sprain tingkat I. Gambar 4. Sprain tingkat II (Dikutip dari Sadoso., Cedera Olahraga di Arena., t.t.: 8; dan Brukner & Khan, Clinical Sports Medicine., 1993: 12) 3

3. Sprain tingkat III. Pada cedera ini seluruh ligamentum putus sehingga kedua ujungnya terpisah. Gambar 5. Sprain tingkat III (Dikutip dari Sadoso., Cedera Olahraga di Arena., t.t.: 8; dan Brukner & Khan, Clinical Sports Medicine., 1993: 12) Pergelangan kaki harus dijaga betul agar terhindar dari kemungkinan cedera, dan andaikan cedera tetap terjadi maka secepat mungkin harus diatasi. Dengan demikian, atlet, pelatih, pembina, guru olahraga, maupun pemerhati olahraga sangat perlu memperoleh beberapa pengetahuan dan keterampilan upaya perawatan cedera pada sendi pergelangan kaki agar dapat melakukan perawatan secara tepat dan cepat. Tulisan ini hanya akan membahas cedera sprain tingkat II pada sendi pergelangan kaki, khususnya tentang mekanisme terjadinya cedera sendi pergelangan kaki, upaya penanganan dini dan pengelolaan cedera trersebut. 4

Pembahasan A. Mekanisme Cedera Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi luar/samping (lateral) atau ke sisi dalam/tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi secara mendadak. Terkilir secara inversi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangan kaki (Arnheim, 1985: 473; Peterson dan Renstrom, 1990: 345-346). Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi sebelah samping yang mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar, pembengkokan dari pergelangan kaki terjadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya dan menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki (Arnheim, 1985: 473). Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi sebelah samping menjadi tertekan atau robek. Gambar 6. Mekanisme cedera sprain pergelangan kaki dengan pola inversi (Arnheim, Modern Principles of Athletic Training., 1985: 473; Peterson dan Renstrom, Sports Injuries: Their Prevention and Treatment., 1990: 344) 5

Biasanya terkilir pada kaki bagian samping meliputi satu atau dua robekan pada serabut ligamentum. Jika satu ligamentum robek, biasanya termasuk juga ligamentum calcaneal fibular akan robek pula (lihat gambar 7b). Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inversi, membuatnya lebih mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah luar/samping. Kebalikannya, kaki yang pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah dalam/tengah secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola sprain pada pergelangan kaki (Arnheim, 1985: 473). Gambar 7. Mekanisme cedera pada pergelangan kaki dengan pola eversi (Arnheim, Modern Principles of Athletic Training., 1985: 473; Peterson dan Renstrom, Sports Injuries: Their Prevention and Treatment., 1990: 348) Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih jarang terjadi daripada cedera sprain dengan pola inversi. Mekanisme yang biasa terjadi adalah olahragawan yang tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di lapangan olahraga 6

menyebabkan kaki tergerak dengan paksa dan menanamkan kaki pada gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini ligamentum anterior tibiofibular, ligamentum interosseous, dan ligamentum deltoid menjadi robek. Dengan perobekan pada ligamentum tersebut menyebabkan talus bergerak secara lateral, terutama mengakibatkan degenerasi pada persendian, dan juga berakibat adanya ruangan abnormal antara medial malleolus dan talus (Arnheim, 1985: 473; Peterson dan Renstrom, 1990: 342-343). Gambar 8. Gambaran ruang abnormal antara medial malleolus dan talus pada cedera sprain pergelangan kaki dengan pola eversi (Arnheim, Modern Principles of Athletic Training., 1985: 473) Kekuatan inversi secara tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai intensitas seperti menyebabkan patah pada kaki bagian bawah. Perputaran yang tidak diharapkan pada ligamentum lateral dapat menyebabkan bagian tulang menjadi avulsi dari malleolus. Satu situasi yang khusus adalah ketika lateral malleolus teravulsi oleh tulang calcaneofibular, 7

dan talus melawan medial malleolus untuk menghasilkan patah yang kedua kalinya. Kejadian ini sering disebut bimalleolar fracture. Gambar 9. Cedera sprain pada pergelangan kaki berakibat patah tulang dikarenakan avulsi (Arnheim, Modern Principles of Athletic Training., 1985: 474) Gejala dan tanda-tanda Setelah cedera, penderita mengeluh sakit tersiksa yang berlebihan pada aspek Anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan di atas sakit keras tersebut hanya di bawah malleolus lateral. Dengan cepat penyebaran terjadi ditempat bengkak yang berlebihan pada daerah pergelangan kaki sisi lateral dan anterior, persamaan tes ditunjukkan adanya ketidakseimbangan. Sinar X diindikasikan tidak patah tulang. Sprain ini akan diklasifikasikan menjadi tingkat II. 8

Pengelolaan Cedera Sprain Tingkat II Pada Pergelangan Kaki Fase I Tujuan: Untuk mengontrol pengeluaran darah, pembengkakan, rasa sakit dan kejang. Diperkirakan lama waktu 2-3 hari. Perawatan: 1. Segera diberi kompres es selama 20 menit secara selang-seling 6-8 kali sehari. 2. Gunakan pembungkus elastis selama jam-jam perawatan dan dengan selalu mengangkat kaki. 3. Kaki di angkat di atas bantal selama tidur. 4. Tongkat ketiak digunakan untuk menghindari penahanan beban sedikitnya selama 3-4 hari atau sampai penderita dapat berjalan tanpa keluhan/pincang. 5. Buka tali ikatan pembungkus elastis, ini diperlukan untuk mengontrol pengeluaran darah selama 2-3 hari. Latihan Rehabilitasi: 1. Memegang jari kaki dan membentangkan jika tidak ditimbulkan sakit selama 10-15 kali setiap jam dijaga, dimulai pada hari kedua setelah cedera. 2. Latihan pemeliharaan seluruh tubuh dengan dituntun 3 kali seminggu, lama kelamaan tidak memberatkan cedera. Fase II Tujuan: Pemeliharaan lanjutan, yaitu dengan semua perlakuan dan segera dilanjutkan dengan latihan. Beri kompres es 5-15 menit, dapat juga dengan masase es selama 7 menit dengan 9

2-3 kali sehari, atau oleskan air dingin (60 90 F), juga bisa dengan mandi contras/mandi arus selama 20 menit atau dengan cara masase bagian atas dan bawah tempat cedera selama 5 menit. Latihan Rehabilitsi: 1. Berjalan dengan tongkat ketiak dilanjutkan dengan menyentuh jari jika penderita tidak mampu berjalan tanpa pincang. 2. Lakukan dengan memegang dan membentangkan jari kaki selama 10-15 kali setiap jam di jaga. Memberi contoh latihan PNF sendi pergelangan kaki 3-4 kali sehari. 3. Latihan pemulihan seluruh tubuh dengan dituntun 3 kali seminggu, bisa dipastikan bahwa lama kelamaan penderita tidak semakin berat cederanya. Fase III Tujuan: Untuk memulihkan 50% bebas dari sakit pada waktu bergerak dan memulihkan kekuatan. Perawatan: Semua perlakuan dilanjutkan dengan latihan. Beri kantong es (ice pack) selama 5-15 menit atau dengan masase es selama 7 menit dan dilakukan 2-3 kali sehari, atau dengan oleskan air dingin 90 100 F selama 10 sampai 15 menit, atau dengan mandi contrast selama 20 menit, juga bisa dengan masase bagian atas dan bawah pada bagian yang cedera selama 5 menit, atau bisa dengan ultrasound 0,5 watt/cm selama 5 menit. Latihan Rehabilitasi: 1. Menghindari latihan yang menimbulkan rasa sakit atau pembengkakan. 10

2. Memutar pergelangan kaki selama 10-15 kali selama 2-3 kali sehari. 3. Tendo Achilles diregangkan di lantai selama 30 detik pada setiap posisi kaki (jari-jari ke dalam, jari-jari ke luar, lurus ke depan, lakukan selama 3-4 kali sehari). 4. Mengangkat jari kaki selama 10 kali, 1-3 set, dilakukan selama 3-4 kali sehari. 5. Bentuk latihan menggunakan handuk atau tube pemijat/pakaian resistensi dengan dikerjakan selama 3-4 kali sehari. 6. Membantu berat badan/beban tubuh antara cedera dan tidak cedera pada pergelangan kaki, gerakan ini dapat dikerjakan selama 20 menit sampai terjadi bebas dari sakit. Kegiatan tersebut dikerjakan selama 2-3 kali sehari. 7. Mengerjakan stretching dengan cara Proprioceptive neurofasilitator (PNF) pada pergelangan kaki dengan dibantu partner/orang lain selama 2-3 kali sehari. 8. Dilanjutkan dengan gerak maju lurus ke depan berjalan dengan langkah pendek, jika tidak dapat dilakukan tanpa pincang. Latihan pemeliharaan pada fase III ini dilaksanakan dengan frekuensi 3 kali seminggu, diharapkan lama kelamaan penderita merasakan cedera yang dialami semakin berkurang rasa sakitnya. Fase IV Tujuan: Untuk memulihkan 90% luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM), power, daya tahan, kecepatan dan kelincahan. Lama waktu yang dibutuhkan 1 minggu. Perawatan: Semua perlakuan segera dilanjutkan dengan latihan. 11

Pemberian kantong es selama 5 menit atau dengan masase es selama 7 menit satu kali sehari, atau dengan oleskan air (whirepool) 100-120 F, atau dengan mandi contrast (contrast bath) selama 20 menit, atau dapat juga dengan ultra sound 0,5 watt/cm selama 5 menit. Latihan Rehabilitasi: 1. Peregangan tendo Achilles menggunakan papan miring selama 30 detik sampai posisi kaki 2-3 kali sehari. 2. Mengangkat jari kaki dengan menggunakan papan miring dan resistensi selama 10 repetisi, 1-3 set dikerjakan 2-3 kali sehari. 3. Tujuan resistensi pada pergelangan kaki adalah untuk memperkuat otot anterior, lateral, dan medial. Dimulai dengan 2 lebius dan dinaikkan sampai 10 lebius selama 1-3 set dikerjakan 2-3 kali sehari. 4. Gunakan papan miring untuk propriosepsi pergelangan kaki mulai dari 1 menit sampai sambil dituntun dan dinaikkan selama 5 menit dikerjakan selama 3 kali sehari. 5. Jalan jogging rutin, lama kelamaan akan bebas dari gejala, dapat dimulai sebagai alternatif jalan-joging-lari-jalan 25 yard lurus ke depan, jogging lurus ke depan 25 yard; dinaikkan untuk jalan 25 yard dalam leter S atau 5 macam 8 S; dinaikkan untuk 8 macam berlari memungkinkan makin cepat; ketika penderita dapat untuk lari 10 macam-8s atau membentuk Z, memungkinkan makin cepat dan dapat lompat ke atas di udara pada kaki cedera 10 kali tanpa pincang. Fase 5 dapat dimulai. 12

Fase V Penderita bebas dari gejala dan mempunyai ROM yang baik. Latihan Rehabilitasi: Dengan perlindungan pada pergelangan kaki oleh pembalut atau dengan membelit dapat mengembalikan penguatan latihan dan melatih ROM agar dapat digunakan lagi seharihari. Kriteria Untuk Sembuh Total 1. Pergelangan kaki bebas dari kepincangan dalam gerak dan tidak ada pembengkakkan. 2. ROM pada pergelangan kaki berfungsi baik dan telah mendapatkan kekuatannya kembali seperti sebelum cedera. 3. Penderita dapat berlari, melompat dan dapat membuat perbaikan gerak yang baik seperti sebelum cedera. Kesimpulan Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Persendian pergelangan kaki mudah sekali terserang cedera, sendi ini tidak mampu melawan kekuatan medial, lateral, penekanan, dan rotasi. Kesemuanya ini terjadi karena lemahnya otot atau lapisan lemak. 2. Cedera sprain tingkat II pada pergelangan kaki biasanya terjadi robekan pada ligamentum anterior talofibular dan pada ligamentum calcaneofibular yang 13

berakibat ketidakstabilan terus menerus sehingga menjadikan perkembangan yang tidak normal. 3. Upaya untuk mengatasi agar cedera sprain tingkat II tidak bertambah parah dan bahkan segera dapat sembuh adalah dengan cara pemberian pengelolaan cedera tersebut melalui beberapa fase. Setiap fase memiliki tujuan, strategi perawatan dan latihan rehabilitasi yang berbeda-beda untuk menuju ke arah kesembuhan. 4. Keberhasilan dalam pengelolaan cedera sehingga cepat sembuh adalah tergantung dari tingkat kedisiplinan, ketekunan, dan kemauan untuk menjalani semua urutan fase perawatan dan latihan rehabilitasi. Daftar Pustaka Arnheim, D.D., (1985). Modern Principles of Athletic Training. United State of America: Times Mirror/Mosby College Publishing. Brukner, P., dan Khan, K., (1993). Clinical Sports Medicine. Australia: Mc.Graw-Hill Book Company. Ellison, dkk, (1986). Athletic Training and Sports Medicine. Illinois: The Academy of Orthopaedic Surgeon. Peterson, L., dan Renstrom, P., (1990). Sports Injuries: Their Prevention and Treatment. London: CIBA-GEIGY. Sadoso, S., (t.t.). Cedera Olahraga di Arena. (t.k.). 14