Studi Perbandingan Beton Ready-Mix Dengan Beton Olah Di Tempat Pada Proyek Pembangunan Ruko Di Kota Banjarbaru

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN PENGGUNAAN DEKING BAJA DAN METODE KONVENSIONAL UNTUK PLAT LANTAI DIPERHITUNGKAN TERHADAP BIAYA, WAKTU DAN METODE PELAKSANAAN

DAFTAR ISI JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

ANALISA WAKTU PENGECORAN PADA LANTAI EMPAT PROYEK GEDUNG SEKOLAH DI SURABAYA

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

HUBUNGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN JEDA WAKTU PENGECORAN

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

Oleh : AGUSTINA DWI ATMAJI NRP DAHNIAR ADE AYU R NRP

Bidang Teknik PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN MUTU BETON

BAB 1 PENDAHULUAN. proyek pembangunan. Hal ini karena beton mempunyai banyak keuntungan lebih

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. alat - alat tertentu sesuai kebutuhan untuk mendukung pembangunan tersebut.

ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT

BAB VII TINJAUAN KHUSUS. (Mass Concrete)

ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT

BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB

DEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR

Kata Kunci : halfslab, plat komposit bondek, metode plat lantai.

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

Proses Kerja Mesin Batching Plant Untuk Pembuatan Komposit Beton Ready Mix Di PT.SCG ReadyMix Indonesia

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) C-41

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

PENGARUH KUAT TEKAN BETON DENGAN PENAMBAHAN SIKAMENT NN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat studi kasus dan analisa, serta perbandingan

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROPORSI HARGA UPAH, BAHAN DAN ALAT PADA ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

BAB IV PERALATAN YANG DIGUNAKAN. Pada setiap pelaksanaan proyek konstruksi, alat-alat menjadi faktor yang sangat

Sri Indah Setiyaningsih, Penghitungan Struktur Beton Dan Perbandingan Perhitungan Biaya Menurut SNI

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PENGARUH PEMAKAIAN AGREGAT KASAR DARI LIMBAH AMP TERHADAP KUAT TEKAN BETON fc 18,5 MPa

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

LAPORAN KERJA PRAKTEK PROYEK APARTEMEN CITY LIGHT CIPUTAT TANGERANG SELATAN

Campuran Beton terhadap Kuat Tekan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. hingga akhir pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini berguna untuk mengetahui

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENGESAHAAN PENDADARAN... PRAKATA... DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. 1.5 Metodologi Penelitian. 1.1 Latar Belakang. Metodologi yang digunakan untuk. Pembangunan sarana fisik di

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

PENGARUH AGREGAT KASAR BATU PECAH BERGRADASI SERAGAM TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

PEMANFAATAN BAMBU DAN KARET TALI TIMBA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TULANGAN BAJA PADA PELAT BETON PRA CETAK

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN ABU TERBANG (FLY ASH ) TERHADAP SIFAT FISIK DAN SIFAT MEKANIK BETON NUR CHOIRI ABSTRAK

ANALISA SATUAN BAHAN PEKERJAAN BEKISTING BETON BERTULANG: STUDI KASUS PADA PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

IV Material. Bab. dan peralatan BAB IV BAHAN. diperoleh. pelaksanaan. Pada proyek. Excavator tanah ke. ditempat lain.

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom

sedangkan harga upah yang diperhitungkan merupakan upah borongan.

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan dan pemenuhan bahan bangunan serta alat kerja pada suatu proyek

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

MIX DESIGN Agregat Halus

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF

Tabel 5.7 Perhitungan Biaya dan Waktu Pondasi Tiang Pancang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan material salah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiansi waktu. Metode manejemen pada abad ke 21 ditandai dengan maraknya

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pengumpulan Data

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB I PENDAHULUAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perencanaan campuran (mix design) yang dipesan oleh konsumen.

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL. Ambassador 2 St.Moritz ini meliputi Peralatan apa saja yang dipakai untuk


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.

Viscocrete Kadar 0 %

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Kuat Tekan Beton yang Menggunakan Pasir Laut sebagai Agregat Halus pada Beberapa Quarry di Kabupaten Fakfak

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB VI BAHAN DAN PERALATAN

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

Transkripsi:

INFO TEKNIK Volume 7 No. 2, Desember 2006 (82 88) Studi Perbandingan Beton Ready-Mix Dengan Beton Olah Di Tempat Pada Proyek Pembangunan Ruko Di Kota Banjarbaru Ulfa Fitriati 1 Abstrak - Penggunaan beton ready-mix pada proyek pembangunan ruko di Kota Banjarbaru mulai banyak bermunculan, namun masih ada yang menggunakan beton olah di tempat. sehingga perlu diteliti mana yang lebih efektif dan efisien, ditinjau dari waktu, biaya, dan pengawasan mutu antara beton readymix dan beton olah di tempat. Pada penelitian ini diambil sampel ruko yang berada di kota Banjarbaru yang menggunakan beton readymix dan masih dalam tahap pengerjaan, untuk mengumpulkan data menggunakan angket, wawancara, dan pengamatan di lapangan. Data-data lain yang diperlukan diperoleh dari instansi pemerintah maupun swasta. Data-data tersebut digunakan untuk menghitung selisih waktu pengecoran, selisih total biaya adukan beton, dan perbandingan pengawasan mutu. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penggunaan beton ready-mix mempercepat waktu pengecoran namun lebih mahal dibandingkan beton olah di tempat. Pengawasan mutu pada pembangunan ruko dengan beton olah di tempat tidak menggunakan slump test dan benda uji, sebaliknya untuk beton readymix Keywords - waktu pengecoran, total biaya adukan beton, slump test Latar Belakang PENDAHULUAN Proyek pembangunan ruko yang merupakan penggabungan dari rumah dan toko dengan tujuan pembangunan sebagai tempat tinggal bagi penghuninya sekaligus sebagai tempat usaha, mempunyai pertumbuhan yang sangat pesat. Proyek pembangunan ruko ini masih menggunakan beton olah di tempat, namun semenjak berdirinya perusahaan yang memproduksi beton ready-mix di Kalimantan Selatan, penggunaan beton ready-mix mulai dikenal dengan berbagai kelebihan yang ditawarkannya. Akan tetapi masih ada beberapa pembangunan ruko yang tidak menggunakan beton ready-mix. Oleh karena itu, perlu kiranya untuk diteliti mana yang lebih efektif dan efisien, yang selama ini belum ada penelitian resmi untuk itu. Sebagaimana dua serangkai ungkapan asing doing the right things (efficient) dan doing things right (effective) yang bukanlah merupakan hal baru bagi pedoman melakukan usaha kegiatan dalam bidang apapun (Soeharto, 1997). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui selisih waktu pengecoran antara beton ready-mix dan beton olah di tempat pada proyek pembangunan ruko di Kota Banjarbaru. 2. Mengetahui selisih total biaya adukan beton antara beton ready-mix dan beton olah di tempat pada proyek pembangunan ruko di Kota Banjarbaru. 3. Membandingkan pengawasan mutu antara beton ready-mix dan beton olah di tempat pada proyek pembangunan ruko di Kota Banjarbaru. 1 ) Staf pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin

83 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 2, Desember 2006 Beton Ready-Mix KAJIAN TEORITIS Ready-mix plant yang pertama kali dibangun pada tahun 1930 di Paris. Namun industri beton ready-mix baru benar-benar dikenal setelah 30 tahun kemudian. (Kincaid, 2003) Beton ready-mix merupakan beton yang dibuat dengan fasilitas industri yang disebut Ready-Mix Plant atau dengan kata lain Batching Plant. Kelebihan beton ready-mix dibandingkan dengan beton olah di tempat antara lain : 1) Kualitas a) Material yang digunakan sangat terikat pada kualitas yang diminta. b) Kontrol kualitas yang ketat dilakukan selama proses pembuatan dan pengiriman. 2) Pelayanan a) Tersedianya armada truk pengaduk beton dalam jumlah besar memungkinkan pengiriman yang terkontrol dan optimal. b) Pelayanan khusus untuk lokasi pelaksanaan proyek yang sulit, berupa pompa, conveyor, pengiriman di malam hari, dan lainlain. 3) Kenyamanan Beton ready-mix dapat langsung dikirim dari pabrik ke lokasi proyek menggunakan truk pengaduk beton (mixer trucks) a) Metode pengiriman dapat disesuaikan dengan keperluan konsumen. b) Penggunaan beton ready-mix menjaga lokasi proyek dari gangguan (kotor, suara, dan lainlain) hingga tingkat minimum. (Kincaid, 2003) Program Mix Design 2003 Program Mix Design 2003 merupakan program komputer perancangan campuran adukan beton normal dengan metode Standar Nasional Indonesia (SK-SNI-T-15-1990-03), metode SNI ini sebenarnya mengacu kepada metode DOE (Departement of Environment) dari kerajaan Inggris yang semula dikembangkan oleh Prof.Tarben.C.Hansen, kemudian telah disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Program Mix Design 2003 adalah program aplikasi yang menggunakan software Microsoft Excel 2000, karena software ini memiliki perantara pemakai yang baik dan komunikatif, dimana program ini adalah hasil karya Galuh T.N. dan Raudhatul J. sebagai tugas akhir pada Fakultas Teknik UNLAM. Uji Statistik Pada umumnya, jika sampel kurang dari 30, pendugaan parameter populasi sebaiknya dilakukan dengan distribusi t. Jika menggunakan untuk menduga parameter x dengan interval keyakinan sebesar 95% sedangkan x (simpangan baku populasi) tidak diketahui, maka interval keyakinannya menjadi : s s P X t ( 0,025,n 1) ) x X t (0,025,n 1) ) 0,95 n n Pengawasan Mutu Berdasarkan PBI 1971 untuk beton mutu K-125, K-175, dan K-225 diharuskan untuk memeriksa kekuatan tekan beton secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Apabila tidak ditentukan lain oleh pengawas ahli, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah lebih besar dari 60 m 3 untuk masing-masing mutu beton, haruslah dibuat 1 benda uji setiap 5 m 3. Apabila kurang dari 60 m 3, maka pembuatan benda uji dapat dilakukan pada interval jumlah pengecoran beton (m 3 ) yang kira-kira sama. Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu kental atau terlalu encer, maka kekentalan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump. Adukan beton untuk pengujian slump harus diambil langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan alat yang tidak menyerap air. Untuk pekerjaan beton pada pelat, balok, kolom dan dinding nilai slump harus berada diantara 7,5 cm sampai 15,0 cm (PBI, 1979). X

Ulfa Fitriati, Studi Perbandingan Beton Ready Mix... 84 Dengan benda uji ini akan dapat dilakukan pengujian kuat tekan. Untuk pengujian ini harus memenuhi syarat bahwa benda uji harus disimpan selama 28 hari dan harus mencapai nilai (kuat tekan) tertentu. Dengan bantuan uji-tekan dapat ditentukan apakah bekisting boleh dibongkar (Sagel, Kole, dan Kusuma, 1997). Pengumpulan Data Data primer METODOLOGI Pengumpulan data primer dilakukan dengan : 1) Mengajukan angket ke beberapa proyek pembangunan ruko yang dijadikan sampel (lampiran 4 halaman). 2) Pengamatan di lapangan (lampiran 6 halaman). 3) Wawancara (lampiran 6 halaman). Data sekunder Pengumpulan data sekunder berupa : 1) Daftar harga beton ready-mix dan biaya concrete pump. 2) Daftar dan gambar rencana ruko. 3) Data agregat. Pengolahan Data Perhitungan campuran adukan beton olah di tempat menggunakan Program Mix Design 2003, karena lebih cepat dan akurat. Perhitungan biaya adukan beton olah di tempat menggunakan harga setempat. Sedangkan beton ready-mix menggunakan standar harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan penyuplai beton ready-mix untuk setiap mutu beton yang digunakan. Uji statistik dilakukan terhadap selisih total biaya adukan beton ready-mix dengan beton olah di tempat, dan terhadap selisih waktu pengecoran beton ready-mix dengan beton olah di tempat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengawasan Mutu Hasil Tes Beton K 225 Umur 28 Hari dapat dilihat pada lampiran 1 Pengolahan Data Dikarenakan pemakaian beton ready-mix hanya pada lantai dan balok, tidak pada kolom, maka pada perhitungan selanjutnya hanya dilakukan untuk lantai dan balok, dimana pengecorannya dilakukan sekaligus. Perhitungan Waktu Pengecoran Rekapitulasi selisih total waktu pengecoran pada sampel ruko 3 tingkat (4 lantai) dapat dilihat pada lampiran 2 Selisih total waktu pengecoran sampel ruko 3 tingkat tersebut dilakukan uji statistik dan didapat rentang selisih total waktu pengecoran ruko 3 tingkat dengan 2 kombinasi penggunaan beton, dimana tingkat keyakinannya 95% adalah 33,573% < x < 41,998%. Perhitungan Total Biaya Adukan Beton Rekapitulasi selisih total biaya addukan beton pada sampel ruko 3 tingkat (4 lantai) dapat dilihat pada lampiran 3 Selisih total biaya adukan beton pada sampel ruko 3 tingkat tersebut dilakukan uji statistik dan didapat rentang selisih total biaya adukan beton ruko 3 tingkat dengan 2 kombinasi penggunaan beton, dimana tingkat keyakinannya 95% adalah 8,072% < x < 8,206%. Pembahasan Tidak digunakannya beton ready-mix pada kolom dikarenakan beberapa hal, antara lain : a. Pihak produsen beton ready-mix masih mempertimbangkan penyuplaian beton ready-mix untuk pengecoran kolom, karena berdasarkan pengalaman pihak produsen beton ready-mix, pengecoran beton menggunakan concrete pump

85 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 2, Desember 2006 mengakibatkan pecahnya bekisting kolom, namun jika dilakukan secara manual akan sangat merugikan karena tertahannya armada mixer truck di satu lokasi proyek. b. Pihak pelaksana proyek (kontraktor) masih mempertimbangkan anggaran biaya untuk pengecoran kolom dengan menggunakan beton ready-mix. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka pembahasan pun dibagi menjadi tiga bagian yaitu waktu, biaya dan mutu dimana pembahasan didasarkan pada hasil pengumpulan dan pengolahan data. a. Waktu Berdasarkan uji statistik terhadap waktu pengecoran diketahui bahwa penggunaan beton ready-mix di lantai 1 dapat menghemat waktu sebesar 66,631% - 76,834%, di lantai 2 sebesar 63,436% - 72,978%, di lantai 3 sebesar 71,036% - 76,488%, dan di lantai dak sebesar 62,710% - 72,412%. Berdasarkan hasil pengolahan data pada grafik hubungan volume dan selisih waktu pengecoran dapat dinyatakan bahwa : 1. Semakin besar volume pekerjaan maka semakin besar pula selisih waktu pengecoran antara beton ready-mix dengan beton olah di tempat. Jadi semakin besar volume pekerjaan pembangunan ruko di Kota Banjarbaru akan semakin banyak waktu yang dapat dihemat jika menggunakan beton ready-mix. 2. Pada volume pekerjaan berkisar 18 m 3 sampai 45 m 3, peningkatan selisih waktu pengecoran terlihat sangat signifikan dengan kelandaian 0,4 sampai 0,7 atau dengan besar sudut 23º sampai 35º. 3. Volume pekerjaan maksimum 96,297 m 3, pengerjaan dengan beton ready-mix hanya memakan waktu ± 1 hari kerja sedangkan menggunakan beton olah di tempat memerlukan waktu hampir 5 hari kerja. Hal ini menunjukkan perbandingan yang sangat mencolok. Berdasarkan selisih total waktu pengecoran pada sampel ruko 3 tingkat antara 2 kombinasi penggunaan beton, dan dilakukan uji statistik diketahui bahwa selisih total waktu pengecoran pada ruko yang menggunakan beton ready-mix pada lantai 2, 3, dan dak, sedangkan lantai 1 menggunakan beton olah di tempat (kombinasi A) terhadap total waktu pengecoran pada ruko yang menggunakan beton ready-mix dari lantai 1 hingga lantai dak (kombinasi B) adalah 34,307% - 41,919%, artinya kombinasi B akan menghemat waktu 34,307% - 41,919% dibandingkan kombinasi A. b. Biaya Berdasarkan hasil pengolahan data biaya adukan beton diketahui bahwa penggunaan beton ready-mix lebih mahal dibandingkan beton olah di tempat, dimana selisih total biaya adukan beton di lantai 1 sebesar 44,308% s.d 45,801%, di lantai 2 sebesar 41,963% s.d 43,365%, di lantai 3 sebesar 42,332% s.d 43,439%, dan di lantai dak sebesar 41,963% s.d 43,365%. Dari grafik hubungan volume dan selisih total biaya adukan beton terlihat bahwa selisih total biaya adukan beton tetap meskipun volume pekerjaan meningkat. Pada mutu beton yang lebih tinggi, selisih total biaya adukan beton lebih kecil. Berdasarkan selisih total biaya adukan beton pada sampel ruko 3 tingkat antara 2 kombinasi penggunaan beton, dan dilakukan uji statistik didapat bahwa penggunaan beton kombinasi B mengakibatkan penambahan total biaya 8,072% s.d 8,206% dibandingkan kombinasi A. c. Mutu Pengawasan mutu pada pembangunan ruko yang menggunakan beton olah di tempat dilakukan dengan cara visualisasi dan berdasarkan pengalaman kerja pelaksana proyek jadi tidak dibuat benda uji dan tidak dilakukan slump test untuk mengontrol adukan beton. Sedangkan untuk pembangunan ruko dengan beton ready-mix pemeriksaan nilai slump dan benda uji dilakukan oleh pihak produsen beton ready-mix, dengan ratarata 1 benda uji setiap 10 m3 adukan baik yang volume pekerjaannya kurang ataupun lebih dari 60 m3, meskipun seharusnya (berdasarkan PBI 1971) untuk pekerjaan beton dengan jumlah lebih besar dari 60 m3 perlu dibuat 1 benda uji setiap 5 m3. Dari

Ulfa Fitriati, Studi Perbandingan Beton Ready Mix... 86 Tabel 4.3 hasil pemeriksaan nilai slump adalah 10 cm dan 11 cm, telah memenuhi syarat PBI 1971 halaman 38 pasal 4.4 (3), dimana nilai slump harus berada diantara 7,5 cm dan 15 cm. Konstruksi telah dapat menerima beban sepenuhnya pada umur 28 hari, karena kekuatannya telah mencapai lebih dari 100%. Sedangkan konstruksi yang menggunakan beton olah di tempat, dimana tidak dibuat benda-benda uji, berdasarkan PBI 1971 bekisting boleh dibongkar setelah berumur 3 minggu, bekisting dapat dibongkar setelah berumur 2 minggu dengan syarat beban yang bekerja tidak akan melebihi 50% dari beban rencana total. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dan mengacu kepada tujuan yang ingin dicapai maka kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Penggunaan beton ready-mix dapat menghemat waktu pengecoran dibandingkan beton olah di tempat. 2. Penggunaan beton ready-mix lebih mahal dibandingkan beton olah di tempat, selisih biaya tersebut stabil meskipun volume pekerjaan meningkat. Bahkan pada mutu beton yang lebih tinggi selisih biayanya lebih kecil. 3. Pengawasan mutu pada pembangunan ruko dengan beton ready-mix menggunakan benda uji dan slump test untuk mengontrol adukan beton. Namun hal ini tidak dilakukan pada pembangunan ruko dengan beton olah di tempat, dimana pengawasan mutu berdasarkan pengalaman kerja pelaksana proyek dan pengontrolan adukan dilakukan secara visualisasi. Saran 1. Perlu ditemukan suatu metode sederhana yang dapat diterapkan di lapangan untuk pengecoran beton ready-mix pada kolom. Karena berdasarkan pengalaman pihak produsen beton ready-mix, pengecoran beton menggunakan concrete pump mengakibatkan pecahnya bekisting kolom, namun jika dilakukan secara manual akan sangat merugikan karena tertahannya armada mixer truck di satu lokasi proyek. 2. Perlu dilakukan studi perbandingan antara beton ready-mix dengan beton pra cetak untuk penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Daftar Harga Adukan Beton SiapPakai 1 m 3 (Rp). 2002. Banjarmasin. PT. Nusantara Jaya Mix. Dajan, Anto. 1986. Pengantar Metode Statistik Jilid II. LP3ES. Jakarta. Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1979. Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Bandung Galuh T.N, Raudhatul J. 2003. Perancangan Campuran Beton Normal dengan Menggunakan Komputer. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Teknik UNLAM. Banjarbaru http://www.lafarge.com/readymix_concrete.ht m, diakses 18 Januari 2004 Ilham, M.H. & Arie D. 1998. Analisis Waktu dan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Lantai Beton Pracetak dengan Cor Setempat pada Proyek Pembangunan Gedung BDN Cabang Banjarmasin. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Teknik UNLAM. Banjarmasin Kincaid, D. 2003. Ordering Ready-Mix Concrete, (Online), (http://www. JLCOnline.com, diakses 20 Oktober 2003)

87 INFO TEKNIK, Volume 7 No. 2, Desember 2006 Penyesuaian Kenaikan Tarif Air Minum bertahap. 2003. Banjarbaru. Perusahaan daerah Air Minum Kabupaten banjar. Sagel, R., Kole, P., & Gideon Kusuma. 1997. Pedoman Pengerjaan Beton Berdasarkan SKSNI.T-15-1991-03 Seri 2. Erlangga. Jakarta Soeharto, Iman. 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Penerbit Erlangga. Jakarta Sudjana. 2000. Metoda Statistika. Edisi Ke-6. Tarsito. Bandung. Lampiran 1. Hasil Tes Beton K 225 Umur 28 Hari Benda Uji 1 2 3 4 5 6 Slump 10 11 10 10 11 11 Berat (kg) 8,3 8,25 8,24 8,28 8,27 8,24 Luas Penampang (cm 2 ) 225 225 225 225 225 225 Beban Max (kg) 570 570 560 580 570 560 Kekuatan Tekan (kg/cm 2 ) 258,4 258,4 253,8 262,9 258,4 253,8 Persentase Kekuatan (%) 114,8 114,8 112,8 116,8 114,8 112,8 Lampiran 2. Rekapitulasi Selisih Total Waktu Pengecoran pada Sampel Ruko 3 Tingkat (4 Lantai) A - B A - B x 100 Mutu Sampel A (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (%) K-200 1 20 27 7 47 27 19 41,717 K-200 2 18 22 6 39 24 16 39,609 K-200 3 23 32 8 55 31 24 43,282 K-225 4 14 15 5 29 18 11 36,404 K-200 6 14 16 5 31 19 11 36,794 K-200 7 11 10 4 20 14 6 29,209 K-200 8 14 16 5 30 19 11 35,962 K-200 10 22 28 7 50 29 21 41,928 Dimana : Total waktu pengecoran beton readymix lantai 2, 3, dan dak Total waktu pengecoran beton olah di tempat pada lantai 1 Total waktu pengecoran beton readymix pada lantai 1 A = Total waktu pengecoran pada ruko yang menggunakan beton ready-mix pada lantai 2, 3, dan dak, sedangkan lantai 1 menggunakan beton olah di tempat B = Total waktu pengecoran pada ruko yang menggunakan beton ready-mix pada lantai 1, 2, 3, dan dak

47 Lampiran 3. Rekapitulasi selisih total biaya adukan beton pada sampel ruko 3 tingkat (4 lantai) Mutu Sampel B - A {(B - A )/B}x 100 (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) K-200 1 91587364 22411102 32616955 113998466 124204319 10205852 8,217 K-200 2 76381085 18303803 26639222 94684888 103020307 8335418 8,091 K-200 3 110293686 27122402 39473746 137416088 149767431 12351344 8,247 K-225 4 52607914 13438767 19293171 66046681 71901084 5854404 8,142 K-200 6 56235460 13781341 20057264 70016801 76292723 6275922 8,226 K-200 7 34166145 8162492 11879631 42328636 46045776 3717139 8,073 K-200 8 55599396 13219640 19239767 68819036 74839163 6020127 8,044 K-200 10 100146947 23924929 34820167 124071875 134967113 10895238 8,073 Dimana : = Total biaya adukan beton ready-mix lantai 2, 3, dan dak = Total biaya adukan beton olah di tempat pada lantai 1 = Total biaya adukan beton ready-mix pada lantai 1 A = Total biaya adukan beton pada ruko yang menggunakan beton ready-mix pada lantai 2, 3, dan dak, sedangkan lantai 1 menggunakan beton olah di tempat B = Total biaya adukan beton pada ruko yang menggunakan beton ready-mix pada lantai 1, 2, 3, dan dak