HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PEMULUNG TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA BALITA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

HUBUNGAN PENGETAHUAN SANTRIWATI TENTANG PENYAKIT SKABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit

HUBUNGAN ANTARA HYGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN SCABIES DI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL MUTTAQIN MIJEN SEMARANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. mandi, handuk, sisir haruslah dihindari (Depkes, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN CIPASUNG KABUPATEN TASIKMALAYA

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, di antaranya adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN MLANGI NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SCABIES PADA SANTRI PUTRA DAN PUTRI DI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sensitisasi ektoparasit yaitu Sarcoptes scabiei varietas hominis. Skabies dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

PENDAHULUAN. Ridha Hidayat

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU PENCATATAN DAN PELAPORAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

Rustantina 1), Dewi Elliana 2) ABSTRAK

Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

BAB I LATAR BELAKANG

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B-0 DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG ALAI TAHUN 2015

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE DI DESA RANOWANGKO KECAMATAN TOMBARIRI KABUPATEN MINAHASA TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh : Januariska Dwi Yanottama Anggitasari J

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA FACTORS INFLUENCES WITH DIARHEA IN THE CHILDREN UNDER FIVE

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

PERILAKU SANTRI DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SKABIES DI PONDOK PESANTREN ULUMU QUR AN STABAT

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEJADIAN SKABIES

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Purbo Tahun 2014 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

Hubungan Antara Personal Hygiene Kulit Dengan Angka Kejadian Scabies Pada Remaja Di Pondok Pesantren Al-Hidayah Ketegan Tanggulangin Sidoarjo

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT PADA ANAK DI KELURAHAN PABBUNDUKANG KECAMATAN PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PEMULUNG TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA BALITA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTA SEMARANG Ifa Nur Azizah Widyah Setiyowati*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespodensi : wiwidwidyah@yahoo.com ABSTRACT According to the MOH, the prevalence of scabies in health centers troughout Indonesia in 2008 was 5,6 % - 12,95% and scabies ranked third of 12 most common skin disease. Prevalence disesase of scabies in 2008 in various slums (wasteland, flats, boarding school) in Semarang reached 5,80%. Scabies morbidity in 2008 primary care level as the city of Semarang is the 1100 case. 14,72% of them occured in toddlers. This Study aims to determine the correlation between mother s knowledge about personal hygiene scavengers with the incidence of scabies in toodler in wasteland of Semarang city. This research is a kind of analytic correlation with cross sectional research design. The population is all the mothers who have toddlers scavengers who live in wasteland of semarang city, sample as many as 30 toddlers. Independent variable (the level of knowledge about personal hygiene scavengers mother) and dependent variable (incidence of scabies in todd lers). Instrument used in this study is a questionnaire and checklist sheets. Data analysis with univariate and bivariate chi square test. The result obteined by respondent who have knoeledge scavengers were 12 mothers (40 %), while toddlers who suffer fro m scabies many as 18 toddlers (60%). There is a correlation betwen maternal knowledge about personal hygine scaverangers with the incidence of scabies in toddlers of test result chi square value of 0,000 obtained ρ (ρ < 0,05) with 95% confidence level is very significant from 1.940 to 25.255. Suggestions are expected communities are able to instill atitudes about personal hygiene, so free from scabies disesase and increase knowledge about the prevention of scabies both health workes and the mass media. Keywords : Knowledge scavengers mother about personal hygiene, scabies in Toddlers CORRELATION BETWEEN MOTHER KNOWLEDGE ABOUT PERSONAL HYGIENE SCAVENGERS WITH THE INCIDENCE OF SCABIES IN TODDLERS AT WASTELAND OF SEMARANG CITY Menurut Depkes RI prevalensi scabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Prevalensi penyakt skabies tahun 2008 di berbagai pemukiman kumuh (TPA, rumah susu n, pondok pesantren) di Semarang mencapai 5,80%. Data kesakitan skabies pada tahun 2008 tingkat puskesmas se- kota Semarang adalah 1100 kasus. 14,72% diantaranya terjadi pada balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian scabies pada balita di pemukiman Bamban Kerep TPA Jatibarang Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen Kota Semarang. Penelitian ini merupakan jenis panelitian analitik korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu pemulung yang mempunyai balita yang tinggal di pemukiman Bamban Kerep TPA Jatibarang kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen. Sample sebanyak 30 balita. Variabel independent (tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene) dan variabel dependen (kejadian scabies pada balita).instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar checklist. Analisa data univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 12 ibu pemulung (40,0%), sedang balita yang menderita skabies sebanyak 18 balita (60%). Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian scabies pada balita dari hasil uji chi square yang diperoleh ρ value 0,000 (ρ < 0,05) dengan tingkat kepercayaan 95% yaitu 1,940-25,255 sangat bermakna. Saran diharapkan masyarakat mampu menanamkan sikap tentang personal hygiene sehingga terbebas dari penyakit scabies dan meningkatkan wawasan tentang pencegahan scabies baik dari tenaga kesehatan maupun dari media massa. Kata Kunci : Pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene, Skabies pada Balita

PENDAHULUAN PHBS adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, dengan tujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Salah satu indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah kebersihan perorangan atau personal hygiene (Darsono, 2003) Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Personal hygiene bertujuan agar manusia dapat memelihara kesehatan diri sendiri, mempertinggi dan memperbaiki nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit. Personal hygiene disini antara lain mencakup kebersihan kulit, kebersihan rambut, perawatan gigi dan mulut, kebersihan tangan, perawatan kuku kaki dan tangan, pemakaian alas kaki, kebersihan pakaian, makanan dan tempat tinggal (Tarwoto, 2003). Masalah personal hygiene merupakan hal yang sehari-hari harus dilakukan, namun kadang masih dianggap kurang penting. Pendapat ini terjadi karena kurangnya sosialisasi akan pentingnya personal hygiene. Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang personal hygiene, membuat perilaku hidup sehat ini sulit diterapkan di masyarakat.

Faktor lain yang membuat personal hygiene tidak diterapkan adalah body image, praktek sosial, status sosial ekonomi, budaya, kebiasaan seorang dan kondisi fisik. Penerapan personal hygiene yang kurang akan memudahkan timbulnya suatu penyakit-penyakit menular. Penyakit-penyakit menular di lingkungan yang sering terjadi akibat dari kurangnya kebersihan diantaranya tuberculosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare, cacingan, dan penyakit kulit (dermatitis, scabies) masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di lingkungan-lingkungan yang kurang hygienenya seperti di Tempat Pembuangan Akhir (Santosa, 2002). Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi oleh kutu Sarcoptes var. hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta dan terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan subyektif sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan, yang penularannya terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung, secara langsung misalnya bersentuhan dengan penderita atau tidak langsung misalnya melalui handuk dan pakaian. Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis, orang Jawa menyebutnya gudig, sedangkan orang Sunda menyebutnya budug. Disamping itu skabies dapat berkembang pada kebersihan perorangan yang jelek, lingkungan yang kurang bersih, demografi status individu (Anies, 2005). Menurut Depkes RI prevalensi scabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.prevalensi penyakt skabies tahun 2008 di berbagai pemukiman kumuh (TPA, rumah susun, pondok pesantren) di Jakarta mencapai 6,20%, di kab Boyolali sebesar 7,36%, di kab Pasuruan sebesar 8,22% dan di Semarang mencapai 5,80% (Siswono,2008).

Data kesakitan skabies pada tahun 2008 tingkat puskesmas se- kota Semarang adalah 1100 kasus. 14,72% diantaranya terjadi pada balita (DKK Semarang, 2008). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu rancangan penelitian yang dalam melakukan pengukuran variabel independent dan variabel dependen diukur pada periode yang sama. Menurut sifat dasar, penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik korelasional, yaitu dengan menghubungkan variabel independent (tingkat penget ahuan ibu pemulung tentang personal hygiene) dan variabel dependen (kejadian scabies pada balita) (Notoatmodjo, 2002). Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu pemulung yang mempunyai balita yang tinggal di pemukiman Bamban Kerep TPA Jatibarang kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen yang banyaknya berjumlah 30 ibu pemulung yang mempunyai balita pada bulan April 2010. Penelitian ini menggunakan metode total sampling, sehingga jumlah populasi merupakan sampel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini populasi dijadikan sampel dengan jumlah sampel sebanyak 30 ibu pemulung yang mempunyai balita. Penelitian ini menggunakan metode total sampling, sehingga jumlah populasi merupakan sampel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini populasi dijadikan sampel dengan jumlah sampel sebanyak 30 ibu pemulung yang mempunyai balita. Dalam analisa ini digunakan chi-square atau fisher exact bila sel yang mengandung expended values < 5 lebih dari 20%. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan terjadinya skabies pada balita. Uji statistic yang digunakan adalah Chie Square dengan P ( Signifikasi ) pada α = 0,05 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Ibu Pemulung tentang Personal Hygiene

Dari hasil penelitian yang dilakukan sebagian besar respoden memiliki tingkat pengetahuan tentang personal hygiene yang kurang yaitu12 (40,0%). No 1 2 3 Tingkat Pengetahuan Frekuensi n % Baik Cukup Kurang 7 11 12 23,3 36,7 40,0 Jumlah 30 100 Rendahnya pengetahuan antara lain dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman, dan usia ( Dalyono, 2005). Pendidikan merupakan pendukung yang penting dalam mendapatkan pengetahuan. Pendidikan akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar ( Santosa, 2002 ). Usia berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki seseorang menuju pada tingkat kematangan intelektualnya. Intelektual seseorang dapat mempercepat proses perkembangan dan pemahaman apabila disertai pendidikan yang tinggi ( Dalyono, 2005 ). Dari hasil penelitian diketahui bahwa 12 (40,0%) responden memiliki tingkat pengetahuan tentang personal hygiene yang kurang. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar responden berpendidikan rendah yaitu SMP sebesar 13 (43,4%), sehingga pengetahuan tentang personal hygiene kurang. Mereka cenderung mempunyai pola pikir yang sederhana, pemahaman yang kurang tentang personal hygiene, serta pengendalian diri yang kurang terhadap penyakit. Usia responden di sini terbanyak 20-30 tahun 20 (66, 7%), tergolong usia yang penyerapannya bagus, tetapi responden memiliki tingkat pendidikan yang rendah, sehingga pemahaman dan kematangan pengetahuan tentang personal hygiene sulit dicapai. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yaitu bahwa sebagian besar respoden memiliki tingkat pengetahuan tentang personal hygiene yang kurang disebabkan karena

sebagian besar responden berpendidikan rendah sehingga penyerapan informasi mengenai personal hygiene kurang. 2. Kejadian Skabies Pada Balita No Kejadian Scabies Frekuensi n % 1 2 Scabies Tidak Scabies 18 12 60,0 40,0 Jumlah 30 100 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pemukiman Bamban Kerep TPA Jatibarang Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian scabies pada balita didapatkan hasil sebagian besar balita 18 (60,0%) menderita scabies. Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi oleh kutu Sarcoptes var. hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel, kadangkadang erosi serta krusta dan terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan subyektif sangat gatal, ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan (Boediardja.S.A, 2003). Menurut Anies (2005), skabies dapat berkembang pada kebersihan perorangan yang kurang, lingkungan yang kurang bersih, demografi, status individu. Dari hasil penelitian diketahui bahwa 18 (60,0%) balita menderita skabies. Hal tersebut terjadi karena responden memiliki kebiasaan kebersihan perorangan yang kurang.lingkungan tempat tinggal responden yang berpenghuni padat (tinggal bersama-sama dalam satu tempat yang relative sempit), serta sanitasi lingkunan yang kurang baik (kepadatan huni rumah dan kelembaban kamar yang kurang memenuhi syarat). Didukung pula oleh pemnyediaan air bersih yang kurang jumlahnya, sehingga untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari menggunakan air sungai.

Kontak diantara mereka baik langsung atau tidak langsung sangat sering terjadi apalagi dilihat dari jumlah penghuni yang padat dengan sarana pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang terbatas sehingga penularannya sangat cepat. Selain itu banyak keluarga yang tidak mengetahui bahwa skabies merupakan penyakit menular. Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yaitu bahwa sebagian besar balita menderita scabies di mana scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan karena kebersihan perorangan yang kurang, lingkungan yang kurang bersih, serta sanitasi lingkungan yang kurang baik. 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Pemulung tentang Personal Hygiene dan Kejadian Scabies pada Balita Tingkat Pengetahuan Kejadian Scabies 95 % Total Nilai p OR Scabies Tdk Scabies C I n % n % n % Lower Upper Kurang 16 100 0 0 16 100 Cukup dan baik 2 14,3 12 85,7 14 100 Jumlah 18 60,0 12 40,0 30 100 0, 000 7,000 1,940 25,255 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pemukiman Bamban Kerep TPA Jatibarang Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian scabies pada balita menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang personal hygiene dengan kejadian scabies. Hal ini didasarkan pada hasil uji chi square yang diperoleh ρ value 0,000 (ρ < 0,05).

Tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang kebersihan perorangan berpengaruh terhadap sikap dan perawatan kebersihan diri anaknya. Seorang ibu pemulung yang tingkat pengetahuannya kurang akan berpengaruh terhadap kesehatan balitanya dalam hal ini penyakit scabies. Pengetahuan yang kurang tentang personal hygiene mempengaruhi perilaku sehari-hari dalam personal hygine sehingga dalam kehidupan sehai-hari tidak memperhatikan perilaku personal hygiene yang baik. Penderita skabies timbul pada pengetahuan yang kurang tentang personal hygiene, selain itu dilihat dari lingkungan yang kurang bersih, ketersediaan air yang kurang jumlahnya, serta sanitasi lingkungan yang kurang,dengan pula perilaku ibu sehingga perawatan pada anak kurang. Kecenderungan ini menimbulkan kasus scabies di tempat ini lebih besar daripada di tempat lain (Santosa, 2005). Kurangnya pengetahuan responden tentang personal hygiene membuat mereka cenderung mempunyai pola pikir yang sederhana sehingga penerapan kebersihan perorangan pada balitapun kurang sesuai antara lain ibu pemulung biasa memandikan anaknya (balita) 1x/hari yaitu sore hari, setelah anak mereka buang air besar (BAB), jarang mencebok anaknya dengan menggunakan sabun, tidak mencuci tangan balita dengan menggunakan sabun, setelah pulang bekerja tanpa mencuci tangan terlebih dahulu langsung memegang anaknya. Ibu Pemulung mencuci rambut balita kadang menggunakan shampoo kadang tidak, biasa membiarkan anaknya keluar rumah tanpa memakai alas kaki. Sabun, handuk, biasa digunakan bergantian dalam anggota keluarga mereka dan biasa mengganti pakaian anaknya hanya 1x/hari. Perilaku ini mudah menimbulkan terjadinya skabies.

Teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu bahwa kurangnya pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene akan menyebabkan balita kebersihannya kurang dan mudah terserang penyakit skabies. SIMPULAN Pada penelitian yang dilakukan di Pemukiman Bamban Kerep TPA Jatibarang Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen mengenai hubungan tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian scabies pada balita, didapatkan hasil sebagai berikut: 1. Tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene termasuk kategori kurang sebanyak 12 (40,0%). 2. Kejadian scabies pada balita sebanyak 18 (60.0%) 3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene dengan kejadian scabies pada balita. Hal ini ditunjukkan pada nilai p value yang diperoleh dengan uji chi square adalah 0,000 (p value < 0,05). KEPUSTAKAAN Abraham. 2002. Hubungan Kebersihan Perorangan Pemulung Dengan Kejadian Cacingan usus di TPA Tompogunung Ungaran. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang. Anies. 2005. Mewaspadai Penyakit Lingkungan. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta Azwar. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Batam : Bina Pustaka Aksara Boediardjo. S. A. 2003. Infeksi Kulit Pada bayi dan Anak. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Darsono. 2003. Pedoman Pembinaan PHBS. Semarang : Pemerintah Propinsi Jateng Dinkes Dep. Kes. RI. 2002. Standar Operasional Klinik Sanitasi Untuk Puskesmas. Jakarta :Dep. Kes. RI

DKK. 2008. Rekapitulasi Tahunan Data Kesakitan Tingkat Puskesmas Se-Kota Semarang. Dinas Pekerjaan Umum Kab. Semarang. 2004. Profil Kegiatan Seksi Kebersihan dan Pengangkutan Penanganan Sampah Kota Kab. Semarang. Semarang : DPU Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Handoko. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI H. J. Mukono. 2002. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press. Harahap. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Penerbit Hipokrates. Istiarti. 2000. Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Kenneth. 2008. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Skabies. Artikel Henny Kartika, 20:13-14 Kusyati, dkk. 2003. Keterampilan dan Prosedur Perawatan Dasar. Semarang : Kilat Press. Nadesul. 2007. Sehat Itu Murah. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Notoatmodjo. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nurcahyo. 2008. Ilmu Kesehatan Jilid 2. Jakarta : Dep.Dik.Nas. Rahman. M, dkk. 2004. Filsafat Ilmu. Semarang : UPT UNNES. Santosa. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Jakarta : Penebar Swadaya. Siswono. 2008. Pedoman umum Program Pemberantasan Penyakit Lingkungan. Jakarta : Dep. Kes. RI Sugiono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta Sugiono. 2005. Statistika Kesehatan. Bandung : CV Alfabeta Syamsur. Adam. 2000. Hygiene Perorangan. Jakarta : Bratara Karya Aksara. Tarwoto. 2003. Kebutuhan dasar Manusia dan Proses Keperwatan. Jakarta : Salemba Medika Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka