BERITA NEGARA. BPJS-KETENAGAKERJAAN. Manfaat. Layanan Tambahan.

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyel

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG INVESTASI SURAT BERHARGA NEGARA BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 256, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5486) sebagaimana telah diubah dengan Perat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS KETENAGAKERJAAN. Pengaduan Peserta. Penanganan. Unit Pengendali Mutu Pelayanan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA. EKONOMI. Jaminan Sosial. Kesehatan. Aset. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5482)

2015, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Ta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2013 TENTANG

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG MODAL AWAL UNTUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 5/POJK.05/2013 TENTANG PENGAWASAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 2. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1993 ten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN HARI TUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724); 2. Peraturan Presi

MENTERIKETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BPJS KETENAGAKERJAAN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2011 TENTANG DANA PERWALIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak As

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

2017, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (L

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA BOROBUDUR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.05/2015 TENTANG TINGKAT SUKU BUNGA DAN PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PMK.07/2015 TENTANG PETA KAPASITAS FISKAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN ISI LAPORAN PENGELOLAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No tentang Biaya Jasa Hukum Notaris untuk Pendirian Perseroan Terbatas bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Presiden Nomor 28 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara

2017, No Cara Pemblokiran dan Pembukaan Pemblokiran Akses Sistem Administrasi Badan Hukum Perseroan Terbatas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setela

LEMBARAN NEGARA. KESRA. Jaminan Sosial. Pengelolaan. Laporan. Bentuk. Isi.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 26/POJK.04/2014 TENTANG. Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2012 TENTANG PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 247/PMK.06/2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /POJK.04/2014 TENTANG RENCANA DAN PENYELENGGARAAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM PERUSAHAAN TERBUKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

2017, No Dampak Sosial Kemasyarakatan dalam rangka Penyediaan Tanah untuk Proyek Strategis Nasional; Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 177, Tam

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

Transkripsi:

No.916, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPJS-KETENAGAKERJAAN. Manfaat. Layanan Tambahan. PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG MANFAAT LAYANAN TAMBAHAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA D I REKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 62 ayat (1) UndangUndang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, PT. Jamsostek (Persero) berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan pada tanggal 1 Januari 2014; b. bahwa berdasarkan Pasal 62 ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero) dialihkan menjadi aset Badan Penyelenggara

2015, No.916 2 Jaminan Sosial Ketenagakerjaan tetap diselenggarakan dalam bentuk Layanan Manfaat Tambahan sampai dengan 30 Juni 2015; c. b a h w a s e s u a i P a s a l 6 2 a y a t ( 3 ) P e r a t u r a n Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan, ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Manfaat Layanan Tambah an sebagaimana dimaksud huruf b diatur dengan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468); 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 84 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 229, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5472); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 256, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5486); 6. Keputusan Presiden Nomor 161/M Tahun 2013 tentang Pengangkatan Dewan Komisaris dan Direksi FT Jamsostek (Persero) menjadi Dewan Pengawas dan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan;

3 2015, No.916 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN TENTANG MANFAAT LAYANAN TAMBAHAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalarn Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Manfaat Layanan Tambahan yang selanjutnya disebut dengan "MLT" adalah pemberian manfaat yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan dan/atau keluarganya dan membantu badan/unit usaha yang mempunyai keterkaitan langsung dengan peningkatan kesejahteraan peserta. 2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang selanjutnya disebut BPJS Ketenagakerjaan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian. 3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Pasal 2 (1) Kegiatan MLT merupakan pengalihan dari aset dan liabilitas Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta yang sebelumnya dikelola oleh PT Jamsostek (Persero). (2) Kegiatan MLT tidak dimaksudkan untuk memupuk keuntungan, sehingga pengelolaan keuangannya berpedoman kepada ketentuan-ketentuan pengelolaan nirlaba. (3) Tata cara dan persyaratan peserta penyaluran dana MLT akan diatur le bih lanjut dalam Ke putusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 3 (1) Maksud penyelenggaraan MLT adalah untuk meningkatkan kesejahteraan peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan dan atau keluarganya melalui berbagai jenis manfaat seperti dijelaskan pada Peraturan Badan ini.

2015, No.916 4 (2) Tujuan penyelenggaraan MLT adalah untuk : a. Memperluas peranan BPJS Ketenagakerjaan dalam memberikan manfaat layanan tambahan untuk meningkatkan kesejahteraan peserta jaminan sosial ketenagakerjaan; b. Mendorong upaya peningkatan perluasan kepesertaan Program jaminan sosial ketenagakerjaan; dan c. Meningkatkan citra BPJS Ketenagakerjaan selaku Badan Penyelenggara. BAB III PENGELOLAAN DANA Pasal 4 MLT dihimpun sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu bersumber dari: a. pengalihan aset Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta yang sebelumnya dikelola oleh PT Jamsostek (Persero); b. bagian surplus BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; Pasal 5 Kegiatan MLT diperuntukkan bagi peningkatan kesejahteraan peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan, dan bila diperlukan dapat bekerjasama dengan pihak lain. BAB IV SIFAT DAN KOMPOSISI PENYALURAN Pasal 6 (1) Sifat penyaluran MLT dibagi 2 (dua) yaitu: a. Bergulir; dan b. Tidak Bergulir (Hibah). (2) Alokasi anggaran MLT dalam setiap periode tahun berjalan adalah: a. Minimal 70% (tujuh puluh persen) dialokasikan untuk Dana Bergulir; dan b. Maksimal 30% (tiga puluh persen) dialokasikan untuk Dana Tidak Bergulir (Hibah). (3) Alokasi anggaran MLT sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini dapat diubah dengan persetujuan Direksi BPJS

5 2015, No.916 Ketenagakerjaan setelah mendapat rekomendasi Dewan Pengawas. (4) Sisa dana MLT yang belum disalurkan, harus dikelola secara hati-hati dan diusahakan memperoleh hasil yang optimal. Pasal 7 (1) MLT Bergulir merupakan bagian MLT yang dialokasikan untuk: a. Pemberian Pinjaman; dan b. Sarana Kesejahteraan Peserta. (2) Jenis-jenis Pinjaman sebagaimana dimaksud ayat (1) humf a Pasal ini yang dapat diberikan adalah: a. Pinjaman Perumahan bagi peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan diprioritaskan bagi kepemilikan rumah sederhana; b. Pinjaman kepemilikan sarana transportasi bagi peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan untuk mobilitas tenaga kerja; c. Pinjaman dana kepada Koperasi Tenaga Kerja peserta program jaminan sosial ketenagakerjaan; d. Pinjaman kepada penyedia (provider) bidang jasa pelayanan kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan; dan e. Pinjaman dana pendidikan bagi tenaga kerja peserta jaminan sosial ketenagakerjaan atau anak tenaga kerja peserta jaminan sosial ketenagakerjaan. (3) Jasa administrasi atas pinjaman sebagaimana ayat (2) Pasal ini baik yang diberikan langsung oleh BPJS Ketenagakerjaan atau melalui kerjasama dengan pihak lain sebesar 6% (enam persen) efektif pertahun atau setara dan dapat ditinjau sesuai perkembangan yang ada oleh Direksi BPJS Ketenagakerjaan dengan persetujuan Dewan Pengawas. (4) Jenis Sarana Kesejahteraan Peserta sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b Pasal ini adalah : a. Sarana Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa); b. Sarana Pelayanan Kesehatan; c. Rumah Sakit Pekerja; atau d. Sarana Kesejahteraan Peserta lairmya yang dianggap perlu dengan persetujuan Dewan Pengawas atas usul Direksi BPJS

2015, No.916 6 Ketenagakerjaan. (5) Pelaksanaan pemberian pinjaman dan penyediaan Sarana Kesejahteraan Peserta hams diikat dengan perjanjian yang sah. (6) Dalam hal pengelolaan Sarana Kesejahteraan Peserta yang dikelola melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan prinsip saling menguntungkan dan hams diikat dengan perjanjian. Pasal 8 (1) MLT Tidak Bergulir (Hibah) merupakan bagian MLT yang dialokasikan untuk: a. Bantuan Kesehatan; b. Bantuan Pendidikan dan atau Pelatihan; c. Bantuan keuangan akibat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK); d. Bantuan Administrasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR); dan e. Bantuan Peningkatan Mutu Manajemen Pengelola Dana Bergulir. (2) Bantuan Kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a Pasal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, berupa: a. Bantuan untuk membangun / merehabilitasi / merenovasi ruangan perawatan Rumah Sakit dan Klinik Kesehatan Trauma Center; b. Bantuan mobil ambulance kepada Rumah Sakit Trauma Center, c. Bantuan mobil ambulance untuk kepentingan peserta jaminan sosial ketenagakerjaan kepada pengelola kawasan industri; d. Bantuan peralatan medis dan atau non medis kepada Rumah Sakit dan Klinik Kesehatan Trauma Center, dan e. Bantuan Pelayanan dan atau Konsultasi Kesehatan CumaCuma. (3) Pemberian bantuan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d Pasal ini dapat dilakukan dengan syarat telah bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan dan memperhatikan kebutuhan dan kemanfaatannya. (4) Bantuan Pendidikan dan / atau Pelatihan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b Pasal ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan, berupa: a. Bantuan Beasiswa kepada anak berprestasi dan tenaga kerja peserta jaminan sosial ketenagakerjaan; b. Bantuan Pelatihan bagi tenaga kerja peserta jaminan sosial ketenagakerjaan; atau c. Bantuan kepada Lembaga Pelatihan Tenaga Kerja untuk

7 2015, No.916 merehabilitasi/merenovasi ruangan atau asrama atau menambah peralatan latihan. (5) Bantuan PHK sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c Pasal ini dimaksudkan untuk membantu pekerja Peserta Program jaminan sosial ketenagakerjaan yang mengalami PHK, namun bukan merupakan hak mutlak peserta jaminan sosial ketenagakerjaan. (6) Bantuan Administrasi KPR sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d Pasal ini dimaksudkan untuk membantu pekerja Peserta Program jaminan sosial ketenagakerjaan dalam hal pengurusan Kredit Pemilikan Rumah pada Bank/Lembaga Pembiayaan. (7) Bantuan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tidak dapat diberikan dalam bentuk uang tunai (fresh money) kecuali untuk Bantuan Beasiswa, Bantuan PHK dan Administrasi KPR. (8) Penggunaan MLT untuk bidang lainnya hanya dapat dilaksanakan setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan. (9) Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini diberikan sesuai dengan ketersediaan anggaran. BAB V BEBAN OPERASIONAL Pasal 9 (1) Beban operasional yang berkaitan dengan pelaksanaan MLT dibebankan sebagai beban operasional MLT yang terdiri dari: a. Beban Survei; b. Beban Penagihan; c. Beban Pembinaan; dan d. Beban Umum dan Administrasi. (2) Beban operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini maksimal sebesar 3% (tiga persen) dari penyaluran MLT tahun berjalan. Nilai ini tidak termasuk beban penyisihan pinjaman dan beban penyusutan/ amortisasi yang ditetapkan secara akrual. (3) Beban lainnya di luar ketentuan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini harus mendapat persetujuan Direksi BPJS Ketenagakerjaan dengan rekomendasi Dewan Pengawas baik melalui mekanisme penetapan Rencana Kerja Anggaran Tahunan maupun mekanisme lain yang sah menurut ketentuan. (4) Beban lainnya sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini antara lain beban pengelolaan dan pemeliharaan Sarana Kesejahteraan Peserta

2015, No.916 8 selain beban penyusutan dan amortisasi aset yang ditetapkan secara akrual. BAB VI PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 10 (1) MLT dibukukan secara terpisah dan dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Konsolidasian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan sampai dengan 30 Juni 2015 dengan berpedoman kepada Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. (2) Direksi wajib menyampaikan laporan manajemen MLT secara periodik dalam laporan manajemen BPJS Ketenagakerjaan. (3) Laporan Manajemen MLT terdiri atas: a. Laporan Operasional MLT; dan b. Laporan Keuangan MLT. (4) Laporan Operasional MLT harus memuat : a. Evaluasi Amanat Dewan Pengawas; b. Evaluasi Rencana Kerja; c. Evaluasi Sumber Dana; d. Evaluasi Penggunaan Dana; e. Evaluasi Biaya Operasional; f. Evaluasi Tingkat Kolektibilitas; dan g. Evaluasi Kinerja Pengelolaan. (5) Laporan Keuangan MLT wajib diperiksa (diaudit) untuk setiap tahun buku oleh Auditor Independen yang melakukan audit Laporan Keuangan BPJS Ketenagakerjaan. BAB VII PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN (RKAT) DAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN Pasal 11 (1) Prosedur penyusunan dan pengesahan RKAT dan Laporan Keuangan MLT bersamaan dengan RKAT dan Laporan Keuangan BPJS Ketenagakerjaan. (2) Pengesahan RKAT dan Laporan Keuangan Tahunan MLT dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BPJS Ketenagakerjaan.

9 2015, No.916 BAB VIII KETENTUAN LAIN Pasal 12 Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan melakukan pengawasan atas pengelolaan MLT. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Mulai 1 Juli 2015 program MLT diintegrasikan ke dalam manfaat program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, atau Jaminan Had Tua dan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua. Pasal 14 Peraturan Badan ini berlaku pada tanggal 24 Desember 2014. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 2015 Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Desember 2014 DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN, ttd ELVYN G. MASASSYA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd YASONNA H. LAOLY