PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh : Pandapotan Sianipar Kepala Seksi Pengawasan Usaha P3 Wilayah Timur Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan LATAR BELAKANG Dalam era perdagangan bebas telah terjadi peningkatan arus barang keluar masuk ke dalam/dari Wilayah Negara Republik Indonesia. Implementasi ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA) yang dimulai 1 Januari 2010 berdampak banjirnya ikan impor yang berasal dari China di beberapa tempat pemasukan dan wilayah perbatasan seperti Belawan, Batam, Tanjung Priok, dan lain-lain. Ikan impor lebih murah dari ikan lokal, sehingga mematikan usaha perikanan tangkap, usaha perikanan budidaya, dan usaha pengolahan hasil perikanan nasional. Beberapa ikan impor mengandung bahan tambahan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Ditjen P2HP telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 46/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia untuk meningkatkan pengendalian pemasukan ikan impor ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Dengan latar belakang hal ini, maka Ditjen PSDKP perlu mengimplementasikan kebijakan peningkatan dan pengembangan pengawasan pemasukan dan distribusi hasil perikanan. DASAR HUKUM Dasar hukum implementasi pengawasan pemasukan dan distribusi ikan impor adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Ikan, Hewan dan Tumbuhan; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan; 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Perdagangan; 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan; 8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara RI sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2006; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.04/MEN/2006 tentang Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 11. Peraturan Menteri Nomor PER.05/MEN/2005 tentang Tindakan Karantina Ikan untuk Pengeluaran Media Pembawa HPIK; 12. Peraturan Menteri Nomor PER.04/MEN/2006 tentang Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; 13. Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Usaha Perikanan Budidaya; 14. Peraturan Menteri Nomor PER.19/MEN/2010 tentang Pengendalian Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan; 15. Peraturan Menteri Nomor PER.12/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Laut Lepas; 16. Peraturan Menteri Nomor PER.13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan; 17. Peraturan Menteri Nomor PER.30/MEN/2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Nomor 26/MEN/2013; 18. Peraturan Menteri Nomor 32/PERMEN-KP/2013 tentang Larangan Pemasukan Udang dan Pakan Alami dari Negara dan/atau Negara Transit yang Terkena Wabah Early Mortality Syndrome atau Acute Hepatopan Creatic Ne Crosis Disease; 19. Keputusan Menteri Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi; 20. Peraturan Menteri Nomor 5/PERMEN-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN); 21. Keputusan Menteri Nomor 8/KEPMEN-KP/2014 tentang Pemberlakukan Penerapan Standar Nasional Indonesia Produk Perikanan;
22. Peraturan Menteri Nomor 46/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. PELANGGARAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR Beberapa pelanggaran pemasukan dan distribusi ikan impor adalah sebagai berikut : a. Masuk secara illegal tanpa ijin dan tidak membayar bea masuk, b. Ikan impor yang masuk mengandung formalin yang dapat membahayakan kesehatan manusia; c. Jenis ikan yang masuk tidak sesuai dengan jenis ikan yang ada dalam ijin yang diberikan; d. Ikan impor berasal dari kegiatan IUU fishing di laut lepas atau perairan jurisdiksi negara lain, sehingga membuat citra yang tidak baik bagi pemasaran produk perikanan Indonesia di pasar internasional; e. Penyimpangan distribusi ikan impor tidak sesuai peruntukannya atau bocor ke pasar tradisional; f. Ikan impor yang masuk melebihi kuota yang diberikan; g. Ikan impor didistribusikan ke luar provinsi. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 46/PERMEN- KP/2014 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Dengan latar belakang pelanggaran pemasukan ikan impor dan untuk meningkatkan pengendalian pemasukan ikan impor, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal ini Ditjen P2HP menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 46/PERMEN-KP/2014 tentang Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Beberapa ketentuan dalam peraturan menteri ini adalah sebagai berikut : 1. Pada Pasal 5 ayat (5), persyaratan pemasukan ikan untuk diekspor ke Uni Eropa telah ditambahkan bebas dari kegiatan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing yang ditunjukkan dengan Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan (Catch Certificate) dari otoritas yang berwenang di negara asal. 2. Pada Pasal 18 ditetapkan bahwa tempat pemasukan hasil perikanan adalah sebagai berikut : a. Pelabuhan laut, meliputi:
Belawan di Medan; Tanjung Priok di Jakarta; Tanjung Emas di Semarang; Tanjung Perak di Surabaya; Pelabuhan Batu Ampar di Batam; Soekarno Hatta di Makassar; dan Tanjung Wangi di Banyuwangi b. Seluruh pelabuhan udara internasional; dan/atau c. Pos pemeriksaan lintas batas, meliputi : Entikong; dan Merauke HAMBATAN DALAM PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR Beberapa hambatan dalam pengawasan pemasukan dan distribusi ikan impor adalah sebagai berikut : a. Koordinasi pengawasan antara Pengawas Perikanan, Petugas Bea Cukai, dan Petugas Karantina Ikan, serta Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi belum berjalan dengan baik untuk pemantauan pemasukan ikan impor ke tempat pemasukan sebagai area kepabeanan, pemeriksaan kesahan pemasukan ikan impor, pengeluaran dari tempat pemasukan, pemasukan ke instalasi karantina ikan, pemeriksaan mutu dan keamanan ikan impor, serta pengawasan pendistribusiannya sesuai peruntukannya; b. Salinan atau tembusan dokumen terkait pemasukan ikan impor dari instansi/unit kerja terkait terlambat diterima atau tidak diterima Ditjen PSDKP atau UPT PSDKP di lapangan. Data terkait Surat Persetujuan Pengeluaran Barang, Surat Persetujuan Pengeluaran Media Pembawa dari Tempat Pemasukan, dan Surat Pelepasan terlambat atau tidak dapat didistribusikan tepat waktu ke UPT PSDKP untuk pemantauan pemasukan dan pengawasan distribusi ikan impor; c. Belum adanya sharing data terkait impor ikan antar instansi unit kerja terkait. Hambatan-hambatan di atas mengakibatkan Pengawas Perikanan UPT PSDKP tidak mengetahui adanya pemasukan dan distribusi ikan impor. Pengawas Perikanan mengetahui adanya pemasukan dan distribusi ikan impor setelah ikan impor didistribusikan atau bocor ke pasar tradisional.
KEBIJAKAN PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN Untuk mengatasi hal-hal di atas, maka Ditjen PSDKP perlu mengimplementasikan kebijakan peningkatan dan pengembangan pengawasan untuk mengendalikan pemasukan dan distribusi ikan impor dan memproteksi masyarakat Indonesia, usaha perikanan tangkap, perikanan budidaya, dan pengolahan hasil perikanan nasional. Peningkatan pengawasan disesuaikan dengan peningkatan ketentuan di dalam Peraturan Menteri Nomor 46/PERMEN- KP/2014 dan pengembangan pengawasan disesuaikan dengan penambahan tempat pemasukan yang ditentukan. STRATEGI PENGAWASAN Dalam rangka mengimplementasikan kebijakan di atas, maka Ditjen PSDKP mengimplementasikan beberapa strategi sebagai berikut: a. Membentuk Satuan Kerja atau Pos PSDKP lainnya di tempat-tempat pemasukan yang ditetapkan, seperti Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Pelabuhan Tanjung Wangi di Banyuwangi, Pos Pemeriksaan Merauke, dan lain-lainnya; b. Menempatkan Pengawas Perikanan dari UPT atau Satuan Kerja PSDKP terdekat ke Satuan Kerja atau Pos PSDKP tersebut untuk melaksanakan pemantauan pemasukan ikan impor dan pengawasan distribusinya; c. Pengawas Perikanan meningkatkan koordinasi dengan petugas instansi terkait seperti Petugas Bea Cukai, Petugas Karantina Ikan, serta Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi untuk pemantauan pemantauan ikan impor dan pengawasan distribusinya; d. Melakukan sharing data dengan instansi/unit kerja terkait; e. Menyusun Petunjuk Teknis tentang Pemantauan Pemasukan Ikan Impor dan Pengawasan Distribusinya sesuai dengan ketentuan di dalam Peraturan Menteri Nomor 46/PERMEN-KP/2014 sebagai petunjuk atau panduan bagi Pengawas Perikanan di UPT PSDKP dalam pemantauan pemasukan ikan impor ke tempat pemasukan, pemasukan ke Instalasi Karantina Ikan, pengawasan distribusinya, serta menangani pelanggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dalam bidang perikanan yang berlaku; f. Menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memperoleh dukungan dari Petugas Bea Cukai, Petugas Karantina Ikan, serta Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi.
g. Membentuk Tim Pengawasan Pemasukan dan Distribusi Ikan Impor Terpadu yang melibatkan Pengawas Perikanan, Petugas Bea Cukai, Petugas Karantina Ikan, dan Petugas Dinas Kelautan dan Perikanan. PENUTUP Demikian disampaikan tulisan ini. Setiap ada pengembangan kebijakan perikanan untuk mengendalikan usaha perikanan, maka Ditjen PSDKP perlu meningkatkan dan mengembangkan pengawasan agar dapat mendukungnya dengan baik. Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua.