BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak adalah bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. b) Perkembangan kemampuan kapasitas aerobikpada anak laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi telah menembus setiap aspek kehidupan. Olahraga tidak

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga panjat dinding atau yang lebih dikenal dengan climbing

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola voli dalam perkembangan di zaman modern ini semakin

KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KECEPATAN TERHADAP KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

Cara Meningkatkan Kebugaran Jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun 2014

SKRIPSI. Oleh : MURYANTO NPM : PROGAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

SKRIPSI. Oleh : DWI SUSILO NPM

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia) dan Polri (Polisi Republik Indonesia) sebagai intinya (Sumarsono,

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

2016 HUBUNGAN KEKUATAN OTOT PERUT DAN POWER TUNGKAI TERHADAP WAKTU PEMBALIKAN RENANG GAYA BEBAS 100 METER

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

BAB I PENDAHULUAN. Atletik dalam perkembangan di zaman modern ini semakin dapat diterima

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan kondisi fisik merupakan syarat mutlak untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. smash, dimana hal yang mempengaruhi kemampuan smash adalah power otot

BAB I PENDAHULUAN. modern yang memahami betul akan pentingnya kesehatan dalam. menunjang berbagai aktivitas dan penampilan (performance) mereka.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu sarana dalam pembangunan bangsa, khususnya pembangunan dalam bidang jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK DI SDN SUKARASA BANDUNG

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya peningkatan kesehatan jasmani seluruh masyarakat, pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu dari banyak cabang olahraga yang paling

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu proses transfer falsafah dan sistem nilai,

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

105 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang dilakukan, penelitian ini memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia olahraga yang sedang naik daun/yang sedang menjadi favorite

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adli Hakama, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. Futsal mengasah teknik pemain 2. Futsal mengasah fisik pemain 3. Futsal mengasah pengetahuan taktis pemain 4. Futsal mengasah mental pemain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

GENERAL FITNESS TRAINING

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH LATIHAN FORMASI BERPUSAT TERHADAP KETERAMPILAN SERVIS SEPAK TAKRAW

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Psikologi Olahraga, Filsafat Olahraga serta banyak lagi ilmu yang lainnya.

PENGARUH METODE LATIHAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP KELINCAHAN

EFFECT OF WRIST COORDINATION AND MUSCLE POWER ARM BELOW SHOULDER OF THE PASSING ABILITY MEN S VOLLEYBALL TEAM SMK MUHAMMADIYAH 3 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga. Olahraga adalah suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. tahan aerobik yang baik diperlukan tingkat VO 2 max yang tinggi. Banyak faktor

I., PENDAHULUAN. merupakan terjemahan langsung dari bahasa Inggris Gymnastics. Kata gymnastics menurut Hidayat (1995:27), dipakai untuk menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

SKRIPSI Diajuakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan fisik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Kemampuan fisik ini mempengaruh performa gerak individu yang akan bermuara pada pencapaian prestasi olahraga. Menurut Drowatzky (1981 : 34) menyatakan bahwa unsur-unsur kondisi fisik adalah kekuatan (strength), daya tahan (endurance), waktu reaksi (Reaction time), Koordinasi (Coordination), Keseimbangan (Balance), Kecepatan (Speed), Kelincahan (Agility) dan Fleksibilitas. Dari indikator kondisi fisik tersebut kurang diperhatikan oleh individu, guru maupun pelatih dalam kehidupan sehari-hari, pembelajaran pendidikan jasmani, pembibitan serta pembinaan atlet terutama atlet usia adolesensi. Kondisi fisik yang terdiri dari kekuatan, daya tahan, waktu reaksi, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, kelincahan dan fleksibilitas penting untuk diketahui perkembangannya pada setiap jenjang usia khusus pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun. Agar tercapai prestasi olahraga maka diperlukan perhatian yang khusus yaitu, kekuatan dan ketahanan aerobik. Kekuatan sebagai dasar untuk performa gerak yang dapat menjadi faktor tunggal yang paling penting dalam performa gerak, sebab hampir semua performa yang hebat tergantung pada kemampuan memakai kekuatan yang besar untuk melawan tahanan, kekuatan yang ditingkatkan sering menyokong performa yang lebih baik. Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, kekuatan maksimal (maximal stength), daya tahan kekuatan (strength endurance) dan kekuatan kecepatan (power). Dalam hali ini ditekankan pada kekuatan kecepatan atau power, khususnya kekuatan otot tungkai dan kekuatan otot lengan. Kekuatan otot tungkai dan otot lengan ini perlu diperhatikan dalam pencapaian performa gerak maupun prestasi olahraga karena kekuatan otot tungkai dan lengan merupakan kekuatan otot yang menopang sebagian besar berat badan dan alat gerak akfif tubuh manusia. Tanpa commit kekuatan to otot user tungkai yang baik manusia tidak 1

2 akan bisa berdiri, berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu yang lama dan akan mudah lelah. Kondisi seperti ini sudah terjadi pada kehidupan sekarang ini. Aktivitas manusia yang hidup di zaman modern dan serba canggih ini mengakibatkan manusia malas untuk melakukan aktivitas fisik. Mereka lebih suka menggunakan alat-alat modern dan canggih untuk membantu melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya dahulu untuk menuju ke gedung bertingkat harus berjalan menaiki tangga tetapi sekarang lebih suka menggunakan lift dan eskalator. Dengan berjalan menaiki tangga tanpa disadari akan melatih kekuatan otot tungkai sedangkan apabila sering menggunakan lift atau eskalator maka otot tungkai tidak terlatih dan tidak akan berkembang dengan baik. Akibatnya kaki akan mudah lelah. Penggunaan alat-alat modern seperti lift ini tidaklah salah, karena dengan adanya alat itu akan memudahkan manusia untuk menuju ke lantai gedung yang tinggi, yang tidak dianjurkan adalah apabila naik lift atau turun lift yang jarak lantainya berdekatan, sebaiknya kalau naik atau turun satu lantai lebih baik menggunakan tangga. Sehingga dapat melatih kekuatan otot tungkai sekaligus menghemat energi. Fenomena lain terjadi pada siswa di sekolah khususnya masa adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun atau jenjang SMP dan SMA, keengganan, kemalasan dan ketidaksukaan sebagian siswa dalam mengikuti pelajaran Penjas memberi sumbangan yang cukup signifikan dalam perkembangan kekuatan otot tungkai. Ada siswa yang hanya duduk-duduk, bicara dengan temannya waktu pelajaran penjas memberi dampak negatif. Sehingga menjadikan kemampuan kekuatan otot tungkai siswa menjadi rendah dan mengakibatkan performa gerak serta prestasi olahraga menjadi kurang maksimal. Maka perlu diketahui perkembangan kemampuan kekuatan otot tungkai pada adolesensi khusunya sebagai bahan evaluasi. Kemampuan fisik yang terakhir adalah ketahanan cardiovaskuler, merupakan salah satu kemampuan fisik yang diperlukan untuk semua aktivitas karena ketahanan cardiovaskuler merupakan kemampuan jantung dan paru-paru untuk berfungsi secara maksimal, untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen secara maksimal. Oleh karena itu penting untuk mengetahui

3 perkembangan ketahanan cardiovaskuler dari waktu ke waktu sebagai upaya evaluasi performa gerak dan evaluasi pencapaian prestasi olahraga. Pada usia adolesensi 13 sampai 18 tahun keinginan melakukan aktivitas fisik berkembang pesat, hal ini memberikan kemungkinan untuk meningkatkan kualitas kemampuan gerak menjadi lebih baik dengan anak mulai mengikuti berbagai macam aktivitas olahraga yang biasa dilakukan orang dewasa. Melihat pertumbuhan dan perkembangan adolesensi, identifikasi bakat olahraga, performa gerak merupakan syarat mutlak untuk penampilan yang optimal. Performa gerak ditunjang oleh karakteristik dan kapasitas kerja fisik yang baik sehingga penampilan secara umum meningkat. Masing-masing cabang olahraga memiliki gerak yang berbeda-beda. Hal ini berkorelasi dengan karakteristik fisik yang diperlukan untuk cabang-cabang tersebut, basket, voli, bulu tangkis dan banyak lagi olahraga lain yang berhubungan dengan ketinggian memerlukan karakteristik fisik yang tinggi dengan lengan dan tungkai panjang, sedangkan gulat dan senam memerlukan orang yang karakteristik fisiknya pendek. Sedangkan perbedaan gender atau jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik. Perbandingan antara lakilaki dan perempuan sebagai berikut, tinggi badan perempuan bertambah sampai umur 16 tahunan, laki-laki sampai 18 tahunan. Pada umur 10 tahun 6 bulan, memasuki masa pertumbuhan pesat adolesensi, dua tahun lebih cepat dibanding laki-laki (Haywood Kathleen M, 1986 : 22). Dengan mengetahui perbedaan perkembangan antara laki-laki dengan perempuan maka guru penjas atau pelatih bisa menyesuaikan porsi latihan atau program latihan yang tepat pada setiap jenjang usia, yang mana setiap jenjang usia memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Sehingga diharapkan dapat membantu dalam pencapaian prestasi olahraga. Faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan gerak, lingkungan tempat tinggal seperti temperatur, iklim dan ketinggian tempat tinggal akan berdampak pada perubahan fisiologis seseorang. Lingkungan tempat tinggal akan berdampak pada terjadinya adaptasi fisiologis seseorang (Gallahue dan Ozmun, 1998 : 204-205). Salah satu adaptasi lingkungan commit yang to user bisa dijadikan perbandingan dengan

4 adanya perbedaan tekanan parsial oksigen (PO2), baik yang di dataran rendah maupun di dataran tinggi (Fox dan Bowers, 1993 : 252). Selain itu, Guyton (1997 : 684) membedakan daerah pantai dan pegunungan ditinjau dari suhu udara dan kadar oksigen (O2) juga berbeda. Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan laut maka kadar oksigennya (O2) semakin sedikit. Dengan adanya perbedaan tekanan parsial oksigen (PO2) yang terdapat di dataran rendah dan tinggi, akan berpengaruh juga pada hemoglobin (Hb) dalam butir-butir sel darah merah. Dataran tinggi atau daerah pegunungan kadar oksigen dalam udara akan menurun. Agar tubuh tetap mendapat pasokan oksigen, maka alat angkutnya yang diperbanyak, yakni jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah akan bertambah. Pada daerah yang tinggi seperti seperti di pegunungan kadar oksigen dan tekanannya lebih kecil dibandingkan dengan daerah pesisir atau dataran rendah. Karena itu perlu adaptasi fisiologis atau aklimatisasi bagi orang yang tinggal di dataran tinggi atau di pegunungan, aklimatisasi ini terjadi sejak dia lahir. Salah satu adaptasi fisiologis yang terjadi yaitu : Kapasitas paru lebih besar dan kadar hemoglobin (Hb) darah menjadi banyak (Nala, 1992 : 184). Secara geografis wilayah Pulau Jawa berdasarkan tata ruang fisik dan tata ruang sosial dibagi menjadi tiga tipologi, yaitu daerah pegunungan, pedalaman, dan pantai. Wilayah yang terdapat di sepanjang garis Pantai Utara Pulau Jawa dikenal dengan nama wilayah Pantura (Pantai Utara). Di jalur Pantura dilewati oleh pengguna jalan dari Jakarta menuju Surabaya. Wilayah Pantura di Propinsi Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kota Madya Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah dan sebagian kecil dataran tinggi, dengan ketinggian tanah rata-rata 4 sampai dengan 219 meter di atas permukaan laut (dpl). Dataran terendah di Kabupaten Pati adalah 1 meter dpl, sedangkan dataran tertinggi 642 meter dpl. Di bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara dengan

5 struktur tanah terdiri atas tanah alluvial, hidromer, dan regusol. Adapun bagian utara (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan, dengan struktur tanah terdiri atas tanah red yellow, latosol, alluvial, hidromer, dan regusol. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Pati pada tahun 2008 sebanyak 1.002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup, sedangkan untuk temperatur terendah 23 derajat Celcius dan tertinggi 39 derajat Celcius. Keadaan daerah kabupaten Pati yang heretogen, terdiri dari pegunungan (dataran tinggi), pedalaman dan pantai (dataran rendah) dapat memberikan manfaat bagi penduduknya berupa perkembangan fisiologis antara lain kapasitas paru-paru dan peningkatan kadar hemoglobin (Hb) sel darah merah, selain itu akan memberikan kesempatan secara tidak langsung kepada anak-anak, adolesensi dan dewasa di Kabupaten Pati untuk melatih fisik terutama kekuatan otot tungkai pada medan yang beraneka ragam. Berdasarkan keadaan daerah kabupaten Pati tersebut maka seseorang harus beradaptasi atau beraklimatisasi terhadap keadaan itu, dan salah satu manfaat positif yang dapat dilihat dari pengaruh keadaan geografis tersebut, terhadap kemampuan fisiologis tubuh dan peningkatan kondisi fisik seseorang, seperti, kekuatan dan ketahanan cardiovaskuler. Kekuatan dan ketahanan cardiovaskuler merupakan beberapa komponen dari kondisi fisik yang mempengaruhi performa gerak dan prestasi olahraga, selain kemampuan gerak adalah jenis kelamin dan lingkungan, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Maka sangatlah penting untuk meneliti perkembangan kekuatan (otot tungkai dan otot lengan) dan ketahanan cardiovaskuler yang ditinjau dari jenis kelamin dan lingkungan berupa ketinggian tempat tinggal khususnya pada adolesensi usia 13 sampai 18 tahun. Pentingnya mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler bagi guru penjas, pelatih dan adolesensi usia 13 sampai 18 tahun adalah mengetahui seberapa besar kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler yang dimiliki, serta dapat mengetahui perkembangan selanjutnya. Perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan

6 serta ketahahan cardiovaskuler dapat dilakukan dengan pengetesan atau pengukuran. Diharapkan dari penelitian ini juga bisa memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh ketinggian tempat tinggal terhadap perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi lakilaki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dan dataran tinggi dalam wilayah Kabupaten Pati. Selain itu juga diharapkan dari penelitian ini nantinya bisa dijadikan kajian ilmiah dan sebagai acuan untuk pengembangan pencapaian prestasi olahraga di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Pati pada khusunya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun, yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat tinggal baik itu di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Selanjutnya, adalah untuk mengetahui kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai 18 tahun, yang dilahirkan dan tinggal di dataran tinggi yang kemudian akan dibandingkan dengan adolesensi laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang dilahirkan dan tinggal di dataran rendah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan dan perbedaan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia laki-laki dan perempuan yang berusia 13 sampai 18 tahun, yang dilahirkan dan tinggal di daratan tinggi dan dataran rendah. Perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

7 1. Perkembangan Kekuatan Otot Tungkai. a) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi lakilaki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah? b) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi lakilaki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi? c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan kekuatan otot tungkai 2. Perkembangan Kekuatan Otot Lengan. a) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi lakilaki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah? b) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi lakilaki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran tinggi? c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan kekuatan otot lengan 3. Perkembangan Ketahanan Cardiovaskuler. a) Bagaimanakah perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi dataran rendah? b) Bagaimanakah perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi dataran tinggi? c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan ketahanan cardiovaskuler

8 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tujuan Umum. Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran rendah dengan adolesensi yang tinggal di dataran tinggi. Tujuan Khusus. 1. Perkembangan Kekuatan Otot Tungkai. a) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi dataran rendah? b) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi dataran tinggi? c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan otot tungkai 2. Perkembangan Kekuatan Otot Lengan. a) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi dataran rendah? b) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi dataran tinggi? c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan otot lengan

9 3. Perkembangan Ketahanan Cardiovaskuler. a) Untuk mengetahui perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi dataran rendah? b) Untuk mengetahui perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi dataran tinggi? c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan cardiovaskuler D. Asumsi Guna memperjelas permasalahan dan pelaksanaan dalam penelitian ini, maka orang cobanya diasumsikan memiliki keadaan baik fisik maupun ekonomi yang relatif homogen, dengan kriteria seperti berikut : 1. Adolesensi yang dijadikan subjek penelitian adalah adolesensi yang memiliki usia 13 sampai dengan 18 tahun baik untuk anak laki-laki dan perempuan. Merupakan salah satu siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dijadikan tempat penelitian, serta adolesensi yang menjadi sampel harus memiliki perkembangan fisiologis yang hampir sama. 2. Batasan usia yang digunakan adalah 13 sampai dengan 18 tahun. Adapun kriteria pengumpulan sampel penelitian, adalah dengan cara : dicatat tanggal lahirnya setelah itu dilakukan patokan atau penentuan dari 6 bulan sebelum dan sesudah hari ulang tahunnya, serta dihubungkan dengan berakhirnya penelitian, yang kemudian dimasukkan kedalam satu tingkatan usia. Salah satu contoh adolesensi berusia 12 tahun 6 bulan dan adolesensi berusia 13 tahun 6 bulan maka masuk usia 13 tahun. Untuk itu data kelahiran siswa baik laki-laki atau perempuan harus dikumpulkan dahulu sebelum melakukan penelitian. 3. Subjek adalah anak yang dilahirkan dan tinggal di tempat penelitian hingga penelitian berlangsung. 4. Selama penelitian keadaan subjek commit penelitian to user harus dalam keadaan sehat.

10 5. Subjek penelitian tidak sedang mengikuti program pelatihan fisik untuk cabang olahraga tertentu. E. Manfaat Penelitian. Hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut : Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya, yang dikaitkan dengan informasi ilmiah tentang perkembangan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 tahun sampai dengan 18 tahun, yang ditinjau dari letak geografis berupa ketinggian tempat tinggal dan jenis kelamin. Selanjutnya dapat memberikan informasi ilmiah mengenai, perbandingan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun yang ditinjau dari letak geografis berupa ketinggian tempat tinggal dan jenis kelamin. Manfaat Praktis. 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi ilmiah kepada pembina, pelatih, guru pendidikan jasmani, atlet dan masyarakat secara umum. Pada akhirnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam meningkatkan prestasi olahraga yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18 tahun laki-laki dan perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi. 2. Sebagai salah bukti ilmiah dan dapat dijadikan bahan informasi ilmiah untuk mencari dan memudahkan untuk membina atlet-atlet muda dalam pemanduan bakat yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18 tahun laki-laki dan

11 perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi, sehingga prestasi olahraga di kabupaten Pati dapat meningkat. 3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk informasi ilmiah, sehingga penelitian ini bisa dijadikan acuan atau patokan kepentingan penelitian berikutnya, khususnya yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18 tahun laki-laki dan perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Atau penelitian secara umum yang berhubungan dengan bidang ilmu yang ditekuni yakni ilmu keolahragaan.