BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAGIAN KELIMA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN HUTAN RAKYAT GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KEDUA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN LINDUNG DAN HUTAN PRODUKSI GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

BAGIAN KESEMBILAN PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN DENGAN SISTIM SILVIKULTUR INTENSIF GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

E U C A L Y P T U S A.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

TEKNIK PENANAMAN, PEMELIHARAAN, DAN EVALUASI TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

Cara Menanam Cabe di Polybag

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

Teknik Budidaya Tanaman Durian

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAGIAN KETIGA PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN REBOISASI HUTAN KONSERVASI DALAM RANGKA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

PENANGANAN LAHAN PANTAI BERPASIR DENGAN TANAMAN TANGGUL ANGIN CEMARA LAUT Oleh : Beny Harjadi Peneliti Madya Bidang Pedologi dan Penginderaan Jauh

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

BAGIAN KESEPULUH PEDOMAN RENOVASI SENTRA PRODUKSI BIBIT (SPB) GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

BAGIAN KEENAM PEDOMAN PEMBUATAN TANAMAN PENGHIJAUAN KOTA GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa

Pemeliharaan merupakan pekerjaan yang terakhir. Keberhasilan pembuatan taman menunjukkan keberhasilan pemeliharaan taman dan sebaliknya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27 TAHUN 1991 TENTANG R A W A PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

Pemeliharaan Lanskap (Landscape maintenance and management)

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

ANALISIS DAN SINTESIS

III. MATERI DAN METODE

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN I-1

III. BAHAN DAN METODE

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI TABEL V.1 KESESUAIAN JALUR HIJAU

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004 BAGIAN KETUJUH PEDOMAN PENANAMAN TURUS (KANAN - KIRI) JALAN NASIONAL GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN (GERHAN) A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jalan Nasional telah dibangun sejak jaman penjajahan Belanda yang mempunyai fungsi sangat strategis dalam kelancaran hubungan antar wilayah terutama di Pulau Jawa. Selanjutnya semakin ramainya transportasi luar Jawa yang merupakan jalur penghubung antar propinsi terutama transportasi lintas Sumatera, lintas Sulawesi dan Pulau Bali sebagai daerah wisata, semakin berkembang pula pembangunan jalan nasional. Adanya proyek jalan Nasional dalam rangka memperlancar hubungan antar wilayah yang telah mengalami pelebaran badan jalan namun dibeberapa bagian lokasi kondisi lingkungannya masih belum rindang karena belum ada tanaman. Untuk memperbaiki kondisi lingkungan turus (kanan-kiri) jalan tersebut perlu upaya penanaman dengan jenis tanaman yang mempunyai fungsi antara lain sebagai penahan polusi, peneduh jalan, perbaikan iklim mikro dan penahan longsor jalan. Kegiatan penanaman turus jalan Nasional ini merupakan kegiatan show window GERHAN dimulai sejak tahun 2003 bersamaan dengan dimulainya Gerakan Nasional RHL. Agar pelaksanaan penanaman pohon turus jalan lebih terarah, berdaya guna dan berhasil guna maka perlu disusun Pedoman Penanaman Turus (Kanan- Kiri) Jalan Nasional. B. Tujuan Tujuan penanaman pohon kanan-kiri jalan adalah untuk menciptakan suasana lingkungan sepanjang jalan Nasional agar lebih teduh, indah dan mengurangi tingkat polusi udara. C. Pengertian VII-1

1. Jalan nasional adalah jalan yang wewenang pembinaannya adalah Menteri atau pejabat yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pembinaan jalan di tingkat nasional dan melaksanakan pembinaan nasional. 2. Landskap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen landskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, dan dapat pula terbentuk dari elemen landskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Landskap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan ketentuan geometri jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, sesuai dan memenuhi fungsi keamanan. 3. Elemen landskap adalah segala sesuatu yang berwujud benda, suara, warna dan suasana yang merupakan bagian dari elemen pembentuk landskap baik yang bersifat alamiah maupun manusia. Elemen landskap yang berupa benda terdiri dari dua unsure yaitu benda hidup dan benda mati, yang dimaksud dengan benda hidup ialah tanaman, sedangkan yang dimaksud benda mati adalah tanah, pasir, batu, dan elemen-lemen lain yang berbentuk padat dan cair. 4. Jalur tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen landskap lainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA) maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). 5. Jalur hijau adalah dominasi elemen landskapnya tanaman berwarna hijau. 6. Tanaman peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 meter dan dapat memberikan keteduhan dan penahanan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki. 7. Tanaman penyerap polusi udara dan kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai masa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara dari asap kendaraan dan kebisingan. 8. Spot yaitu bagian dari suatu ruas jalan yang mempunyai potensi dan atau mempunyai masalah yang memerlukan penanganan dengan penyelesaian landskap. D. Sasaran Sasaran penanaman pohon pada turus (kanan-kiri) pada DAMIJA dan DAWASJA jalan Nasional di seluruh wilayah Indonesia yang jalan Nasionalnya belum ada tanaman turus, pelaksanaan penanaman diluar bahu jalan pada lahan negara, kawasan hutan dan lahan milik. VII-2

E. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman penanaman turus (kanan-kiri) jalan Nasional ini meliputi perencanaan, pelaksanaan penanaman, pemeliharaan tanaman serta pembinaan dan pengendalian. VII-3

BAB II PERENCANAAN A. Persiapan 1. Pengumpulan Data a. Data primer Data primer diperoleh melalui hasil wawancara dengan responden atau sumber data atau dengan mendatangi langsung obyek yang akan diambil datanya. Data primer antara lain kondisi lingkungan turus (kanan-kiri) jalan, status lahan, topografi, kondisi lahan, dll. b. Data sekunder Data sekunder dapat diperoleh melalui pencatatan data-data yang resmi (hasil laporan, dan lain-lain). Data sekender antara lain panjang jalan, kegiatan penanaman yang pernah dilakukan, dll. 2. Pengolahan Data Data-data yang berhasil dihimpun baik data primer maupun data sekunder dianalisa untuk menentukan kebutuhan bahan, biaya, dan tenaga kerja yang dihitung berdasarkan standar yang berlaku di daerah untuk setiap jenis pekerjaan, alternatif jenis perlakuan sesuai dengan kondisi lahan, jenis tanaman serta teknik penanaman. B. Penyusunan Rancangan Hasil analisa dirumuskan dan diuraikan dalam buku rancangan yang memuat dan merinci hal-hal sebagai berikut : 1. Lokasi pembuatan tanaman, mencakup letak (Kabupaten/Kota), panjang jalan efektif (Km) dan jumlah tanaman (batang). 2. Rincian kegiatan dan biaya untuk : penyiapan lahan, penyediaan bibit, penataan batas, pembuatan lubang dan ajir, penanaman, pemeliharaan (tahun berjalan, tahun I dan tahun II) serta pengadaan sarana prasarana. 3. Peta rancangan, memuat landskap bahu jalan, tata tanaman, jenis, arah larikan dan jarak tanam. 4. Jenis tanaman kayu-kayuan yang perakarannya tidak merusak jalan dan berfungsi sebagai peneduh, penahan angin, penahan polusi. Penanaman untuk daerah yang tergenang secara periodic ditanam jenis antara lain pule rawa (Alstonia angustifolia) dan keranji (Dialium indicum). Daerah yang sangat dekat dengan laut, sehingga intrusi air laut diperkirakan terjadi ditanam jenis antara lain ketapang (Terminalia catapa) dan bintangor laut (Callophyllum inophyllum). Daerah yang mempunyai VII-4

drainase yang baik ditanam jenis antara lain Kapur, Kenari, Mahoni, Trembesi dan Tanjung. 5. Kebutuhan bahan dan tenaga. 6. Jadwal kegiatan. C. Organisasi Pelaksana. Pengorganisasian dalam penyusunan rancangan disusun sebagai berikut : 1. Penyusunan rancangan oleh aparat Dinas Kehutanan Propinsi yang ditunjuk. 2. Penilaian rancangan oleh Balai Pengelolaan DAS (apabila di Propinsi tersebut terdapat 2 Balai Pengelolaan DAS keduanya melakukan penilian rancangan secara bersama-sama) atas masukan dari Kepala Perwakilan Proyek Jalan Pantura (untuk wilayah Jawa) atau Dinas Kimpraswil di Propinsi yang bersangkutan. 3. Pengesahan rancangan oleh Kepala Dinas Kehutanan Propinsi. VII-5

BAB. III PELAKSANAAN A. Persiapan 1. Sosialisasi. Dalam rangka untuk keberhasilan penanaman pohon kanan- kiri jalan Nasional diperlukan sosialisasi yang dilaksanakan pada setiap Propinsi yang melibatkan instansi-instansi terkait dan masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat 2. Pengadaan sarana dan prasarana Pengadaan sarana dan prasarana yang antara lain meliputi pengadaan bibit tanaman, ajir tanaman, tiang penyangga, bronjong, pupuk, pestisida, dan peralatan yang diperlukan dilaksanakan oleh pihak ketiga (borongan). a. Bibit tanaman Bibit tanaman berupa kayu-kayuan yang bermutu baik dengan jenis tanaman yang disesuaikan jenis tanah dan kondisi lapangan, memiliki tinggi minimal 1 m, dengan kondisi media yang kompak. b. Ajir tanaman Ajir tanaman terbuat dari kayu atau bambu dengan ukuran panjang disesuaikan dengan tinggi tanaman. Ajir dipasang pada suatu titik pada lahan yang akan ditanami bibit tanaman. Bagian atas ajir dicat merah agar mudah diamati. b. Steger/tiang penyangga Steger/penyangga berfungsi sebagai penguat tanaman terbuat dari kayu atau bambu dengan ukuran panjang sesuai tinggi tanaman. c. Keranjang/beronjong tanaman Keranjang atau beronjong terbuat dari kayu atau bambu dipasang sebagai pelindung/pengaman tanaman dari gangguan binatang dan gangguan lainnya. d. Pupuk Diberikan baik berupa pupuk alam (kompos atau pupuk kandang) maupun pupuk buatan (NPK) yang dosisnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman. e. Obat-obatan VII-6

Obat-obatan perlu diadakan bila diperkirakan bibit yang ditanam akan mendapat gangguan atau serangan hama dan penyakit. f. Peralatan Peralatan yang perlu dipersiapkan antara lain berupa cangkul, ganco, sabit yang dipergunakan untuk pembersihan lapangan, pembuatan lubang tanaman atau pemeliharaan tanaman. B. Persiapan lahan 1. Pembersihan lahan yang akan ditanami agar lahan itu bersih dari sisa tanaman atau bahan yang dapat mengganggu atau menghambat kelancaran penanaman 2. Pembuatan lubang tanaman Lubang tanaman dibuat minimal 1 minggu sebelum pelaksanaan penanaman dengan maksud untuk mengeliminasi zat-zat racun yang akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Ukuran lubang tanaman sebesar ± 50 x 50 x 50cm. C. Penanaman 1. Pengangkutan bibit tanaman a. Bibit tanaman untuk kegiatan penanaman turus jalan diterima oleh pelaksana penanaman dari pelaksana penyedia bibit di tempat penampungan bibit sementara yang telah ditentukan. b. Penentuan tempat penampungan bibit sementara agar mempertimbangkan jarak distribusi bibit terdekat ke lokasi penanaman. c. Pengangkutan bibit tanaman ke lokasi penanaman oleh pelaksana penanaman dilakukan sesuai dengan jadwal pelaksana kegiatan penanaman. 2. Penanaman bibit tanaman a. Lubang tanaman telah siap sebelumnya dan diberi pupuk kompos/kandang (organik) + 3 Kg. b. Bibit harus ditanam pada awal musim hujan c. Waktu penanaman adalah pada musim hujan dan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan ketersediaan waktu dan tenaga kerja d. Setelah bibit ditanam, tanaman diberi tiang penyangga selanjutnya diberi bronjong pengaman tanaman. VII-7

e. Jarak tanam + 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lapangan dan jenis bibit tanamannya. D. Pemeliharaan Tanaman 1. Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati dilaksanakan pada saat puncak musim penghujan. 2. Penyiangan Penyiangan dilakukan terhadap tanaman yang terganggu gulma, penyiangan dilakukan pada piringan tanaman radius + 0,5 m. 3. Pendangiran Pendangiran dilakukan terhadap tanaman yang terganggu gulma dengan cara piringan radius + 0,5 m, dengan maksud untuk penggeburan tanah sekeliling tanaman guna memperbaiki aerasi dan struktur tanah. 4. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada sekeliling tanaman dengan jenis pupuk dan dosis sesuai dengan kebutuhan. 5. Pemberantasan hama dan penyakit Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan obatobatan kimia (insektisida dan fungisida) yang dosisnya disesuaikan dengan kondisi dan umur tanaman. E. Perlindungan Tanaman Tanaman yang sudah tumbuh dengan baik perlu dilindungi dari gangguan seperti binatang, gangguan lainnya, dengan menggunakan keranjang pengaman tanaman. F. Pengamanan Tanaman yang tumbuh untuk dijaga keamanannya terutama terhadap gangguan manusia dan ternak (penebangan, kebakaran), sehingga terjamin kelangsungan pertumbuhan tanaman. G. Pengorganisasian Perlu adanya organisasi lintas Departemen yang dapat menjamin kelestarian tanaman turus jalan. Pengalaman di beberapa tanaman turus jalan yang dipangkas ujungnya bila mengenai kabel listrik atau telepon, dengan demikian keindahan dan fungsi tanaman turus terganggu. Pengorganisasian penanaman turus jalan sebagai berikut : 1. Penyelenggara kegiatan penanaman : Dinas Kehutanan Propinsi 2. Pelaksana penanaman sedapat mungkin dilakukan melalui gerakan yang melibatkan pelajar, pegawai, buruh, TNI dan masyarakat. VII-8

3. Kegiatan pemeliharan, pengawasan dan perlindungan tanaman oleh : Dinas Kehutanan Propinsi, Dinas Kabupaten yang menangani Kehutanan dan atau pertamanan. H. Pengelolaan Tanaman turus yang sudah tumbuh dikelola oleh Dinas Kabupaten yang menangani Kehutanan dan atau pertamanan, termasuk penanaman kembali apabila tanaman turus jalan sudah masak tebang. VII-9

BAB. IV PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN A. Pembinaaan 1. Pembinaan teknis penanaman dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. 2. Pembinaan teknis perencanaan landskap jalan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah. 3. Pembinaan dalam rangka koordinasi dengan Gubernur dan Bupati/Kota dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah. 4. Pembinaan pelaksanaan penanaman pohon kiri kanan jalan dilakukan Gubernur/Bupati di wilayahnya. B. Pengendalian Kegiatan pengendalian meliputi : pengawasan, monitoring, evaluasi dan pelaporan. 1. Pengawasan. Pengawasan dilakukan oleh instansi fungsional. 2. Monitoring dan evaluasi Dalam rangka pelaksanaan kegiatan penanaman pohon kiri kanan jalan monitoring dan evaluasi dilakukan oleh : a. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dalam hal kegiatan penanaman kiri kanan jalan. b. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah dalam hal kegiatan kebenaran landskapnya. 3. Pelaporan. Laporan disampaikan kepada Dirjen RLPS dengan tembusan kepada Dirjen Bangda, Dirjen Prasarana Wilayah dan Bupati setempat. VII-10

BAB V PENUTUP Pedoman ini merupakan pedoman dalam penyelenggaraan penanaman turus (kanan-kiri) jalan Nasional Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN). Diharapkan pedoman ini dapat dipedomani dengan sebaik-baiknya oleh semua pihak yang terkait guna kelancaran dan keberhasilan dalam penyelenggaraan penanaman turus ( kanan- kiri) jalan Nasional. MENTERI KEHUTANAN MUHAMMAD PRAKOSA VII-11