STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. pertanian. Pengertian agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab qahwah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap kegiatan, telah memudahkan manusia untuk menghasilkan suatu

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

Produksi Kopi (kg / ha)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena peranannya yang cukup menonjol sebagai sumber pendapatan masyarakat,

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Luwak adalah jenis kopi olahan dengan bahan dasar berasal dari biji kopi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN OLEH RIFI YANTI 0810221051 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG OLEH RIFI YANTI 0810221051 SKRIPSI SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii ABSTRAK... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kopi... 8 2.2 Industri Pengolahan... 14 2.3 Konsep Pemasaran... 19 2.4 Penelitian Terdahulu... 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 36 3.2 Metode Penelitian... 36 3.3 Metode Pengambilan Sampel... 37 3.4 Metode Pengumpulan Data... 37 3.5 Variabel yang Diamati... 39 3.6 Analisis Data... 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Usaha Kopi Bubuk Cap Tiga Sendok... 48 4.2 Faktor Lingkungan Internal Usaha Kopi Bubuk Cap Tiga Sendok... 62 4.3 Faktor Lingkungan Eksternal Usaha Kopi Bubuk Cap Tiga Sendok... 69 4.4 Analisis Strategi... 75 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan... 92 5.2 Saran... 92 DAFTAR PUSTAKA... 93 LAMPIRAN... 95

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agroindustri merupakan subsistem agribisnis ketiga yang berperan sebagai industri berbasis sumber daya dan berpotensi dapat meningkatkan cadangan devisa serta penyediaan lapangan kerja. Hal ini dinilai strategis mengingat Indonesia merupakan satu dari sedikit negara di daerah tropis yang memiliki keragaman hayati (biodiversity) cukup besar. Agroindustri akan sangat strategis apabila dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Untuk itu pengembangan agroindustri juga merupakan salah satu opsi yang perlu dipertimbangkan (Tambunan, 2003). Menurut Saragih (2002) dalam Djamhari (2004), untuk sektor perkebunan saja tidak kurang dari 145 komoditi yang tercatat sebagai komoditi binaan, sementara yang memiliki nilai ekonomis dapat diandalkan baru sekitar 10% diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, dan jambu mete. Salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomis adalah komoditi kopi. Jika hasil dari komoditi kopi dapat diamnfaatkan oleh industri dengan baik, maka akan menghasilkan industri berbasis sumber daya berpotensi yang dapat meningkatkan cadangan devisa serta penyediaan lapangan kerja. Kopi sebagai salah satu komoditi ekonomis dikenal sebagai bahan minuman yang sudah tidak asing lagi. Aromanya yang harum, rasanya yang khas, serta khasiatnya yang dapat memberikan kesegaran bagi tubuh, membuat kopi cukup akrab dilidah dan digemari oleh masyarakat. Indonesia adalah produsen keempat terbesar kopi dunia setelah Brazil, Vietnam dan Columbia, dengan sumbangan devisa cukup besar. Harga kopi robusta dan arabika di tingkat global mengalami kenaikan sangat signifikan dalam tiga tahun terakhir (Arifin, 2011). Pada transaksi April 2011 harga kopi robusta tercatat US$ 259 per ton, sangat jauh dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya US$ 165 per ton. Demikian pula, harga kopi arabika yang tercatat telah melampaui US$ 660 per ton, suatu lonjakan tinggi dibandingkan dengan harga rata-rata pada 2009 yang hanya US$ 317 per ton. Dengan kinerja ekspor yang mencapai 300 ribu ton saja, maka devisa yang dapat dikumpulkan Indonesia mampu mencapai US$ 77,7 juta (Arifin, 2011).

Pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk merupakan proses pengolahan kopi yang paling sederhana, dimana biji kopi yang telah disangrai kemudian dihancurkan dan dikemas. Pembuatan kopi bubuk banyak dilakukan oleh petani, pedagang, industri kecil dan pabrik. Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap penyangraian dan tahap penggilingan. Industri pengolahan kopi pada umumnya menggunakan bahan baku biji kopi arabika dan robusta dengan komposisi perbandingan tertentu. Selain biji kopi, industri pengolahan kopi juga membutuhkan bahan tambahan seperti gula, jagung, dan mentega serta bahan penolong seperti kemasan (packing), pallet, dan krat (Departemen Perindustrian, 2009). Keadaan industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit industri berskala home industry hingga industri kopi berskala multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang industri kopi (Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia, 2010). Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menetapkan tujuh sasaran kebijakan dalam pembangunan dan pengembangan usaha industri pengolahan di setiap daerah dalam pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) 2011-2015. Sala satu sasaran kebijakan pemerintah tersebut adalah meningkatkan jumlah pelaku usaha industri mikro, kecil dan menengah (UMKM) dari 35.452 unit pada akhir 2010 menjadi 36.515 unit pada akhir 2015 (Adrianto, 2011). Kota Padang selain menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Barat juga sebagai daerah yang ikut mendukung kebijakan pembangunan dan pengembangan usaha industri pengolahan pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Industri yang paling berpengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi di Kota Padang dan berperan sebagai penyediaan lapangan usaha adalah industri pengolahan (Hayati, 2011). Menurut Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambang, dan Energi Kota Padang (2011), industri pengolahan hasil pertanian merupakan industri unggulan karena industri ini terus menunjukkan

perkembangan dan mampu menyerap tenaga kerja (Lampiran 1). Salah satu industri pengolahan hasil pertanian adalah industri pengolahan kopi bubuk. Berkembangnya industri kopi bubuk berskala kecil dan menengah di Kota Padang menunjukkan bahwa usaha dibidang industri kopi ini memberikan prospek dan peluang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian Perdagangan Perindustrian dan Energi Kota Padang diketahui bahwa terdapat 8 industri formal kopi bubuk di Kota Padang. Salah satu industri kopi bubuk yang ada di Kota Padang adalah kopi bubuk Cap Tiga Sendok. Usaha yang telah berdiri semenjak tahun 1928 (±84 tahun) merupakan usaha home industry yang memiliki 4 orang tenaga kerja dan kapasitas produksi terkecil diantara industri kopi bubuk formal yang ada di Kota Padang (Lampiran 2). Walaupun berskala home industry, usaha ini menggunakan sistem pencatatan yang jelas dan memiliki izin yang lengkap. Adapun izin yang dimiliki oleh usaha ini, yaitu: 1) izin usaha dan perdagangan No.0215-449/03.07.4/SIUP/VII/2011, 2) surat izin usaha industri No.0039/KP2T- IVI/XI/2009, 3) NPWP: 04.115.627.4-201.000. Berkembangnya industri kopi bubuk mengakibatkan terjadinya peningkatan persaingan antara industri kecil, menengah dan besar. Industri kecil pada umumnya memiliki kekuatan tawar menawar dan kemampuan untuk melakukan promosi produk yang rendah, sehingga industri kecil tidak mampu memasarkan produknya secara optimal dan pada akhirnya menyebabkan penurunan penjualan. Usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok memiliki wilayah pemasaran disekitar Padang Selatan dan Padang Barat. Kopi bubuk Cap Tiga Sendok belum mampu dipasarkan di seluruh wilayah Kota Padang. Hal ini disebabkan oleh, kurangnya pemasaran dan banyaknya pesaing-pesaing di wilayah Padang Utara dan Padang Timur. Menurut Majid (2008), bertahan di dalam persaingan merupakan kendala bagi industri kecil, karena harus bersaing dengan industri menengah, besar dan asing, selain itu mereka menghadapi persaingan langsung atau tidak langsung dari industri-industri tersebut. Pelanggan menjadi lebih kuat karena semakin banyaknya pilihan produk yang tersedia dan kekuatan tawar menawar yang muncul menciptakan persaingan yang ketat di pasar lokal. Oleh karena itu, usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok

harus mengidentifikasi peluang peluang pasar yang ada, sebagai salah satu proses untuk mampu memasarkan kopi bubuk Cap Tiga Sendok. Menurut Kotler dan Armstrong (2004), proses pemasaran terdiri dari: menganalisis peluang pemasaran, memilih pasar sasaran, menyusun bauran pemasaran, mengelola upaya pemasaran. Usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok harus memanfaatkan peluang-peluang pasar yang ada dan membutuhkan strategi pemasaran yang tepat untuk dapat memanfaatkan peluang tersebut sehingga dapat mempertahankan produknya di pasar dan meningkatkan penjualan. Hal ini yang menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian mengenai strategi pemasaran yang tepat untuk kemajuan pemasaran kopi bubuk Cap Tiga Sendok di Kota Padang, sebab industri kecil saat ini bukan hanya menghadapi masalah bagaimana memproduksi suatu barang, tetapi yang paling penting adalah bagaimana cara memasarkan hasil produksi tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas industri tersebut (BPS, 2010). Menurut Disperindagtamben Kota Padang (2008), industri dapat dibagi kedalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah tenaga kerja, seperti: industri dan dagangan mikro, industri dan dagangan kecil, industri dan dagangan menengah, serta industri dan dagangan besar (Lampiran 3). Home industry (industri mikro) pada umumnya lebih rentan terhadap kegagalan pemasaran dibandingkan dengan industri berskala lain. Hal ini biasa terjadi karena industri yang berskala home industry tidak mampu mengidentifikasi peluangpeluang pasar yang ada dan tidak memiliki strategi pemasaran untuk meningkatkan volume penjualan. Salah satu usaha berskala home industry yang ada di Kota Padang adalah usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok. Usaha ini didirikan oleh Bapak Lim Ke An dan dua orang temannya yang berkebangsaan Belanda pada tahun 1928 (±84 tahun). Usaha ini didirikan oleh tiga orang, maka kopi bubuk ini diberi nama kopi

bubuk Cap Tiga Sendok. Setelah berjalan ±15 tahun, dua orang rekan Bapak Lim Ke An mengundurkan diri sebagai pengelola usaha dan lebih memilih untuk kembali ke negaranya dan membuka usaha lain. Setelah Bapak Lim Ke An meninggal dunia usaha kopi dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Halim pada tahun 1960. Pada tahun 1991 usaha kopi bubuk diteruskan oleh anak Bapak Halim yang bernama Edi Halim. Pada saat ini usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok dikelola oleh Bapak Edi Halim dan adiknya yang bernama Bapak Kiat. Usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok saat dikelola oleh Bapak Halim dan Bapak Edi Halim sering mengalami penurunan penjualan. Menurut Bapak Kiat hal ini terjadi karena produk tidak dikemas dan tidak ditata dengan baik, pemasaran hanya di warung-warung kecil, belum ada merek pada kemasan produk, dan izin usaha yang belum ada. Setelah Bapak Kiat ikut serta didalam pengelolaan usaha kopi bubuk, barulah terlihat adanya perubahan seperti saat ini dan mulai terjadi peningkatan penjualan daripada sebelumnya. Usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok memiliki kapasitas produksi terkecil diantara usaha industri yang lainnya, yaitu sebesar 700 kg/bulan. Hal ini menunjukkan bahwa permintaan kopi bubuk Cap Tiga Sendok lebih rendah dibandingkan dengan usaha kopi lainnya. Kapasitas produksi dipengaruhi oleh permintaan terhadap produk, semakin tinggi permintaan produk maka kapasitas produksi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan akan semakin besar. Proses produksi dilakukan setiap hari dimulai pada pukul 08.00 15.00 WIB. Usaha ini memiliki alat penyangrai biji kopi yang berkapasitas sebesar 26,5 kg biji kopi. Setiap harinya kopi bubuk yang dapat dihasilkan oleh usaha ini hanya 21,2 kg, sebab untuk setiap kali produksi terjadi pengurangan berat kopi bubuk sebesar 20% dari berat biji kopi. Apabila permintaan kopi bubuk melebihi 21,2 kg dan stok kopi bubuk tidak mampu mencukupi permintaan, maka dalam 1 hari usaha ini dapat melakukan dua kali penyangraian kopi. Sehingga, produksi bisa ditingkatkan apabila terjadi lonjakkan permintaan. Penjualan kopi bubuk dipengaruhi keadaan lingkungan yang sedang terjadi. Misalnya pada tahun 2011, diketahui terjadi penurunan penjualan pada bulan Agustus dikarenakan penurunan permintaan menjelang hari raya Idul Fitri, konsumen lebih banyak mengkonsumsi produk-produk, seperti:

kue lebaran, pakaian, peralatan untuk renovasi rumah, perabotan dan kendaraan transportasi mudik lebaran. Penjualan mulai berangsur naik pada bulan September hingga akhir Desember 2011 (Lampiran 4). Kopi bubuk Cap Tiga Sendok dikemas kedalam dua bentuk kemasan, yaitu plastik dan kertas. Biasanya Bapak Kiat menggunakan kemasan plastik untuk memasarkan kopi bubuknya karena kopi yang dikemas ke dalam kemasan plastik lebih tahan dari pada kemasan kertas. Kemasan kertas diproduksi apabila terdapat permintaan dari pedagang pengecer dan konsumen akhir yang memesan dalam jumlah lebih dari 1 kg dengan ukuran kemasan 1 ons. Kemasan plastik dan kertas dijual dengan harga yang sama. Kopi bubuk ini dikemas didalam kemasan plastik dengan beberapa ukuran, yaitu: 1 kg, ½ kg, ¼ kg, 2 ons, dan 1 ons. Kopi bubuk dengan ukuran ½ kg, ¼ kg, 2 ons, dan 1 ons ini masing-masingnya dikemas kedalam kemasan 1 kg untuk dijual ke pedagang pengecer dan konsumen akhir. Menurut Bapak Kiat pada tahun 2011 kemasan kopi bubuk berukuran 2 ons lebih banyak terjual dibandingkan dengan ukuran lainnya (Lampiran 5). Bapak Kiat pernah memasarkan kopi bubuknya ke Padang Utara, namun hasilnya tidak memuaskan banyak kopi bubuk yang tidak terjual, sehingga usaha mengalami kerugian. Hal ini terjadi karena banyak konsumen yang belum mengenal kopi bubuknya, oleh karena itu Bapak Kiat menfokuskan menjual kopi bubuk di sekitar lokasi usaha, yaitu Padang Selatan dan Padang Barat. Usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok masih mengalami penurunan penjualan apabila dilihat dari total penjualan pertahunnya (Lampiran 6). Penyebab penurunan volume penjualan kopi dikarenakan menurunnya daya beli konsumen, wilayah pemasaran yang kecil dan meningkatnya jumlah pesaing. Sesuai dengan kondisi penjualan produk, maka diketahui bahwa posisi industri kopi bubuk Cap Tiga Sendok berada pada posisi penurunan (Lampiran 7). Menurut Kotler dan Armstrong(2004), siklus produk berada pada kondisi yang menurun ditandai dengan periode penjualan yang menunjukkan arah menurun dan laba menipis, untuk itu perusahaan harus melakukan dua hal, yaitu mengurangi pengeluaran dan menetapkan strategi pemasaran. Penjualan kopi bubuk Cap Tiga Sendok yang terus mengalami penurunan mengakibatkan berkurangnya pendapatan usaha dan menimbulkan kerugian atas

banyaknya kopi bubuk yang tidak terjual, untuk mengurangi kerugian atas banyaknya kopi bubuk yang tidak terjual, pihak usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok mengurangi jumlah produksi kopi bubuk dengan harapan mengurangi sisa kopi bubuk yang tidak terjual. Hal ini tidak dapat dilakukan terus-menerus, sebab usaha akan mengalami penurunan pendapatan seiring dengan penurunan penjualan, sehingga usaha tetap akan mengalami kerugian. Oleh karena itu, perlu dilakukan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan volume penjualan. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana lingkungan internal dan lingkungan eksternal industri mempengaruhi pemasaran kopi bubuk Cap Tiga Sendok? 2. Bagaimana strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh industri kopi bubuk Cap Tiga Sendok di Kota Padang untuk meningkatkn volume penjualan? Dari permasalahan di atas, maka penulis perlu melakukan penelitian dengan judul Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Cap Tiga Sendok Di Kota Padang. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan faktor-faktor lingkungan internal dan lingkungan ekternal yang mempengaruhi pemasaran kopi Bubuk Cap Tiga Sendok, 2. Merumuskan strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan volume penjualan kopi bubuk pada usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi industri kopi bubuk Cap Tiga Sendok, melalui strategi yang telah dirumuskan untuk meningkatkan volume penjualan kopi bubuk Cap Tiga Sendok. Selain itu, diharapkan strategi yang telah dirumuskan nantinya dapat digunakan oleh usaha sejenis yang memiliki permasalahan yang sama dengan usaha kopi bubuk Cap Tiga Sendok. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi yang berminat untuk melanjutkan penelitian di industri kopi bubuk Cap Tiga Sendok.