BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah merupakan organisasi

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah ini, pembangunan daerah berperan sebagai bagian. bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus yang sifatnya memperbaiki dan

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun di sektor swasta, hanya fungsinya berlainan (Soemitro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan ini dalam artian bahwa karena lapangan retribusi daerah berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai keberhasilan Otonomi Daerah. hanya mencakup reformasi akuntansi keuangannya.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak erat sekali hubungannya dengan pembangunan, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari segala bidang. Pembangunan tersebut bertujuan

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB I PENDAHULUAN. disediakan oleh pemerintah dan dikelola oleh pemerintah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINANN TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan

BAB III TINJAUAN TEORI. senantiasa berpacu untuk meningkatkan pendapatan daerah, salah satunya

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

EVALUASI RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Negara Indonesia sedang berada dalam sistem pemerintahan yang

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan pembangunan nasional tersebut. Pemerintah harus

d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Negara Indonesia telah sejak lama mencanangkan suatu

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

I. PENDAHULUAN. sekaligus mendukung terciptanya suatu tujuan nasional. Pembangunan nasional. rakyat serta kemakmuran yang adil dan merata bagi publik.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KABUPATEN KEPULAUAN ARU TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrasi pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan adil dan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

yang namanya Otonomi Daerah. Otonomi daerah di Indonesia sangat memegang peranan penting dalam

BAB 1 P E N D A H U L U A N. kekayaan alam lainnya dikuasai oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. menumbangkan kekuasaan rezim Orde Baru yang sentralistik digantikan. arti yang sebenarnya didukung dan dipasung sekian lama mulai

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran perlunya pembangunan berkelanjutan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGGAI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan lebih dekat dengan masyarakat. Otonomi yang dimaksudkan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pemerintahan di negara Indonesia khususnya dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. seluas-luasnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

I. PENDAHULUAN. dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi. daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang berkelanjutan, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan amanat penyelenggaraan otonomi daerah dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional serta diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. 1 Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas pada kemampuan keuangan daerah. Keuangan menjadi salah satu faktor pendukung pelaksanaan otonomi daerah, di mana sumber pendapatan daerah menurut Pasal 157 Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lainlain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah. Terkait dengan pemberian otonomi kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah, PAD dapat dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk 1 Philipus M. Hadjon, Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah di Era Otonomi. Rajawali Press. Jakarta. 2005. hlm.11.

2 mengurangi ketergantungan suatu daerah kepada pusat. PAD merupakan sumber penerimaan yang murni dari daerah, yang merupakan modal utama bagi daerah sebagai biaya penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun proporsi PAD terhadap total penerimaan daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu pemerintah daerah. 2 Salah satu sumber dana untuk mendukung keuangan daerah adalah hasil perusahaan milik daerah. Sebagaimana diketahui bahwa tugas dan peranan BUMD adalah mendorong kegiatan ekonomi daerah, menciptakan kesempatan kerja, menyediakan jasa pelayanan sosial dan memberikan kontribusi bagi PAD. Kalau saja pemerintah daerah mampu mengelola secara profesional tidak tertutup kemungkinan BUMD merupakan sumber pendapatan daerah yang potensial. 3 BUMD bertujuan menunjang perkembangan ekonomi, mencapai pemerataan secara horizontal dan vertikal bagi masyarakat, menyediakan persediaan barang yang cukup bagi hajat hidup orang banyak, mampu untuk memupuk keuntungan dan menunjang terselenggaranya rencana pembangunan daerah. Salah satu BUMD yang mengemban amanat dan peran strategis di daerah adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang berfungsi melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana masyarakat melalui perolehan keuntungan dari usahanya untuk digunakan kembali dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat. 4 2 Warsito, Otonomi Daerah, Sebuah Kajian Kritis. Rineka Cipta. Jakarta. 2000. hlm.12. 3 Sri Maemunah. Revitalisasi BUMN dan BUMD. Lentera. Jakarta. 2004. hlm.67. 4 Ibid. 2004. hlm. 68.

PDAM merupakan perusahaan daerah yang bergerak dalam penyediaan air minum bagi masyarakat yang dalam operasionalnya melekat dua fungsi, yaitu sebagai unsur pelayanan masyarakat dan sebagai salah satu sumber PAD. Keberadaan PDAM dihadapkan pada dua tuntutan, yaitu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan berorientasi sosial dan memberikan kontribusi terhadap pembiayaan pembangunan, namun pada kenyataannya PDAM belum optimal dalam memberikan kontribusi terhadap PAD. 5 Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah belum maksimalnya peran PDAM dalam memberikan kontribusi terhadap PAD tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu masalah keuangan, kinerja personalia dan pengawasan. Masalah keuangan yang dihadapi oleh perusahaan daerah adalah kekurangan modal untuk investasi, sedangkan masalah penunjang yang cukup berpengaruh terhadap kinerja perusahaan daerah adalah profesionalisme sumber daya manusia yang masih rendah, dan tingkat pengawasan yang masih rendah. 6 Pada sisi lain ketersediaan pasokan air minum oleh PDAM Way Rilau belum stabil (mengalami peningkatan dan penurunan), sebagaimana disajikan pada tabel berikut: Tabel 1. Data Produksi Air Minum pada PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung No Tahun Jumlah Produksi Air (M 3 ) Persentase (%) 1 2009 17.484.084-2 2010 22.026.168 25.98 3 2011 18.175.252 17.48 4 2012 14.549.966 19.95 5 2013 15.800.879 8.60 Sumber: PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung 2014 5 Rayanto, Manajemen Strategik Badan Usaha Milik Negara, Penerbit JKAP. Jakarta. 2002. hlm. 16. 6 Syamsudin Alhabsji dan Soedjoto, Kedudukan dan Peranan Perusahaan Daerah dalam Pelaksanaan yang Nyata dan Bertanggungjawab. Universitas Brawijaya. Jawa Timur. 2001. hlm.7.

4 PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung mempunyai fungsi pokok pelayanan umum masyarakat dan sebagai salah satu sumber PAD. PDAM Way Rilau dalam menjalankan fungsinya tersebut harus mampu membiayai dirinya sendiri dan harus berusaha mengembangkan tingkat pelayanan kepada masyarakat, artinya setiap usaha yang dijalankan harus dapat menghasilkan keuntungan yang dapat digunakan untuk operasionalisasinya dan selebihnya untuk membiayai kegiatan pembangunan daerah menyangkut aspek kehidupan masyarakat lainnya. Menurut Pasal 1 Angka (64) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang dimaksud dengan Retribusi daerah adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Berdasarkan ketentuan pasal di atas maka dapat dinyatakan bahwa retribusi merupakan pembayaran atas penggunaan barang atau jasa yang disediakan untuk umum oleh pemerintah, maka penarikannya dilakukan umumnya di tempat pemakaian. Retribusi dapat juga ditagihkan kepada badan atau orang pribadi atas dasar pembayaran dengan penggunaan terbatas (dijatahkan) atau pembayaran dengan periode tertentu yang telah disepakati. Permasalahan dan kebijaksanaan pelayanan oleh pemerintah daerah dikatakan pula bahwa persaingan retribusi antara pemerintah daerah tidak akan menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tarif, yang penting adalah bila ada pemerintah daerah yang berdekatan mengadakan atau menyediakan barang atau jasa yang sama, maka saling tukar informasi menjadi penting untuk mengurangi kerugian, sehingga

5 pengelolaannya harus dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Upaya untuk meningkatkan pelayanan tersebut direalisasikan dengan program kerja di bidang pelayanan dengan mengembangkan pemasaran dan cakupan pelanggan untuk memperluas pelayanan air bersih kepada masyarakat. Dengan makin luasnya masyarakat yang dapat menikmati fasilitas air bersih dari PDAM Way Rilau, diharapkan dapat makin meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bandar Lampung, karena salah satu indikator sejahteranya masyarakat perkotaan adalah makin mudahnya mereka mendapatkan dan mengakses fasilitas-fasilitas perkotaan/pelayanan publik yang menunjang kehidupan. Program kerja eksternal ini dilakukan dengan meningkatkan cakupan pelayanan dengan tolok ukur perbandingan antara jumlah penduduk terlayani dengan jumlah penduduk. Dengan meningkatkan kualitas air distribusi dengan teknologi pengolahan sehingga belum mampu mengolah air untuk menjadi air minum serta neningkatkan kontinuitas air, yaitu aliran air yang harus sampai kepada semua pelanggan selama 24 jam. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air minum masyarakat Kota Bandar Lampung, sebagaimana disajikan pada tabel berikut: Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung yang Menjadi Pelanggan PDAM Way Rilau No Tahun Jumlah Pelanggan PDAM Penduduk (Jiwa) (Jiwa) Persentase (%) 1 2009 861.251 174.618 20.27 2 2010 861.251 220.794 25.10 3 2011 893.286 222.586 24.91 4 2012 910.065 233.844 25.70 5 2013 Proses Audit BPKP Proses Audit BPKP Proses Audit BPKP Sumber: PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung 2014

6 Berdasarkan data pada tabel di atas maka diketahui bahwa persentase jumlah penduduk Kota Bandar Lampung yang mendapatkan pelayanan air minum dari PDM Way Rilau pada tahun 2009-2012 hanya berkisar antara 20-25% dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 2009 hanya 20,27% masyarakat yang mampu dilayani oleh PDAM, pada tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 25,10%, pada tahun 2011 menurun menjadi 24,91% dan kembali mengalami kenaikan menjadi 25,70% pada tahun 2012. Data pada tahun 2013 belum dapat disajikan karena masih dalam proses audit dari Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Lampung. Perusahaan juga meningkatkan kualitas PDAM dalam menanggapi dan menyelesaikan pengaduan pelanggan, agar setiap pengaduan dapat dilayani dengan cepat dan tepat. Antara lain perlu dibentuk unit pelayanan gangguan yang bertugas secara khusus menangani, melayani dan menyelesaikan pengaduan pelanggan. PDAM Way Rilau senantiasa melakukan penyempurnaan dalam meningkatkan kualitas, kuantitas dan kontinuitas air bersih kepada pelanggan, serta mempertahankan struktur tarif yang adil, dengan tetap memperhatikan perkembangan perekonomian masyarakat. Melakukan review atas ketentuan/peraturan mengenai sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat/pelanggan maupun karyawan. Dengan adanya ketentuan tersebut, PDAM Way Rilau memiliki alat untuk mencegah terjadinya kebocoran administratif dari penjualan air, baik yang dilakukan pelanggan maupun yang dilakukan karyawan. Pelayanan PDAM Way Rilau terhadap konsumen diwujudkan dengan meningkatkan cakupan pelayanan sebagai ukuran keberhasilan perusahaan dalam

7 mengembangkan usaha, meningkatkan kontinuitas dan produktivitas air agar tidak terjadi kemacetan aliran air dan distribusi air dapat berjalan secara normal; meminimalisasi tingkat kehilangan air serta mempercepat proses penyambungan pelanggan baru bagi calon konsumen PDAM Way Rilau. Hal ini selaras dengan fungsi PDAM, yaitu melayani kebutuhan hajat hidup orang banyak dan sekaligus menggali dana masyarakat melalui perolehan keuntungan dari usahanya untuk digunakan kembali dalam membangun sarana dan prasarana yang diperlukan oleh masyarakat 7 PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung berusaha untuk meningkatkan cakupan jumlah penduduk yang terlayani oleh sambungan air bersih. Jumlah penduduk yang tinggi merupakan potensi dalam mengembangkan perusahaan. Selain itu adanya tingkat kesadaran masyarakat dalam memahami manfaat air bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi faktor pendukung upaya memperluas cakupan ini. Apabila kesadaran masyarakat baik, dalam artian memahami secara benar akan manfaat air bersih dan sehat, maka upaya memperluas cakupan ini merupakan peluang bagi PDAM, karena semakin baik kesadaran masyarakat akan manfaat air bersih semakin terbuka kesempatan bagi PDAM untuk memperluas pasar/jumlah pelanggan. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ini adalah dengan melakukan sosialisasi dan penyebaran brosur mengenai manfaat air bersih dan sehat bagi kehidupan manusia. Salah satu faktor yang menyebabkan ia memasang saluran PDAM adalah kualitas air sumur yang dangkal sehingga kurang memenuhi syarat air bersih. Dengan kata lain, kualitas air sumur tersebut diketahui dan disadari oleh penduduk yang telah menjadi pelanggan PDAM. 7 Rayanto, Op.Cit, hlm. 19.

8 Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan melakukan penelitian dan menuangkannya ke dalam Skripsi yang berjudul: Pelaksanaan Pelayanan Air Bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung. 1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1.2.1 Permasalahan Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan pelayanan air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau dalam pelaksanaan pelayanan air bersih dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung? 1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah kajian Hukum Administrasi Negara. Ruang lingkup objek adalah pelaksanaan pelayanan air bersih oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Rilau dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Lokasi penelitian dilaksanakan pada PDAM Way Rilau Bandar Lampung dan waktu penelitian dilaksanakan pada Tahun 2014. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

9 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan air bersih oleh PDAM Way Rilau dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh PDAM Way Rilau dalam pelaksanaan pelayanan air bersih dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan praktis sebagai berikut: a. Kegunaan teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan kontribusi dalam bidang ilmu hukum administrasi negara, khususnya yang berkaitan dengan kajian mengenai pelaksanaan pelayanan air bersih oleh PDAM Way Rilau dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung b. Kegunaan praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna; (1) Bagi PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung sebagai masukan dalam mengambil langkah-langkah strategis guna meningkatkan PAD Kota Bandar Lampung. (2) Bagi masyarakat yang membutuhkan informasi mengenai upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah pada PDAM Way Rilau di masa yang akan datang.