FENOMENA LINGKUNGAN HIDUP KITA

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

BAB I PENDAHULUAN. Kota-kota besar di Indonesia sebagai pusat pembangunan telah. banyak mengalami perubahan dan kemajuan baik dalam bidang politik,

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari, selain itu jalan juga memegang peranan penting

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

Transportasi terdiri dari dua aspek, yaitu (1) prasarana atau infrastruktur seperti jalan raya, jalan rel, bandar udara dan pelabuhan laut; serta (2)

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

PRAKTEK GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KOMUNITAS PENGGUNA SEPEDA, KRL, DAN TRANSJAKARTA DI METROPOLITAN JAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

RANGKUMAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN dan BUDAYA JAKARTA (PLBJ) KALI BERSIH. 1.2 Mengenal manfaat kali bersih. 1.3 Membiasakan menjaga kebersihan kali

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHAULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terdiri dari 34 Provinsi yang

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

02/03/2015. Sumber daya Alam hayati SUMBER DAYA ALAM JENIS-JENIS SDA SUMBERDAYA HAYATI. Kepunahan jenis erat kaitannya dengan kegiatan manusia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB 3 TINJAUAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

PENDAHULUAN Latar Belakang

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan penduduk telah meningkatkan kebutuhan terhadap sandang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

KERUSAKAN LINGKUNGAN

Transkripsi:

FENOMENA LINGKUNGAN HIDUP KITA Oleh : Dr.Ir.H. Ali Hanapiah Muhi, MP * uatu hal yang menggembirakan bagi para pemerhati dan pecinta lingkungan adalah adanya perhatian sebagian masyarakat dunia terhadap lingkungan hidup dan kelestariannya. Namun demikian, hal yang masih memprihatinkan adalah sebagian masyarakat dunia lainnya justeru bertindak sebaliknya, dengan mengeksploitasi dan bahkan merusak lingkungan hidup. Mereka cenderung seakan tidak peduli dengan kelestarian lingkungan hidup, bahkan terus secara membabibuta mengeksploitasi lingkungan hidup sesuai keinginannya tanpa menghiraukan dampak buruk yang ditimbulkan oleh aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas tidak ramah manusia terhadap lingkungan hidup, seperti membabat hutan secara serampangan, mengalihfungsikan lahan produktif menjadi berbagai peruntukan lain tanpa menghiraukan keseimbangan lingkungan dan sebagainya. Kebanyakan yang melatarbelakangi berbagai kegiatan yang mengabaikan keterancaman kelestarian lingkungan hidup adalah alasan ekonomi. Contohnya terjadinya kerusakan lingkungan hidup, di antaranya disebabkan oleh berbagai kegiatan industri yang menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Berbagai masalah kerusakan lingkungan hidup yang banyak terjadi antara lain, kerusakan hutan, erosi tanah, kepunahan satwa liar, 1

kepunahan tumbuh-tumbuhan atau kepunahan plasma nutfah dan lain-lain. Beberapa dekade terakhir, pertumbuhan jumlah penduduk di dunia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta revolusi teknologi informasi telah membawa dunia ke dalam kancah pergaualan global yang seolah tanpa batas dan sekat antar negara. Kondisi tersebut memunculkan berbagai fenomena tekanan terhadap lingkungan hidup, terutama yang terkait dengan pertambahan penduduk dunia dan kegiatannya yang berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup : a. Tekanan Pertumbuhan Kependudukan; Permukiman; Pertumbuhan jumlah penduduk membawa konsekwensi logis terhadap terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap tempat tinggal. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menimbulkan dampak pada tuntutan perluasan lahan tempat tinggal. Di kawasan perkotaan, ketersediaan kawasan pemukiman relatif sangat terbatas, sedangkan jumlah manusia yang membutuhkan tempat tinggal senantiasa meningkat dari waktu ke waktu, sehingga sangat rentan terjadi kawasan pemukiman yang padat penduduk. Kondisi ini berdampak terhadap semakin tingginya tekanan terhadap kelestarian lingkungan hidup. Kesehatan; Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi, semestinya diikuti dengan tingkat kesehatan yang semakin baik. Namun, kondisi yang berkembang adalah adanya indikasi bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi menimbulkan dampak pada menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Peningkatan 2

jumlah penduduk, seyogianya diikuti dengan ketersediaan lapangan kerja yang memadai, tempat tinggal yang memadai, fasilitas kehidupan yang memadai pula. Keterbatasan ketersediaan lapangan kerja, tempat tinggal yang layak, dan fasilitas kehidupan yang layak, menyebabkan banyak penduduk yang tidak memiliki pekerjaan yang layak, tidak memiliki tempat tinggal yang layak, tidak memiliki kemampuan untuk memanfaatkan segala fasilitas secara layak. Banyak penduduk yang menganggur dan tidak memiliki rumah sebagai tempat tinggal, sehingga mereka menjadi gelandangan yang hidup di kawasan kumuh, tidak mengecap pendidikan yang memadai, tidak mampu mengakses fasilitas kesehatan yang layak. Mereka hidup dan beraktivitas di tempat yang kumuh dengan tingkat sanitasi lingkungan yang rendah, bahkan mereka cenderung pula memperburuk dan mengancam kelestarian lingkungan dengan membuang sampah secara sembarangan di lingkungan tempat tinggalnya. b. Tekanan Bidang Pertanian dan Kehutanan; Pertanian; Di satu sisi pertumbuhan penduduk memerlukan peningkatan hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan pangan, papan, dan sandang. Di sisi lain, lahan pertanian mengalami penurunan luas dikarenakan terjadinya pengalihan fungsi dari pertanian ke berbagai bentuk peruntukan lain non pertanian seperti pembangunan berbagai prasarana dan sarana fisik jalan, gedung, pemukiman, dan lainlain. 3

Kehutanan; Pertumbuhan penduduk secara langsung maupun tidak langsung telah membawa dampak terhadap terancamnya kelestarian lingkungan hidup, terutama kelestarian hutan. Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan penduduk berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan hidup. Salah satu upaya pemenuhan kebutuhan hidup umat manusia adalah dengan memanfaatkan hasil hutan, seperti kayu untuk bahan bangunan, perabot rumah tangga, hasil hutan non kayu seperti rotan, getah pohon damar, madu lebah dan sebagainya. Keterancaman kelestarian hutan terjadi pada pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan secara berlebihan untuk kebutuhan papan dan meubeler, konversi kawasan hutan menjadi lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan pangan, papan, dan sandang. Konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan paling dominan dalam merusak kelestarian kawasan hutan. Seringkali landclearing kawasan hutan menjadi lahan pertanian dan perkebunan dilakukan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, seperti pembakaran hutan, pengolahan lahan dengan menggunakan alat berat (traktor), dan sebagainya. c. Tekanan Pertumbuhan Kota dan Industri : Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun); Limbah B3 umumnya berasal dari aktivitas pertambangan dan industri atau pabrik. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999, bahwa yang dimaksud dengan Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang 4

karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya (Wahyu, 2008). Limbah B3 dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori (Wahyu, 2008), yaitu: (1). Berdasarkan sumber. a. Limbah B3 dari sumber spesifik; b. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik; c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. (2). Berdasarkan karakteristik a. Limbah B3 yang mudah meledak; b. Limbah B3 pengoksidasi; c. Limbah B3 yang sangat mudah sekali menyala; d. Limbah B3 yang sangat mudah menyala; e. Limbah B3 yang mudah menyala; f. Limbah B3 yang amat sangat beracun; g. Limbah B3 yang sangat beracun; h. Limbah B3 yang beracun; i. Limbah B3 yang berbahaya; j. Limbah B3 yang korosif; k. Limbah B3 yang bersifat iritasi; 5

l. Limbah B3 yang berbahaya bagi lingkungan; m. Limbah B3 yang karsinogenik; n. Limbah B3 yang teratogenik; o. Limbah B3 yang mutagenik. Alih fungsi lahan; Pada awalnya sebelum tanah secara meluas dieksploitasi dan diperlukan sebagai lahan tempat usaha yang produktif. Lahan pertanian tersedia dalam jumlah yang cukup luas. Setelah manusia mengenal sistem bercocok tanam dan budidaya, maka tanah dibutuhkan sebagai lahan tempat bercocok tanam dan budidaya. Lahan pertanian semakin hari memegang peranan yang semakin strategis dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tanah atau lahan mulai dikuasai secara pribadi oleh individu-individu masyarakat. Pertanian merupakan salah satu kegiatan manusia yang mengeksploitasi sumber daya tanah dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dalam mengeksploitasi tanah untuk kegiatan pertanian, manusia menerapkan berbagai teknologi mulai dari teknologi yang sederhana bersifat tradisional sampai teknologi yang canggih. Semuanya menjadikan tanah sebagai objek untuk kegiatan produktif pertanian. Dalam perkembangannya, tanah menjadi sesuatu barang yang berharga dan memiliki nilai ekonomi. Sebagai sumber daya alam, tanah merupakan faktor produksi yang amat penting dan srategis. Namun dalam kepemilikan atau penguasaan tanah sebagai faktor produksi luasnya mengalami penyusutan, yang semakin hari semakin mengecil dibandingkan dengan jumlah penduduk di muka bumi. Fenomena ini muncul karena luas daratan di permukaan bumi 6

tidak mengalami penambahan, sedangkan jumlah penduduk semakin hari semakin bertambah banyak. Hal tersebut menyebabkan bidang-bidang tanah atau lahan yang dikuasai anggota masyarakat menjadi semakin terbatas luasnya dan letaknya berpencar-pencar. Salah satu penyebab semakin menciutnya lahan produktif adalah terjadinya peraloihan fungsi lahan dari lahan pertanian produktif menjadi berbagai fungsi dan peruntukan lahan diluar usha pertanian seperti untuk lahan pemukiman, tempat pembangunan gedung, kawasan industri manufaktur, kawasan industri jasa dan perdagangan, dan lain-lain (Muhi, A.H., 2011). Bagi masyarakat di perdesaan maupun perkotaan tanah sebagai lahan usaha merupakan modal dasar yang vital. Tidak heran bagi kita, di kalangan masyarakat baik di perkotaan maupun di perdesaan dijumpai sekelompok orang yang disebut juragan tanah atau tuan tanah. Umumnya orang yang menguasai sebagian besar tanah mempunyai posisi yang strategis dalam strata sosial masyarakat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomis dan politis yang strategis dalam masyarakat. Karena semakin terbatasnya ketersediaan lahan tanah sebagai sumber daya alam yang potensial, maka diperlukan manajemen pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang ada. Manajemen lahan yang meliputi pengelolaan lahan pertanian (lahan bercocok tanam, kehutanan, peternakan, dan perikanan), serta pengelolaan lahan untuk perumahan maupun industri (Muhi, A.H., 2011).. Pertambangan; Seiring dengan meningkatnya kegiatan industri di era 7

industrialisasi dan era globalisasi, kegiatan sektor pertambangan termasuk yang mengalami pertumbuhan pesat. Pertumbuhan kegiatan sektor pertambangan seiring dengan tuntutan pemenuhan bahan baku berbagai industri manufaktur yang berbahan baku hasil pertambangan seperti bijih emas, tembaga, perak, bijih timah, seng, bijih besi, berbagai bahan bakar minyak dan mineral lainnya. Kondisi ini mendorong pencarian dan pengeksploitasian bahan mineral yang terkandung di dalam perut bumi, sehingga di hampir semua daerah terjadi peningkatan aktivitas pertambangan baik pertambangan yang sudah beroperasi maupun pembukaan pertambangan baru. Semua kegiatan usaha pertambangan tersebut memberikan tekanan terhadap kelestarian lingkungan hidup, baik tekanan dari pembangunan industri pertambangannya maupun tekanan yang berasal dari sisa hasil galian pertambangan, seperti kerusakan lingkungan, pencemaran lingkungan akibat limbah pertambangan dan sebagainya. Pariwisata; Kemajuan ekonomi masyarakat terutama di daerah perkotaan telah membawa berbagai perubahan gaya hidup masyarakat. Masyarakat kota yang sehari-hari diselimuti oleh berbagai kesibukan bekerja di berbagai sektor ekonomi dan jasa yang tumbuh pesat di daerah perkotaan. Salah satu kebutuhan yang turut mengiringi perkembangan perekonomian di daerah perkotaan adalah tumbuhnya kebutuhan akan hiburan dan refreshing. Wujud dari kebutuhan tersebut adalah meningkatnya permintaan akan tempat-tempat yang dapat memberikan rasa nyaman, damai, menyenangkan, penuh 8

keindahan, hiburan dan dapat memberikan rasa segar dan semangat baru. Hal itu terwujud dalam bentuk wahana wisata, sehingga di berbagai kawasan di daerah perkotaan dan daerahdaerah yang memiliki nilai estetika baik yang alami maupun buatan berkembang pesat di berbagai daerah. Pembangunan tempat-tempat berwisata bagi masyarakat tumbuh berkembang dengan pesat di hampir semua daerah di Indonesia maupun di luar negeri. Pembangunan tempat-tempat berwisata bukan hanya sebatas objek berwisatanya, akan tetapi disertai dengan pengembangan dan pembangunan berbagai fasilitas pendukung lainnya seperti prasarana transportasi, restaurant, hotel (penginapan), arena bermain (seperti kolam renang, golf, hiking, bersepeda dan lain-lain). Pembangunan berbagai fasilitas pariwisata tersebut membutuhkan lahan yang luas. Semuanya memberikan tekanan terhadap lingkungan hidup. d. Tekanan Bidang Energi dan Transportasi; Energi; Kemajuan ekonomi masyarakat terutama di daerah perkotaan telah membawa berbagai perubahan gaya hidup masyarakat. Salah satu gaya hidup yang berkembang di tengah masyarakat dalam hal pemanfaatan kendaraan bermotor dalam aktivitas kesehariannya. Berbagai model moda transportasi telah dikembangkan oleh pemerintah dalam mendukung aktivitas masyarakat. Ada moda transportasi umum (bis kota, transjakarta, trans metro Bandung, kereta api massal binis dan ekonomi, taxi, bemo, bajaj, truk, tronton dan sebagainya). Di luar itu, berkembang pula model kendaraan angkutan pribadi 9

dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti sepeda motor, mobil pribadi (sedan, mobil van, mobil jeep dan sebagainya). Peningkatan jumlah kendaraan bermotor baik roda dua, roda empat dan seterusnya terjadi lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan penyediaan prasarana jalan raya. Kondisi tingkat pertumbuhan yang tidak seimbang tersebut menyebabkan jalan raya yang ada tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang melalui ruas jalan yang ada, sehingga di kota-kota besar terjadi kemacetan lalu lintas yang sangat mengkhawatirkan. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang tinggi ditambah kondisi kemacetan jalan raya yang parah dari hari ke hari menyebabkan terjadinya pemborosan energi dalam bentuk bahan bakar minyak. Tekanan jumlah kendaraan bermotor yang semakin meningkat drastis dari waktu ke waktu membawa dampak pada tekanan akan ketersediaan energi. Ketersediaan bahan bakar minyak menjadi semakin langka untuk memenuhi kebutuhan kendaraan bermotor yang jumlahnya semakin meningkat. Transportasi; Kemajuan ekonomi masyarakat terutama di daerah perkotaan telah membawa berbagai konskuensi. Salah satu konsekuensinya adalah tingginya aktivitas dan dinamika masyarakat. Aktivitas dan dinamika masyarakat yang dinamis harus didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Berbagai model moda transportasi telah dikembangkan oleh pemerintah dalam mendukung aktivitas masyarakat. Namun itu belum memadai dalam mendukung aktivitas dan dinamika masyarakat. Berbagai bentuk moda transportasi yang dikembangkan 10

antara lain : moda transportasi darat (sepeda motor, mobil pribadi, mobil angkutan umum massal seperti bis dan kereta api, mobil angkutan barang seperti truk, tronton, kereta api barang; moda transportasi udara, pesawat terbang komersial melayani rute dalam negeri dan luar negeri, pesawat angkut perintis di daerah-daerah terpencil, helikopter, pesawat carteran, dan pesawat terbang kargo; moda transportasi laut seperti kapal pesiar, kapal komersial antar negara, kapal pelayaran antar pulau, kapal penyeberangan, kapal kargo, speed boat, dan sebagainya. Semua bentuk dan moda transportasi tersebut memberikan tekanan terhadap lingkungan, seperti perlu dibangun jalan raya dan terminal bus di darat, perlu dibangun pelabuhan di pantai, perlu dibangun bandar udara untuk pendaratan pesawat terbang dan helikopter, dan berbagai fasilitas lainnya. Selain itu, salah satu bentuk tekanan yang signifikan terhadap lingkungan hidup adalah pencemaran lingkungan hidup yang berasal dari pembakaran mesin pada setiap moda kendaraan angkutan transportasi tersebut.**** * Dr. Ir. H. ALI HANAPIAH MUHI, MP adalah dosen/pelatih Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor. Tulisan ini cuplikan dari isi buku yang berjudul : PRAKTEK LINGKUNGAN HIDUP Penulis : Dr. Ir. H. Ali Hanapiah Muhi, MP Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinangor, Jawa Barat, 2011. 11