Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

EFEKTIVITAS PAJAK HIBURAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kota Kediri)

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Pemda untuk melaksanakan wewenang dan tanggung jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang berkesinambungan, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

LANDASAN TEORI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAERAH SEBAGAI PENILAIAN KINERJA (Studi pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Semarang)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BABV PENUTUP. signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi

BAB I PENDAHULUAN. pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD dan pendapatan lain-lain yang sah.

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Kota Surakarta) dalam penelitiannya menyimpulkan sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA KANTOR SEKRETARIAT KABUPATEN KUTAI BARAT. Supina Sino,Titin Ruliana,Imam Nazarudin Latif

1 UNIVERSITAS INDONESIA

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah

Oleh : Drs. Yonathan Palinggi,MM Peneliti adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ketua Program Studi Pasca Sarjana Manajemen Administrasi Publik Unikarta

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

Keuangan Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB IV METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menguraikan pengertian PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal

Transkripsi:

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) DI PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK TAHUN 211-214 Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri ABSTRAK Penelitian ini merupakan studi kasus untuk menganalisis tingkat kemandiriaan, efektifitas dan efisiensi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Tahun 211-214. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen yaitu Dinas Daerah sedangkan variabel independennya yaitu Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jenis data yang digunakan adalah data Primer dengan menggunakan data laporan keuangan Tahun 211-214. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan Dinas Daerah dan populasi yang digunakan adalah seluruh Dinas Daerah. Dari hasil yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Tingkat Kemandirian, efektifitas dan efisiensi dari tahun ketahun menunjukkan tingkat yang fluktuatif, sehingga berbeda darii tahun ketahun. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi PENDAHULUAN Instansi atau lembaga pemerintah merupakan lembaga sektor publik yang memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan publik. Proses pemenuhan kebutuhan publik lembaga pemerintah tentunya berharap dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dengan keterbatasan anggaran dan sumber daya yang dimilikinya. Pemerintahan daerah dapat dikatakan mandiri, Pertama jika daerah tidak lagi bergantung pada dana bantuan dan intervensi dari pemerintah pusat. Kedua, jika daerah mampu membiayai penyelenggaraan pemerintahan melalui dana yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sefrta efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dianggarkan dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah inilah yang merupakan sumber pembiayaan yang memang benar-benar digali dari daerah itu sendiri sehingga dapat mencerminkan kondisi riil daerah. Tingkat kemandirian yang tinggi serta tingkat efisiensi yang efektif akan menimbulkan tingkart efisiensi yang efisien. Motivasi penelitian ini bahwa untuk menganalisis apakah Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk memperoleh bukti empiris yang terkait Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk sebagaimana penelitian terdahulu menurut Ayu (27) dan Yunita (28). Rumusan Masalah Latar belakang yang sudah dijelaskan maka peneliti merumuskan masalah yaitu Bagaimana menganalisis Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Pemerintah Kabupten Nganjuk Tahun Anggaran 211 sampai 214? Tujuan Penelitian UYIK RETNANING SAYEKTI 38

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Untuk menganalisis Tingkat Kemandirian, efektifitas dan efisiensi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) di Pemerintah Kabupaten Nganjuk Tahun Anggaran 211 sampai 214. TINJAUAN PUSTAKA Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi empat macam yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran kas. Keempat macam tersebut diringkas kembali menjadi dua macam diantaranya laporan neraca dan laporan laba rugi. Perubahan modal dan laporan aliran kas pada akhirnya akan diikhtisarkan dalam laporan neraca dan atau laporan laba rugi. Tujuan laporan keuangan pemerintah daerah adalah sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk tahun 211-214 yang merupakan konsolidasi dari seluruh laporan keuangan SKPD dan bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai posisi aset dan kewajiban (neraca), anggaran dan realisasi anggaran (LRA) serta kinerja keuangan yang dicapai tiap tahun yang ada di Dinas Daerah (DPPKAD) secara transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Keuangan Daerah Menurut Halim (27) berdasarkan peraturan-peraturan manajemen keuangan daerah, pengelolaan keuangan daerah memiliki karakteristik antara lain : 1. Pengertian Daerah adalah propinsi dan kota atau kabupaten. Istilah Pemerintah Daerah Tingkat I dan II, juga kota madya tidak lagi digunakan. 2. Pengertian Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat lainnya. Pemerintah ini adalah badan eksekutif, sedang badan legislatif di daerah adalah DPRD (pasal 14 UU No.22 Tahun 1999). Oleh karena itu, terdapat pemisahan yang nyata antara legislatif dan eksekutif. 3. Perhitungan APBD menjadi satu laporan dengan pertanggungjawaban Kepala Daerah (pasal 5 PP Nomor 18 Tahun 2). Bentuk Laporan Pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas: a. Laporan Perhitungan APBD b. Nota Perhitungan APBD c. Laporan Aliran Kas d. Neraca Daerah dilengkapi dengan penilaian berdasarkan tolak ukur Renstra (pasal 38 PP Nomor 15 Tahun 2) 4. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam pos pendapatan yang menunjukkan hak Pemda tetapi masuk dalam pos penerimaan yang belum tentu menjadi hak Pemda. 5. Masyarakat termasuk didalam unsur-unsur penyusunan APBD disamping pemerintah daerah yang terdiri atas Kepala Daerah dan DPRD. 6. Indikator kinerja pemerintah daerah tidak hanya mencakup: a. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya. b. Perbandingan antara standar biaya dan realisasinya. c. Target dan persentase fisik proyek, tetapi juga meliputi standar pelayanan yang diharapkan 7. Laporan pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun anggaran yang bentuknya laporan perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan mengandung konsekuensi terhadap masa jabatan Kepala Daerah apabila dua kali ditolak oleh DPRD. 8. Digunakan akuntansi didalam pengelolaan keuangan daerah. Sumber-sumber pendapatan/ penerimaan daerah menurut UU nomor 32 Tahun 24 : a. Pembiayaan Penyelenggaraan Pemerintah: 1) Penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan DPRD dibiayai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2) Penyelenggaraan tugas pemerintah di daerah dibiayai dari dan atas beban Anggaran dan Pendapatan Belanja. UYIK RETNANING SAYEKTI 39

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 b. Sumber Pendapatan Daerah: 1) Pendapatan asli daerah, yaitu: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan Iain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2) Dana perimbangan. 3) Pinjaman daerah. 4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah. c. Persentase Dana Perimbangan: 1) Dana Perimbangan : a) Bagian daerah dari penerimaan Pajak dan Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan penerimaan dari sumber daya alam. b) Dana alokasi khusus. c) Dana alokasi umum 2) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor pedesaan, perkotaan, dan perkebunan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, diterima langsung oleh daerah penghasil. 3) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan sektor pertambangan serta kehutanan dan penerimaan dari sumber daya alam, diterima oleh daerah penghasil dan daerah lainnya untuk pemerataan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4) Penerimaan negara dari pajak bumi dan bangunan dengan pembagian imbalan 1% untuk pemerintah pusat dan 9% untuk daerah. 5) Penerimaan negara dari bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dibagi dengan perimbangan 2% untuk pemerintah pusat dan 8% untuk pemerintah daerah. 6) 1% penerimaan pajak bumi dan bangunan dan 2% penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan yang menjadi bagian dari pemerintahan pusat dibagikan kepada seluruh kabupaten dan kota. 7) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan, sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi dengan perimbangan 2% untuk pemerintah pusat dan 8% untuk pemerintah daerah. Analisis Rasio Keuangan Daerah 1. Rasio Kemandirian Kemandirian keuangan saerah juga menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana eksterm. Kemandirian keuangan daerah ditunjukan oleh besar kecilnya Pendapat Asli Daerah (PAD) di bandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain misal, bantuan Pemerintah Pusat atau dari Pinjaman. (Halim:24). Semakin tingginya rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama Pemerintah Pusat dan Provinsi) semakin kecil, dan demikian juga sebaliknya. Kemandirian= Pendapatan Asli Daerah Bantuan Pemerintah Pusat/ Provinsi&Pinjman Jika rasio kemandiriannya sampai dengan 25% maka disimpulkan bahwa rasio kemandirian daerah tersebut sangat rendah sekali, jika rasio kemandirian lebih dari 25 % hingga 5% dalam rasio kemandirian daerah dikatan masih rendah, jika rasio kemandirian lebih dari 5% hingga 75% masih dikatakan sedang dan jika rasio kemandirian lebih dari 75% hingga 1% sudah dikatan baik atau rasio kemandirian daerah Tinggi. 2. Rasio Efektifitas Menurut Halim (27), rasio efektifitas menggaambarkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target UYIK RETNANING SAYEKTI 4

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Rumusnya adalah sebagai berikut: Efektifitas= Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD yang ditetapkan Hasil yang sudah ditentukan dalam rumus yang sudah tertera diatar jika rasio efektifitasnya kurang dari 1% maka efektifitasnya dikatakan sangat tidak efektif, jika rasio efektifitasnya sama dengan 1% maka rasio daerahnya dikatan efektifitas berimbang dan jika rasio efektifitasnya lebih dari 1% maka rasio efektfitasnya sudah dikatakan efektif. 3. Rasio Efesiensi Efisiensi untuk memperoleh ukuran rasio efektivitas daerah yang lebih baik, perlu diperbandingkan dengan rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diterima. (Halim:27). Biaya yang dikeluarkan Efisiensi= memungut PAD Realisasi Penerimaan PAD Rasio perbandingan dapat dikategorikan efisien apabilah rasio yang dicapai kurang dari 1 (satu) atau dibawah 1%. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja Pemerintah Daerah semakin baik. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah terdiri atas : 1. Pendapatan Pajak Daerah a. Pajak hotel b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame e. Pajak penerangan jalan f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C g. Pajak parkir 2. Retribusi Daerah 3. Hasil Pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan penelitian adalah penelitian berbentuk deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneili pada populasi atau sempel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono:29) Jenis Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan penelitian ini adalah menggunakan data primer yaitu kualitatif berupa data tentang hasil penjelasan dari pimpinan dan staf yang memberikan informasi baik lisan maupun tertulis yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data dengan metode wawancara dan dokumentasi. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian inii adalah seuruh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dna Aset Daerah sedangkan Sampel yang digunakan adalah data laporan keuangan. Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik terntentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel yang digunakan adalah data laporan keuangan Dinas Daerah Tahun 211 sampai 214. Sampel adalah bagaian dari jumalah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut UYIK RETNANING SAYEKTI 41

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Varibel Terikat Variabel terikat ini adalah Pendapatan Asli Daerah pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keunagn dan Aset Daerah Di Pemerintah Kabupaten Nganjuk. Variabel dependen atau sering disebut dengan variabel terikat sering disebut sebagai variabel konsekuen, variabel kriteria, variabel pengaruh, terikat, tergantung, dan variabel output. Variabel dependen disebut variabel terikat adalah karena setiap variabel independen akan mempengaruhi variabel terikat/ independen. Variabel Bebas Variabel dalam penelitian ini yaitu mencangkup rasio-rasio yang dilakukan penelitian ini yaitu Tingkat kemandirian, efektifitas dan efisiensi dijelaskan dibawah: Analisis Tingkat Kemandirian Kemampuan pendapatan daerah dalam membiayai pengeluaran pemerintah daerah sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi dan sumbersumber yang sudah dijelaskan rumus dan kriteria pada pembahasan sebelumnya. Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ektern, semakin rendah dan demikian pula sebaliknya, rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Analisis Tingkat Efektifitas Kemampuan Pemerintah Daerah dalam merealisasikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang direncanakan dibandingkan dengan target Pendapatan Asli Daerah yang ditetapkan dengan rumus dan kriteria yang sudah ditentukan. Semakin tinggi tingkat efektifitas maka semakin efektif dan sebaliknya. Analisis Tingkat Efisiensi Rasio yang menggambarkan perbandingan antara output dan input atau realisasi pengeluaran dengan realisasi penerimaan daerah. Semakin kecil rasio ini, maka semakin efisien, begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini dengan mengasumsikan bahwa pengeluaran yang dibelanjakan sesuai dengan peruntukkannya dan memenuhi dari apa yang direncanakan. Tingkat efisiensi jika rasionya kurang dari 1 atau 1% dikatakan efisien. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 211 Berikut adalah hasil analisis tingkat kemandirian, efektifitas dan efisiensi di Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada Dinas Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: (Lampiran 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai presentase kemandirian sebesar 67,19%. Hasil penelitian yang dilakukann oleh peneliti ini menunjukkan bahwa hasil presentase dikatakan dalam kriteria Sedang, hal ini menyatakan bahwa tingkat Kemandirian pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam kemandiriannya masih sanggup membiayai pengeluaran sendiri. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase Efektifitas sebesar 112,74%, hal ini menyatakan bahwa tingkat Efektifitas pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dikatakan dalam kriteria Efektif. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Nganjuk dikatan efisien karena kurang dari 5%. Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 212 Berikut adalah hasil analisis tingkat kemandirian, efektifitas dan efisiensi di Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada Dinas Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: (Lampiran 2) Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase kemandirian sebesar 6,65%. UYIK RETNANING SAYEKTI 42

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Hasil presentase menunjukkan bahwa dikatakan dalam kriteria Sedang. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase Efektifitas sebesar 119,29%, hal ini menyatakan bahwa tingkat Efektivitas pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dikatakan dalam kriteria Efektif. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Pemerintah Kabupaten Nganjuk dikatan efisien karena kurang dari 5%. Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 213 Berikut adalah hasil analisis tingkat kemandirian, efektifitas dan efisiensi di Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada Dinas Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: (Lampiran 3). Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase kemandirian sebesar 13,2%. Hasil presentase menunjukkan bahwa dikatakan dalam kriteria Tinggi, hal ini menyatakan bahwa tingkat Kemandirian pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam kemandiriannya baik. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase Efektifitas sebesar 119,29%, hal ini menyatakan bahwa tingkat Efektivitas pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dikatakan dalam kriteria Efektif. Hasil penelitian dalam prosentase diatas menunjukkan bahwa hasilnya sebesar 38,87%, jadi dapat dikatakan Efisien. Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 214 Berikut adalah hasil analisis tingkat kemandirian, efektifitas dan efisiensi di Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada Dinas Daerah (DPPKAD) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang disajikan dalam tabel sebagai berikut: (Lampiran 4). Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase kemandirian sebesar 119,39%. Hasil presentase menunjukkan bahwa dikatakan dalam kriteria Tinggi, hal ini menyatakan bahwa tingkat dalam kemandiriannya baik. Hasil penelitin ini menunjukkan bahwa nilai presentase Efektifitas sebesar 126,19%, hal ini menyatakan bahwa tingkat Efektifitas dikatakan dalam kriteria Sangat Efektif karena dalam presentase pada tabel diatas jika lebih dari 1% dikatakan Efektif. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa hasil prosentase efisiensi sebesar 23,72%. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat efisiensi dikatan efisien. PEMBAHASAN Hasil Analisis Tingkat Kemandirian Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Daerah (DPPKAD) Tahun 211-214 Hasil penelitian tahun 211 menunjukkan tingkat kemandiriannya 67,19%, tingkat kemandirian tahun 212 sebesar 6,65%, tahun 213 menghasilkan tingkat kemandirian sebesar 13,2% dan tingkat kemandirian pada tahun 214 menghasilkan kemandirian sebesar 119,39%. Tingkat kemandirian atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Tahun 211 dan 212 kemandiriannya dikatakan Sedang, sedangkan Tahun 213 dan 214 tingkat kemandiriannya tergolong tinggi. Tingkat Efektifitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Tahun 211-214 Hasil penelitian tahun 211 menunjukkan tingkat efektifitas sebesar 112,74%, tingkat efektifitas tahun 212 sebesar 119,29%, tahun 213 menghasilkan tingkat efektifitas sebesar 142,62% dan tingkat keefktifitas pada tahun 214 menghasilkan efektivitas sebesar 126,19%. Tingkat efektifitas atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dari UYIK RETNANING SAYEKTI 43

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Tahun 211 sampai dengan tahun 214 sudah mencukupi kriteria lebih dari 1% jadi dikatakan sangat efektif. Tingkat Efisiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Tahun 211-214 Hasil penelitian tahun 211 menunjukkan tingkat efisiensi sebesar 49,33%, tingkat efisiensi tahun 212 sebesar 51,67%, tahun 213 menghasilkan tingkat efisien sebesar 34,87% dan tingkat efisiensi pada tahun 214 menghasilkan kemandirian sebesar 23,72%. Tingkat efisiensi atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dari Tahun 211 sampai dengan tahun 214 dibawah 1% maka dikatakan efisien. PENUTUP Simpulan Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan bentuk deskriptif kuantitatif. Menggambarkan karakteristik data yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan atau selama kurun waktu tertentu untuk menguji dan menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subyek penelitian. Variabel penelitian terdiri atas tiga rasio, diantaranya rasio kemandirian, efektifitas serta efisiensi. Tingkat kemandirian atas Pendapatan Asli Daerah Tahun 211 menunjukan prosentase 67,19%, tahun 212 menunjukkan 6,65%, kemandirian tahun 213 menghasilkan tingkat kemandirian sebesar 13,2% dnan tahun 214 kemandiriannya sebesar 119,39%. Tingkat kemandirian dapat dikatakan Sedang karena sudah memenuhi kriteria. Tingkat keefektivitas Tahun 211 menujukkan prosentase sebesar 112,74%, sebesar 119,29% menunjukkaan keefektivitasan thaun 212, tahun 213 menghasilkan prosentase sebesar 142,62% dan tahun 214 menunjukkan prosentase sebesar 126,19%. Tingkat efektivitas tahun dapat dikatakan efektif karena sudah memenuhi tingkat kriteria yang sudah ditentukan. Tingkat keefisiensian menunjukkan prosentase sebesar 49,33%, 51,67%, 34,87 dan 23,72% pada tahun 211 sampai 214. Keefisiensian atas Pendapatan Asli Daerah dapat diakatan efisien karena semakin kecil tingkat prosentase maka semakin baik tingkat keefisiensiannya. Saran Berdasarkan hasil analisis rasio Pemerintah Kabupaten Nganjuk beberapa kesimpulan yang telah dibuat maka peneliti dapat memberikan saran-saran yang sekiranya bisa dipertimbangkan oleh Pemerintah Kabupaten Nganjuk khususnya pada Dinas Daerah (DPPKAD) atas Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam ragka meningkatkan kinerja kemandirian, efektivitas serta efisiensi adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah harus mengoptimalkan penerimanaan daerah melalui peningkatan pelayanan dan peningkatan kerjasama dengan semua pihak. Meiningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat untuk melakukan pembayaran pajak dan retribusi secara jujur dan bertanggung jawab. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya agar memperluas ruang lingkup penelitian, dapat memperbanyak sampel yang digunakan. Peneliti selanjutnya dapat menambah rasio aktivitas atau rasio pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD). DAFTAR PUSTAKA Ayu, Rifan. 27. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Dalam Era Otonomi Daerah Studi Kasus Pemerintah Kabupaten Sumatera Utara. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Sumatra Utara. Darise, Nurlan. 28. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Indeks. Darise, Nurlan. 29. Pengelolaan Keuangan Daerah, Pedoman Untuk Eksekutif dan Legistalif, Rangkuman 7 Undang-undang, 3 Peraturan Pemerintah dan 15 Permendagri. Jakarta: Indeks. UYIK RETNANING SAYEKTI 44

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. 211. Laporan Keuangan Periode Tahun 211-214 Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Nganjuk. Halim, Abdul. 24. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Salemba Empat. Halim, Abdul. 27. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Upp Stim Ykpn.Yogyakarta. Kountur, Ronny. 29. Metode Penelitian. Edisi Revisi. PPM. Jakarta Mahardika, I Gusti Ngurah Suryaadi dan Luh Gede Sri Artini. 212. Analisis Kemandirian Keuangan Daerah Di Era Otonomi Pada Pemerintah Kabupaten Tabanan. Fakultas Ekopnomi. Universitas Udayana. Mahsun, Mohammad. 26. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Edisi Pertama. BPFE- Yogyakarta. Yogyakarta Mardiasmo. 22. Otonomi Dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi. Mardiasmo. 29. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi. Muliana. 29. Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/ Kota Di Provinsi Sumatera Utara. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Departemen Akuntansi. Universitas Sumatera Utara. Nunu, Arson Abd. Rasyid. 211. Analisis Tingkat Kemandirian, Efektifitas, Efisisensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pada Pemerintah Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Program Studi Manajemen. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-enam. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No. 1 21 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Republik Indonesia. 26. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 26 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Industri Pemerintah. Republik Indonesia. 21. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 21 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Republik Indonesia. 1994. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah. S. Munawir. 27. Analisa Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta. S. Munawir. 24. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ke Empat. Liberty. Yogyakarta Sugiyono. 29. Metode Penelitian Bisnis. Edisi Tiga Belas. Alfabeta. Bandung. Syurmita. 214. Prediksi Financial Distress Pemerintah Kabupaten/ Kota Di Indonesia. Tesis. Universitas Al Azhar Indonesia. Yunita, Dewi Anggara. 28. Pengaruh Efektifitas PAD dan DAU Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemkab/ Pemko Di Sumatera Utara. Skripsi. Program Pasca Sarjana. Fakultas Ekponomi. Universitar Sumatera Utara. UYIK RETNANING SAYEKTI 45

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 LAMPIRAN Lampiran 1 : Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 211 No. 1. 2. 3. Uraian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer (DAK) Biaya-biaya Jumlah/ Rata-rata 1. Analisis Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 211 Anggaran 27.598.764.2,2 6 61.747.7., 16.93.571.649, 16.25.35.669, 26 Realisasi 31.115.944.826, 29 46.33.65., 15.35.972.25, 92.77.566.851, 29 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Selisih (%) 3.517.18.86, 3 15.444.5., 1.552.599.624, 2.51.383.43, 3 Bantuan Pemerintah Pusat/ Provisi dan Pinjamana 112,74 % 74,98 % 9,81% 278,53% Rp. 31.115.944.826,29 Rp. 46.33.65.,,671997668 atau X = 67,19% Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian (%) Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi % - 25% 25% - 5% 5% - 75% 75% - 1% 2. Analisis Rasio Efektifitas Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Rasio Efektifitas = Rp. 31.115.944.826,29 Rp. 27.598.764.2,26 Rasio Efektifitas = 1,127439794 Atau X = 112,74% UYIK RETNANING SAYEKTI 46

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Efektifitas Daerah Rasio Efektifitas (%) Tidak Efektif Efektifitas berimbang Efektif X < 1% X = 1% X > 1% 3. Analisis Rasio Efisiensi Biaya yang dikeluarkan memungut PAD Realissi penerimaan PAD Rp. 15.35.972.25, Rp. 31.115.944.826,29,49334745 Atau X = 49,33% Lampiran 2: Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 212 No. 1. 2. 3. Uraian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer (DAK) Biaya-biaya Jumlah/ Rata-rata 1. Analisis Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 212 Anggaran 29.677.993.284,7 2 58.366.86., 23.734.479.514, 111.779.332.798, 72 Realisasi 35.44.139.345,3 2 58.366.86., 18.296.41.5, 112.67.4.35, 32 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bantuan Pemerintah Pusat/ Provisi dan Pinjamana Selisih (%) 5.726.146.6,6 5.438.438.59, 1.876.477.18, 119,29 % 1, % 77,9% 219,29 % Rp. 35.44.139.345,32,- Rp. 58.366.86.,-,66579476 atau X = 6,65% UYIK RETNANING SAYEKTI 47

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian (%) Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi % - 25% 25% - 5% 5% - 75% 75% - 1% 2. Analisis Rasio Efektifitas Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Rasio Efektifitas = Rp. 35.44.139.345,32 Rp. 29.677.993.284,72 Rasio Efektifitas = 1,192942495 atau X = 119,29% Tidak Efektif Efektifitas berimbang Efektif 3. Analisis Rasio Efisiensi Efektifitas Daerah Rasio Efektifitas (%) X < 1% X = 1% X > 1% Biaya yang dikeluarkan memungut PAD Realissi penerimaan PAD Rp. 18.296.41.5,,- Rp. 35.44.139.345,32,516776889 atau X = 51,67% Lampiran 3: Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 213 No. Uraian Tahun Anggaran 213 Anggaran Realisasi Selisih (%) 1. Pendapatan 2. 3. Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer (DAK) Biaya-biaya 43.4.5.277,9 6 79.245.23., 28.848.34.911, 61.336.381.783,5 7 59.433.923., 21.392.942.8, 18.332.331.55, 61 18.811.37., 7.455.92.831, 142,63 % 75,% 74,16% Jumlah/ Rata-rata 151.97.315.188, 96 142.163.246.863, 57 56.598.731.336, 61 217,63 % UYIK RETNANING SAYEKTI 48

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 1. Analisis Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bantuan Pemerintah Pusat/ Provisi dan Pinjamana Rp. 61.336.381.783,57 Rp. 59.433.923., 1,329645 atau X = 13,2% Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian (%) Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi % - 25% 25% - 5% 5% - 75% 75% - 1% 2. Analisis Rasio Efektifitas Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Rasio Efektifitas = Rp.61.336.381.783,57 Rp. 43.4.5.277,96 Rasio Efektifitas = 1,426293137 atau X = 142,62% Efektifitas Daerah Rasio Efektifitas (%) Tidak Efektif Efektifitas berimbang Efektif X < 1% X = 1% X > 1% 3. Analisis Rasio Efisiensi Biaya yang dikeluarkan memungut PAD Realissi penerimaan PAD Rp. 21.392.942.8, Rp. 61.336.381.783,57,34878633 atau X = 34,87% UYIK RETNANING SAYEKTI 49

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Lampiran 4: Analisis Rasio Kemandirian, efektifitas dan efisiensi Pendapatan Asli Daerah Tahun 214 No. 1. 2. 3. Uraian Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pendapatan Transfer (DAK) Biaya-biaya Jumlah/ Rata-rata 1. Analisis Rasio Kemandirian Tahun Anggaran 214 Anggaran 64.135.857.344,4 6 67.785.29., 22.442.952.146, 131.921.147.244, 46 Realisasi 8.934.314.478,9 5 5.838.968., 19.198.916.44, 131.773.282.478, 95 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Bantuan Pemerintah Pusat/ Provisi dan Pinjamana Selisih (%) 16.798.457.134, 49 16.946.322., 3.244.35.76, 33.744.779.134, 49 126,19 % 75,% 85,55% 21,19 % Rp. 8.934.314.478,95 Rp. 67.785.29., 1,193985 atau atau X = 119,39 Kemandirian Daerah Rasio Kemandirian (%) Rendah Sekali Rendah Sedang Tinggi % - 25% 25% - 5% 5% - 75% 75% - 1% 2. Analisis Rasio Efektifitas Rasio Efektifitas = Realisasi Penerimaan PAD Target Penerimaan PAD yang Ditetapkan Rasio Efektivitas = Rp. 8.934.314.478,95 Rp. 64.135.857.344,46 Rasio Efektivitas = 1,261919897 atau X = 126,19% UYIK RETNANING SAYEKTI 5

VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 Efektifitas Daerah Rasio Efektifitas (%) Tidak Efektif Efektifitas berimbang Efektif X < 1% X = 1% X > 1% 3. Analisis Rasio Efisiensi Biaya yang dikeluarkan memungut PAD Realissi penerimaan PAD Rp. 19.198.916.44, Rp. 8.934.314.478,95,23721626 atau X = 23,72% UYIK RETNANING SAYEKTI 51