- 3 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

dokumen-dokumen yang mirip
- 2 - Memperhatikan : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 23 Desember 2008; MEMUTUSKAN :

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

Memperhatikan : 1. Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 30 Juli 2012.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK. NOMOR : 04/Kpts/KPU-Kab /2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI. NOMOR : 08/Kpts/KPU-Kab /V/2016 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 06/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

KODE ETIK PEMANTAU PEMILU

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

- 2 - Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 30 Juli 2012; MEMUTUSKAN :

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS UNTUK KOMISI PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG

Draft Ketiga, 11 Sep 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH. NOMOR : 05/Kpts/KPU-Prov-012/2012 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN.

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. 04/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01.TAHUN 2009 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI, PENDIDIKAN PEMILIH, DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAU DAN TATA CARA PEMANTAUAN PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KENDAL TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUWI

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. NOMOR : 16/Kpts/KPU-Prov-014/2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN LEMBAGA PEMANTAU PEMILIHAN DALAM NEGERI DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA TAHUN 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMILU

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR : 51 /Kpts/KPU-Kab /2015.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PATI

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI LUAR NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG,

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tamb

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN MANDAILING NATAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BENGKULU SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BENGKULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN. NOMOR: 021/Kpts/KPU-Prov-022/2015

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TRENGGALEK. NOMOR : 21/Kpts/KPU.Kab /2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

i. akuntabel; j. efektif; k. efisien; dan l. integritas.

Transkripsi:

- 2-4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721); 5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4251); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4277); 7. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 8. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); 9. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924); 10. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 21 Tahun 2008 dan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 37 Tahun 2008; 11. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 09 Tahun 2008 tentang Tahapan, Program, dan Jadual Penyelenggaraan Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tahun 2009 sebagaimana diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2008; 12. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

- 3 - Memperhatikan : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 23 Desember 2008; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA SERTA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemilihan Umum, yang selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, yang selanjutnya disebut Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota adalah Pemilu untuk memilih Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, yang selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. 4. Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, yang selanjutnya disebut KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 5. Partisipasi masyarakat adalah peran serta aktif masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu Tahun 2009 yang dilakukan secara individu (perorangan) maupun berkelompok.

- 4-6. Informasi Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden adalah informasi mengenai sistem, tata cara teknis, dan hasil penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009. 7. Sosialisasi Pemilu adalah proses penyampaian informasi dan sosialisasi tentang tahapan dan program penyelenggaraan Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2009. 8. Pendidikan pemilih adalah proses penyampaian informasi kepada pemilih untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran pemilih tentang Pemilu. 9. Survey atau jajak pendapat pemilu adalah mengumpulkan informasi/pendapat masyarakat tentang proses penyelenggaraan pemilu, peserta pemilu atau hal lain terkait pemilu dengan menggunakan metodologi tertentu. 10. Penghitungan cepat (quick count) hasil pemilu adalah kegiatan penghitungan suara secara cepat dengan menggunakan Teknologi Informasi, berdasarkan metodologi sampling tertentu yang dilakukan oleh masyarakat atau Lembaga/Badan swasta. 11. Peserta Pemilu adalah partai politik, calon anggota DPR, perseorangan calon anggota DPD, calon anggota DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota serta pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang telah memenuhi persyaratan. 12. Pemilih adalah Warga Negara Republik Indonesia yang pada saat hari pemungutan suara telah genap berusia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin dan atau tidak sedang dicabut hak pilihnya. 13. Materi sosialisasi adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat program, simbolsimbol, atau tanda yang berkaitan dengan informasi semua tahapan dan program Pemilihan Umum yang disebar dan diketahui oleh masyarakat luas untuk keperluan pemilu yang bertujuan agar semua orang memahami/ mengerti dan untuk mengajak orang berpartisipasi dalam setiap tahapan pemilihan umum. BAB II BENTUK DAN PRINSIP PARTISIPASI MASYARAKAT Pasal 2 (1) Untuk memenuhi asas penyelenggara Pemilu, masyarakat dapat berpartisipasi. (2) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam bentuk : a. sosialisasi pemilu; b. pendidikan politik bagi pemilih; c. survei atau jajak pendapat tentang pemilu;dan d. penghitungan cepat hasil pemilu.

- 5 - Pasal 3 (1) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dapat dilakukan oleh perseorangan maupun organisasi/ kelompok masyarakat. (2) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dapat dilakukan pada setiap tahapan Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 4 Partisipasi masyarakat sebagaimana tercantum dalam Pasal 2, dilakukan dengan ketentuan : a. tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu Peserta Pemilu; b. tidak mengganggu proses penyelenggaraan tahapan Pemilu; c. bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas dan meningkatkan kualitas demokrasi; d. mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemilu yang aman, damai, tertib, dan lancar. BAB III SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM DAN PENDIDIKAN POLITIK BAGI PEMILIH Pasal 5 Sosialisasi Pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih dilakukan melalui informasi Pemilu kepada seluruh lapisan masyarakat, bertujuan: penyebarluasan a. meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran pemilih tentang Pemilu dan demokrasi; b. meningkatkan pengetahuan, dan pemahaman pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; c. meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran pemilih mengenai tahapan, jadwal dan program Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden; d. meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang tata cara pemberian suara dalam Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Pasal 6 (1) Setiap warga negara dan/atau kelompok,organisasi kemasyarakatan, LSM, lembaga pendidikan serta media massa elektronik/cetak dapat melaksanakan sosialisasi Pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih.

- 6 - (2) KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota dapat bekerja sama dengan kelompok maupun organisasi kemasyarakatan, LSM, lembaga pendidikan dan media massa elektronik/cetak dalam melaksanakan sosialisasi dan pendidikan politik bagi pemilih. Pasal 7 Partisipasi masyarakat dalam sosialisasi Pemilu dan Pendidikan Politik bagi pemilih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilakukan pada pemilih pemula dan warga masyarakat lainnya melalui ceramah, seminar, lokakarya, pelatihan, simulasi, pemberitaan, penggunaan kesenian/media tradisional, serta bentuk kegiatan lainnya. Pasal 8 Materi sosialisasi Pemilu dan pendidikan politik bagi pemilih dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Sosialisasi dan Penyampaian Informasi Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. BAB IV SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT TENTANG PEMILIHAN UMUM Pasal 9 Survei atau jajak pendapat tentang Pemilu dilakukan dengan tujuan : a. mengetahui pendapat sebagian masyarakat atau keseluruhan masyarakat tentang proses Pemilu, peserta Pemilu maupun tema-tema lainnya yang berhubungan dengan Pemilu; b. menyebarluaskan hasil survei atau jajak pendapat melalui berbagai media agar dapat diketahui oleh masyarakat luas. Pasal 10 (1) Survei atau jajak pendapat tentang Pemilu hanya dapat dilakukan oleh lembaga yang telah mendapat nomor registrasi sebagai lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu dari KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota. (2) Survei atau jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga, pada satu daerah sesuai dengan rencana lembaga bersangkutan yang telah diajukan kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (3) Lembaga survei atau jajak pendapat yang mempunyai struktur organisasi berjenjang dari Pusat sampai ke Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota, yang akan melakukan Survei atau Jajak Pendapat lebih dari 1 (satu) Provinsi, mendaftarkan diri ke KPU serta wajib melapor kepada KPU Provinsi yang bersangkutan. (4) Lembaga survei atau jajak pendapat yang mempunyai struktur organisasi hanya ada di 1 (satu) Provinsi, atau melakukan survei atau jajak pendapat lebih dari 1 (satu) Kabupaten/Kota pada 1 (satu) Provinsi, mendaftarkan diri ke KPU Provinsi, serta wajib melapor kepada KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan. (5) Lembaga survei atau jajak pendapat yang mempunyai struktur organisasi hanya ada di tingkat Kabupaten/Kota mendaftarkan diri ke KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

- 7 - Pasal 11 Pendaftaran/Registrasi oleh lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : a. Lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu mengajukan permohonan untuk melakukan survey atau jajak pendapat Pemilu dengan mengisi formulir pendaftaran yang disediakan KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota; b. Lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu yang berasal dari Luar Negeri mengisi formulir yang dapat diperoleh dari kantor KPU/PPLN atau Kedutaan Besar/Konsulat Republik Indonesia di negara asal Lembaga survei atau jajak pendapat. c. Lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu dari Dalam Negeri dan Luar Negeri mengembalikan formulir pendaftaran kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dengan menyerahkan kelengkapan administrasi meliputi: 1) Profil organisasi/lembaga; 2) Nama dan Jumlah anggota survei atau jajak pendapat; 3) Alokasi anggota survei atau jajak pendapat yang akan ke daerah; 4) Rencana dan jadwal kegiatan survei atau jajak pendapat serta daerah yang akan disurvei; 5) Proposal/dokumen yang memuat dan menjelaskan metodologi survei atau jajak pendapat yang akan digunakan; 6) Nama, alamat dan pekerjaan penanggung jawab lembaga survey atau jajak pendapat yang dilampiri 2 (dua) buah pas photo diri terbaru 4x6 berwarna; 7) Surat pernyataan bermaterai cukup ditandatangani penanggungjawab lembaga survei atau jajak pendapat yang memuat pernyataan bahwa : a) pengumuman hasil survei atau jajak pendapat tidak dilakukan pada masa tenang; b) tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu; c) dalam pengumuman hasil survey/jajak pendapat akan menyertakan metodologi yang digunakan dan sumber dana yang membiayai. Pasal 12 (1) KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota meneliti kelengkapan administrasi lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu dan memberikan persetujuan kepada lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu dari Dalam Negeri dan Luar Negeri yang telah memenuhi persyaratan. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, KPU, KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota dapat membentuk panitia pendaftaran/registrasi. (3) Lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu yang memenuhi persyaratan diberi tanda terdaftar atau nomor registrasi sebagai lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu. (4) Dalam hal lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu tidak memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi, KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota akan mengumumkan bahwa lembaga survei atau jajak pendapat Pemilu yang bersangkutan tidak berhak melakukan survei atau jajak pendapat Pemilu.

- 8 - Pasal 13 (1) Pengawasan terhadap kegiatan lembaga survei atau jajak pendapat dilakukan oleh Bawaslu/Panwaslu Provinsi/Panwaslu Kabupaten/Kota. (2) Pelanggaran oleh lembaga survei atau jajak pendapat dengan mengumuman hasil survei atau jajak pendapat yang dilakukan pada masa tenang, merupakan tindak pidana pemilu dan penegakannya berdasar ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Undang -Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008. BAB V PENGHITUNGAN CEPAT HASIL PEMILU Pasal 14 Penghitungan cepat hasil Pemilu dilakukan dengan tujuan : a. membantu mengetahui secara cepat hasil penghitungan suara Pemilu; dan b. mendorong transparansi penghitungan suara. Pasal 15 (1) Penghitungan cepat hasil Pemilu hanya dapat dilakukan oleh lembaga yang telah mendaftar sebagai lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu di KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota. (2) Lembaga sebagaimana tersebut pada ayat (1) yang melakukan penghitungan cepat hasil Pemilu pada satu daerah/atau beberapa daerah sesuai dengan rencana yang telah diajukan kepada KPU, KPU Provinsi, atau KPU Kabupaten/Kota. (3) Lembaga Penghitungan cepat hasil Pemilu yang mempunyai struktur organisasi berjenjang dari Pusat sampai ke Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota, yang akan melakukan penghitungan cepat hasil Pemilu lebih dari 1 (satu) Provinsi, mendaftarkan diri memperoleh nomor registrasi di KPU serta wajib melapor kepada KPU Provinsi yang bersangkutan. (4) Lembaga Penghitungan cepat hasil Pemilu yang mempunyai struktur organisasi hanya ada di 1 (satu) Provinsi, dan atau melakukan Penghitungan cepat hasil Pemilu lebih dari 1 (satu) Kabupaten/Kota pada 1 (satu) Provinsi, mendaftarkan diri di KPU Provinsi, serta wajib melapor kepada KPU Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Pasal 16 Pendaftaran/registrasi terhadap lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu, dilakukan dengan prosedur sebagai berikut : a. Lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu mengajukan permohonan untuk melakukan Penghitungan cepat hasil Pemilu dengan mengisi formulir pendaftaran yang disediakan KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota; b. Lembaga Penghitungan cepat hasil Pemilu dari Dalam Negeri dan Luar Negeri mengembalikan formulir pendaftaran kepada KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota dengan menyerahkan kelengkapan administrasi meliputi :

- 9-1) Profil organisasi/lembaga yang melakukan penghitungan cepat; 2) Nama dan Jumlah anggota yang melaksanakan penghitungan cepat ; 3) Alokasi anggota yang akan melakukan kegiatan penghitungan cepat di daerah; 4) Rencana dan jadwal kegiatan penghitungan cepat dan daerah yang akan dijadikan sampel/dihitung; 5) Proposal/dokumen yang memuat dan menjelaskan metodologi penghitungan cepat hasil pemilu yang digunakan; 6) Nama, alamat dan pekerjaan penanggung jawab lembaga penghitungan cepat yang dilampiri 2 (dua) buah pas photo diri terbaru 4x6 berwarna; 7) Surat pernyataan bermaterai cukup ditandatangani penanggungjawab lembaga Penghitungan cepat hasil Pemilu yang memuat pernyataan bahwa : a) pengumuman hasil Penghitungan cepat hasil Pemilu tidak dilakukan pada hari pemungutan suara (paling cepat pada hari berikutnya dari hari/tanggal pemungutan suara); b) pengumuman hasil penghitung cepat pemilu diumumkan dengan memberitahukan bahwa hasil penghitungan cepat yang dilakukan bukan hasil resmi penyelenggara Pemilu; c) dalam pengumuman hasil penghitungan cepat disertai metodologi yang digunakan dan sumber dana yang membiayai. Pasal 17 (1) KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota meneliti kelengkapan administrasi lembaga Penghitungan cepat hasil Pemilu yang mendaftar sebagai lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, KPU, KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota dapat membentuk panitia pendaftaran/registrasi. (3) Lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu yang memenuhi persyaratan diberi nomor registrasi sebagai lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu. (4) KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota akan mengumumkan melalui konferensi pers lembaga-lembaga yang telah mendaftar/memiliki nomor registrasi. (5) Dalam hal penghitungan cepat hasil Pemilu tidak memenuhi kelengkapan persyaratan administrasi, lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu yang bersangkutan dinyatakan tidak berhak melakukan penghitungan cepat hasil Pemilu. Pasal 18 (1) Pengawasan terhadap kegiatan lembaga penghitungan cepat hasil Pemilu dilakukan oleh Bawaslu/Panwaslu Provinsi/Panwaslu Kabupaten/Kota. (2) Pelanggaran oleh lembaga pelaksana penghitungan cepat hasil Pemilu terhadap ketentuan Pengumuman hasil penghitungan cepat hanya dilakukan paling cepat pada hari berikutnya dari hari/tanggal pemungutan suara, dan ketentuan harus mengumumkan bahwa hasil penghitungan cepat yang dilakukannya bukan merupakan hasil resmi penyelenggara pemilu merupakan tindak pidana pemilu dan penegakannya berdasar ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008.

FORMULIR PENDAFTARAN LEMBAGA SURVEI/JAJAK PENDAPAT Yang bertanda tangan di bawah ini Kami dari lembaga survei/jajak pendapat: Nama Lembaga Akte Notaris Lembaga Nama Ketua Sekretaris atau Pemimpin Organisasi Alamat Lembaga (Lengkap) Negara Asal Nomor Telepon Kantor Faksimili Nomor Paspor/KTP Email Jumlah Anggota Survey/Jajak Pendapat Alokasi Anggota Survey Masing-Masing Daerah Daerah/Wilayah yang ingin di Survey Sumber Dana Berasal Dari Demikian Permohonan ini kami isi dengan sebenar-benarnya dengan disertai kelengkapan berkas sebagaimana terlampir. Pemohon (Nama Lengkap Ketua) Diisi oleh Panitia Pendaftaran/Registrasi Lembaga Survey/Jajak Pendapat/Quick Count/Penghitungan Cepat Yang Menerima Pendaftaran (Nama Lengkap)

FORMULIR PENDAFTARAN LEMBAGA PENGHITUNGAN CEPAT/QUICK COUNT Yang bertanda tangan di bawah ini Kami dari lembaga Penghitung Cepat/Quick Count: Nama Lembaga Akte Notaris Lembaga Nama Ketua Sekretaris atau Pemimpin Organisasi Alamat Lembaga (Lengkap) Negara Asal Nomor Telepon Kantor Faksimili Nomor Paspor/KTP Email Jumlah Anggota Penghitungan Cepat/Quick Count Alokasi Anggota Penghitungan Cepat Masing-Masing Daerah Daerah/Wilayah yang ingin di Hitung Cepat Sumber Dana Berasal Dari Demikian Permohonan ini kami isi dengan sebenar-benarnya dengan disertai kelengkapan berkas sebagaimana terlampir. Pemohon (Nama Lengkap Ketua) Diisi oleh Panitia Pendaftaran/Registrasi Lembaga Survey/Jajak Pendapat/Quick Count/Penghitungan Cepat Yang Menerima Pendaftaran (Nama Lengkap)

SURAT KETERANGAN TELAH TERDAFTAR No : menerangkan bahwa : Yang bertanda tangan di bawah ini KPU/KPUProvinsi/KPU Kabupaten/Kota*) Lembaga Survei/Jajak Pendapat :... Alamat :... Telah terdaftar di KPU dengan Nomor Registrasi :... Dengan demikian Lembaga Survei/Jajak Pendapat tersebut diatas berhak untuk melakukan Survei/Jajak Pendapat di wilayah sebagai berikut: 1. 2. 3. Dst... Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. KOMISI PEMILIHAN UMUM/ KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA*) Cap lembaga *) Coret yang tidak perlu KETUA

SURAT KETERANGAN TELAH TERDAFTAR No : menerangkan bahwa : Yang bertanda tangan di bawah ini KPU/KPUProvinsi/KPU Kabupaten/Kota*) Lembaga Penghitungan Cepat/Quick Count :... Alamat :... Telah terdaftar di KPU dengan Nomor Registrasi :... Dengan demikian Lembaga Penghitungan Cepat/Quick Count tersebut diatas berhak untuk melakukan Penghitungan Cepat/Quick Count di wilayah sebagai berikut: 1. 2. 3. Dst... Surat Keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. KOMISI PEMILIHAN UMUM/ KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA*) Cap lembaga *) Coret yang tidak perlu KETUA

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... Jabatan :... Lembaga Survei/Jajak Pendapat :... Menyatakan bahwa : a. Pengumuman hasil survei atau jajak pendapat tidak dilakukan pada masa tenang; b. Tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu; c. Dalam mengumumkan hasil survei/jajak pendapat akan menyertakan metodologi yang digunakan dan sumber dana yang membiayai. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan jika dikemudian hari ternyata pernyataan yang saya buat tidak benar, maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan....,... Meterai ( Nama Jelas dan Cap Lembaga )

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :... Jabatan :... Lembaga Penghitungan Cepat/Quick Count :... Menyatakan bahwa : a. Pengumuman hasil Penghitungan cepat hasil Pemilu tidak dilakukan pada hari pemungutan suara (paling cepat pada hari berikutnya dari hari/tanggal pemungutan suara); b. Pengumuman hasil penghitung cepat pemilu diumumkan dengan memberitahukan bahwa hasil penghitungan cepat yang dilakukan bukan hasil resmi penyelenggara Pemilu; c. Dalam mengumumkan hasil penghitungan cepat disertai metodologi yang digunakan dan sumber dana yang membiayai. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan jika dikemudian hari ternyata pernyataan yang saya buat tidak benar, maka saya bersedia dituntut di muka pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Meterai...,... ( Nama Jelas dan Cap Lembaga )