RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2012 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.28/MEN/2009 TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI PENDARATAN IKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3647); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PERDAGANGAN TUNA INDONESIA KE PASAR UNI EROPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUNLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2007 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2014 TENTANG ANDON PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Le

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2012 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DI LAUT LEPAS

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2014 TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWAS PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2009 TENTANG

BERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mutiara yang Masuk ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia;

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PERMEN-KP/2014 TENTANG USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PRASARANA DAN SARANA Pasal 7

PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Wfo M/E= Cfo x Daya Mesin x t

2 Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lem

2 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 07/MEN/2010 TENTANG SURAT LAIK OPERASI KAPAL PERIKANAN

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran N

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.79/Menhut-II/2014 TENTANG PEMASUKAN SATWA LIAR KE TAMAN BURU DAN KEBUN BURU

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59/PMK.04/2014 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/2011 TENTANG USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/MEN/2009 TENTANG PENANGKAPAN IKAN DAN/ATAU PENGANGKUTAN IKAN DI LAUT LEPAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No.5 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut den

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7/PERMEN-KP/2013 TENTANG SERTIFIKAT ASAL RUMPUT LAUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Obat Ikan. Peredaran. Mekanisme. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 05/MEN/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.04/2011 TENTANG REGISTRASI KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Operator Radio. Sertifikasi. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

Transkripsi:

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi persyaratan perdagangan hasil perikanan ke Uni Eropa dan dalam rangka mencegah, mengurangi, dan memberantas kegiatan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing, serta pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan perlu meningkatkan penelusuran hasil tangkapan ikan oleh kapal penangkap ikan Indonesia; b. bahwa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan belum sepenuhnya mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum dalam rangka pelaksanaan Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu mengatur kembali Peraturan Menteri tentang Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 3. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111); 4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05/MEN/2007 tentang Penyelenggaraan Sistem Pemantauan Kapal Perikanan; 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 440);

6. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.03/MEN/2013 tentang Kesyahbandaran di Pelabuhan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 386); 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 23/PERMEN-KP/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1127); Memperhatikan : European Council (EC) Regulation No. 1005/2008 of 29 September 2008 establishing a community system to prevent, deter and eliminate illegal, unreported and unregulated fishing; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, yang selanjutnya disingkat SHTI, adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang diekspor bukan dari kegiatan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing. 2. Sertifikat Lembar Awal adalah surat keterangan yang memuat informasi hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan untuk tujuan pencatatan. 3. SHTI-Lembar Turunan adalah surat keterangan yang memuat informasi sebagian atau seluruh hasil tangkapan ikan sesuai dengan sertifikat lembar awal sebagai dokumen yang menyertai hasil perikanan yang dipasarkan ke Uni Eropa baik langsung maupun tidak langsung. 4. SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan adalah surat keterangan yang memuat informasi seluruh atau sebagian hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal penangkap ikan sebagai dokumen yang menyertai hasil perikanan yang dipasarkan ke Uni Eropa baik langsung maupun tidak langsung. 5. Pernyataan Importasi/Importation Statement adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa hasil perikanan yang diekspor ke Uni Eropa menggunakan sebagian atau seluruh bahan baku ikannya berasal dari negara lain yang sudah menotifikasi Catch Certificate ke Uni Eropa. 6. Surat Keterangan Pendaratan Ikan, yang selanjutnya disingkat SKPI, adalah surat yang menyatakan bahwa hasil tangkapan ikan yang didaratkan bukan berasal dari kegiatan IUU Fishing. 7. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan. 8. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

Bagian Kedua Tujuan dan Ruang Lingkup Pasal 2 Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan bertujuan untuk: a. melaksanakan ketentuan konservasi dan pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan; b. membantu upaya nasional dan internasional dalam memberantas (menghindari, melawan dan memerangi) kegiatan IUU Fishing; c. memastikan penelusuran (traceability) hasil tangkapan ikan pada tahapan penangkapan, pengolahan, pengangkutan dan pemasaran; dan d. memperlancar kegiatan perdagangan hasil tangkapan ikan dari laut oleh kapal penangkap ikan Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung dipasarkan ke Uni Eropa. Pasal 3 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi sertifikat, kewenangan penerbitan, syarat dan tata cara penerbitan SHTI dan Sertifikat Lembar Awal. BAB II SERTIFIKAT LEMBAR AWAL, SERTIFIKAT HASIL TANGKAPAN IKAN DAN PERNYATAAN IMPORTASI/IMPORTATION STATEMENT Pasal 4 (1) Setiap kapal perikanan yang berukuran di atas 20 (dua puluh) gross tonnage (GT) yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan yang ditetapkan atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk diterbitkan Sertifikat Lembar Awal. (2) Sertifikat Lembar Awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai kelengkapan dokumen untuk memperoleh SHTI atau sebagai kelengkapan dokumen pendaratan ikan. Pasal 5 (1) SHTI digunakan sebagai kelengkapan dokumen ekspor untuk hasil tangkapan ikan di laut yang berasal dari kapal penangkap ikan Indonesia. (2) SHTI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. SHTI-Lembar Turunan; dan b. SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan. (3) Selain SHTI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terhadap hasil tangkapan ikan di laut dari kapal penangkap ikan berbendera asing yang telah memiliki catch certificate dari Negara Bendera dan masuk ke Unit Pengolahan Ikan (UPI) untuk diekspor kembali setelah dilakukan value added diterbitkan Pernyataan Importasi/Importation Statement. (4) SHTI-Lembar Turunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, diterbitkan untuk hasil tangkapan ikan yang berasal dari kapal penangkap ikan dengan ukuran di atas 20 (dua puluh) gross tonnage (GT).

(5) SHTI- Lembar Turunan Yang Disederhanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, diterbitkan untuk hasil tangkapan ikan yang berasal dari kapal penangkap ikan dengan ukuran sampai dengan 20 (dua puluh) GT. BAB III KEWENANGAN PENERBITAN SERTIFIKAT LEMBAR AWAL DAN SHTI Pasal 6 (1) Menteri memberikan kewenangan pelaksanaan Sertifikat Lembar Awal dan SHTI kepada Direktur Jenderal selaku Otoritas Kompeten. (2) Direktur Jenderal selaku Otoritas Kompoten dalam pelaksanaan penerbitan Sertifikat Lembar Awal dan SHTI mendelegasikan kepada Otoritas Kompeten Lokal. (3) Otoritas Kompeten Lokal terdiri dari: a. Kepala Pelabuhan Perikanan yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian; dan b. Kepala Pelabuhan Perikanan yang merupakan UPT Daerah. (4) Otoritas Kompeten Lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Otoritas Kompeten. Pasal 7 Penetapan Otoritas Kompeten Lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) berdasarkan kriteria: a. Pelabuhan Perikanan yang merupakan UPT Kementerian: 1) ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; 2) terdapat UPI atau yang lokasinya relatif dekat dengan UPI/eksportir; 3) mempunyai sarana komunikasi yang memadai; 4) mempunyai Sumber Daya Manusia yang telah memiliki Sertifikat Bimbingan Teknis Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan; dan 5) terdapat Pengawas Perikanan. b. Pelabuhan Perikanan yang merupakan UPT Daerah: 1) lokasinya relatif jauh dari Pelabuhan Perikanan yang merupakan UPT Kementerian; 2) mempunyai sarana komunikasi yang memadai; 3) mempunyai Sumber Daya Manusia yang telah memiliki sertifikat Bimbingan Teknis Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan; 4) lokasinya relatif dekat dengan UPI/eksportir; dan 5) terdapat Pengawas Perikanan. Pasal 8 (1) Apabila Otoritas Kompeten Lokal berhalangan, maka penerbitan SHTI dilaksanakan oleh Pejabat Alternate. (2) Pejabat Alternate sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Kompeten bersamaan dengan penetapan Otoritas Kompeten Lokal. (3) Untuk dapat ditetapkan sebagai Pejabat Alternate harus memiliki Sertifikat Bimbingan Teknis Sertifikasi Hasil Tangkapan Ikan.

Pasal 9 (1) Dalam pelaksanaan sertifikasi hasil tangkapan ikan, Otoritas Kompeten mempunyai kewenangan: a. berkoordinasi dengan Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Direktur Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan dan Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu; b. melakukan komunikasi dengan otoritas terkait di luar negeri/otoritas kompeten negara importir/komisi Eropa yang berkaitan dengan SHTI c. melakukan pembinaan kepada Otoritas Kompeten Lokal dan pengguna SHTI; d. menyampaikan notifikasi, antara lain: nama, specimen, Otoritas Kompeten dan Otoritas Kompeten Lokal penerbit SHTI dan perubahannya, Pejabat Alternate, dan perubahan SHTI, serta keabsahan SHTI dari negara asal; dan/atau e. menyampaikan informasi berbagai perkembangan, peraturan dan informasi dari otoritas terkait di luar negeri/otoritas kompeten negara importir/komisi Eropa yang berkaitan dengan SHTI (2) Dalam pelaksanaan koordinasi Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan mempunyai kewenangan: a. melakukan pembinaan kepada UPI pengguna SHTI b. menyampaikan informasi kepada Otoritas Kompeten terkait kuota import/surat Ijin Pemasukan Hasil Perikanan serta realisasinya yang diterbitkan kepada setiap Unit Pengolahan Ikan. (3) Dalam pelaksanaan koordinasi Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan mempunyai kewenangan melakukan pengawasan terhadap kapal penangkap ikan dan menyampaikan hasilnya kepada Otoritas Kompeten. (4) Dalam pelaksanaan koordinasi Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu mempunyai kewenangan: a. Menginformasikan tentang realisasi impor produk perikanan yang dimiliki oleh suatu Unit Pengolahan Ikan; b. Melakukan pengecekan dokumen sertifikat hasil tangkapan ikan (catch certificate) terhadap produk perikanan yang masuk ke Indonesia dan ditembuskan kepada Otoritas Kompeten; c. Menerbitkan Sertifikat Pelepasan Produk Perikanan setelah diterimanya tanggapan dari Negara asal penerbit dokumen sertifikat hasil tangkapan ikan (catch certificate) yang menyatakan bahwa dokumen sertifikat hasil tangkapan ikan (catch certificate) benar dan sah. BAB IV SYARAT DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT LEMBAR AWAL, SHTI DAN PERNYATAAN IMPORTASI/IMPORTATION STATEMENT Bagian Kesatu Sertifikat Lembar Awal Pasal 10 (1) Sertifikat Lembar Awal diterbitkan oleh Otoritas Kompeten Lokal untuk hasil tangkapan ikan yang didaratkan dari kapal perikanan di:

a. pelabuhan yang ditunjuk sebagai Otoritas Kompeten Lokal; b. pelabuhan yang tidak ditunjuk sebagai Otoritas Kompeten Lokal. (2) Sertifikat Lembar Awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, diterbitkan setelah memenuhi persyaratan: a. fotokopi identitas nakhoda; b. fotokopi Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI); c. fotokopi Hasil Pemeriksaan Kapal (HPK Kedatangan); d. log book penangkapan ikan. (3) Sertifikat Lembar Awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, diterbitkan setelah memenuhi persyaratan: a. Surat Permohonan b. fotokopi Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI); c. SKPI. Pasal 11 (1) Hasil pemeriksaan kapal (HPK Kedatangan) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c, diterbitkan oleh Pengawas Perikanan. (2) Dalam hal hasil tangkapan ikan didaratkan di pelabuhan umum yang belum terdapat pengawas perikanan, HPK dapat diterbitkan oleh otoritas setempat. Pasal 12 (1) SKPI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3) huruf b, diterbitkan oleh Kepala Pelabuhan Perikanan atau pelabuhan umum baik yang ditunjuk sebagai Otoritas Kompeten Lokal maupun tidak, paling lama 2 (dua) hari setelah dilakukan verifikasi terhadap: a. Fotokopi identitas nakhoda, pemilik kapal atau yang ditunjuk oleh pemiik kapal; b. SIPI/Bukti Pencatatan Kapal Perikanan bagi kapal yang dioperasikan oleh nelayan kecil; c. Log book penangkapan ikan; dan d. Hasil Pemeriksaan Kapal. (2) Bentuk dan format SKPI sebagaimana tersebut dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 13 (1) Otoritas Kompeten Lokal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) dan ayat (3), paling lama 2 (dua) hari sejak diterima secara lengkap, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan Sertifikat Lembar Awal. (2) Bentuk dan format Sertifikat Lembar Awal sebagaimana tersebut dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Bagian Kedua SHTI Pasal 14 (1) Penanggung jawab UPI, eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-Lembar Turunan, mengajukan permohonan kepada Otoritas Kompeten Lokal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut:

a. fotokopi Sertifikat Lembar Awal; b. draft SHTI-Lembar Turunan; c. fotokopi Identitas Pemohon; d. bukti pembelian ikan; e. packing list invoice dari perusahaan; dan f. surat jalan pengiriman barang dari perusahaan. (2) Otoritas Kompeten Lokal berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian persyaratan paling lama 2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan penerbitan SHTI-Lembar Turunan. (3) Bentuk dan format SHTI-Lembar Turunan sebagaimana tersebut dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 15 (1) Penanggung jawab UPI, eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan, mengajukan permohonan kepada Otoritas Kompeten Lokal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. draft SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan; b. fotokopi Identitas Pemohon; c. bukti pembelian ikan; d. packing list invoice dari perusahaan; e. SIPI/Bukti Pencatatan Kapal Perikanan bagi kapal yang dioperasikan oleh nelayan kecil; f. hasil pemeriksaan kapal (HPK Kedatangan); (2) Dalam hal lokasi pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum yang ditunjuk sebagai Otoritas Kompeten Lokal sebagai tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dari kapal perikanan berbeda dengan lokasi pelabuhan untuk ekspor, Penanggung jawab UPI, eksportir atau yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengajukan permohonan kepada Otoritas Kompeten Lokal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. draft SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan; b. fotokopi Identitas Pemohon; c. bukti pembelian ikan; d. packing list invoice dari perusahaan; e. surat jalan pengiriman barang dari perusahaan; e. SIPI/Bukti Pencatatan Kapal Perikanan bagi kapal yang dioperasikan oleh nelayan kecil; f. SKPI. (3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Otoritas Kompeten Lokal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian persyaratan, paling lama 2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan penerbitan SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan. (4) Bentuk dan format SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan sebagaimana tersebut dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Bagian Ketiga Pernyataan Importasi/Importation Statement Pasal 16 (1) Penanggung jawab UPI, eksportir atau yang ditunjuk untuk mendapatkan Pernyataan Importasi/Importation Statement mengajukan permohonan kepada Otoritas Kompeten Lokal dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. draft Pernyataan Importasi/Importation Statement; b. sertifikat hasil tangkapan Negara asal ikan; c. sertifikat kesehatan ikan untuk konsumsi; d. sertifikat kesehatan di bidang karantina ikan; dan e. fotokopi Identitas Pemohon. (2) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Otoritas Kompeten Lokal melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kesesuaian persyaratan, paling lama 2 (dua) hari sejak diterimanya permohonan secara lengkap, yang hasilnya berupa persetujuan atau penolakan penerbitan Pernyataan Importasi/Importation Statement (3) Bentuk dan format Pernyataan Importasi/Importation Statement sebagaimana tersebut dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 17 (1) Dalam rangka memastikan penelusuran hasil perikanan yang akan di ekspor, Otoritas Kompeten Lokal dapat melakukan pengecekan asal bahan baku hasil perikanan pada UPI terkait. (2) Pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan melibatkan unit kerja terkait. Pasal 18 Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengisian SHTI-Lembar Awal, SHTI-Lembar Turunan, SHTI-Lembar Turunan Yang Disederhanakan, dan SHTI-Impor ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal. BAB V PEMBINAAN DAN PELAPORAN Pasal 19 (1) Direktur Jenderal, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan serta Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu melakukan pembinaan terhadap penerbitan SHTI. (2) Direktur Jenderal selaku Otoritas Kompeten melakukan pembinaan terhadap Kepala Pelabuhan Perikanan UPT Kementerian, Kepala Pelabuhan Perikanan UPT Daerah, dan Pejabat Alternate sebagai pelaksana penerbitan SHTI dan stake holders sebagai pengguna SHTI. (3) Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan melakukan pembinaan terhadap UPI, eksportir, importir, dan pemilik kapal yang menggunakan SHTI.

(4) Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan melakukan pembinaan terhadap Pengawas Perikanan dalam melaksanakan penerbitan Hasil Pemeriksaan Kapal. (5) Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu melakukan pembinaan terhadap Petugas Karantina Ikan dalam pelaksanaan penerbitan Sertifikat Pelepasan Produk Perikanan. Pasal 20 (1) Otoritas Kompeten Lokal menyampaikan laporan pelaksanaan penerbitan SHTI kepada Otoritas Kompeten setiap bulan. (2) Otoritas kompeten berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan evaluasi SHTI setiap 6 (enam) bulan. (3) Hasil evaluasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai bahan peninjauan dan pertimbangan penetapan Otoritas Kompeten Lokal. Pasal 21 (1) Dalam hal menanggapi permintaan verifikasi SHTI dari Otoritas Kompeten Negara Importir, Otoritas Kompeten berkoordinasi dengan Otoritas Kompeten Lokal Penerbit SHTI dan pengguna SHTI. (2) Hasil koordinasi sebagaimana dimasksud pada ayat (1), disampaikan kepada Otoritas Kompeten negara importir dengan tembusan kepada Ditjen PDSPKP. (3) Dalam hal ada keraguan pada dokumen SHTI (catch certificate) dari negara asal, Otoritas Kompeten melakukan verifikasi untuk memastikan keabsahan dokumen SHTI (catch certificate) kepada Otoritas Kompeten Negara asal. (4) Hasil tanggapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), disampaikan kepada Kepala Badan Karantina Ikan dan Pengendalian Mutu untuk selanjutnya diterbitkan Surat Pelepasan Produk Perikanan. SHTI bukan merupakan surat jalan. Pasal 22 Pasal 23 (1) Penanggung jawab UPI, eksportir atau yang ditunjuk yang melakukan penyalahgunaan dokumen Sertifikat Lembar Awal dan SHTI diberikan sanksi administrasi. (2) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa tidak diberikan pelayanan penerbitan Sertifikat Lembar Awal dan SHTI selama 3 (tiga) bulan. BAB VI PENUTUP Pasal 24 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.13/MEN/2012 tentang Sertifikasi Hasil Perikanan Tangkapan Ikan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI Diundangkan di Jakarta pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN

LAMPIRAN I: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

LAMPIRAN II: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

LAMPIRAN III: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

LAMPIRAN IV: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN

LAMPIRAN V: PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. TENTANG SERTIFIKASI HASIL TANGKAPAN IKAN