BAB II KAJIAN PUSTAKA. kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya

dokumen-dokumen yang mirip
Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

Ilmu Ekonomi Bank Sentral dan Kebijakan moneter

Kebijakan Moneter & Bank Sentral

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

Perekonomian Indonesia

Suku Bunga dan Inflasi

ekonomi Kelas X BANK SENTRAL DAN OTORITAS JASA KEUANGAN KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Sentral Tujuan Pembelajaran

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

PENGUKURAN INFLASI. Dalam menghitung Inflasi secara umum digunakan rumus: P P

ekonomi K-13 KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL K e l a s A. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER Tujuan Pembelajaran

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

V. TEORI INFLASI Pengertian Inflasi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

ekonomi Kelas X KEBIJAKAN MONETER KTSP A. Kebijakan Moneter Tujuan Pembelajaran

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

Analisis dalam teori mikro ekonomi pada umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan kegiatan perekonomian, mis. Kegiatan seorang konsumen,

Inflasi dan Indeks Harga

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

melindamelindo.wordpress.com Page 1

TUJUAN KEBIJAKAN MONETER

A. PENGERTIAN SISTEM MONETER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB II TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN MODEL PENELITIAN. Volatilitas (volatility)berasal dari kata dasar volatile(restiyanto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan antara lain melalui pendekatan jumlah uang yang beredar dan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Ekonomi. untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1. Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Inung Oni Setiadi Irim Rismi Hastyorini. Dibuat oleh:

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mankiw, 2006: 145). Ini tidak berarti bahwa harga harga berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Stabilitas perekonomian suatu bangsa dapat digambarkan dengan stabilitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

INFLASI.

ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA

SISTEM MONETER DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

VII. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Bab 2. Otoritas Moneter dan Kebijakan Moneter

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

Tugas Bank Indonesia. Kebijakan Sistem Pembayaran. Kebijakan Moneter. Pengawasan Makroprudensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

A. Indeks Harga dan Inflasi

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi dapat di artikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB 11 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Kebijakan Pemerintah KEBIJAKAN PEMERINTAH. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan Pemerintah 4/29/2017. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

- 2 - Hal ini dirasakan sangatlah terbatas dan belum mencakup fungsi the Lender of the Last Resort yang dapat digunakan dalam kondisi darurat atau

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Perbankan 1.1.1.1 Pengertian bank Secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir, 2012:3). Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat, kemudian menyalurkan dananya kepada masyarakat dengan tujuan dapat mendorong taraf hidup masyarakat. 1.1.1.2 Jenis-jenis bank Dalam prakteknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi fungsinya bank dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu (Kasmir, 2012:8): 8

1. Bank Sentral Bank Sentral merupakan bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan di suatu negara. Di setiap negara hanya ada satu bank sentral yang dibantu oleh cabangcabangnya. Di Indonesia fungsi bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI). Fungsi Bank Indonesia di samping sebagai bank sentral adalah sebagai bank sirkulasi, bank to bank, dan lender of the last resort. 2. Bank Umum Bank umum merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersial dan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. 3. Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Bank Perkreditan Rakyat berasal dari Bank Desa, Bank Pasar, Lumbung Desa, Bank Pegawai dan bank lainnya yang kemudian dilebur menjadi Bank Perkreditan Rakyat. Jenis produk yang ditawarkan Bank Perkreditan Rakyat relatif lebih sempit jika dibandingkan bank umum. Selain jenis bank ditinjau dari segi fungsinya, jenis bank juga dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain (Kasmir, 2012:21): 9

1. Dilihat dari segi kepemilikannya Kepemilikannya ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan. a. Bank milik pemerintah Merupakan bank yang akte pendirian maupun modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. b. Bank milik swasta nasional Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta nasional. Kemudian akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula dengan pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. c. Bank milik koperasi Merupakan bank yang kepemilikan saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. d. Bank milik asing Merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, bank milik swasta asing atau pemerintah asing. Kepemilikannya pun jelas dimiliki oleh pihak asing. e. Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. 10

2. Dilihat dari segi status Kedudukan atau status menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal, maupun kualitas pelayanannya. a. Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b. Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. 3. Dilihat dari segi cara menentukan harga Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga, baik harga jual maupun harga beli terbagi dalam dua kelompok, yaitu: a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional (Barat) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu: 1) Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan dan penetapan harga untuk produk pinjaman juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. 11

2) Untuk jasa-jasa bank lainnya menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut: (1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (3) Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (4) Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (5) Atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atau 1.1.1.3 Bank Indonesia barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain. 1. Pengertian Bank Indonesia Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Tahun 1999 tentang Bank Indonesia pada Pasal 4 menyatakan bahwa: (1) Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. (2) Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini. (3) Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang. Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa Bank Indonesia adalah Bank Sentral yang merupakan lembaga negara yang mempunyai wewenang untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah 12

dari suatu negara, merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan. Bank Indonesia bebas dari campur tangan dalam bentuk intimidasi, ancaman, pemaksaan, dan bujuk rayu dari pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan dan pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Dinyatakan sebagai badan hukum dimaksudkan agar terdapat kejelasan wewenang Bank Indonesia dalam mengelola kekayaan sendiri yang terlepas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Selain itu, Bank Indonesia sebagai badan hukum publik berwenang menetapkan peraturan dan mengenakan sanksi dalam batas wewenangnya. 2. Tujuan dan tugas Bank Indonesia Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas saran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah oleh Bank 13

Indonesia sendiri. Sementara itu untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien (Prasetyo, 2013 :107). 3. Fungsi utama Bank Indonesia Kalau diperhatikan peranan dan kegiatan yang dijalankan oleh bank sentral di berbagai negara, maka akan dapat dilihat bahwa pada umumnya bank sentral ditugaskan oleh pemerintah untuk menjalankan lima kegiatan berikut (Sukirno, 2012:285): a. Bertindak sebagai bank kepada pemerintah Pemerintah dapatlah dipandang sebagai suatu perusahaan raksasa yang setiap harinya harus membuat pengeluaran-pengeluaran dan menerima berbagai jenis pendapatan seperti pajak pendapatan, pajak penjualan, dan pajak impor. Untuk mengurus pengeluaran dan pendapatan pemerintah tersebut diperlukan jasa bank, dan salah satu fungsi Bank Sentral adalah untuk memenuhi kebutuhan ini. Bank sentral bertindak sebagai lembaga keuangan terutama menyimpan uang pemerintah selanjutnya pemerintah menggunakan jasa Bank Sentral untuk membayar dan 14

mengirimkan uang kepada pemerintah daerah dan departemendepartemen pemerintah yang lain. b. Bertindak sebagai bank kepada bank-bank umum Bank sentral juga disebut sebagai bank kepada bank atau sumber pinjaman terakhir (lender of last resort), artinya bank sentral adalah bank dari bank-bank lainnya dan ia merupakan sumber terakhir dari pinjaman apabila bank-bank umum tidak dapat memperoleh lagi pinjaman dari sumber lainnya. c. Mengawasi kegiatan bank umum dan lembaga-lembaga keuangan lainnya Lembaga-lembaga keuangan termasuk bank umum merupakan perusahaan yang mencari keuntungan dan dapat mengalami kegagalan akibat risiko yang diterimanya. Oleh sebab itu apabila kegiatan ini tidak diawasi akan berdampak pada ketidakstabilan perekonomian. d. Mengawasi keseimbangan kegiatan perdagangan luar negeri Salah satu usaha yang perlu dilakukan untuk menciptakan kestabilan ekonomi adalah dengan mempertahankan kestabilan nilai kurs mata uang asing. Untuk mencapai tujuan ini, pertamatama haruslah dijaga keseimbangan antara ekspor dan aliran masuk modal di satu pihak, dengan impor dan aliran ke luar modal di lain pihak. Selanjutnya harus dijaga ketersediaan cadangan mata uang asing. 15

e. Mencetak uang logam dan uang kertas yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan produksi dan perdagangan. Pemerintah memberi kekuasaan kepada Bank Indonesia untuk mencetak uang yang diperlukan untuk melancarkan kegiatan perdagangan dan produksi. Bank Indonesia harus menentukan besarnya jumlah uang yang harus disediakannya pada suatu waktu tertentu. 4. Perbedaan kegiatan Bank Indonesia dan bank umum Apabila dibandingkan kegiatan yang dijalankan oleh bank sentral dan bank umum, maka akan terdapat beberapa perbedaan antara lain (Sukirno, 2012:284): a. Dalam perekonomian hanya terdapat satu bank sentral. Sebaliknya, bank umum mempunyai jumlah yang lebih banyak. Walau demikian, bank sentral mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mempengaruhi kegiatan ekonomi. b. Bank umum kebanyakannya dimiliki oleh pihak swasta. Di negara maju dan negara berkembang bank sentral dimiliki atau dikuasai pemerintah, sedangkan bank umum adakalanya dimiliki pemerintah tapi manajemen dan kegiatannya tidak berbeda dengan bank umum swasta. c. Tujuan kegiatan bank sentral dan bank umum berbeda. Tujuan dari bank umum adalah berusaha agar kegiatan mereka dapat menghasilkan dan memberikan keuntungan yang maksimum kepada para pemiliknya, sedangkan bank sentral bertujuan 16

mengatur dan mengawasi kegiatan bank umum, serta menciptakan kegiatan ekonomi yang tinggi dan stabil. d. Bank sentral diberi kekuasaan untuk mencetak uang kertas dan uang logam. Bank umum tidak diberi kekuasaan untuk mencetak mata uang. 1.1.2 Inflasi 1.1.2.1 Pengertian inflasi Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai di bawah 2 atau 3 persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai di antara 4-10 persen. Tingkat inflasi yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus persen dalam setahun (Sukirno, 2012 : 14). Menurut Prasetyo (2012 : 195), inflasi secara umum dapat diartikan sebagai kenaikan harga-harga umum secara terus menerus selama dalam suatu periode tertentu. Dengan demikian, beberapa unsur dalam pengertian inflasi perlu diketahui bahwa : (1) inflasi merupakan proses kecenderungan kenaikan harga-harga umum barang-barang dan jasa secara terus menerus. (2) kenaikan harga-harga ini tidak berarti harus naik dengan presentase yang sama, yang penting terdapat kenaikan harga-harga umum barang secara terus menerus selama periode tertentu (satu bulan atau satu tahun). (3) jika kenaikan harga yang terjadi hanya sekali saja dan bersifat 17

sementara atau secara temporer (sekalipun dalam presentase yang besar) tetapi, tidak berdampak meluas bukanlah merupakan inflasi. 1.1.2.2 Jenis-jenis inflasi Jenis-jenis inflasi dapat dikategorikan berdasarkan tingkat keparahan, sebabmusabab, menurut sifatnya, dan lainnya sebagaimana diterangkan sebagai berikut (Prasetyo, 2012 : 198) : 1. Berdasarkan tingkat keparahan Penggolongan inflasi berdasarkan tingkat parah dan tidaknya dapat dilihat dari berbagai tingkatan berikut : a. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun) b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% per tahun) c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100% per tahun) d. Hiperinflasi atau hyperinflation (lebih dari 100% per tahun) 2. Berdasarkan penyebabnya a. Daya tarik permintaan (demand pull inflation) Demand pull inflation, atau sering disebut sebagai (Demand-side inflation) atau goncangan permintaan (Demand shock inflation), yaitu inflasi yang disebabkan karena adanya daya tarik dari permintaan masyarakat akan berbagai barang yang terlalu kuat. Inflasi jenis ini biasa dikenal juga sebagai Philips curve inflation, yaitu merupakan inflasi yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran akan barang dan jasa domestik dalam jangka panjang yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat. 18

b. Daya dorong penawaran (cost push inflation) Cost push inflation, atau (supply-side inflation) atau sering disebut juga sebagai goncangan penawaran (supply shock inflation), yaitu inflasi yang disebabkan karena adanya goncangan atau dorongan kenaikan biaya faktorfaktor produksi secara terus menerus dalam kurun waktu tertentu. c. Inflasi campuran (mixed inflation) Inflasi campuran yang dimaksud dalam hal ini adalah jenis inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran. Inflasi ini sering terjadi karena ketika para pelaku permintaan dan penawaran tidak seimbang, yaitu jika permintaan akan barang bertambah banyak, menyebabkan faktor-faktor produksi dan penyediaan barang menjadi berkurang, padahal substitusi barang tersebut lemah, akibatnya harga faktor produksi naik, yang selanjutnya harga barang juga ikut naik. Inflasi jenis ini akan semakin parah dan sulit untuk diatasi, jika kenaikan dari sisi supply lebih tinggi sama dengan kenaikan dari sisi demand. d. Ekspektasi inflasi (expected inflation) Inflasi jenis ini disebabkan adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adaptif atau forward looking, karena masyarakat melihat harapan di masa datang akan semakin lebih baik dari masa sebelumnya. Harapan masyarakat di masa datang yang lebih baik ini dapat menyebabkan demand pull inflation maupun cost push inflation tergantung dari harapan masyarakat yang mana yang lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi di saat itu dan di masa datang. 19

3. Menurut asalnya a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation) Domestic inflation, yaitu jenis inflasi yang berasal dari dalam negeri di suatu negara itu sendiri. Inflasi jenis ini terjadi dapat disebabkan karena perilaku konsumtif masyarakat atau shock pamer kekayaan, sehingga harga-harga barang menjadi naik. b. Inflasi dari luar negeri (imported inflation) Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri ini pada umumnya dapat terjadi karena adanya kelangkaan sumber daya secara umum di luar negeri (di berbagai negara, misalnya kelangkaan minyak bumi di tahun 2007-2008 kemarin) sehingga menimbulkan permintaan pasar terhadap barang tersebut meningkat hingga sampai ke beberapa negeri seberang, akibatnya secara umum harga barang-barang tersebut meningkat. 4. Jenis inflasi menurut sifatnya Jenis inflasi menurut sifatnya sebenarnya sulit untuk dikategorikan sebagai jenis inflasi yang benar-benar dapat diukur dengan pasti. Karena sifat dari inflasi ini dapat melekat pada jenis inflasi yang lain. Pada umumnya jenis inflasi menurut sifatnya ini dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Jenis inflasi merayap (creeping inflation) atau sering disebut inflasi jenis ringan, karena kenaikan harga-harga barang bersifat sangat lambat dan sifat besarannya tergolong ringan yakni kurang dari 10 persen. b. Jenis inflasi menengah atau sedang /(moderate inflation), jenis inflasi ini dikatakan bersifat moderat atau sedang karena kenaikan harga-harga barang bersifat masih lambat, sehingga tidak menimbulkan distorsi pada 20

pendapatan, dan kenaikan harga masih bersifat relatif ringan yakni sekitar 10 persen 30 persen. c. Jenis inflasi ganas (galloping inflation), inflasi ini dikatakan ganas karena dampaknya sudah semakin meluas dan semakin sulit untuk dikendalikan. Besaran inflasi jenis ini umumnya sekitar 30 persen 100 persen atau bahkan besarannya sering dapat dikatakan sudah mencapai dua sampai tiga digit. d. Jenis sangat parah (hyperinflation), yaitu jenis inflasi yang sifatnya sangat berat dan sangat parah, sehingga besarannya dapat mencapai ratusan bahkan ribuan persen atau milyaran persen per tahun, dan inflasi jenis ini sifatnya sangat mematikan. 5. Jenis inflasi lainnya Jenis-jenis inflasi lainnya yang dimaksud dalam pembahasan ini sebenarnya merupakan derivative atau merupakan disagregasi dari berbagai jenis dan akibat terjadinya inflasi yang telah dijelaskan di atas. Beberapa jenis inflasi yang perlu dikenali tersebut adalah sebagai berikut: a. Inflasi inti (core inflation) Inflasi inti yaitu jenis inflasi yang dipengaruhi oleh perkembangan faktorfaktor fundamental dalam perekonomian suatu negara seperti; interaksi permintaan dan penawaran, lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang), dan ekspektasi inflasi dri perdagangan dan konsumen, yang akan berdampak pada perubahan hargaharga secara umum dan lebih bersifat permanen dan persistent, yang akan berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat permanen dan persistent. 21

b. Inflasi struktural (structural inflation) Inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekauan struktural yang menyebabkan penawaran di dalam suatu perekonomian menjadi kurang responsif terhadap permintaan yang meningkat. c. Target inflasi (targeting inflation) Target inflasi, inflasi administrasi, dan inflasi bergejolak serta seigniorage sebenarnya bukan merupakan jenis inflasi inti, tetapi tergolong jenis inflasi non inti atau merupakan disagregasi inflasi. Jadi targeting inflation adalah tingkat inflasi yang ditargetkan pemerintah melalui kebijakan moneter. d. Inflasi administrasi (administered price inflation) Administered price inflation, yaitu jenis inflasi yang banyak dipengaruhi oleh shocks yang berupa kebijakan dalam mengatur harga seperti pada harga BBM, tarif listrik, tarif angkutan, SPP mahasiswa, dan sebagainya. Dimana, administered prices merupakan harga atau biaya administrasi yang sering ditentukan sepihak oleh pemerintah atau oleh BUMN, sehingga biaya atau harga tersebut sering memicu inflasi di masyarakat. e. Inflasi bergejolak (volatile goods prices inflation) Inflasi bergejolak adalah inflasi barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak, umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer seperti musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan distribusi. Jadi inflasi ini merupakan inflasi turunan (disagregasi inflasi) dan tidak bersifat inti. 22

f. Pajak inflasi (tax inflation) Ketika masalah inflasi ditandai dengan banyaknya jumlah uang beredar (JUB), maka inflasi ini terjadi karena disebabkan pemerintah mencetak uang terlalu banyak untuk membiayai kegiatan perekonomiannya. Karena masalah perekonomian yang sangat kompleks seperti: defisit neraca pembayaran, defisit APBN, pembiayaan kredit yang terlalu bnaya melalui bank pemerintah sehingga permasalahan tersebut harus dapat diatasi, dan salah satu cara termudah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mencetak uang baru. g. Inersia inflasi (inflation inertia) Inflasi inersia, terjadi karena adanya inflasi di masa lalu yang mempengaruhi ekspektasi inflasi masa depan, sebab ekspektasi ini mempengaruhi upah serta harga yang ditetapkan. 1.1.2.3 Teori inflasi Dalam ilmu ekonomi pembangunan teori inflasi dapat digolongkan menjadi dua kelompok yakni teori monetaris dan non-monetaris karena pada dasarnya inflasi adalah masalah moneter. Pada kajian ini teori inflasi dilihat dari sudut pandang teori kuantitas, teori Keynes, teori strukturalis (Prasetyo, 2012 : 215) : 1. Teori Kuantitas Teori kuantitas ini merupakan teori inflasi yang paling tua, dan merupakan teori yang mendekati inflasi dari segi permintaan, teori ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh kelompok ekonom dari Universitas Chicago yang juga dikenal sebagai kelompok monetaris. Menurut para ekonom dari Chicago ini, inflasi hanya dapat terjadi jika ada kenaikan dalam jumlah uang 23

beredar. Menurut teori kuantitas, penyebab utama terjadinya inflasi adalah masalah penambahan jumlah uang beredar dan faktor psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa datang. Menurut teori Kuantitas ini, nilai uang ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang di pasar uang, dan JUB ditentukan oleh bank sentral. 2. Teori Keynes Menurut pandangan teori Keynes, JUB (MS) hanyalah sebagai salah satu faktor penentu tingkat harga (inflasi). Inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rizki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregatif yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu jika terjadi inflationary gap). 3. Teori Strukturalis Menurut teori strukturalis, (structural inflation), inflasi jenis ini terjadi sebagai akibat dari adanya berbagai kendala atau kekakuan struktural yang menyebabkan kekakuan penawaran dalam perekonomian suatu negara, sehingga kurva penawaran menjadi kurang atau tidak responsif terhadap permintaan yang meningkat. Menurut pandangan kelompok strukturalis ini, sebab-sebab kekakuan struktural terjadi karena adanya kendala penawaran bagan pangan yang bersifat inelastic, kendala devisa yang terbatas, dan kendala fiskal. 1.1.2.4 Dampak Inflasi Inflasi sebenarnya mengandung dampak negatif dan positif, namun sering menimbulkan dampak negatif. Secara umum dampak inflasi dapat mempengaruhi 24

distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi, dan produk nasional. Dampak positif dapat meningkatkan gairah produksi dan kesempatan kerja baru. Adapun dampak negatif dari inflasi yang dimaksud secara umum adalah (Prasetyo, 2012 : 221) : 1. Inflasi menurunkan daya beli, terutama terhadap masyarakat miskin atau masyarakat yang berpendapatan tetap atau rendah. 2. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, termasuk masyarakat menjadi tidak suka menabung, sehingga investasi tetap rendah dan pada gilirannya menghambat pertumbuhan perekonomian baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Semakin melebarkan kesenjangan pendapatan antara si miskin dan kaya. 4. Inflasi yang tinggi menghambat investasi produktif karena tingginya ketidakpastian. 5. Bagi pemerintah, inflasi sering menyulitkan karena kebijakan pemerintah menjadi tidak efektif dan dapat menimbulkan biaya sosial inflasi yang makin besar. 1.1.3 Peran Bank Indonesia dalam Pengendalian Inflasi Sebagaimana diketahui bahwa Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini salah satunya adalah kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa yang tercermin pada perkembangan laju inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, 25

mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. 2.1.3.1 Kebijakan Bank Indonesia Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh Bank Sentral untuk mempengaruhi penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga, dengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat. Salah satu komponen pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh perusahaan-perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal dan apabila suku bunga rendah lebih banyak penawaran modal akan dilakukan (Sukirno, 2012 : 24). Bank Indonesia merupakan otoritas moneter yang memiliki kebijakan moneter. Beberapa instrumen kebijakan moneter yang umum digunakan Bank Indonesia adalah sebagai berikut (Prasetyo, 2012 : 226): a. Operasi pasar terbuka (open market operations) Yaitu dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga dan obligasi pemerintah. Instrumen ini dapat dilakukan sendiri atau bersama instrumen lain. b. Politik diskonto (rediscount policy) Untuk mempengaruhi jumlah uang beredar (JUB), instrumen ini dapat dilakukan dengan cara melakukan politik diskonto atau menaikkan dan menurunkan tingkat suku bunga. c. Cadangan minimum (reserve requirement) Dapat digunakan untuk mempengaruhi jumlah uang beredar melalui kebijakan uang ketat (tight money policy) atau kebijakan uang longgar (easy money policy) di dalam masyarakat. 26

d. Kontrol kredit yang selektif (selective credit control) Instrumen ini dapat dilakukan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi ketika terjadi inflasi atau kredit macet, maka bank diminta Bank Indonesia untuk membatasi atau mengurangi jumlah kredit kepada masyarakat. e. Himbauan moral (moral suasion) Instrumen ini digunakan manakala instrumen yang bersifat kuantitatif di atas sedang mengalami kemandulan atau ketidakefektifan atau dapat digunakan karena untuk memperkuat instrumen kebijakan lainnya. Kebijakan moneter sangat penting diterapkan karena berkaitan dengan adanya proposisi yang mengatakan bahwa peredaran uang mempunyai hubungan yang erat dengan sektor barang dan jasa atau sektor riil. Dengan pengendalian jumlah uang beredar di masyarakat aka dapat mempengaruhi variabel-variabel ekonomi di sektor riil seperti tingkat harga dan investasi serta produksi. Dalam jangka panjang, kebijakan moneter bukan lagi hanya mengatur jumlah uang beredar di masyarakat, tetapi juga mengatur variabel lain yang berkaitan dengan perkembangan jumlah uang yang beredar seperti mengatur tingkat bunga dan nilai tukar mata uang sehingga efektivitas kebijakan moneter dapat diamati. Dengan dasar efektivitas itu, kebijakan moneter sering diterapkan bersama-sama dengan kebijakan fiskal sehingga keseimbangan ekonomi dapat diwujudkan (Sudirman, 2011 : 3). 27