LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2000

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 22 TAHUN 2006 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH RUHUI RAHAYU KABUPATEN TAPIN

L E M B A R A N D A E R A H

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 16 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TAPIN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 30 TAHUN 2011

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN T A S I K M A L A Y A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD. Nomor 5 Tahun 2012 Seri D Nomor 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH (PD) BANGUN SUKMA JAYA KABUPATEN SUKAMARA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KRUENG PEUSANGAN

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEPENGURUSAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BARAMARTA KABUPATEN BANJAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEDOMAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD.BPR) DI KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 02 TAHUN 2013 TLD NO : 02

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

e. Mengangkat sumpah pegawai dan atau sumpah jabatan sesuai dengan peraturan ; f. Mematuhi / mentaati semua peraturan perundang-undang kepegawaian.

PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM BERSUJUD KABUPATEN TANAH BUMBU

Pasal 71. Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2011 T E N T A N G ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA MAYANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN TANAH LAUT

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 3 SERI D

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 9 TAHUN 2012

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA KABUPATEN JEPARA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2011 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT ALLAH TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEBO PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUMTIRTA MUARO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : D

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PERUSAHAAN UMUM DAERAH PURWA AKSARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 7 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 7 TAHUN 1998 TENTANG KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 118 TAHUN TENTANG KETENTUAN POKOK KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SUMEDANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA SEGAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH APOTEK LUK ULO KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALU PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 1999 TENTANG KEPENGURUSAN BADAN USAHA MILIK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PERTANIAN KABUPATEN MAROS

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 41 Tahun 2016 Seri E Nomor 30 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 33 SERI E

TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SOLOK SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KABUPATEN KARAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BKPD KABUPATEN CIAMIS

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK KARANGANYAR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 2 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 21 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABIPATEN MAROS NOMOR : 05 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PENGELOLAAN ASSET KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2OO9 TENTANG ORGAN DAN KEPEGAWAIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTA BENTENG KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH BATURAJA MULTI GEMILANG

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR MANUNTUNG JAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM TIRTAMARTA KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Angka 39 Cukup jelas. Angka 40 Cukup jelas. PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA. Angka 41 Cukup jelas.

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2000 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2000 T E N T A N G KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH Menimbang : a. Bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagai Perangkat Daerah, dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk memberikan andil dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah untuk menunjang kehidupan dan perkembangan daerah dalam rangka memantapkan pelaksanaan otonomi yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab; b. Bahwa dalam rangka meningkatkan kelancaran tugas operasional Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Tengah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menunjang terselenggaranya kegiatan Perusahaan Daerah berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi perusahaan yang sehat, perlu diadakan perubahan ketentuan mengenai pegawai maupun kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1998 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2000; c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undangundang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 9)

sebagai Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1820); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Pendirian Perusahaan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2387); 3. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2906); 4. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); 5. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Undangundang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1976 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3069); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1976 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3093); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3134); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1979 tentang Daftar Urut Kepangkatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3138);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3156); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3176); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3353); 14. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Daerah di Lingkungan Pemerintah Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1998 tentang Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 800.690-154 Tahun 1996 tentang Klasifikasi PDAM dan Sistem Karier Pegawai PDAM; 18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Tengah Nomor 03 Tahun 1991 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Tengah.

Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah; c. Bupati adalah Bupati Hulu Sungai Tengah; d. Perusahaan Daerah Air Minum yang selanjutnya disingkat PDAM adalah Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Hulu Sungai Tengah yang bergerak dalam bidang pelayanan air minum. e. Jasa produksi adalah bagian dari laba bersih PDAM yang ditetapkan sebagai jasa produksi; f. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah; g. Direksi adalah Direksi PDAM Kabupaten Hulu Sungai Tengah; h. Pegawai adalah pegawai PDAM yang diangkat dan diberhentikan oleh Direksi; i. Gaji adalah gaji pokok ditambah dengan tunjangan lainnya; j. Gaji Pokok adalah gaji pokok yang ditentukan dalam skala gaji pokok pegawai PDAM; k. Penghasilan adalah gaji ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya; l. Daftar Penilaian Pekerjaan adalah daftar penilaian pekerjaan yang ditetapkan oleh Direksi;

m. Isteri/Suami adalah seorang isteri/suami dari pegawai berdasarkan perkawinan yang sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku; n. Anak adalah anak kandung pegawai yang lahir dari perkawinan yang sah, anak tiri dan anak angkat yang sah menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku; o. Ijazah adalah tanda tamat belajar dari sekolah negeri atau swasta yang statusnya disamakan; p. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang ditetapkan oleh Direksi dan disetujui oleh Badan Pengawas; q. Tenaga Honorer atau Tenaga Kontrak adalah tenaga yang bekerja di PDAM berdasarkan sistem kerja jangka pendek; r. Honorarium adalah penghasilan yang diberikan kepada Tenaga Honorer atau Tenaga Kontrak. BAB II PENGURUS Pasal 2 Pengurus PDAM terdiri dari : a. Direksi; b. Badan Pengawas; BAB III DIREKSI Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 3 (1) Anggota Direksi diangkat oleh Bupati diutamakan bukan dari Pegawai Negeri atas usul Badan Pengawas; (2) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Direksi harus memenuhi persyaratan :

a. Mempunyai pendidikan Sarjana (S1) sesuai bidangnya; b. Mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) tahun mengelola perusahaan yang dibuktikan dengan surat keterangan (referensi) dari perusahaan sebelumnya dengan perilaku baik; c. Membuat dan menyajikan proposal tentang visi dan misi Perusahaan Daerah Air Minum; d. Pernah mengikuti pelatihan manajemen air minum di dalam atau di luar negeri; e. Batas usia pada saat diangkat pertama kali berumur paling tinggi 52 (lima puluh dua) tahun; f. Tidak terikat hubungan keluarga dengan Kepala Daerah atau dengan Anggota Badan Pengawas atau dengan Anggota Direksi lainnya sampai derajad ketiga baik menurut garis lurus maupun ke samping termasuk menantu dan ipar. (3) Pengangkatan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati; Pasal 4 Jumlah Anggota Direksi paling banyak 3 (tiga) orang dan seorang diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama. Pasal 5 (1) Masa jabatan Anggota Direksi selama 4 (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan; (2) Pengecualian terhadap ayat (1) dapat dilakukan apabila seorang Direktur diangkat sebagai Direktur Utama; (3) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Anggota Direksi terbukti mampu meningkatkan kinerja PDAM dan pelayanan kebutuhan air minum kepada masyarakat setiap tahun. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang

Pasal 6 Direksi dalam mengelola PDAM mempunyai tugas sebagai berikut : a. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan PDAM; b. Merencanakan dan menyusun program kerja perusahaan 5 (lima) tahunan dan program kerja tahun. c. Membina pegawai; d. Mengurus dan mengelola kekayaan PDAM; e. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan; f. Melaksanakan kegiatan teknik PDAM; g. Mewakili PDAM baik di dalam dan di luar pengadilan; h. Menyampaikan laporan berkala mengenai seluruh kegiatan termasuk neraca dan perhitungan rugi/laba. Pasal 7 Direksi dalam mengelola PDAM mempunyai wewenang sebagai berikut : a. Mengangkat dan memberhentikan pegawai; b. Mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan di bawah Direksi; c. Menandatangani pinjaman setelah mendapat persetujuan Bupati; d. Menandatangani neraca dan perhitungan rugi/laba; e. Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain. Pasal 8 (1) Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhir tahun buku, Direksi menyampaikan laporan keuangan kepada Ketua Badan Pengawas yang terdiri dari neraca dan perhitungan rugi/laba tahunan dengan tembusan disampaikan kepada Bupati; (2) Tata cara pembuatan penyampaian dan pengesahan neraca dan perhitungan rugi/laba tahunan PDAM diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Tahun Buku PDAM adalah Tahun Takwim; Pasal 9

Bagian Ketiga Penghasilan dan Hak-Hak Direksi Pasal 10 Penghasilan Direksi terdiri dari gaji, tunjangan dan jasa produksi. Pasal 11 (1) Tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 terdiri dari : a. Tunjangan kesehatan; b. Tunjangan kemahalan; c. Perumahan dinas atau tunjangan uang sewa rumah yang pantas. (2) Jasa produksi sebagaimana disebut pada Pasal 10 diberikan setiap tahun; (3) Besarnya tunjangan dan jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Bupati setelah memperhatikan pendapat Badan Pengawas dan Kemampuan PDAM; (4) Jumlah seluruh biaya untuk penghasilan Direksi, honorarium Badan Pengawas dan biaya tenaga kerja lainnya tidak boleh melebihi 30 % (tiga puluh per seratus) dari seluruh realisasi anggaran perusahaan tahun anggaran yang berjalan. Bagian Keempat Cuti Pasal 12 (1) Anggota Direksi memperoleh hak cuti sebagai berikut : a. Cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja; b. Cuti besar/cuti panjang selama 2 (dua) bulan untuk setiap kali masa jabatan; c. Cuti menunaikan ibadah haji selama 40 (empat puluh) hari. (2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Bupati atau pejabat yang ditunjuk; (3) Anggota Direksi selama melaksanakan cuti mendapatkan penghasilan penuh dari PDAM;

(4) Apabila karena kesibukan di kantor, Anggota Direksi tidak mengambil cuti besar/cuti panjang, diberikan ganti uang sebesar 1 (satu) kali gaji yang diterima pada bulan terakhir. Bagian Kelima Pemberhentian Pasal 13 Anggota Direksi dapat diberhentikan dengan alasan : a. Atas permintaan sendiri; b. Karena kesehatan tidak dapat melaksanakan tugasnya; c. Tidak melasanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; d. Terlibat dalam tindakan yang merugikan PDAM; e. Terlibat dalam tindak pidana; f. Merugikan PDAM. Pasal 14 (1) Apabila Anggota Direksi diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c, d, e dan f, Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan; (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Anggota Direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan yang dituduhkan, Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati. Pasal 15 Bupati paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima laporan dari Badan Pengawas, sudah harus mengeluarkan keputusan tentang Pemberhentian Sebagai Anggota Direksi. Pasal 16 (1) Anggota Direksi yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a dan b diberhentikan dengan hormat;

(2) Anggota Direksi yang diberhentikan berdasarkan Pasal 13 huruf b diberikan pesangon sebesar 1 (satu) kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir. BAB IV BADAN PENGAWAS Bagian Pertama Pengangkatan Pasal 17 (1) Anggota Badan Pengawas diangkat oleh Bupati; (2) Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Pejabat Daerah, perorangan dan masyarakat konsumen yang memenuhi persyaratan; (3) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Badan Pengawas, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Menguasai manajemen PDAM; b. Menyediakan waktu yang cukup; c. Tidak terikat hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan Anggota Badan Pengawas yang lain atau dengan Anggota Direksi sampai derajat ketiga baik menurut garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar. (4) Apabila hubungan keluarga terjadi setelah pengangkatan, untuk melanjutkan jabatannya harus ada izin tertulis dari Bupati; (5) Pengangkatan Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 18 Jumlah Anggota Badan Pengawas paling banyak 3 (tiga) orang., seorang diantaranya dipilih menjadi ketua merangkap anggota. Pasal 19 (1) Masa jabatan Anggota Badan Pengawas paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali 1 (satu) kali masa jabatan;

(2) Pengangkatan kembali dilakukan apabila Anggota Badan Pengawas terbukti mampu melakukan pengawasan terhadap kegiatan Direksi dan memberikan pendapat serta saran kepada Bupati sehingga PDAM mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan kebutuhan air minum kepada masyarakat. Bagian Kedua Tugas dan Wewenang Pasal 20 Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut : a. Mengawasi kegiatan direksi; b. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan Anggota Direksi c. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap program kerja yang diajukan oleh Direksi; d. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap macam pinjaman dan ikatan hukum dengan pihak lain; e. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap laporan neraca dan perhitungan rugi/laba. Pasal 21 Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut : a. Memberi peringatan kepada Direksi yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan program kerja yang telah disetujui; b. Memeriksa Anggota Direksi yang diduga merugikan PDAM. Bagian Ketiga Penghasilan Pasal 22 Penghasilan Badan Pengawas terdiri dari :

a. Uang jasa; b. Jasa produksi. Pasal 23 (1) Ketua Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 40 % (empat puluh perseratus) dari gaji Direktur Utama; (2) Sekretaris Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 35 % (tiga puluh lima perseratus) dari gaji Direktur Utama; (3) Anggota Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 30 % (tiga puluh perseratus) dari gaji Direktur Utama. Pasal 24 (1) Selain uang jasa, setiap tahun diberikan jasa produksi; (2) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati dengan memperhatikan kemampuan PDAM. Bagian Keempat Pemberhentian Pasal 25 Anggota Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan : a. Atas permintaan sendiri; b. Karena kesehatan tidak dapat melaksanakan tugasnya; c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan PDAM; d. Terlibat dalam tindak pidana; e. Merugikan PDAM. Pasal 26 (1) Apabila Anggota Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf c, d dan e, Bupati segera melakukan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan;

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbukti melakukan perbuatan perbuatan yang dituduhkan, Bupati paling lama 7 (tujuh) hari kerja mengeluarkan keputusan tentang pemberhentian sebagai Anggota Badan Pengawas. BAB V PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PEGAWAI Pasal 27 Direksi berwenang mengangkat, membina dan memberhentikan pegawai. Pasal 28 (1) Syarat-syarat untuk dapat diangkat menjadi pegawai adalah : a. Warga Negara Indonesia; b. Berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun untuk SLTP, SMU, maksimal 30 (tiga puluh) tahun untuk D3 dan maksimal 35 (tiga puluh lima) tahun untuk Sarjana (S1); c. Tidak pernah dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap; d. Tidak pernah terlibat dalam gerakan yang menentang Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, negara dan pemerintah; e. Tidak pernah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai pegawai instansi pemerintah atau swasta; f. Mempunyai ijazah SLTP, SMU/SMK atau yang sederajad, Diploma atau Sarjana; g. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kepolisian setempat; h. Berbadan sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; i. Tidak boleh merangkap menjadi Pegawai Negeri atau perusahaan lain; j. Syarat-syarat lain yang ditetapkan Direksi. (2) Calon pegawai dapat diangkat menjadi pegawai setelah melalui masa percobaan minimum 6 (enam) bulan dan maksimal 1 (satu) tahun; (3) Dalam masa percobaan terhadap calon pegawai, dilakukan penilaian yang meliputi :

a. Kesetiaan; b. Prestasi kerja; c. Kerjasama; d. Ketaatan; e. Kejujuran; f. Tanggung jawab; g. Prakarsa. (4) Calon pegawai yang memenuhi persyaratan penilaian sebagaimana dimaksud ayat (3) diangkat menjadi pegawai; (5) Calon pegawai yang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan penilaian sebagaimana dimaksud ayat (3) diberhentikan tanpa mendapat uang pesangon; (6) Selama menjalani masa percobaan, calon pegawai tidak diperkenankan menduduki jabatan. Pasal 29 (1) Direksi dapat mengangkat Tenaga Honorer atau Tenaga Kontrak sesuai dengan kebutuhan; (2) Tenaga Honorer atau Tenaga Kontrak sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan honorarium yang besarnya ditetapkan oleh Direksi; (3) Tenaga Honorer atau Tenaga Kontrak sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak diperkenankan menduduki jabatan. BAB VI KEPANGKATAN Pasal 30 (1) Pegawai diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu; (2) Pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan dilaksanakan dengan memperhatikan jenjang pangkat dan persyaratan lain yang ditetapkan untuk jabatan itu.

Pasal 31 (1) Pemberian kenaikan pangkat dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan; (2) Setiap pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berhak atas kenaikan pangkat reguler; (3) Pemberian kenaikan pangkat pilihan merupakan penghargaan atas prestasi kerja pegawai yang bersangkutan. Pasal 32 Pangkat dan golongan pegawai ditentukan sebagai berikut : 1. Pegawai Dasar Muda : Golongan A Ruang 1 2. Pegawai Dasar Muda I : Golongan A Ruang 2 3. Pegawai Dasar : Golongan A Ruang 3 4. Pegawai Dasar I : Golongan A Ruang 4 5. Pelaksana Muda : Golongan B Ruang 1 6. Pelaksana Muda I : Golongan B Ruang 2 7. Pelaksana : Golongan B Ruang 3 8. Pelaksana I : Golongan B Ruang 4 9. Staf Muda : Golongan C Ruang 1 10. Staf Muda I : Golongan C Ruang 2 11. Staf : Golongan C Ruang 3 12. Staf I : Golongan C Ruang 4 13. Staf Madya : Golongan D Ruang 1 14. Staf Madya I : Golongan D Ruang 2 15. Staf Utama Madya : Golongan D Ruang 3 16. Staf Utama : Golongan D Ruang 4 BAB VII PENGANGKATAN PERTAMA

Pasal 33 Calon pegawai yang diangkat sebagai pegawai diberikan pangkat dan golongan ruang permulaan sebagai berikut : a. Berijazah Sekolah Dasar diberikan pangkat Pegawai Dasar Muda dan Golongan Ruang A/1; b. Berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diberikan pangkat Dasar Muda I dan Golongan Ruang A/2; c. Berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas diberikan pangkat Pelaksana Muda dan Golongan Ruang B/1; d. Berijazah Sarjana Muda/Diploma III diberikan pangkat Pelaksana Muda I dan Golongan Ruang B/2; e. Berijazah Sarjana diberikan pangkat Staf Muda dan Golongan Ruang C/1; Pasal 34 Pegawai dari Badan Usaha lain dapat diterima menjadi pegawai dengan ketentuan sebagai berikut : a. Badan Usaha Sejenis; 1. Tidak diberhentikan a. Dengan tidak hormat; b. Dengan hormat tanpa predikat; c. Dengan hormat tidak atas permintaan sendiri. 2. Pengalaman kerja diakui sepenuhnya; 3. Diberikan pangkat setinggi-tingginya sama dengan pangkat terakhir yang dimiliki. b. Badan Usaha Tidak Sejenis; 1. Tidak diberhentikan a. Dengan tidak hormat; b. Dengan hormat tanpa predikat; c. Dengan hormat tidak atas permintaan sendiri. 2. Pengalaman kerja diakui 1/3 (satu pertiga); 3. Diberikan pangkat setinggi-tingginya sama dengan pangkat terakhir yang dimiliki.

BAB VIII KENAIKAN PANGKAT Pasal 35 (1) Kenaikan pangkat pegawai ditetapkan pada tanggal 1 Januari dan 1 Juli tiap tahun; (2) Kenaikan pangkat pegawai sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari : a. Kenaikan pangkat biasa; b. Kenaikan pangkat pilihan; c. Kenaikan pangkat penyesuaian; d. Kenaikan pangkat istimewa; e. Kenaikan pangkat pengabdian; f. Kenaikan pangkat anumerta. (3) Kenaikan pangkat pegawai sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan. Pasal 36 (1) Kenaikan pangkat biasa diberikan kepada pegawai tanpa memperhatikan jabatan yang dipangkunya dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan; (2) Kenaikan pangkat biasa dapat diberikan setiap kali, setingkat lebih tinggi apabila pegawai dimaksud memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut : a. Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir; b. Telah 5 (lima) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai cukup dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Maksimal kenaikan pangkat biasa yang dapat dicapai oleh seorang pegawai PDAM setinggi-tingginya adalah sebagai berikut : a. Berijazah Sekolah Dasar sampai dengan Golongan Ruang B/1; b. Berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sampai dengan Golongan Ruang B/2; c. Berijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas sampai dengan Golongan Ruang C/1;

d. Berijazah DIII sampai dengan Golongan Ruang C/2; e. Berijazah Sarjana sampai dengan Golongan Ruang D/1; Pasal 37 (1) Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada pegawai PDAM yang memangku jabatan dan telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan; (2) Kenaikan pangkat dapat diberikan setingkat lebih tinggi apabila pegawai dimaksud memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut : a. Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimiliki dan hasil penilaian prestasi kerja setiap unsur sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; b. Telah 5 (lima) tahun dalam pangkat yang dimiliki dan hasil penilaian prestasi kerja rata-rata bernilai baik tanpa nilai kurang dalam 1 (satu) tahun terakhir; c. Telah 6 (enam) tahun atau lebih dalam pangkat yang dimiliki dan hasil penilaian prestasi kerja rata-rata bernilai cukup tanpa nilai kurang dalam 1 (satu) tahun terakhir. (3) Kenaikan pangkat pilihan diberikan dalam batas-batas jenjang pangkat yang ditentukan untuk jabatan yang bersangkutan. Pasal 38 Kenaikan pangkat penyesuaian diberikan kepada pegawai karena memperoleh Tanda Tamat Belajar atau Ijazah yang lebih tinggi. Pasal 39 (1) Kenaikan pangkat istimewa diberikan kepada pegawai yang menunjukkan prestasi luar biasa atau menemukan temuan baru yang bermanfaat bagi perusahaan; (2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terikat pada jabatan dan ketentuan ujian dinas.

Pasal 40 Kenaikan pangkat Pengabdian diberikan kepada pegawai yang akan memasuki masa pensiun setingkat lebih tinggi dari pangkatnya dengan ketentuan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir. Pasal 41 Kenaikan pangkat Anumerta diberikan kepada pegawai yang meninggal dunia dalam melakukan tugas setingkat lebih tinggi dari pangkat terakhir. BAB IX PENGANGKATAN DALAM JABATAN Pasal 42 Tata cara dan pengangkatan dalam jabatan ditetapkan melalui Peraturan Perusahaan. Pasal 43 (1) Pegawai yang memangku jabatan dengan pangkat yang lebih rendah pada jenjang pangkat jabatan tersebut setiap kali dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut : a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun memangku jabatan dan telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir dengan hasil penilaian kerja bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; b. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun memangku jabatan dan telah 3 (tiga) tahun dalam pangkat terakhir dengan hasil penilaian kerja rata-rata bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir; (2) Kenaikan pangkat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan sebanyakbanyaknya 3 (tiga) kali selama menjadi pegawai. BAB X PEMBINAAN KARIER PEGAWAI

Pasal 44 (1) Untuk pembinaan karier pagawai peningkatan pengetahuan pegawai dapat diadakan pemindahan pegawai antar PDAM; (2) Pedoman Pembinaan dan Peningkatan Karier Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 45 Untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya dilaksanakan sistem karier PDAM melalui penjenjangan yang dilakukan secara terarah sesuai dengan klasifikasi kebutuhan. BAB XI HAK-HAK, PENGHASILAN DAN PENGHARGAAN Pasal 46 (1) Pegawai yang diangkat dalam pangkat sesuai dengan ketentuan Pasal 30 diberikan gaji yang terdiri : a. Gaji pokok; b. Tunjangan keluarga; c. Tunjangan kemahalan. (2) Besarnya gaji pokok sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a adalah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 47 (1) Tunjangan keluarga terdiri dari : a. Tunjangan isteri/suami; b. Tunjangan anak; (2) Tunjangan isteri dan tunjangan anak sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan kepada pegawai pria yang mempunyai isteri dan anak;

(3) Tunjangan anak diberikan kepada pegawai wanita yang mempunyai anak; (4) Tunjangan suami dapat diberikan apabila suaminya cacat tubuh sehingga tidak dapat mencari nafkah yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Direksi. Pasal 48 (1) Besarnya tunjangan isteri/suami adalah 10 % (sepuluh perseratus) dari gaji pokok; (2) Besarnya tunjangan setiap anak adalah 5 % (lima perseratus) dari gaji pokok dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jumlah anak sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang; b. Batas umur sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun; c. Tidak mempunyai penghasilan sendiri; d. Tidak kawin atau belum pernah kawin. (3) Batas umur sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat diperpanjang sampai mencapai umur 25 (dua puluh lima) tahun, apabila anak yang dimaksud bersekolah/kuliah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kapala Sekolah atau Dekan. Pasal 49 (1) Pegawai berhak mendapat cuti tahunan, cuti kawin, cuti hamil, cuti sakit dan cuti karena alasan penting atau cuti untuk menunaikan ibadah haji serta cuti diluar tanggungan perusahaan; (2) Pelaksanaan cuti sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan. Pasal 50 Pegawai beserta keluarganya yang menjadi tanggungan perusahaan diberikan tunjangan/biaya pengobatan, perawatan rumah sakit, klinik dan lain-lain yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan.

Pasal 51 (1) Setiap pegawai berhak atas pensiun yang pelaksanaannya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan; (2) Pegawai yang pensiun sebagaimana dimaksud ayat (1) berhak atas uang pensiun yang besarnya ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun Pegawai PDAM (DAPENMA PAMSI); (3) Selain uang pensiun, pegawai juga berhak atas jaminan hari tua yang dananya dihimpun dari usaha perusahaan dan iuran pegawai yang ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan. Pasal 52 Sumbangan kematian, bencana alam dan kecelakaan diberikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan. Pasal 53 (1) Penghasilan pegawai terdiri dari : a. Gaji; b. Tunjangan-tunjangan lainnya. (2) Tunjangan-tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud ayat (1) antara lain : a. Tunjangan jabatan; b. Tunjangan pelaksana; c. Tunjangan keahlian; d. Tunjangan perumahan/pengganti sewa rumah; e. Tunjangan transport; f. Tunjangan /biaya pengobatan, perawatan di rumah sakit; g. Tunjangan sandang pangan. (3) Jenis dan besarnya tunjangan sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan.

Pasal 54 Pegawai membayar pajak penghasilan atas beban perusahaan. Pasal 55 Pegawai yang memenuhi syarat kecakapan kerajinan dan pengabdian/ketaatan dalam melaksanakan kewajiban di perusahaan diberikan kenaikan gaji berkala. Pasal 56 (1) Kenaikan gaji berkala diberikan 2 (dua) tahun sekali jika memenuhi syarat-syarat : a. Hasil penilaian prestasi kerja rata-rata baik tanpa nilai kurang dalam tahun terakhir; b. Relatif dalam batas masa kerja golongan yang ditentukan untuk kenaikan gaji berkala. (2) Apabila penilaian prestasi kerja pegawai belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, maka kenaikan gaji berkala ditunda paling lama 1 (satu) tahun; (3) Apabila sampai dengan batas waktu penundaan, pegawai yang bersangkutan belum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud ayat (2), maka kenaikan gaji berkalanya ditunda lagi tiap-tiap kali paling lama 1 (satu) tahun. Pasal 57 Pegawai yang daftar penilaian prestasi kerjanya menunjukkan hasil yang amat baik sehingga patut dijadikan pegawai teladan, dapat diberikan kenaikan gaji berkala istimewa yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan. Pasal 58 (1) Calon Pegawai dalam masa percobaan diberikan gaji sebesar 80 % dari gaji pegawai; (2) Selain gaji sebagaimana dimaksud ayat (1) yang bersangkutan diberikan tunjangan yang jenis dan besarnya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan.

Pasal 59 Direksi memberikan penghargaan dan tanda jasa kepada : a. Pegawai yang mempunyai masa kerja terus-menerus selama 15 tahun dan hasil penilaian prestasi kerja dalam 2 (dua) tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata baik, diberikan penghargaan minimal 3 (tiga) kali penghasilan; b. Pegawai yang mempunyai masa kerja terus-menerus selama 25 tahun dan hasil penilaian prestasi kerja dalam 2 (dua) tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata baik, diberikan penghargaan minimal 5 (lima) kali penghasilan; c. Pegawai yang mempunyai masa kerja terus-menerus selama 30 tahun dan hasil penilaian prestasi kerja dalam 2 (dua) tahun terakhir menunjukkan nilai rata-rata baik, diberikan penghargaan minimal 6 (enam) kali penghasilan; d. Pegawai yang telah menunjukkan prestasi kerja dan atau berjasa dalam pengembangan perusahaan sehingga dapat dijadikan teladan bagi pegawai lainnya diberikan penghargaan yang nilai dan bentuknya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan; e. Pegawai yang akan memasuki pensiun normal diberikan penghargaan yang nilai dan bentuknya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan; Pasal 60 Setiap tahun setelah tutup buku, kepada pegawai dapat diberikan jasa produksi, yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan; BAB XII KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 61 Setiap pegawai wajib : a. Mendukung dan membela serta mengamalkan ideologi negara Pancasila dan Undangundang Dasar 1945; b. Mendahulukan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi dan golongan; c. Mematuhi/mentaati segala peraturan dan menjauhi semua larangan perusahaan;

d. Memegang teguh rahasia perusahaan dan rahasia jabatan; e. Mengangkat sumpah pegawai dan atau sumpah jabatan sesuai peraturan; f. Mematuhi/mentaati semua peraturan perundang-undangan kepegawaian Pasal 62 Setiap pegawai dilarang : a. Melakukan kegiatan-kegiatan yang langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan perusahaan/negara; b. Menggunakan kedudukannya dalam perusahaan untuk memberikan keuntungan diri sendiri atau orang lain baik langsung maupun tidak langsung yang merugikan perusahaan; c. Melakukan hal-hal yang mencemarkan nama baik perusahaan dan atau negara; d. Memberikan keterangan tertulis maupun lisan tentang perusahaan kepada pihak lain di luar wewenangnya tanpa izin tertulis dari Direksi. BAB XIII HUKUMAN DISIPLIN Pasal 63 (1) Seorang pegawai dapat dikenakan hukuman disiplin karena melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 61 dan Pasal 62; (2) Jenis hukuman yang dapat dikenakan kepada pegawai terdiri dari : a. Teguran lisan; b. Teguran tertulis; c. Penundaan kenaikan gaji berkala; d. Penundaan kenaikan pangkat; e. Penurunan pangkat; f. Penurunan jabatan;

g. Pembebasan jabatan; h. Pemberhentian sementara; i. Pemberhentian dengan hormat; j. Pemberhentian tidak dengan hormat. (3) Pelaksanaan penjatuhan hukuman sebagaimana dimaksud ayat (2) ditetapkan oleh Direksi. BAB XIV PEMBERHENTIAN Pasal 64 Direksi berwenang memberhentikan sementara pegawai karena : a. Sesuai dengan bukti disangka telah melakukan tindakan merugikan perusahaan; b. Ditahan oleh yang berwajib karena cukup bukti melakukan perbuatan pidana. Pasal 65 Pegawai yang diberhentikan sementara, mulai bulan berikutnya diberi 50 % (lima puluh perseratus) dari gaji. Pasal 66 (1) Selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan Direksi wajib mengadakan sidang yang dihadiri oleh pegawai yang diberhentikan sementara untuk menetapkan apakah yang bersangkutan terbukti merugikan perusahaan; (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dalam sidang yang bersangkutan tidak terbukti melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, maka yang bersangkutan dipekerjakan kembali dalam jabatan dan berhak menerima sisa penghasilan yang belum diterima; (3) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dalam sidang yang bersangkutan terbukti melakukan tindakan yang merugikan perusahaan, maka yang bersangkutan diberhentikan tidak dengan hormat.

Pasal 67 (1) Direksi berwenang memberhentikan dengan hormat pegawai karena : a. Telah mencapai usia 56 tahun (usia pensiun normal); b. Permintaan sendiri; c. Kesehatan tidak mengizinkan, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter; d. Meninggal dunia; e. Pengurangan pegawai. (2) Pegawai yang diberhentikan dengan hormat, sebagaimana dimaksud ayat (1) mendapat hak pensiun dan jaminan hari tua yang ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan; (3) Bagi pegawai yang diberhentikan dengan hormat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, pemberhentiannya ditetapkan 1 (satu) bulan sejak diterimanya permohonan berhenti. Pasal 68 Direksi berwenang memberhentikan tidak dengan hormat pegawai karena : a. Melanggar sumpah janji pegawai dan atau sumpah/janji jabatan; b. Dihukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. BAB XV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 69 PDAM yang cakupan pelayanannya kurang dari 10.000 (sepuluh ribu) pelanggan, persyaratan untuk diangkat menjadi Anggota Direksi minimum berijazah Sarjana muda/diii dengan tetap mengutamakan yang berpendidikan Sarjana (S1). Pasal 70 Apabila dalam 2 (dua) tahun berturut-turut Direksi tidak mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan air minum kepada masyarakat, Bupati dapat mengganti Direksi.

Pasal 71 Dana representatif setinggi-tingginya 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah penghasilan Direksi yang diterima dalam 1 (satu) tahun. Pasal 72 Pensiun Direksi diatur sesuai dengan Peraturan Dana Pensiun DAPENMA PAMSI. Pasal 73 Direksi yang akan melakukan perjalanan dinas keluar daerah atau keluar negeri harus mendapat izin dari Bupati. Pasal 74 Pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas atau dipindah tugaskan ke tempat lain diberikan biaya yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Perusahaan. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 75 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1996 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Hulu Sungai Tengah sepanjang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 76 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Disahkan di Barabai Pada tanggal 16 Oktober 2000 BUPATI HULU SUNGAI TENGAH, Ttd Drs. H. SAIFUL RASYID Diundangkan di Barabai Pada tanggal 16 Oktober 2000 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH ttd Drs. H. ABDUL MADJID Pembina Utama Muda NIP. 010036277 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH TAHUN 2000 NOMOR 32

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH I. PENJELASAN UMUM Sebagai Perusahaan Daerah yang bergerak dalam pelayanan air bersih, khususnya air minum, kinerja dan personalianya harus dituntut lebih profesional dan tanggap dalam setiap melaksanakan tugas, baik tugas administrasi maupun pelayanan kepada masyarakat pelanggan. Oleh karena itu perlu suatu acuan atau pedoman di dalam menjalankan roda manajemen perusahaan yang baik, efisien dan optimal. Untuk mewujudkan suatu perusahaan yang diinginkan sebagaimana dimaksud diatas, perlu suatu aturan tentang Kepegawaian Perusahaan Daerah khususnya PDAM yang berpedoman dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dalam Peraturan Daerah ini, diatur tentang Direksi, Badan Pengawas dan kepegawaiannya, baik kedudukan, pengangkatan, tugas dan wewenang serta kepangkatannya. Selain itu, Perusahaan Daerah ini merupakan perubahan atau perbaikan terhadap Peraturan Daerah terdahulu mengatur hal yang sama dengan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d Pasal 76 : Cukup Jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR : 17