1 DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2013 ABSTRAK Indrawati Suleman. 2013. Diksi dalam Novel Saat Langit Dan Bumi Bercumbu karya Wiwid Prasetyo. Skripsi, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Hj. Sayama Malabar, M.Pd, dan Pembimbing II Dr. Muslimin, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini, yakni : (1) pilihan kata apa saja yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo? (2) apa saja jenis-jenis diksi yang ada dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo? (3) bagaimana fungsi diksi yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo? tujuan umum dari penelitian ini adalah mendeskripsikan diksi dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah (a) mengidentifikasi pilihan kata yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo, (b) mengklasifikasi jenis-jenis diksi yang ada dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo, (c) mendeskripsikan fungsi diksi yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Data penelitian berupa diksi yang mengandung makna dan struktur leksikal. Teknik pengumpulan data, teknik baca dan catat. Data yang terkumpul dianalisis dengan pendekatan emotif, dari hasil penelitian ditemukan diksi yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo terdiri dari makna denotatif 17 diksi, makna konotatif 45 diksi, sedangkan antonim 6 diksi. Diksi memperindah kata-kata dalam karya sastra dan memberikan gambaran suasana dalam cerita. Kata Kunci : Diksi, novel, pendekatan emotif
2 PENDAHULUAN Sastra sebagai produk karya seni yang merupakan karya kreatif imajinatif yang menekankan pada aspek estetik dan artistik. Mutu karya sastra banyak ditentukan oleh kemampuan penulisnya (pencipta) untuk mengeksploitasi kemungkinan-kemungkinan penggunaan bahasa serta gaya bahasa yang tidak saja mempunyai nilai komunikatif-efektif, namun juga mempunyai nilai-nilai kekhasan, aspek-aspek stilistik dan estetika serta artistik (Satoto, 2012: viii). Sastra merupakan dunia kata dengan mediumnya adalah bahasa. Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah karya sastra. Menurut Nurgiyantoro (2002: 272) bahasa dalam seni sastra ini dapat disamakan dengan cat warna. Keduanya merupakan unsur bahan, alat, dan sarana yang mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Bahasa berperan sebagai sarana pengungkapan dan penyampaian pesan dalam sastra. Oleh sebab itu, pada hakikatnya sastra merupakan media ekspresi estetika (keindahan). Keindahankeindahan tersebut dapat ditampilkan melalui penggunaan bahasa dalam karya sastra, baik berupa permainan bunyi, pemilihan kata-kata estetis, maupun penggunaan berbagai majas yang kesemuanya itu memberikan suasana keindahan dalam sebuah karya sastra. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Zulfahnur (1996: 9), bahwa sastra merupakan karya seni yang berunsur keindahan. Keindahan dalam karya seni sastra dibangun oleh seni kata, dan seni kata atau seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa. Terkait dengan kedua pendapat tersebut, maka membaca sebuah karya sastra akan menarik apabila informasi yang diungkapkan penulis disajikan dengan bahasa yang mengandung nilai estetik dengan menampilkan diksi dalam karya sastra. Sebuah buku sastra atau bacaan yang mengandung nilai estetik memang dapat membuat pembaca lebih bersemangat dan tertarik untuk membacanya. Apalagi bila penulis menyajikannya dengan gaya bahasa unik dan menarik. Salah satu ragam karya sastra yang diminati pembaca dan menyajikan gaya bahasa yang menarik kepada pembaca yaitu novel. Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
3 lebih kompleks. Watt (dalam Tuloli 2000: 17) berpendapat bahwa novel adalah ragam sastra yang memberikan gambaran pengalaman manusia, kebudayaan manusia, yang disusun berdasarkan peristiwa, tingkah laku tokoh, waktu dan plot, suasana, dan latar, selain itu, Foster (dalam Tuloli 2000: 17) mengemukakan bahwa novel adalah cerita fiksi (rekaan) dalam bentuk prosa yang agak pan jang. Ukuran panjang adalah lebih dari 50.000 perkataan. Oleh sebab itu novel mempunyai fungsi yang sama dengan sastra, yaitu sebagai media ekspresi estetis (keindahan). Fungsi estetika dalam novel lebih ditampakkan dari penggunaan bahasanya yang indah dan memikat. Estetika tersebut dapat ditampilkan pengarang melalui bahasa dengan menggunakan diksi. Melalui penggunaan diksi, pembaca diharapkan mampu mencermati diksi yang terdapat dalam novel. Diksi merupakan pilihan kata yang digunakan pengarang untuk memperindah karya sastranya. Diksi adalah pemilihan kata yang tepat digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Altenbernd (dalam Pradopo, 2009: 54) menyatakan bahwa ketepatan pilihan kata akan menyangkut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang. Kosa kata yang kaya raya akan memungkinkan penulis atau pembicara lebih bebas memilih-milih kata yang dianggapnya paling tepat mewakili pikirannya. Ketepatan makna kata menuntut pula kesadaran penulis atau pembicara untuk mengetahui bagaimana hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referensinya. Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara. Namun kenyataannya, pembaca kurang mencermati unsur-unsur keindahan kata-kata dalam novel. Pembaca kurang memahami wujud keindahan kata yang terdapat dalam novel, pembaca kurang menguasai cara menemukan keindahan bahasa berupa bunyi, pemilihan kata, dan majas yang terdapat dalam novel, pembaca lebih tertarik pada alur ceritanya, pembaca tidak mengetahui pilihan kata yang terdapat dalam novel, pembaca kurang mengetahui fungsi diksi yang terdapat dalam novel. Kenyataan ini mengakibatkan karya sastra novel hanya dijadikan sebagai bacaan hiburan atau pengisi waktu.
4 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut Sumanto dalam (Mahmud, 2011: 100) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek tertentu. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan diksi berdasarkan fungsinya. Fungsi diksi dapat diketahui melalui kata-kata yang dituangkan dalam karya sastra. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diketahui terdapat diksi yang mengandung macam-macam makna dan struktur leksikal. Macam-macam makna meliputi makna denotatif dan makna konotatif, sedangkan dalam struktur leksikal hanya pada antonim. a) Jenis Diksi berdasarkan Makna Denotatif Makna denotatif adalah makna sebenarnya yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Menurut Wellek (dalam Pradopo, 2009: 58) bahasa yang denotatif adalah bahasa yang menuju kepada korespondensi satu lawan satu antara tanda (kata itu) dengan (hal) yang ditunjuk. Jadi, satu kata itu menunjuk satu hal saja. Hal ini disebabkan oleh makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara objektif. Makna denotatif sering juga disebut makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif, makna sebenarnya, dan makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna sebenarnya, bukan makna kias. Begitu halnya dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo, terdapat beberapa diksi yang mengandung makna denotatif. Makna denotatif ini digunakan untuk menggambarkan suasana sebenarnya yang terjadi dalam cerita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna denotatif yang terdapat dalam novel menggambarkan suasana sebenarnya yang terjadi dalam cerita. Makna
5 denotatif tersebut menunjukkan peristiwa apa saja yang terjadi dalam cerita, sesuai dengan observasi penglihatan, misalnya pengarang menggunakan kata-kata yang langsung diketahui maknanya dan memiliki makna tunggal, sehingga tak ada makna lain yang dapat dihadirkan. Makna denotatif ini merupakan pilihan kata yang tepat untuk menggambarkan suasana sebenarnya yang terjadi dalam cerita agar diketahui orang lain apa yang dituangkan pengarang dalam cerita. Diksi denotatif ini digunakan juga melalui kata-kata yang menggambarkan keadaan suasana. b) Jenis Diksi berdasarkan Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna kias, bukan makna sebenarnya yang terdapat dalam novel. Menurut Keraf (2010: 29) konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna di mana stimulus dan resporns mengandung nilai-nilai emosional. Memilih konotasi adalah masalah yang jauh lebih berat bila dibandingkan dengan memilih denotasi. Oleh karena itu, pilihan kata atau diksi lebih banyak bertalian dengan pilihan kata yang bersifat konotatif. Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo terdapat makna konotatif yang digunakan untuk menggambarkan suasana keindahan dalam karya satra. Jenis diksi yang mengandung makna konotatif, merupakan diksi yang digunakan untuk memperindah kata-kata yang ada dalam karya sastra. Kata-kata ini dipilih untuk memberikan makna kiasan, sehingga karya sastra tidak membosankan. Struktur leksikal adalah macam-macam relasi yang terdapat dalam kata. Hubungan antara kata itu terdiri dari sinonim, polisemi, hiponim dan antonim. Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui struktur leksikal yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu karya Wiwid Prasetyo, hanya terdapat jenis diksi yang dilihat dari antonim. Verhaar (1983: 133) mengatakan antonim adalah ungkapan (biasanya kata, tetapi dapat juga frase atau kalimat) yang dianggap bermakna kebalikan dari ungkapan lain. Istilah antonim dipakai untuk menyatakan lawan makna. Antonim merupakan pilihan kata yang digunakan untuk menggambarkan sebuah peristiwa yang saling berlawanan. Peristiwa
6 tersebut digambarkan melalui penggunaan kata-kata yang memiliki makna berlawanan dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu karya Wiwid Prasetyo. Fungsi diksi merupakan kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam cerita. Menurut Aminuddin (2001: 215) fungsi diksi adalah menimbulkan keindahan yang menyangkut aspek bentuk sebagaimana dikreasikan penuturnya, dan menampilkan gambaran suasana. Gambaran suasana akan mempermudah pembaca untuk meresapi atau merasakan apa yang sedang dialami oleh pengarang yang dituangkan dalam suatu karya sastra. Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa diksi yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu karya Wiwid Prasetyo berfungsi untuk memberikan keindahan yang terdapat dalam cerita karena dari kata-kata yang digunakan, pembaca dapat mengetahui suasana apa yang digambarkan melalui karya sastra. Fungsi diksi bertujuan untuk memberikan gambaran suasana yang dituangkan dalam karya sastra. Melalui diksi semua kejadian yang dituangkan pengarang dalam cerita dapat diketahui, dengan fungsi diksi juga akan lebih mudah untuk merasakan dan membayangkan suasana apa yang ada dalam cerita, sehingga isi atau pesan dalam karya sastra itu dapat tersampaikan dengan jelas dan tepat. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN a. Diksi yang terdapat dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu Karya Wiwid Prasetyo terdiri dari 68 diksi. Diksi yang dilihat dari macam-macam makna terdiri dari makna denotatif dan makna konotatif, serta struktur leksikalnya dari antonim. Diksi berdasarkan makna denotatif terdiri dari 17 diksi dan berdasarkan makna konotatif terdiri dari 45 diksi, sedangkan struktur leksikal hanya pada antonim terdiri dari 6 diksi. b. Jenis-jenis diksi yang ada dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu yaitu dua macam makna yang terdiri dari makna denotatif dan makna konototatif, dan struktur leksikal pada antonim.
7 c. Fungsi diksi berdasarkan makna denotatif adalah untuk menggambarkan makna sebenarnya kepada pembaca, agar pembaca dapat mengetahui secara jelas apa yang ingin disampaikan pengarang dalam cerita. Fungsi diksi berdasarkan makna konotatif yaitu memberikan keindahan kepada pembaca, agar kata-kata terlihat lebih indah dan tidak terdengar terlalu objektif, sedangkan fungsi diksi berdasarkan struktur leksikal dilihat dari antonim yaitu berfungsi untuk menggambarkan sebuah suasana yang berlawanan. Fungsi diksi secara umum yaitu untuk menghadirkan keindahan dalam karya sastra. Agar pembaca tidak merasa jenuh saat membaca karya sastra tersebut. Pembaca akan lebih mudah merasakan dan membayangkan suasana apa yang terjadi sehingga isi atau pesan dalam karya sastra itu sendiri dapat tersampaikan dengan jelas dan tepat. SARAN a. Diksi dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu karya Wiwid Prasetyo yang telah diuraikan oleh penulis tentu masih sangat terbatas, untuk itu pembaca dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapkan berbagai jenis diksi yang ada dalam novel Saat Langit dan Bumi Bercumbu karya Wiwid Prasetyo. b. Jenis-jenis diksi yang telah diuraikan pada skripsi ini hanya terbatas pada makna denotatif dan konotatif termasuk fungsinya, sehingga perlu kajian lebih lanjut. c. Penelitian tentang diksi ini membahas tentang macam-macam makna dan struktur leksikal yang terdapat dalam karya sastra. Dalam pelajaran bahasa Indonesia dituangkan masalah tentang penggunaan diksi yang tepat. Oleh sebab itu penelitian ini akan memberikan pengetahuan dan menambah wawasan bagi peneliti untuk dikembangkan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
8 DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 2009. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo Offset. Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Djoko Pradopo, Rachmad. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2096392-pengertian sinonim/#ixzz2u4ip1wel (diakses 23 mei 2013) http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2335286-sinonim-antonim (diakses 23 mei 2013) http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2335286-sinonim-antonimhomonim-hiponim-hipernim/#ixzz2u4lotgum (diakses 23 mei 2013) Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press. Pateda, Mansoer. 2009. Morfologi. Gorontalo: Viladan. Prasetyo, Wiwid. 2012. Saat Langit dan Bumi Bercumbu. Jogjakarta : DIVA Press. Satoto, Soediro. 2012. Stilistika. Yogyakarta : Ombak. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Tuloli, Nani. 2000. Teori Fiksi. Gorontalo: Nurul Jannah.. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: Nurul Jannah.