BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian dirinya berupa fisik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

Hubungan antara Penerapan Teknik Disiplin Power Assertion dengan Penyesuaian Sosial Remaja di Panti Sosial Asuhan Anak Fajar Harapan Bandung

III. METODE PENELITIAN. hubungan antar variabel yang diteliti. Penelitian ini dilakukan untuk menguji

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keluarga, masyarakat, sekolah dan kelompok sebaya.

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN DISIPLIN ANAK DI KOMPLEK MENDAWAI KOTA PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena membolos di kalangan pelajar bukanlah baru di sekolah. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. dilihat dari beberapa sekolah di beberapa kota di Indonesia, sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN SOSIAL DAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH AUTHORITARIAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN SIBLING RIVALRY PADA REMAJA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah gunaan narkoba. remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa pendidikan

2015 POLA ADAPTASI SOSIAL BUDAYA KEHIDUPAN SANTRI PONDOK PESANTREN NURUL BAROKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. dapat mendorong dirinya untuk bersikap dan berperilaku baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Etika pergaulan merupakan suatu hal yang mencerminkan moral setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

Pengasuhan Orangtua dan Motif Afiliasi Siswa SMP Negeri Kota Banda Aceh

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. Tidak mungkin ada orang tua yang berharapan jelek terhadap anak-anaknya.

I. PENDAHULUAN. transisi, dimana terjadi perubahan-perubahan yang sangat menonjol dialami. fisik dan psikis. Sofyan S.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. "tuna" yang berarti kurang dan "laras" yang berarti sesuai. Jadi anak tunalaras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA JURNAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

Educational Psychology Journal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. harus dilaksanakan sebaik-baiknya, sehingga akan diperoleh hasil yang

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PENALARAN MORAL PADA REMAJA USIA TAHUN DALAM MELAKUKAN PERILAKU MENYONTEK DI SMA NEGERI X JAKARTA ARFIANTY ANDARYANI

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari ketergantungannya pada individu lain. Dalam proses kehidupan individu sebagai anggota masyarakat, mereka tidak begitu saja melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya. Individu mempunyai lingkungan yang didalamnya terdapat aturan-aturan yang membatasi tingkah lakunya, oleh karena itu individu harus dapat menempatkan dan menyesuaiakan diri dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian dirinya berupa fisik, dimana individu akan berusaha menyesuaiakan diri dengan masyarakat, sebab tingkah lakunya tidak hanya berhubungan dengan lingkungan fisik tetapi juga berhubungan dengan lingkungan sosial yang didalamnya terdapat aturan-aturan atau norma-norma yang ada dan berlaku mengikat setiap individu yang ada didalam masyarakat. Dalam istilah Psikologi, penyesuaian sosial disebut dengan istilah sosial adjustment. Adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dan tuntutan lingkungan. 1 Manusia dituntut untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaaan dan lingkungan alam sekitarnya. Kehidupan itu sendiri secara alamiah juga mendorong manusia untuk terus-menerus menyesuaikan diri. 1 Chaplin, James P, Kamus lengkap psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008). Hal. 469 1

Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat disekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak bagi komunitas. Individu menyerap berbagai informasi, budaya dan adat istiadat, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau karya yang diberikan oleh individu. 2 Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Dalam proses penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok. 3 Callhoun dan Accocella mendefinisikan bahwa penyesuaian sosial sebagai interaksi yang kontinyu dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia atau lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Mu tadin, penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk mematuhi norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. 4 Sedangkan menurut Hurlock yang dimaksud dengan penyesuaian sosial itu sendiri adalah keberhasilan penyesuaian diri dengan orang lain pada umunya dan terhadap kelompok pada khususnya. 5 2 Meylita,Eva, Penyesuaian Sosial pada Anak yang Sering Mendapat Hukuman Fisik, Skripsi (tidak diterbitkan). UMM. Hal. 2 3 Ibid, hal. 2 4 Calhoun, J, F. Dan Acocella J, R. Psikologi tentang Penyelesaian dan Hubungan Kemanusiaan. (Semarang: IKIP Press,1995) hal. 14 5 Hurlock, E, B. Perkembangan anak, jilid 1. (Jakarta: Erlangga, 1997)hal.287 2

Dari teori yang diungkapkan oleh para tokoh dapat disimpulkan, Apabila seorang individu mampu menyesuaikan dirinya dengan baik yaitu mampu menjalani aturan dan norma-norma yang berlaku di dalam kelompok atau lingkungan sosialnya dapat dinyatakan individu tersebut berhasil dalam penyesuaian sosialnya sehingga mampu untuk menjalankan aturan-aturan dan norma-norma yang ada di dalamnya dan mampu menerima dirinya berada di lingkungan sosialnya. Permasalahan tentang penyesuaian sosial dan keterkaitannya dengan pola asuh telah banyak disoroti oleh peneliti, sebagaimana Maretiana dalam penelitiannya yang berjudul hubungan perilaku lekat dengan penyesuaian sosial anak telah menemukan bahwa perilaku lekat dengan penyesuaian sosial anak mempunyai korelasi yang signifikan yang artinya ada hubungan yang signifikan. 6 Ada hubungan antara penyesuaian sosial siswa (X) dengan kecenderungan agresi (Y) pada siswa SMA Negeri 9 Malang. Dalam penelitiannya Yuni Wulyaningsih Ada pengaruh penyesuaian sosial siswa terhadap kecenderungan agresi pada siswa SMA Negeri 9 Malang diterima pada taraf kepercayaan 99%. menemukan ada pengaruh penyesuaian sosial siswa terhadap kecenderungan agresi pada siswa SMA Negeri 9 Malang. 7 Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan teknik analisis regresi ganda 2 prediktor menghasilkan koefisien korelasi R = 0,651 dengan Freg = 27,540 dengan p < 0,01. Penelitiannya Eko Setianingsih, Zahrotul Uyun, Susatyo Yuwono hal ini berarti hipotesis mayor yang diajukan diterima, yaitu ada 6 Maretiana,A. Hubungan perilaku lekat dengan penyesuaian sosial anak, Jurnal psikodinamika.(vol.3 no.2,2001) hal.5 7 Wulyaningsih. pengaruh penyesuaian sosial siswa terhadap kecenderungan agresi pada siswa SMA Negeri 9 Malang(fakultas psikologi wisnuwardana) Hal.19 3

hubungan yang sangat signifikan antara penyesuaian sosial dan kemampuan menyelesaikan masalah dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada siswa. 8 Selama dalam proses pembinaan, penggemblengan dan pendidikan di sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama anak siswa, dan antara anak-anak siswa dengan para pendidik. Proses interaksi tersebut dalam kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologis yang positif, akan tetapi juga membawa akibat lain yang memberi dorongan bagi anak sekolah untuk menjadi nakal (delinquency). 9 Banyak indikasi yang membuktikan bahwa anak-anak siswa yang memasuki sekolah hanya sebagian saja yang benar-benar berwatak sholeh, sedangkan bagian yang lain adalah nakal (delinquency). Indikasi lain yang tidak kalah penting dan menarik, terdapat di antara mereka yang Cross Boy dan croos Girl. Keadaan ini memberi kesan sangat kuat bahwa kehidupan yang serba bebas tersebut akan mudah sekali ditiru atau diterima teman-temanya di sekolah. 10 Fenomena lain yang kerap kali muncul adalah suatu kondisi lain yang sebenarnya hanya sebagai akibat dari beberapa anak tertentu dalam hal ini dapat diambil contoh adanya hak anak-anak sekolah yang berasal dari keluarga yang kurang mengutamakan dan mementingkan anak dalam belajar. Biasanya anakanak tersebut bersikap acuh terhadap tugas-tugas sekolah dan kehilangan rasa tanggung jawab di dalamnya, sikap tersebut biasanya mudah ditiru oleh anak-anak yang lain. 8 Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro (Vol.3 No. 1, Juni 2006) hal.4 9 (www.masbied.com)diakses 14 April 2012 10 (www.masbied.com)diakses 14 April 2012 4

Berkaitan dengan keadaan tersebut maka sekolah sebagai tempat atau ajang pendidikan anak-anak dapat pula menjadi sumber terjadinya konflik-konflik kejiwaan sehingga memudahkan anak-anak menjadi nakal (delinquency). Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar berjalan sesuai aturan, kadang-kadang tidak. Sekalipun siswa sudah mengetahui peraturan-peraturan yang harus dipatuhi serta menjalankan tata tertib di sekolah akan tetapi tak jarang siswa yang melakukan pelanggaran. Berdasarkan paparan diatas subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang dikarenakan di MA tersebut ditemukan adanya fenomena siswa yang melanggar peraturan sekolah, menurut hasil wawancara dengan guru BK MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang 2 Malang yang dilakukan 24 Mei 2013 beberapa siswa sering meninggalkan kelas ketika jam pelajaran berlangsung untuk kembali ke asrama hal yang biasa mereka lakukan di asrama ketika membolos yaitu tidur. Asrama merupakan tempat bolos siswa yang merasa bosan berada di dalam kelas, yang mana bangunan asrama berada tepat di atas bangunan kelas siswa melangsungkan KBM. Dari hasil observasi antara bangunan ruang KBM dan asrama tidak ada gerbang pemisah karena itu siswa dapat dengan mudahnya kabur ke asrama dengan alasan mengantuk selain itu juga karena penjagaan yang kurang ketat dari pihak sekolah dan asrama. Diungkapkan juga oleh ibu Sulis selaku guru BK MA yang dilakukan 24 Mei 2013 beberapa siswa kerap kabur dari asrama dan tidak masuk sekolah, siswa 5

kabur untuk jalan jalan, ada yang pergi ke warnet, ada juga yang pulang ke rumah siswa yang tidak tinggal di asrama. Sekalipun kebanyakan dari siswa tinggal di asrama tak jarang siswa datang terlambat ke sekolah, berbagai alasan diungkapkan siswa sehingga tidak dapat mengikuti jam pelajaran sesuai dengan waktu masuk yang sudah ditetapkan sekolah. Sudah sering pihak sekolah memberi peringatan, teguran hingga hukuman kepada siswa yang kerap melanggar peraturan akan tetapi siswa dengan mudah melakukan kembali kesalahanya untuk melanggar peraturan sekolah. Dari 2 kelas yang dijadikan subjek penelitian, siswa 1 kelas diantaranya mampu menceritakan kejadian atau sikap pelanggaran yang pernah dilakukan melalui selembaran esay yang dilakukan tanggal 2 Mei 2013 diantaranya kabur untuk main ke warnet, main ps, janjian ketemu teman dekat (pacar), nonton konser. Beberapa siswa pasrah jika sepulangnya kabur kepalanya dibotakin dengan alasan yang penting mereka bisa keluar untuk refreshing. Dapat disimpulkan dari hal tersebut kurangnya kesadaran para siswa dalam mematuhi peraturan sekolah karena seringnya mengabaikan aturan atau peringatan yang seharusnya dipatuhi oleh para siswa. Apabila hal tersebut dibiarkan terus menerus menjadi kebiasaan para siswa maka akan menjadi dampak yang dapat menularkan kepada para siswa yang lain bahkan menurun pada generasi selanjutnya. Menurut ungkapan ibu sulis (24 Mei 2013) selaku guru BK di MA Muhammadiyah Kedungkandang mengenai penyesuaian sosial yang ada pada siswa siswinya baik antar teman, dengan kakak tingkatnya bahkan kepada 6

gurunya dinilai cukup baik dengan melihat latar belakang siswanya dari berbagai macam latar belakang keluarga yang berbeda, perbedaan ras karena terdapat beberapa siswa dari luar jawa. Mereka mampu menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya dengan baik, menghormati orang yang lebih tua seperti sikapnya terhadap guru-guru maupun dengan kakak tingkatnya dan mereka memiliki tenggang rasa yang baik ketika ada teman asrama yang sakit atau terkena musibah. Namun terkadang sikap tenggang rasanya disalah artikan untuk menolong temannya supaya terhindar dari hukuman karena telah melanggar aturan misalnya kabur tidak masuk sekolah tetapi mengizinkan temannya kepada guru dengan alasan sakit berada di asrama. Dari penjelasan di atas diungkapkan penyesuaian sosial pada siswa cukup baik akan tetapi karena sering disalahgunakan oleh para siswanya maka kenakalan atau perilaku yang keluar dari aturan di dalam sekolah terkadang dilakukan oleh beberapa siswanya, misalnya dengan mengizinkan teman yang bolos dengan alasan sakit dan sedang istirahat di dalam asrama. Dalam proses menuju kedewasaan, siswa membutuhkan penyesuaian sosial. Menurut hurlock (1999), yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh teman sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokkan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin. 11 11 Hurlock E.B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. (Jakarta: Erlangga. 1999)Hal. 213 7

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk mengkaji tentang HUBUNGAN PENYESUAIAN SOSIAL DENGAN KENAKALAN SISWA MA MUHAMMADIYAH 2 KEDUNGKANDANG MALANG. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang ingin diperoleh jawabannya dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat penyesuaian sosial siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang? 2. Bagaimana tingkat kenakalan pada siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang? 3. Apa ada hubungan penyesuaian sosial dengan kenakalan pada siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tingkat penyesuaian sosial siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang. 2. Untuk mengetahui tingkat kenakalan pada siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang. 3. Untuk mengetahui Apa ada hubungan penyesuaian sosial dengan kenakalan pada siswa di MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang. 8

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan informasi guna perkembangan ilmu psikologi terutama psikologi perkembangan dan psikologi sosial. 2. Manfaat Praktis Apabila hipotesis teruji maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Sekolah, guru, tentang pentingnya penyesuaian sosial yang baik di lingkungan sekolah. Khususnya bagi siswa-siswi, agar mereka mengetahui betapa pentingnya penyesuaian sosial tentang permasalahan yang berkaitan dengan dirinya tentang hubungan penyesusian sosial dengan kenakalan siswa. 9