Sensivisitas, spesifisitas dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik penderita osteoporosis

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Arden, N 2006, Osteoporosis, Remedica, London. Pp 4

Sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran mental indeks pada radiografi panoramik wanita pascamenopause.

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

DIAGNOSIS OF OSTEOPOROSIS FROM DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPHS CASE REPORT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Segmentasi Tulang Kortikal pada Citra Dental Panoramic Radiograph

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KERAPATAN TRABECULAR BONE BERBASIS GRAPH BERBOBOT PADA CITRA PANORAMA GIGI UNTUK IDENTIFIKASI OSTEOPOROSIS

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB OSTEOPOROSIS. Paulus Budi Santoso ( ) Pembimbing : David Gunawan T., dr

BAB I PENDAHULUAN. prognosis dan rencana perawatan khususnya pasien dengan pertumbuhan

UJI KORELASI NILAI TEKSTUR CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL DENGAN NILAI KEPADATAN MASSA TULANG. Abstract. Intisari

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMIK GIGI BERBASIS KURVA POLINOMIAL

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. SURAT PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang banyak diderita

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DETEKSI KARIES MELALUI PENGAMATAN RADIOGRAF PANORAMIK DIGITAL DAN KONVENSIONAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

HUBUNGAN PERBEDAAN USIA DAN JENIS KELAMIN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN DI ICU DI RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK, MEDAN PERIODE BULAN JULI 2014 HINGGA OKTOBER

SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET

SCREENING. Pengertian. untuk mengidentifikasi penyakit2 yg tidak diketahui/tidak terdeteksi. menggunakan. mungkin menderita. memisahkan.

Pengukuran Otomatis Lebar Cortical Bone pada Dental Panoramic Radiograph

NILAI DIAGNOSTIK OSTEOPOROSIS SELF-ASSESMENT TOOL FOR ASIANS

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

Description of Mandible Cortical Bone Height in Patients with Type-2 Diabetes Mellitus and Suspect Osteoporosis (Research)

PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMA GIGI BERBASIS MODEL

ABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR

BAB I PENDAHULUAN. mineral tulang disertai dengan perubahan mikroarsitektural tulang,

LAPORAN PENELITIAN. Key words: osteoporosis, MCI,PMI, panoramic radiography

Analisis Citra Radiografi Panoramik pada Tulang Mandibula untuk Deteksi Dini Osteoporosis dengan Metode Gray Level Cooccurence Matrix (GLCM)

Diagnostic & Screening

Sarianoferni & Endah Wahjuningsih: Perbandingan osteoporosis berdasarkan MCI dan PMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tenaga kesehatan membutuhkan cara untuk mendukung pekerjaan agar terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

METODE PENGENALAN POLA TRABEKULA MANDIBULA PADA RADIOGRAF PERIAPIKAL DIGITAL UNTUK DETEKSI DINI RISIKO OSTEOPOROSIS

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: APRILIA PRAFITA SARI ROITONA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PENGETAHUAN DOKTER DENGAN KELENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI POLIKLINIK NEUROLOGI RSUP DR. KARIADI SEMARANG OKTOBER 2008.

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

Kata kunci: sefalometri; ortodontik; metode konvensional; metode computerized radiograph

ABSTRAK PERANAN UJI KULIT TUBERKULIN DALAM MENDIAGNOSIS TUBERKULOSIS ( STUDI PUSTAKA )

ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS

Hubungan fraksi area trabekula anterior mandibula dengan kepadatan tulang lumbar spine untuk deteksi dini osteoporosis

PERBANDINGAN SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS KADAR CRP DAN LED PADA PASIEN RHEUMATOID ARTRITIS DI RSUD. DR. PRINGADI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

ABSTRAK ASPEK KLINIK PEMERIKSAAN ANTIGEN NS-1 DENGUE DIBANDINGKAN DENGAN HITUNG TROMBOSIT SEBAGAI DETEKSI DINI INFEKSI DENGUE

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER PAYUDARA DENGAN PERILAKU SADARI PADA KADER POSYANDU KECAMATAN DELANGGU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN RADIOTERAPI KEPALA LEHER TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DILIHAT MELALUI FOTO PANORAMIK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR HBA1C DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

Xpidemiologi Klinik adalah Penerapan prinsip prinsip dan metode

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

ABSTRAK. Pembimbing I : DR. Felix Kasim, dr, M.Kes Pembimbing II : drg. Winny Suwendere, MS

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

ABSTRAK. Jimmy Wahyu Pembimbing: Aming Tohardi, dr. MS. Wawan Kustiawan, dr., SpRad., M. Kes., DFM.

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR.

IDENTIFIKASI PENYAKIT PERIODONTITIS KRONIS PADA CITRA DENTAL PANORAMIC DENGAN ALGORITMA LINE STRENGTH DAN LINE TRACKING

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia vii ABSTRAK

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU MEMERIKSAKAN DIRI KE PELAYANAN KESEHATAN : PENELITIAN PADA PASIEN GLAUKOMA DI RUMAH SAKIT DR.

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

Oleh: Esti Widiasari S

JURNAL VISIKES - Vol. 10 / No. 1 / April 2011

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemeriksaan radiografi berperan penting pada evaluasi dan perawatan di

PEMERIKSAAN LAMPU WOOD PADA PASIEN DERMATOSIS DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA SKRIPSI

Transkripsi:

Research Report Sensivisitas, spesifisitas dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik penderita osteoporosis (Sensitivity, specificity, and accuracy of antegonial angle measurement in panoramic radiographs patient osteoporosis) R.P. Bambang Noerjanto 1, Deny Saputra 1, Yolan Tiara Yusuf 2 1 Staf Pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi 2 Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya Indonesia ABSTRAK Latar belakang: Penderita osteoporosis belum mendapatkan penanganan lebih awal hingga akhirnya mulai dirasakan adanya kerapuhan pada tulang. Oleh karena itu dicari suatu media yang dapat mendiagnosa terjadinya osteoporosis secara dini. Salah satu yang dapat diukur untuk mendiagnosa osteoporosis pada radiografik panoramik adalah sudut antegonial yang terdapat pada tulang mandibula. Perubahan pada sudut antegonial dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan mandibula dan dapat pula digunakan untuk screening osteoporosis. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sensitivitas, spesifisitas dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada penderita osteoporosis. Metode : Foto radiografik wanita postmenopause yang tidak menderita osteoporosis, dan wanita postmenopause yang menderita osteoporosis di ukur sudut antegonialnya kemudian di cari nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi. Hasil : Pengukuran sudut dapat medeteksi pasien yang positif osteoporosis sebesar 83%, medeteksi pasien yang negatif osteoporosis sebesar 11%, 50%, 0% dan akurasi sebesar 66%. Kesimpulan : Pengukuran sudut antegonial pada radiografik memiliki sensitivitas tinggi dan akurasi cukup, tetapi spesifisitas rendah. Kata kunci : Wanita postmenopause, Radiografik panoramik, Sensitivitas, Spesifisitas, Akurasi sudut antegonial mandibula. ABSTRACT Background: People with osteoporosis aren t gotten the treatment early until they started to felt fragility at their bones. Therefore should be sought media that can detect at an early stage of osteoporosis. The one that can be measured to detect osteoporosis panoramic radiographs antegonial angle is contained in mandibular bone. Change in the antegonial angle can be used as an indicator of mandibular growth and can also be used to screening of osteoporosis.purpose : The purpose of this study was for determine the sensitivity, specificity and accuracy of antegonial angle measurement in patients with osteoporosis. Methods: radiographic photo posmenopausal women who do not suffer from osteoporosis, and posmenopausal women with osteoporosis in her the antegonial protractor in searching the sensitivity, specificity and accuracy. Result: Antegonial angle measurements on panoramic radiographs to detect the positive patients osteoporosis by 83%, detecting osteoporosis patients who were negative by 11%, 50%, 0% and accuracy 66%. Conclusion: Antegonial angle radiographic measurements have high sensitivity and sufficient accuracy, but low specificity. Keyword : Postmenopausal women, Panoramic radiographs, Sensitivity, Specificity, Accuracy of mandibular antegonial angle. 1

Korespondensi (correspondence) : Yolan Tiara Yusuf., Mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Jl. Prof. Dr. Moestopo No. 47 Surabaya 60132, Indonesia. Email : yolantiarayusuf@yahoo.com PENDAHULUAN Individu dengan osteoporosis, terutama perempuan postmenopause, masih belum mendapatkan penanganan secara dini, sampai mereka menyadari bahwa tulang mereka sudah rapuh dan pada akhirnya mengalami fraktur 1.Osteoporosis didefinisikan sebagai penyakit sistemik dari tulang yang ditandai oleh berkurangnya massa tulang dan terganggunya jaringan tulang, yang mengarah pada meningkatnya kerapuhan tulang dan resiko fraktur 2. Di Indonesia sendiri prevalensi osteoporosis pada tahun 2002 adalah 19,7%, yaitu pada laki-laki 14,8 % dan perempuan 21,7 %. Sedangkan pada tahun 2003 sebesar 7,7 %, kemudian sebesar 7 % pada tahun 2004 dan tahun 2005 sebesar 10,3% yaitu laki-laki 14,3% dan perempuan sebesar 8,2%. Pada umur 55 tahun, resiko asteoporosis lebih tinggi pada laki-laki dan pada umur di atas 55 tahun porposi penderita osteoporosis lebih tinggi pada wanita 3. Radiografik panoramik adalah salah satu gambaran ekstra oral yang sering digunakan oleh dokter gigi karena memberikan gambaran struktur yang kompleks dari oral-maksilofasial, yang membantu dalam memperoleh diagnosis untuk rencana perawatan 4. Dokter gigi dapat menggunakan radiografik panoramik untuk mengidentifikasi osteoporosis pada perempuan postmenopause 1. Bone mineral density (BMD) merupakan inikator dalam pemeriksaan osteoporosis, dual energy x- ray absorptiometry (DXA) adalah teknik yang paling tepat untuk menentukan bone mineral density (BMD), DXA dianggap sebagai salah satu alat yang dapat mendeteksi osteoporosis yang paling baik pada saat ini 5.Pemerikasaan DXA terhadap osteoporosis memiliki sensivisitas sebesar 90%, spesifisitas 40-60% dan akurasinya sebesar 90-99%. Oleh sebab itu penilaian dengan DXA paling efektif untuk mendeteksi secara dini resiko dari osteoporosis 6. Salah satu yang dapat diukur untuk mendeteksi osteoporosis pada radiografik panoramik adalah sudut antegonial yang terdapat pada tulang mandibula. Perubahan pada sudut antegonial dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan mandibula pada bidang orthodontik kedokteran gigi dan dapat pula digunakan untuk mendeteksi secara dini resiko dari osteoporosis 7,8.Pengukuran sudut antegonial dilakukan untuk mengetahui morfologi perubahan mandibula selama penuaan. Oleh karena tulang mandibula mengalami perubahan morfologi seiring dengan bertambahnya umur, dan dapat mempengaruhi keadaan gigi pasien. Oleh sebab itu penting untuk mengetahui normal tidaknya sudut antegonial dalam setiap kelompok umur, jenis kelamin, dan hubungannya dengan osteoporosis. Hal ini dapat dievaluasi pada perubahan sudut antegonial mandibula pada pasien 7. Maka berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin melakukan penelitian terkait dengan perubahan sudut antegonial menggunakan radiografik panoramik pada pasien osteoporosis apakah dapat digunakan sebagai pengganti uji DXA pada osteoporosis, dengan cara menghitung nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik. BAHAN DAN METODE Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional deskriptif dan dilakukan di UPF Radiologi Kedokteran Gigi Universitas Airrlangga. Penelitian ini menggunakan sampel 36 wanita postmenopause yang membawa surat konsul dari dokter untuk melakukan tes BMD dengan DXA di klinik Pramita Jalan Jemur Andayani no. 67 Surabaya. Sampel harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) wanita berusia lebih dari 50 tahun; (2) telah 2

mengalami menopause; (3) tidak mengalami penyakit sistemik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit x-ray panoramik, film, kertas transparan, spidol, penggaris, viewer, dan kaliper dengan ketelitian 0,05. Sampel kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok osteoporosis sebesar 18 orang dan kelompok tidak osteoporosis sebesar 18 orang, berdasarkan hasil pemeriksaan BMD dengan DXA. Sampel dari kedua kategori dilakukan pengambilan foto radiografik panoramik untuk kemudian dilakukan pengukuran sudut antegonial oleh 3 pengamat. Pengukuran sudut antegonial dilakukan dengan menarik secara tegak lurus pada garis yang menyinggung titik terluar dari ramus mandibula dan body mandibula. Kemudian diamati serta dibaca oleh penulis dengan pembimbing. Gambaran sudut antegonial mandibula pada radiografik panoramik dihitung dengan melihat dua garis paralel menuju ke tepi bawah kortikal dan mengukur sudut terdalam dari derajat antegonial mandibula menggunakan busur. a = true positive (didiagnosa osteoporosis berdasarkan DXA dan sudut antegonial ) b = false positive (didiagnosa tidak osteoporosis berdasarkan DXA, tetapi tidak osteoporosis berdasarkan sudut antegonial ) c = false negative (didiagnosa osteoporosis berdasarkan DXA, tetapi tidak osteoporosis berdasarkan sudut antegonia) d = true negative (didiagnosa tidak osteoporosis berdasarkan DXA dan sudut antegonial ) Nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi ketiga pengamat kemudian dianalisis dengan uji friedman menggunakan SPSS 17 untuk mengetahui adanya perbedaan antar pengamat. Apabila antara ketiga peneliti tidak signifikan maka dilanjutkan dengan perhitungan nilai z. HASIL Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1 : Tabel Hasil Perhitungan Sudut Antegonial Kode Peneliti 1 Peneliti Peneliti 2 3 a 18 15 15 b 16 9 18 c 0 3 3 d 2 9 0 Gambar 1 : Pengukuran sudut antegonial 8 Setelah pengukuran sudut antegonial dilakukan, nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut 9 : Setelah dilakukan perhitungan besar sudut antegonial pada setiap sampel oleh tiga peneliti. ditemukan nilai sensitivitas, spesifisitas dan akurasi sebagai berikut. Tabel 2 : Tabel Hasil Perhitungan Nilai Sensitivitas, Spesifisitas dan Akurasi Peneliti Sensitivitas Spesifisitas Akurasi Peneliti 1 100% 11% 50% Keterangan : Peneliti 2 83% 50% 66% Peneliti 3 83% 0% 42% 3

Uji statistika menggunakan uji friedman dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dalam mendiagnosa sampel osteoporosis dan tidak osteoporosis. Tabel 3 : Tabel hasil uji Friedman Hasil uji Friedmann N Asymp. Sig Sampel osteoporosis 18 0,105 Sampel tidak osteoporosis 18 0,001 Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan Friedman test pada sampel yang mengalami osteoporosis berdasarkan DXA pada tabel 3 didapatkan nilai asymp. sig sebesar 0,105. Nilai ini lebih dari 0,05, sehingga Ho diterima (tidak ada perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, pengamat 3 dalam mendiagnosa pasien yang menderita osteoporosis berdasarkan sudut antegonial pada radiografi panoramik. Sedangkan pada Friedman test sampel yang tidak mengalami osteoporosis berdasarkan DXA (Tabel 3) didapatkan nilai asymp. sig sebesar 0,001. Nilai ini kurang dari 0,05, sehingga Ho ditolak (terdapat perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dalam mendiagnosa osteoporosis berdasarkan sudut antegonial pada radiografi panoramik). Untuk mengetahui pengaruh perbedaan pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 dalam mendiagnosa pasien osteoporosis pada nilai sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi maka dilakukan perhitungan nilai z. Nilai z adalah nilai standar yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara 2 kelompok. Perhitungan nilai z untuk sensitivitas, spesifisitas, dan akurasi masing-masing dilakukan 3 kali, yaitu antara pengamat 1 dan pengamat 2, antara pengamat 2 dan pengamat 3, dan antara pengamat 1 dan pengamat 3. Perhitungan nilai z menggunakan rumus sebagai berikut. Keterangan : p1 = proporsi 1 ( nilai sensitivitas / spesifisitas /akurasi ) p2 = proporsi 2 ( nilai sensitivitas / spesifisitas / akurasi ) q = 1-p1 q2 = 1-p2 μ1 = jumlah sampel 1 μ2 = jumlah sampel 2 Tabel 4 : Hasil perhitungan nilai z pada pasien yang didiagnosa osteoporosis berdasarkan DXA Nilai Z Sensitivitas Spesifisitas Akurasi Antar pengamat 1 dan 2 1,91 2,78 1,33 2 dan 3 0 4,17 1,5 1 dan 3 1,91 1,57 0,5 Nilai z > 1,96 menunjukkan adanya perbedaan antar pengamat, sedangkan nilai z < 1,96 menunjukkan tidak ada perbedaan antar pengamat. Nilai z pada sensitivitas antara pengamat 1 dan 2 adalah 1,91 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan nilai sensitivitas antara pengamat 1 dan 2. Nilai z pada sensitivitas antara pengamat 2 dan 3 adalah 0 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai sensitivitas antara pengamat 2 dan 3. Nilai z pada sensitivitas antara pengamat 1 dan 3 adalah 1,91 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan nilai sensitivitas antara pengamat 1 dan 3. Nilai z pada spesifisitas antara pengamat 1 dan 2 adalah 2,78 (> 1,96) yang berarti bahwa terdapat perbedaan dalam nilai spesifisitas antara pengamat 1 dan 2. Nilai z pada spesifisitas antara pengamat 2 dan 3 adalah 4,17 (> 1,96) yang berarti bahwa terdapat perbedaan dalam nilai spesifisitas antara pengamat 2 dan 3. Nilai z pada spesifisitas antara pengamat 1 dan 3 adalah 1,57 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai spesifisitas antara pengamat 1 dan 3. Nilai z pada akurasi antara pengamat 1 dan 2 adalah 4

1,33 (> 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai akurasi antara pengamat 1 dan 2. Nilai z pada akurasi antara pengamat 2 dan 3 adalah 1,5 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai akurasi antara pengamat 2 dan 3. Nilai z pada akurasi antara pengamat 1 dan 3 adalah 0,5 (< 1,96) yang berarti bahwa tidak terdapat perbedaan dalam nilai akurasi antara pengamat 1 dan 3. Dari nilai z tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai sensitivitas pengamat 1 tidak ada perbedaan dengan pengamat 2 dan pengamat 3. Sedangkan nilai spesifisitas terdapat perbedaan antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 2, pengamat 3, namun antara pengamat 1 dan pengamat 3 tidak terdapat perbedaan. Nilai akurasi antara pengamat 1, pengamat 2, dan pengamat 3 tidak terdapat perbedaan. PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan radiografik panoramik oleh karena gambaran yang dihasilkan dapat menggambarkan keadaan rahang bawah secara jelas terutama sudut antegonial, hal tersebut dapat mempermudah dalam penghitungan sudut antegonial pada bagian mandibula. Selain itu radiografik panoramik juga banyak digunakan sebagai sarana diagnosis pada bidang kedokteran gigi, dan memiliki paparan radiasi yang minimal 10. Hasil penelitian pengukuran sudut memiliki sensitivitas sebesar 83%, hal ini berarti pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik ini dapat mendeteksi pasien yang positif dan benar menderita osteoporosis sebesar 83%. Sedangkan nilai spesifisitasnya adalah 11%, 50%, 0% berarti pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik ini dapat mendeteksi pasien yang negatif atau benar tidak menderita osteoporosis sebesar 11%, 50%, 0%. Didapatkan tiga nilai spesifisitas karena antara ketiga peneliti terdapat perbedaan nilai. Perbedaan nilai terjadi pada peneliti 1 dan peneliti 2 serta peneliti 2 dengan peneliti 3, namun pada peneliti 1 dan peneliti 3 tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Nilai akurasi dari pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik ini memiliki keakuratan sebesar 66% sebagai diagnosa terhadap pasien yang menderita osteoporosis. Perbedaan nilai spesifisitas dari ketiga peneliti ini karena rentang nilai yang dihasilkan oleh 3 peneliti cukup tinggi. Perbedaan yang mencolok terjadi yaitu pada hasil perhitungan sampel yang negatif osteoporosis peneliti 1 mendapatkan 2 sampel, peneliti 3 tidak mendapatkan sampel yang negatif osteoporosis, sedangkan peneliti 2 mendapatkan rentang nilai yang cukup tinggi dari pada peneliti 1 dan 3, yaitu sebanyak 9 sampel negatif osteoporosis. Hasil yang bervariasi dan memiliki rentang nilai cukup tinggi ini dapat menyebabkan perhitungan menjadi tidak signifikan. Faktor individu juga memainkan peranan yang besar dalam pengukuran ini salah satunya adalah kesepakatan antar pengamat dalam menentukan cara perhitungan sudut antegonial dan penentuan titik terdalam dari tulang mandibula 11. Nilai spesifisitas yang rendah dikarenakan ketiga peneliti menemukan false positive atau dapat di artikan pasien yang seharusnya osteoporosis namun terdeteksi normal cukup banyak, sedangkan untuk mendapatkan nilai spesifisitas yang tinggi, nilai false positive yang ditemukan harus kecil. Penetapan antara sakit dan tidak sakit juga mempengaruhi, penetapan ini bergantung pada pertimbanganpertimbangan klinis sesuai kekhususan penyakit yang diteliti. Pertimbangpertimbangan klinis seperti riwayat alamiah penyakit ataupun keefektifan intervensi pada tahap awal atau lanjut harus diketahui. Jika penyakitnya jarang ditemukan sensitivitasnya harus tinggi, apabila sensitivitas rendah kasus-kasus yang jarang tidak akan ditemukan. Penyakit yang kejadiannya merata di masyarakat dan pengobatan tidak membuat hasil secara signifikan, spesifisitas harus tinggi kalau tidak pengobatan akan dipenuhi oleh kasuskasus yang benar-benar sakit saja, tanpa mampu memberikan pencegahan pada yang 5

terlihat tidak sakit namun sebenarnya sakit 12. Spesifisitas juga kurang berpengaruh pada saat screening kasus awal tahap investigasi, spesifisitas lebih penting ketika digunakan untuk penanganan individu yang terkena dampaknya 13. Hasil sensitivitas pengukuran sudut sebesar 83%, berarti screening terhadapat osteoporosis dengan metode perhitungan sudut antegonial dapat dikatakan sensitif karena nilai yang dihasilkan mendekati angka 100%. Nilai spesifisitasnya yaitu 11%, 50%, 0% berarti pengukuran sudut dinyatakan kurang spesifik, hal ini dikarenakan metode ini lebih banyak mendeteksi pasien yang false negatif terhadap penderita osteoporosis. Akurasi yang dihasilkan yaitu sebesar 66% hal ini berarti bahwa pengukuran sudut antegonial pada radiografik panoramik bisa dikatakan cukup akurat sebagai screening terhadap osteoporosis. Pemeriksaan yang ideal sebaiknya mempunyai sensitivitas, spesifisitas maupun akurasi sebesar 100 %. Namun tidak ada tes yang benar-benar memenuhi kriteria ini. Untuk mendeteksi penyakit dibutuhkan sensitivitas maksimal, tetapi sering kali mengorbankan spesifisitas. Pada sebuah uji tunggal yaitu pengujian dengan satu variabel, peningkatan sensitivitas akan menyebabkan penurunan spesifisitas, demikian pula peningkatan spesifisitas akan menyebabkan penurunan sensitivitas. Secara umum, tes yang sangat sensitif mempunyai spesifisitas yang sangat rendah, dan tes yang sangat spesifik memiliki spesivisitas yang relatif rendah. Begitu pula nilai akurasi, semakin tinggi nilai akurasi yang di hasilkan maka tes tersebut memiliki keakurasian yang tinggi 14. Ditinjau dari beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sudut antegonial dapat digunakan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita osteoporosis dengan melihat penurunan pada sudut antegonial, maka penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan sudut sebagai alat screening terhadap osteoporosis sensitif dan cukup akurat, namun metode ini kurang spesifik karena kurang dapat mendeteksi penderita yang benar-benar tidak menderita osteoporosis 7,8,15. SIMPULAN Pengukuran sudut antegonial pada radiografi panoramik menghasilkan nilai sensitivitas 83%, spesifisitas sebesar 11%, 50%, 0% dan nilai akurasinya sebesar 66 %. Secara keseluruhan, pengukuran sudut antegonial ini sensitif dan cukup akurat sebagai alat screening terhadap osteoporosis namun kurang spesifik, dikarenakan tidak mampu mendeteksi penderita yang benar-benar tidak menderita osteoporosis. DAFTAR PUSTAKA 1. Zainal, AA, Anny Y, Lutfiani RD, Akira A, Akira T, Takashi N, Arifzan R, and Hudan S. 2010. Computer aided diagnosis for osteoporosis based on trabecular bone analysis using panoramic radiographs. Dental jurnal, majalah kedokteran gigi. Vol. 43. No. 3 September 2010 2. Dagistan, S and Bilge, 2010. Comparison of antegonial index, mental index, panoramic mandibular index and mandibular cortical index values in the panoramic radiographs of normal males and male patients with osteoporosis. Dentomaxillofacial Radiology. The British Institute of Radiology. http://dmfr.birjournals.org. (39, 290 294) 3. Jahari BA & Prihatini sri 2007. Resiko Osteoporosis di Indonesia. Puslitbang Gizi dan Makanan Depkes RI. Bogor. 30 (1) : 1-11 4. Ferreir, R. Fernando, G. Jadir, C. Inara, CC. Eduardo 2012. Forensic importance of panoramic radiographs for human identification CLINICO CLINICAL. RGO - Rev Gaucha Odontol., Porto Alegre, v.60, n.4, p. 527-531, out./dez., 2012 6

5. Lim LS, Hoeksema LJ, Sherin K 2009. ACPM Prevention Practice Committee Screening for osteoporosis in the adult US population. ACPM position statement on preventive practice.am J Prev Med 36:366 375 6. Taguchi A, M Ohtsuka, T Nakamoto, Y Suei, Y Kudo, K Tanimoto and A- M Bollen.2008. Detection of postmenopausal women with low bone mineral density and elevated biochemical markers of bone turnover by panoramic radiographs. Dentomaxillofacial Radiology. The British Institute of Radiology http://dmfr.birjournals.org. 37, 433 437 7. Dutra V, J Yang1, H Devlin and C Susin 2004. Mandibular bone remodelling in adults: evaluation of panoramic radiographs. Dentomaxillofacial Radiology.The British Institute of Radiology. http://dmfr.birjournals.org. 33, 323 328 8. Ghosh, S. Vegal M, Pai KM, Abishek K. 2010. Remodeling of The Antegonial Angle Region in The Human Mandible: A Panoramic Radiographic Cross Sectional Study. J Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 15(5): 802-807 9. Eriyanto 2007. Teknik teknik Analisi Opini Publik. LkiS Pelangi Aksara. Yogyakarta. 293-295 10. Astari, N 2011. Perbandingan Dosis dan Kualitas Gambar Radiografi Panoramik Konvensional dengan Radiografi Panoramik Digital. Available from : http://repository.usu.ac.id. Accessed September 3 th, 2013. 11. Horner K, Devlin H 2007. The Relationship between indices of mandibular bone quality and bone mineral density measured by dual energi X-ray absorptiometry. Dentomaxillofac Radiol. 27:17-21 12. Richard, F. Morton, J. Richard Hebel, Robert J. McCarter 2009. Epidemiologi dan Biostatistika Panduan Studi edisi 5. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 13. Arias, Kathleen Meehan 2010. Investigasi Dan Pengendalian Wabah Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta 14. Sacher, Ronald A., Richard A. McPherson. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan, Laboratorium. Edisi 11. EGC. Jakarta. Hal 4-7 15. Bintang CPL, 2011. Gambaran Radiografik Sudut antegonial Mandibula Sebagai Indikator Osteoporosis Pada Wanita Postmenopause. Skripsi Kedokteran Gigi Universitas Airlangga : Surabaya 7