Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam

dokumen-dokumen yang mirip
Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien

3.1 opasitas perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang dinyatakan dalam satuan persen

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L Pada kondisi idle SNI

Kertas dan karton - Cara uji kilap Sudut 75 derajat (75 )

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

Emisi gas buang Sumber bergerak Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja

Kertas dan karton - Cara uji daya serap air- Metode Cobb

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

Cara uji berat jenis tanah

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

Revisi SNI Daftar isi

Keputusan Kepala Bapedal No. 205 Tahun 1996 Tentang : Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola

Cara uji penyulingan aspal cair

Kertas, karton dan pulp Cara uji kadar abu pada 525 o C

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Pengemasan benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) pada sarana angkutan udara

Kertas Cara uji ketahanan sobek Metode Elmendorf

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

SNI Standar Nasional Indonesia

Metoda pengukuran kadar debu respirabel di udara tempat kerja secara perseorangan

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

Kriteria penempatan Distance Measuring Equipment (DME)

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Pemberian tanda dan pemasangan lampu halangan (obstacle lights) di sekitar bandar udara

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Cara uji penetrasi aspal

Analisis kadar abu contoh batubara

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

A. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L B. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, N DAN O

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA

Cara uji berat jenis aspal keras

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Cara uji kimia - Bagian 3: Penentuan kadar lemak total pada produk perikanan

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

Cara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak dan lemak secara gravimetri

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji bliding dari beton segar

PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

ANALISA VALIDASI PERALATAN METEOROLOGI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DI STASIUN METEOROLOGI SAM RATULANGI oleh

Kayu bundar daun jarum Bagian 2: Cara uji

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

Cara uji ekstraksi kadar aspal dari campuran beraspal menggunakan tabung refluks gelas

Udara ambien Bagian 8: Cara uji kadar oksidan dengan metoda neutral buffer kalium iodida (NBKI) menggunakan spektrofotometer

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Cara uji daktilitas aspal

Tata cara pengukuran pola aliran pada model fisik

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Pengemasan kepiting hidup melalui sarana angkutan udara

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Cara uji... 1 4.1 Prinsip... 1 4.2 Peralatan... 1 4.3 Persiapan pembacaan... 2 4.4 Pembacaan... 4 4.5 Perhitungan... 4 Lampiran A Kertas skala Ringlemann... 5 Lampiran B Formulir lapangan... 6 Lampiran C Tabel korelasi antara skala Ringlemann dan opasitas... 7 Bibliografi... 8 i

Prakata SNI ini merupakan hasil pengkajian dari SNI 19-1417-1989, Cara uji kerapatan relatif asap hitam cara Ringelman. SNI ini menggunakan referensi metode standar dari Method 9 USEPA. Secara teknis, SNI ini disiapkan dan diuji coba di laboratorium yang terakreditasi serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis Kualitas Udara dari Panitia Teknis 207S, Sistem Manajemen Lingkungan. Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari pusat maupun daerah pada tanggal 4 Nopember 2004 di Depok. Dengan ditetapkannya SNI 19-7117.11-2005, maka SNI 19-1417-1989 dinyatakan tidak berlaku lagi. Pemakai SNI agar dapat meneliti validasi SNI yang terkait dengan metode ini, sehingga dapat selalu menggunakan SNI edisi terakhir. ii

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 11: Cara uji opasitas menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam 1 Ruang lingkup Standar ini merupakan cara praktis uji opasitas dari sumber tidak bergerak menggunakan skala Ringelmann untuk asap hitam. 2 Acuan Normatif Method 9 USEPA. 3 Istilah dan definisi 3.1 asap hitam gas yang mengandung partikel-partikel dari hasil pembakaran yang keluar melalui cerobong. 3.2 skala Ringlemann skala yang digunakan sebagai patokan dalam pembacaan opasitas dengan skala 1 sampai 5. Skala Ringlemann ini berlaku hanya untuk asap hitam (black smoke). 3.3 opasitas ukuran opasitas dari suatu sumber pembakaran bahan bakar atau proses dibandingkan dengan latar belakangnya dengan satuan persen (%). 4 Cara uji 4.1 Prinsip Opasitas hitam yang keluar dari cerobong ditentukan dengan cara membandingkan warna asap yang paling sesuai dengan warna skala Ringelmann. 4.2 Peralatan 4.2.1 Skala asap ringelmann Skala asap ringelmann berupa skala dalam bentuk gambar lingkaran dengan gradasi tingkat opasitas 20% sampai dengan 100% (Lihat Lampiran A). Atau skala 1 sampai 5 dengan pengertian sebagai berikut: 0 = kerapatan 0% dimana latar belakang dapat terlihat dengan jelas sebanding dengan 100%; 1 = kerapatan 20% dimana latar belakang dapat terlihat 80%; 2 = kerapatan 40% dimana latar belakang dapat terlihat 60%; 3 = kerapatan 60% dimana latar belakang dapat terlihat 40%; 4 = kerapatan 80% dimana latar belakang dapat terlihat 20%; 5 = kerapatan 100% dimana latar belakang tidak dapat terlihat sama sekali. 1 dari 8

Adapun hubungan antara skala asap Ringlemann, transmitansi dan opasitas dapat dilihat pada Lampiran C. 4.2.2 Stopwatch 4.2.3 Anemometer atau weather monitoring equipment atau dapat berupa informasi dari stasiun meteorologi terdekat (pada kawasan yang sama) 4.2.4 Papan Pencatat 4.3 Persiapan Pembacaan 4.3.1 Persyaratan pembacaan opasitas a) Posisi Matahari di belakang pengamat (dalam daerah 140o) lihat gambar No. 1. b) Latar belakang sebaiknya langit biru bila kondisi ini tidak tercapai diberi keterangan pada formulir lapangan (Lampiran B). c) Arah angin pada sudut 90 0 terhadap pengamat. d) Jarak pengamat tiga kali ketinggian cerobong, lihat gambar No. 2. e) Tidak ada halangan yang mempengaruhi pengamatan. Posisi Emisi Posisi pengamat 140 0 Garis batas posisi matahari Gambar 1 Posisi pengamat terhadap matahari (tampak atas) 2 dari 8

H 18 0 27 0 45 0 Posisi Pengamat Y=2H Y=3H Keterangan gambar Y : Jarak horisontal pengamat terhadap cerobong H : Tinggi cerobong Y=H Gambar 2 Posisi pengamat terhadap cerobong 4.3.2 Sumber-sumber Kesalahan Kesalahan pembacaan skala Ringelmann bisa terjadi karena beberapa gangguan yang mempengarui pengamatan sebagai berikut: a) Pengaruh latar belakang Untuk menghindari bias, maka pada saat asap diamati diharuskan untuk mendapatkan latar belakang pengamatan langit biru; langit berawan mempunyai efek mengurangi hasil pembacaan opasitas. b) Perbedaan antara cahaya yang menyinari skala ringelmann dan cahaya sekitar cerobong asap Diharuskan untuk melakukan pengamatan di pagi hari dengan cukup sinar matahari sebelum jam 11.00 dan siang hari dengan cukup sinar matahari setelah jam 13.00 sampai saat matahari mulai condong (tidak cukup sinar matahari lagi). c) Perubahan jenis bahan bakar Perubahan jenis bahan bakar menghasilkan asap yang berbeda kerapatan karena perbedaan kandungan uap air, ukuran partikel, bentuk dan warnanya. Pembacaan asap dengan kandungan uap air yang signifikan membutuhkan cara pengamatan tersendiri (lihat gambar no.3) 3 dari 8

4.4. Pembacaan Gambar 3 Pengamatan opasitas dengan dan tanpa uap air terikut 4.4.1 Pelaksanaan pembacaan opasitas a) Amati asap pada titik keluarnya diujung cerobong setiap kelipatan detik ke limabelas dan bandingkan dengan skala Ringelmann yang paling mirip. Catat pada formulir lapangan (lampiran B) b) Lakukan pengamatan minimal 6 menit untuk 24 pembacaan untuk asap yang konstan dan lebih dari 6 menit sampai 60 menit untuk asap yang tidak konstan atau untuk pengkajian kinerja proses. c) Catat bilangan Ringelmann tersebut pada formulir lapangan (Lampiran B) dan hitung rata-ratanya. d) Catat posisi dan kondisi saat pembacaan opasitas. 4.5 Perhitungan Rata-ratakan seluruh data hasil pengamatan dan bulatkan pada angka skala terdekat 4 dari 8

Lampiran A (normatif) Kertas skala Ringlemann PETUNJUK 1. Opasitas hitam yang keluar dari cerobong ditentukan dengan cara membandingkan warna asap yang paling sesuai dengan warna skala Ringelmann 2. Skala ini digunakan dengan cara membandingkan asap melalui lubang ditengah terhadap skala yang ada dengan ketentuan sesuai SNI. 19 -. 3. Posisi matahari dibelakang pengamat 4. Latar belakang sebaiknya langit biru bila kondisi ini tidak tercapai diberi keterangan pada formulir lapangan 5. Arah angin pada sudut 90 terhadap pengamat 6. Jarak pengamat tiga kali ketinggian cerobong 7. Tidak ada halangan yang mempengarahi pengamatan 5 dari 8

Lampiran B (normatif) Formulir lapangan/ Form pengamatan kerapatan asap No. Nama Perusahaan Tanggal pengamatan Waktu mulai Waktu akhir Alamat 0 15 30 45 Keterangan Kota Provinsi Kode Pos Alat Proses/ Unit Alat Pengendali Titik Pengamatan Emisi Ketinggian terhadap tanah Ketinggian relatif thdp pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jarak dari pengamat Arah dari pengamat 12 awal akhir awal akhir 13 Deskripsi Emisi 14 awal akhir 15 Warna emisi Apabila ada uap akhir 16 awal akhir terikut Tdk terikut 17 Titik pada asap tempat penentuan kerapatan asap 18 awal akhir 19 Deskripsi latar belakang asap 20 awal akhir 21 Warna latar belakang Kondisi langit 22 awal akhir awal akhir 23 Kecepatan angin Arah angin 24 awal akhir awal akhir 25 Temperatur ambien Suhu bola basah % RH 26 awal akhir Sketsa tata letak Titik emisi Gbr. Arah utara 27 28 29 30 31 32 33 34 35 140 Posisi pengamat Garis lokasi matahari Nama pengamat Tanda tangan pengamat Instansi Tanggal Informasi tambahan Sertifikasi oleh Tanggal 6 dari 8

Lampiran C (Informatif) Korelasi antara skala Ringlemann dan opasitas Tabel A.1 Korelasi antara skala Ringlemann dan opasitas Bilangan Ringelmann Transmisi Cahaya Melalui asap (%) 0 100 0 1 80 20 2 60 40 3 40 60 4 20 80 5 0 100 Opasitas % 7 dari 8

Bibliografi Kep-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak. BAPEDAL 8 dari 8