BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. hanya dilihat dari sejauh mana proses pengajarannya saja, tetapi ada tiga bidang. yang harus diperhatikan, diantaranya 1

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempunyai karakter yang baik sesuai dengan harapan pemerintah. Salah

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

KONSEP DASAR. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

1. PENDAHULUAN. Hal-hal yang sering dihadapi oleh para remaja pada umumnya adalah gejolak emosi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Suatu keluarga itu dapat berbeda dari keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perilaku Asertif dalam Bimbingan Sosial. untuk mencapai perkembangan optimal. Jamal Ma mur (dalam Ratnawati,

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Pokok

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN 66

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF SISWA KELAS X SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putri Adri Setyowati Yari Dwikurnaningsih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

Pengaruh Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan Asertivitas Terhadap Penyalahgunaan Narkoba

BAB 1 PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan dapat mengubah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi maka konselor/peneliti melakukan analisis data. Analisis data

JURNAL EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENANGANI PESERTA DIDIK YANG TERISOLASI DI SMK NEGERI 2 KEDIRI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan dan sejak lahir sudah dibekali dengan naluri untuk berhubungan dengan orang lain. Manusia mempunyai banyak kebutuhan hidup yang hanya dapat dipenuhi melalui hubungan sosial dengan orang-orang disekitarnya. Hubungan timbal balik antara manusia inilah yang disebut interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi ini termasuk dalam proses sosial. Dimana proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. 1 Menurut Soerjono Soekanto, proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial 1 Ary H.Gunawan, Sosiologi Pendidikan, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2000), h.32. 1

2 saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan sosial. 2 Hubungan sosial ini adalah hubungan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang selalu mengalami perubahan baik kearah positif yang ditandai dengan kerja sama maupun kearah negatif yang ditandai dengan terjadinya konflik. Dalam suatu masyarakat, interaksi sosial sangat diperlukan karena dengan interaksi sosial maka akan terbentuk suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial seseorang dimulai dari lingkungan tempat dia tinggal, khususnya keluarga, kemudian masyarakat. Ketika di tempat kerja seseorang juga perlu berinteraksi dan menjalin komunikasi dengan teman kerja agar tercipta suatu hubungan kerja yang diharapkan dan mampu menyelesaikan pekerjaannya secara bersama-sama. Salah satu kelompok masyarakat adalah anak-anak. Anak merupakan kelompok masyarakat yang tidak lepas dari proses sosial. Mereka juga berinteraksi dengan orang lain, tetapi dalam taraf ini anak masih dalam taraf perkembangan mengenal lingkungannya atau dalam tahap perkembangan sosial yaitu perkembangan di lingkungan rumah dan juga lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, seorang siswa selain dituntut untuk pandai dalam hal akademik, siswa juga perlu pandai dalam berinteraksi sosial baik dengan guru-guru maupun dengan teman-temannya karena dengan berinteraksi sosial maka siswa dapat nyaman berada di lingkungan sekolah dan akan tercipta 2013 2 http://belajarpsikologi.com/pengertian-interaksi-sosial/ diunduh pada tanggal 17 November

3 suatu hubungan yang erat dan bersahabat antara individu dengan individu lainnya. Sekolah merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Karena di sekolah anak berada dalam tahap belajar bersosialisasi dengan teman-teman yang baru dikenal. Sekolah mengharuskan mereka untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik didalam maupun diluar kelas, tetapi tidak semua anak mampu berinteraksi dengan orang lain. Secara garis besar kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik atau pandai bergaul dan sebaliknya yaitu siswa yang mengalami kesulitan bergaul atau individu yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik. Siswa yang bisa berinteraksi sosial dengan baik biasanya dapat mengatasi berbagai persoalan di dalam pergaulan. Mereka tidak mengalami kesulitan untuk menjalani hubungan dengan teman baru, berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, terlibat dalam pembicaraan yang menyenangkan, dan dapat mengakhiri pembicaraan tanpa mengecewakan atau menyakiti orang lain. Dalam pertemuan formal, mereka dapat mengemukakan pendapat, memberi penghargaan atau dukungan terhadap pendapat orang lain, dan mereka dapat juga mengemukakan kritik tanpa menyakiti orang lain. Sebaliknya, siswa yang tidak bisa berinteraksi sosial dengan baik merasa kesulitan untuk memulai berbicara, terutama dengan orangorang yang belum dikenal, mereka merasa canggung dan tidak dapat terlibat

4 dalam pembicaraan yang menyenangkan. Dalam hubungan formal, mereka kurang atau bahkan tidak berani mengemukakan pendapat, pujian, keluhan dan sebagainya. Ketika seorang siswa sulit dalam berinteraksi sosial dengan temantemannya maka dia merasa tidak nyaman dalam suatu keadaan tersebut. Di kelas tidak ada teman yang bisa diajak bercanda bahkan hanya sekedar berbicara tentang pelajaran. Hal ini juga terjadi di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Ketika dilakukan observasi lapangan terdapat siswa yang sulit berinteraksi sosial dengan temannya yaitu di kelas VII E SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Dia tergolong murid yang pendiam, tidak punya teman di kelasnya, ketika di kantin dia juga sendiri, karena dia sulit untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman-temannya. 3 Peneliti melakukan wawancara kepada guru bimbingan dan konseling kelas VII tentang siswa x tersebut. Memang benar dia tergolong anak yang pendiam dan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, teman sekelasnya selalu mengejeknya karena memang dia perilakunya tergolong aneh. Cara memandang orang dengan tatapan matanya yang tajam membuatnya ditakuti tidak disukai dengan teman-temannya. 4 3 Observasi di sekolah pada tanggal 16 November 2013 4 Wawancara Ibu Dimas Dewi selaku guru bimbingan dan konseling kelas VII pada tanggal 17 November 2013

5 Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan suatu gejala yang wajar dalam kehidupan. Dalam hubungan tersebut komunikasi merupakan salah satu komponen yang penting. Corak komunikasi akan banyak ditentukan oleh latar belakang orang yang berkomunikasi, seperti kebiasaan dan kepribadian. 5 Dalam hal ini ada salah satu teknik konseling behavioral untuk memecahkan masalah siswa dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif, yaitu latihan asertif (assertive training). merupakan latihan keterampilan sosial dengan cara bermain peran. Pada dasarnya konseling behavioral atau terapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan untuk memperoleh tingkah laku baru, menghapus tingkah laku maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. 6 Latihan asertif adalah latihan yang bisa diterapkan terutama pada situasisituasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. 7 5 http://bagawanabiyasa.wordpress.com/2013/08/03/meningkatkan-kemampuan-asertif/ diunduh pada tanggal 18 November 2013 6 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi, (Bandung: P.T. Refika Aditama, 2005), h. 197. 7 Ibid, h. 213.

6 Latihan asertif (assertive training) atau latihan keterampilan sosial adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan yang ditandai oleh kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. 8 Nelson dan Jones menjelaskan bahwa perilaku asertif adalah perilaku yang menunjukkan rasa percaya diri dan menghormati diri sendiri dan orang lain. hal ini sejalan dengan pengertian perilaku asertif yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons, yaitu : perilaku asertif adalah perilaku yang meningkatkan kesesuaian dalam berhubungan dengan sesama manusia, yang memungkinkan kita untuk menunjukkan minat terbaik kita, berdiri sendiri tanpa harus merasa cemas, mengekspresikan perasaan kita dengan jujur dan nyaman, melatih kepribadian kita yang sesungguhnya tanpa menolak kebenaran dari orang lain. 9 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Latihan asertif adalah salah satu teknik dalam konseling behavioral. Dimana hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses pemberian bantuan dalam situasi kelompok belajar untuk menyelesaikan masalah- 8 Singgih gunarsa, konseling dan psikoterapi,(jakarta: Gunung Mulia, 2007), h. 215. 9 http://herrystw.wordpress.com/2013/01/05/teknik-assertive-training/ diunduh pada tanggal 18 November 2013

7 masalah interpersonal, emosional, dan mengambil keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mempelajari tingkah laku baru yang sesuai. Tujuan dari latihan asertif ini adalah agar seseorang belajar bagaimana mengganti respons yang tidak sesuai dengan respons baru yang sesuai. Karakteristik asssetiveness (sosial skills) training, yaitu: 1. Cocok untuk individu yang memiliki kebiasaan respon cemas (anxietyresponse) dalam hubungan interpersonal, yang tidak adaptif, sehingga menghambat untuk mengekspresikan perasaan dan tindakan yang tegas dan tepat. 2. Latihan asertif terdiri dari 3 komponen, yaitu : Role Playing, Modeling, Sosial Reward & Coaching 3. Dalam situasi sosial dan interpersonal, muncul kecemasan dalam diri individu, seperti: a. Merasa tidak pantas dalam pergaulan sosial b. Takut untuk ditinggalkan c. Kesulitan mengekspresikan perasaan cinta dan afeksinya terhadap orang-orang disekitarnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan guru bimbingan dan konseling.

8 Berdasarkan pemaparan di atas perlu diadakan penelitian mengenai Penerapan Konseling Behavioral dengan Teknik Latihan Asertif dalam Menangani Kesulitan Siswa Berinteraksi Sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya B. Rumusan masalah Agar tidak terjadi perluasan dalam penelitian, maka rumusan masalah yang penulis angkat adalah sebagai berikut: 1. Apa saja faktor yang menyebabkan siswa sulit berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya? 2. Bagaimana penerapan konseling behavioral dengan teknik latihan asertif dalam menangani kesulitan siswa berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya? 3. Bagaimana hasil konseling behavioral dengan teknik latihan asertif dalam menangani kesulitan siswa berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang ingin dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apa saja faktor yang menyebabkan siswa kesulitan berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya

9 2. Untuk mendeskripsikan penerapan konseling dengan pendekatan behavioral dengan teknik latihan asertif dalam menangani siswa kesulitan berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya 3. Untuk mengetahui hasil konseling behavioral dengan teknik latihan asertif dalam menangani kesulitan siswa berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya D. Manfaat Penelitian Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: a. Bagi Fakultas Bagi Fakultas Tarbiyah Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan Konseling, skripsi ini dapat dijadikan bahan acuan bagi mahasiswa jurusan Kependidikan Islam konsentrasi bimbingan dan konseling angkatan berikutnya dalam melakukan penelitian tentang permasalahan siswa kesulitan berinteraksi sosial di lingkungan sekolah. b. Bagi siswa Penelitian ini dapat membantu mengatasi masalah siswa yang kesulitan berinteraksi sosial di lingkungan sekolah agar lebih mudah diterima dan adaptif dalam bergaul di lingkungan sekolah. c. Bagi guru bimbingan dan konseling Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membantu menyelesaikan masalah siswa yang kesulitan dalam berinteraksi

10 sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan dan tidak ada siswa yang terkucilkan dan tidak mendapat teman. d. Untuk penulis 1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang berharga dalam kehidupan penulis. Dan dapat dijadikan acuan ketika nanti terjun langsung di lembaga pendidikan. 2) Sebagai tugas akhir skripsi E. Definisi Konseptual Untuk menghindari kesalah pahaman terhadap judul, serta memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah Penerapan konseling behavioral dengan teknik latihan asertif dalam menangani kesulitan siswa berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. Adapun rincian definisinya adalah: 1. Teknik Latihan Asertif dalam Konseling Behavioral Latihan asertif (assertive training) adalah salah satu teknik dalam tritmen ganguan tingkah laku dimana klien diinstruksikan, diarahkan, dilatih, serta didukung untuk bersikap asertif dalam menghadapi situasi yang tidak nyaman atau kurang menguntungkan bagi dirinya. Latihan asertif merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan pada individu yang diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu

11 lemah, membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya dengan benar dan cepat tersinggung. 10 Latihan asertif termasuk teknik dalam konseling behavioral. Sedangkan konseling behavioral adalah konseling yang bertujuan untuk mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif sesuai dengan lingkungan. Jadi, yang dimaksud dengan latihan asertif dalam konseling behavioral adalah latihan keterampilan sosial untuk siswa yang kesulitan berkomunikasi, merasa cemas dengan keadaan dan tidak nyaman dengan lingkungan. Latihan asertif ini termasuk dalam konseling behavioral dimana konseling behavioral adalah konseling yang bertujuan mengubah perilaku. 2. Kesulitan berinteraksi sosial Interaksi sosial adalah hubungan antara individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya. 11 Seseorang yang mengalami kesulitan berhubungan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya berarti mempunyai kesulitan dalam berinteraksi sosial. Adapun ciri-ciri siswa yang mengalami kesulitan berinteraksi sosial adalah Pendiam, tidak banyak teman, jarang berbicara, tidak aktif dalam tugas berkelompok, takut bertanya pada guru saat pelajaran, sulit bergaul, suka menyendiri, 10 Singgih gunarsa, konseling dan psikoterapi, h.217. 11 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), h. 49.

12 merasa rendah diri, tidak berani mengungkapkan pendapat, menutup diri dari temannya dan sebagainya. Jadi, kesulitan berinteraksi sosial yang dimaksud adalah kesulitan siswa untuk berkomunikasi dan berhubungan baik dengan guru maupun dengan sesama siswa. Dalam skripsi ini yang mengalami kesulitan berinteraksi sosial adalah salah satu siswa di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. F. Sistematika Pembahasan Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami secara utuh dan berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika pembahasan, yaitu sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, dalam Bab ini terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, dan sistematika pembahasan. BAB II Kajian Teori, dalam Bab ini terdiri dari kajian pustaka yang terdiri dari: Teknik Latihan Asertif dalam Konseling Behavioral meliputi pengertian latihan asertif dalam konseling behavioral, tujuan latihan asertif, langkah-langkah strategi latihan asertif, kelebihan dan kekurangan latihan asertif. Siswa dan interaksi sosialnya yang meliputi : siswa sebagai makhluk sosial, pengertian interaksi sosial, macam-macam interaksi sosial, ciri-ciri interaksi sosial, syarat-syarat dan faktor-faktor terjadinya interaksi sosial.

13 Penerapan konseling Behavioral dengan teknik Latihan Asertif dalam menengani kesulitan siswa berinteraksi sosial meliputi penerapan konseling behavioral dengan teknik latihan asertif, kesulitan siswa berinteraksi sosial, penerapan konseling behavioral dengan teknik latihan asertif dalam menangani kesulitan siswa berinteraksi sosial di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya. BAB III Metode Penelitian, dalam Bab ini terdiri dari metode penelitian yang berisi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan data BAB IV Laporan hasil penelitian, Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum tentang obyek penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V Penutup,Bab ini berisi kesimpulan dan saran.