METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

Skripsi Museum Keroncong

Bentuk Analogi Seni Pertunjukan dalam Arsitektur

BAB III: TINJAUAN KHUSUS

BAB III ELABORASI TEMA

Metafora Akselerasi dalam Objek Rancang Sirkuit Balap Drag Nasional

Penerapan Metafora Paramadiwa pada Perancangan Pusat Kesenian Jawa Timur Paramadiwa Surabaya

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Metafora Kembang Api dalam Objek Rancang Galeri Seni Instalasi Indonesia

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

Meng- abadi -kan Arsitektur dalam Rancangan Gedung Konser Musik Klasik Surabaya

Pusat Penjualan Mobil Hybrid Toyota di Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pusat Perdagangan Kerajinan dan Kuliner Khas Sidoarjo

Fasilitas Pernikahan Aquatic di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. lokal agar tetap dapat bersaing dengan produk internasional. kerajinan negara sendiri yang beranekragam.

Judul Tugas Akhir KAMPUNG SENI tema : Metafora Tari dalam Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) 1

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi Negara terdepan dibidang olahraga tersebut, banyak kegiatan yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2 / 3 SKS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 06 KODE / SKS : KK / 4 SKS. Sub Pokok Bahasan dan Sasaran Belajar

LEMBAR PENGESAHAN LP3A. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur. Judul : GALERI SENI RUPA KONTEMPORER DI SEMARANG.

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

SATUAN ACARA PERKULIAHAN STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1 / 4 SKS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

ANIMATION HOUSE JAKA PURNAMA

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB VI HASIL RANCANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang

BAB 5 KONSEP. Tema arsitektur biomorfik menggunakan struktur dari sistem dan anggota

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III ELABORASI TEMA

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB I PENDAHULUAN I.1

PENERAPAN CIRI-CIRI ARSITEKTUR POSTMODERN PADA BANGUNAN MUSEUM TSUNAMI ACEH

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

1.2 Tinjauan D.I Jogjakarta. 1.4 Kontemporer pada penampilan bangunan dan interior

DEFINISI INTERIOR & KONSEP U N I V E R S I T A S U D A Y A N A A A

Modul 3 TOPIK 2 : Metode Perancangan Arsitektur Sub-Topik 3 : KONSEP

DESAIN WISATA EDUKASI BERWAWASAN LINGKUNGAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Fotografi merupakan bagian dari seni sebagai salah satu hasil karya cipta

BAB V HASIL RANCANGAN

SKRIPSI DAN TUGAS AKHIR VULCANIC WATER PARK ANALOGY AND METAPHOR

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain menjadi sebuah konsep untuk merancang dan membuat

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR RANCANGAN TAPAK BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... i. PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR... ii. PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR...

PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Konsep Tumpang Tindih Pada Rancangan Pasar Ikan Mayangan

II. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANG

BAB V. RANCANGAN dan PENGUJIAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GAMBAR PRODI PEND. TEKNIK ARSITEKTUR

MUSIK BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR :

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Bab ini membahas dengan cara mengumpulkan dan menguraikan yang

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

Struktur Arsitektur dalam Objek Rancang Pusat Komunitas Berperilaku Hijau Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RABBANI MUSLIMAH CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan musik sulit dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kota

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR SUN VALLEY MUSIC PAVILION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

PENDEKATAN TRANSFORMASI BENTUK KALIGRAFI SEBAGAI KONSEP DESAIN PUSAT PENGEMBANGAN SENI KALIGRAFI ISLAM

Pengantar Daftar Tabel Daftar Gambar Rancangan Kegiatan Pembelajaran

II. LANSKAP DAN KARAKTERISTIK

BABV LAPORAN PERANCANGAN. D C o H, B. Gb.79 Zoning Site plan. Ruang tapak mempertahankan bentuk kontur yang dipadukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PUSAT PERBELANJAAN DI SIMPANG KAYU BESAR, KUALANAMU SKRIPSI OLEH DESY

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

Architecture. Home Diary #007 / 2014

Transkripsi:

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN ABSTRAK Dalam dunia perancangan, khususnya arsitektur, dikenal bermacam-macam tema untuk pencarian idenya. Tema merupakan hal yang sangat penting dalam merancang sebuah arsitektur. Tema dapat mengarahkan seorang arsitek dalam merancang sekaligus memberi batasan. Arsitektur yang dirancang dengan menggunakan tema akan menghasilkan suatu karya yang memiliki makna tertentu yang membuat orang yang menikmatinya akan merasa mengalami arsitektur. Salah satu tema yang bisa digunakan dalam merancang arsitektur adalah arsitektur metafora yang memasukkan konsep konsep di luar arsitektur ke dalam suatu rancangan arsitektur. Salah satu tema yang akhir-akhir ini sering digunakan oleh arsitek adalah metafora. Metafora adalah perumpamaan suatu hal dengan sesuatu yang lain. Dalam bidang arsitektur, metafora berarti mengumpamakan bangunan sebagai sesuatu yang lain. Cara menampilkan perumpamaan tersebut adalah dengan memindahkan sifat-sifat dari sesuatu yang lain itu ke dalam bangunan, sehingga akhirnya para pengamat dan pengguna arsitekturnya bisa mengandaikan arsitektur itu sebagai sesuatu yang lain. Salah satu bangunan yang menggunakan tema metafora dalam pencapaian ide bentuknya adalah di Jepang. Pencapaian ide bentuknya adalah dengan memasukkan sifat-sifat bibit dan buah ke dalam bangunan, sehingga para pengguna bisa melihat arsitekturnya sebagai sebaran bibit. Kata kunci: tema, arsitektur, metafora 1

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN PENDAHULUAN Dalam merancang sebuah desain khususnya arsitektur, seorang perancang atau arsitek tidak bisa serta merta menemukan bentuk rancangan tanpa merancang ide atau konsep rancangan terlebih dahulu di dalam pikirannya. Tanpa konsep, suatu rancangan bisa dikatakan sebagai rancangan yang meaningless. Dengan konsep dan tema yang jelas, maka sebuah rancangan bisa dikatakan sebagai rancangan yang meaningfull. Selain itu, tema juga menjadi batasan seorang arsitek dalam merancang. Dengan menggunakan satu tema maka seorang perancang akan memiliki arah yang jelas dalam merancang dan bukannya mencampur adukkan berbagai hal dalam merancang. Rancangan yang terarah ini akan menciptakan sebuah desain yang memiliki makna dan ciri khas tersendiri. Dalam menciptakan sebuah rancangan yang bermakna dan berciri khas, banyak cara pencapaian ide yang bisa dilakukan oleh perancang. Salah satu konsep atau tema yang bisa digunakan oleh perancang adalah tema Arsitektur Metafora. Arsitektur Metafora telah menjadi trend akhir-akhir ini di kalangan perancang. Kemampuannya dalam mengumpamakan sebuah arsitektur sebagai sesuatu yang lain telah membuat arsitektur tersebut memiliki makna dan ciri khas yang membuatnya berbeda dengan arsitektur yang lain. Hal inilah yang menyebabkan seorang perancang menggunakan tema Arsitektur Metafora dalam mewujudkan ide desainnya. Salah satu perancang yang menggunakan metafora sebagai konsep rancangannya adalah Itsuko Hazegawa. Tema ini tampak pada salah satu karyanya yaitu Museum of Fruit yang berlokasi di Jepang tepatnya di Kota Yamanashi. Bangunan ini didirikan pada tahun 1996, berfungsi sebagai museum dan greenhouse dengan material baja dan kaca (www.greatbuildings.com). Bangunan inilah yang menjadi obyek kasus dalam tulisan ini. Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, berada pada salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Gambar 1: areal bird view kompleks bangunann, Yamanashi, Jepang Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah. 2

Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter dengan bentang 20 meter (www.arup.com). Gambar 2: Site Plan Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan. 3

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN PEMBAHASAN Kehadiran metafora di dunia desain Sebelum dibahas mengenai metafora dan kehadirannya dalam dunia desain khususnya pada obyek kasus, maka terlebih dahulu akan dibahas definisi dari metafora itu sendiri. Menurut Arsitotle, Metafora adalah memberi nama pada sesuatu yang menjadi milik sesuatu yang lain; pemindahan dari genus menjadi spesies, atau dari spesies menjadi genus, atau dari spesies menjadi spesies atau pada dasar analogi... bahwa dari analogi terdapat empat istilah yang sangat berhubungan, yaitu yang kedua (B) menuju yang pertama (A) sebagaimana yang keempat (D) menuju yang ketiga (C), untuk itu kemudian secara metafora meletakkan D sebagai pengganti B dan B sebagai pengganti D. Aristotle juga mengatakan, Metafora memberi gaya, kejernihan, daya tarik dan berbeda dari yang lain: dan ini bukanlah hal yang penggunaannya bisa diajarkan oleh satu orang ke orang yang lain (Abel,1997). Dari definisi yang telah dipaparkan oleh Aristotle tersebut, bisa disimpulkan bahwa metafora adalah pendefinisian sesuatu dengan sesuatu yang lain atau bisa juga dikatakan sebagai bentuk perumpamaan. Arsitektur Metafora adalah mengidentifikasi suatu bangunan arsitektural dengan pengandaian sesuatu yang abstrak sehingga setiap pengamat akan mempunyai persepsi masing masing sesuai dengan persepsi yang timbul pada saat pertama kali melihat bangunan tersebut. Penggunaan metafora sebagai channel untuk kreatifitas arsitektural telah popular di antara arsitek pada abad ini. Metafora telah ditemukan untuk menjadi channel yang sangat kuat, lebih berguna bagi pencipta dari pada pengguna. Melalui metafora, imajinasi perancang bisa diuji dan dikembangkan. Mereka yang memiliki daya imajiasi yang tinggi tidak akan mengalami kesulitan dalam menggunakan metafora, bahkan metafora akan semakin memperluas dan memperdalam daya imajinasi mereka (Antoniades, 1992). Ada sedikit kerancuan antara metafora, analogi, dan mimesis. Ketiga hal itu samasama menghadirkan suatu desain dengan melihat hal lain. Tapi ada yang membedakan di sini. Yaitu bila suatu bangunan dirancang dengan menyerupai sesuatu yang lain tanpa memperhatikan sifat-sifat dari sesuatu yang ditiru itu, maka bisa dikatakan bangunan ini memiliki tema analogi atau mimesis. Terlebih bila bentuk yang diambil yang menyerupai sesuatu hal tersebut tidak ada kaitannya dengan fungsi bangunan yang dirancang. Tapi apabila suatu bangunan mengambil bentuk sekaligus sifat dari sesuatu yang lain, maka bisa dikatakan bangunan Gambar 3: salah satu sudut pandang pada Museum of Fruit 4

Gambar 4: sifat-sifat buah dan bibit ditampilkan pada Perancangan Eksploratif Tugas 2 ini bertemakan metafora. Terutama bila sifat-sifat sesuatu yang lain itu sesuai dengan fungsi bangunan yang dirancang. Terlebih lagi bila hasil rancangan atau bentuk akhir dari rancangannya nanti menghasilkan interpretasi yang berbeda di antara pengamat dan pengguna bangunan, sehingga metaforanya bisa menjadi rahasia perancang. Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora dan bukannya analogi atau mimesis. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan bibit ke dalam bangunan. Kategori Metafora dan penerapannya dalam desain arsitektur Ada tiga kategori metafora: Intangible metaphor; kreasi metafora berangkat dari konsep, ide, kondisi manusia, atau kualitas tertentu (individualitas, kealamiahan, komunitas, tradisi, budaya) Tangible metaphor; metafora berangkat dari visual atau karakter material (rumah sebagai istana, atap kuil sebagai langit) Combine metaphor, di mana konseptual dan visual saling menindih sebagai titik keberangkatan desain. (Antoniades, 1992) Kebanyakan arsitek memiliki kecenderungan untuk menghindari intangible metaphor sebagai titik awal, dan banyak yang bisa lebih mudah terinspirasi oleh tangible metaphor, dengan kesuksesan yang berbeda-beda (Antoniades, 1992). Hal itu disebabkan karena tangible metaphor lebih mudah diaplikasikan daripada intangible metaphor. Begitu juga dengan combine metaphor. Kategori metafora ini juga tergolong sulit untuk dilakukan. 5

Intangible metaphor, dalam penerapannya pada desain arsitektur, adalah lebih menggunakan sifat-sifat non fisik daripada sifat fisik yang tampak pada suatu hal untuk diterapkan pada bangunan. Sebagai contoh: bila seorang perancang ingin merancang bangunan Music Center dengan menggunakan kategori intangible metaphor, maka dia bisa menampilkan konsep dari unsur-unsur musik yang non fisik ke dalam bangunannya, seperti nada, tempo, ketukan, dan konsep-konsep musik lainnya. Hal ini tentulah tidak mudah karena musik dan arsitektur merupakan dua jenis seni yang sangat berbeda, di mana musik merupakan unsur bunyi atau suara, sedangkan arsitektur lebih kepada visual. Hal inilah yang menyebabkan intangible metaphor sulit untuk diraba, terlebih lagi untuk diterapkan. Sedangkan tangible metaphor lebih mudah untuk diraba, karena lebih bersifat fisik, yaitu sebuah arsitektur menampilkan sifat fisik dari sesuatu yang lain. Sebagai contoh: bila seorang arsitek ingin merancang sebuah music center seperti contoh di atas, tetapi ingin menggunakan tema tangible metaphor. Yang bisa dilakukan dalam menerapkan tema tersebut adalah dengan cara merancang bentuk bangunan menyerupai bentuk kunci G, atau menyerupai bentuk alat musik. Hal ini lebih mudah untuk dilakukan, tapi arsitek harus berhati-hati karena dalam menggunakan tema ini bisa dengan mudah terjadi kerancuan dengan analogi dan mimesis. Sementara combine metaphor merupakan gabungan antara kedua hal di atas. Jadi dalam merancang bukan hanya menampilkan sifat-sifat fisik dari subyek yang lain, tapi juga sifat non fisiknya. Kategori ini merupakan kategori yang paling sulit untuk diterapkan. Contoh yang tepat untuk kategori ini adalah pada obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Bangunan ini menggunakan tema metafora dengan kategori Gambar 5: Kategori Combine Metaphor pada Museum of combine metaphor. Fruit Bangunan Museum of Fruit menggunakan konsep penyebaran bibit dalam menerapkan idenya sekaligus juga menerapkan bentuk fisik dari tumbuhan dan buah-buahan. Bagaimana cara menerapkannya akan dijelaskan pada subbab selanjutnya. Cara mentransfer referensi dari satu subyek ke yang lain Salah satu cara menggunakan metafora sebagai konsep desain adalah dengan mentransfer referensi dari satu subyek ke yang lain. Referensi yang dimaksud di sini bisa 6

berupa sifat-sifat yang terkandung dalam subyek tersebut atau bisa juga berupa bentuk, rupa, atau bangun dari subyek itu. Mentransfernya bisa secara literal atau secara tersembunyi tergantung dari keinginan si perancang, seperti yang telah disebutkan di atas bahwa metafora bisa menjadi rahasia perancang dan menghasilkan interpretasi yang berbeda bagi pengamat dan pengguna. Pentransferan bentuk, rupa dan bangun dari satu subyek ke subyek yang lain secara literal adalah cara pentransferan yang paling mudah pada metafora. Sedangkan pentransferan secara tersembunyi sulit untuk dijelaskan karena hal ini sangat tergantung pada perancang dan berbeda pada setiap perancang. Biasanya cara pentransferan yang tersembunyi ini adalah apabila yang ditransfer hanyalah sifat-sifat subyek lain tanpa mentransfer bentuk subyek tersebut. Arsitektur merepresentasikan agama yang membawa kepada kehidupan, kekuasaan politik yang dimanifestasi, sebuah kejadian yang diperingati, dan lain-lain. Arsitektur, sebelum kualifikasi yang lain, identik dengan ruang representasi, dia selalu merepresentasikan sesuatu yang lain daripada dirinya sendiri sehingga dia menjadi dibedakan dari bangunan yang lain. Hal ini, oleh situasi metafora, dengan arsitektur didefinisikan sebagai representasi sesuatu yang lain, meluas kepada bahasa, di mana arsitektur metafora adalah sangat biasa (Hollier, 1989). Seorang perancang harus berhati-hati dalam menggunakan tema metafora. Karena penggunaannya yang tidak tepat dengan fungsi bangunan dapat menghasilkan bangunan yang kehilangan jati diri. Sebagai contoh: jika seorang arsitek merancang sebuah Museum of Fruit, tetapi yang dipakai bukan sifat-sifat buah melainkan sifat-sifat musik yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan buah, akan membuat bangunan ini menjadi kehilangan identitas. Pada, perancang mentransfer sifat-sifat dan bentuk dari bibit dan buah-buahan serta tumbuh-tumbuhan yang lain. Itsuko Hazegwa berusaha menampilkan metafora dari kekuatan serta perbedaan buah-buahan, sebuah landscape purba yang tersembunyi dalam jiwa manusia. Dia menggunakan bentuk bibit-bibit yang berbeda yang disebar ke tanah dalam penampilan keseluruhan kompleks bangunannya, termasuk dalam menemukan bentuk denah dari tiga massa utama. Sisi inilah yang merupakan kategori tangible metaphor. Sedangkan kategori intangible metaphor tampak pada gambaran sebuah bibit yang kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar yang ditampilkannya ke dalam salah satu massa yaitu fruit Gambar 6: bentuk bibit yang disebar pada penataan massa bangunan plaza. Kemudian dia menampilkan kenangan akan matahari tropis di mana bibit berkecambah pada green house. Dia juga menggambarkan dunia gen buah-buahan ke dalam rancangan exhibition hall. Kekuatan bibit digambarkan dalam workshop, cerita 7

buah-buahan tampak pada museum, sementara kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah bisa disimbolkan dengan cara menyebarkan lahan bibit dan menjadi makmur dalam lingkungan tertentu serta pencampurannya bisa dilihat sebagai metafora hidup berdampingan dengan damai pada daerah yang bermacam2 di dunia, simbiosis manusia dan binatang, dan pemeliharaan alam. Tampilan keseluruhan bangunan merupakan new age village. Gambar 7: denah lantai 1 shop Gambar 8: denah lantai 2 shop Gambar 9: denah lantai 3 restaurant Gambar 10: denah lantai 1 tropical greenhouse Gambar 11: denah basement office Gambar 12: gallery Gambar 13: denah plaza Gambar 14: denah lantai 2 tropical greenhouse Gambar 7 14: bentuk denah menyerupai bentuk bibit dan biji Gambar 15: Tampilan keseluruhan bangunan yang merupakan new age village 8

Melihat subyek sebagai sesuatu yang lain Melalui metafora, terutama ketika dia dicapai dengan teknik penggantian konsep, seseorang bisa mengaplikasikan pengetahuan dan interpretasi yang telah dimengerti untuk kasus nama pengganti dalam satu pekerjaan seseorang (Antoniades, 1992). Yang melihat dan menilai serta menikmati suatu karya arsitektur adalah pengguna, pengamat, dan pengkritisi. Merekalah yang dapat mengukur sejauh mana tema metafora diterapkan ke dalam bangunan dan apakah metafora yang dimaksud oleh perancang sama dengan metafora yang dilihat oleh pengguna. Metafora yang baik adalah yang tidak bisa ditemukan oleh pengguna atau kritikus. Dalam hal ini metafora merupakan rahasia kecil pencipta (Antoniades, 1992). Bagaimana cara pengamat dalam menginterpretasi metafora yang terdapat dalam bangunan tidak bisa disamaratakan. Sah-sah saja bila pengamat memiliki interpretasi yang berbeda terhadap satu bangunan karena para perancang yang menggunakan metafora biasanya merahasiakan maksudnya dan membiarkan orang lain menebak dan menilai bangunannya. Pada obyek kasus Museum of Fruit, ada beberapa hal berbeda yang ditangkap oleh para penggunanya. Di antaranya adalah, tatanan massa dari bangunan ini tidak terlihat seperti bibit yang disebar, tetapi lebih terlihat seperti buah-buahan yang tumbuh dari dalam tanah, sebagian juga mengatakan seperti buah-buahan yang ditanam ke dalam tanah. Jarang ada yang mengatakan itu adalah bibit. Sementara fruit plaza tidak seperti bibit yang tumbuh menjadi pohon besar bila dilihat dari eksterior. Tapi bila dilihat dari interior, memang dapat dilihat seperti pohon besar yang menaungi pohon-pohon kecil, dan kolomnya tampak seperti batang pohonnya. Pada workshop, ada yang mengatakan seperti buah, dan ada pula yang mengatakan seperti biji. Untuk green house, ada yang melihatnya sebagai matahari, tapi ada pula yang melihatnya sebagai buah semangka yang dibelah. Sedangkan museum menggambarkan cerita buah-buahan yang ditampilkan pada display yang Gambar 16: Fruit Plaza Gambar 17: Interior fruit plaza, bangunan ini sebagai pohon besar, kolom berfungsi sebagai batang 9

dipamerkan. Sementara tampilan keseluruhan bangunan yang disebut sebagai new age village sulit untuk dilihat oleh para pengguna. Cara penyimbolan kekayaan hubungan budaya dan sejarah antara manusia dan buah juga sulit dibayangkan oleh pengguna. Gambar 18: Tropical Greenhouse Gambar 19: Workshop Gambar 20: tempat informasi dan kanopi seperti bibit yang melayang Dari penjabaran di atas, sulit untuk menentukan apakah metafora pada obyek ini dapat ditemukan oleh pengguna. Ada beberapa hal yang bisa ditemukan oleh pengguna, namun ada juga yang tidak bisa ditemukan sehingga pengguna mereka-reka sendiri. Gambar 21: contoh display pada Gambar 22: contoh display pada 10

Letak kekuatan desain yang dirancang dengan pendekatan metafora Kekuatan metafora telah dipertimbangkan menjadi batuan dasar imajinasi. Channel metafora bisa berguna dan menguntungkan bagi setiap pencipta. Ini akan menawarkan kesempatan untuk melihat pekerjaan dalam pandangan yang berbeda. Ini akan memaksa pencipta untuk memeriksa pertanyaan baru dan datang dengan interpretasi baru. Ini akan mengirim pikiran kepada teritori yang tidak diketahui. Tidak setiap orang dapat menemukannya dengan mudah. Metafora bisa menolong dalam pencapaian sesuatu yang baru pada bangunan dan proses desain. Bentuk bangunan bisa dilihat dalam pandangan yang baru. Keseluruhannya dapat menjadi lebih ekspresif. Komunikasi arsitek akan perasaan pada tipe bangunan khusus bisa menjadi lebih eksplisit. Metafora dapat menolong dalam menghasilkan konsep-konsep baru (Antoniades, 1992). Suatu karya arsitektur yang dirancang dengan menggunakan pendekatan tema metafora memiliki ciri tersendiri yang tidak dimiliki oleh tema yang lain. Karya ini akan lebih mendalam maknanya bila yang digunakan sebagai pendekatan adalah kategori combine metaphor, karena kategori ini memungkinkan seorang arsitek untuk menciptakan arsitektur yang memiliki sifat-sifat yang lebih mendalam terhadap sesuatu yang diumpamakan, sehingga arsitektur tersebut memiliki makna yang lebih dalam pula. Dalam merancang dengan menggunakan tema metafora, seorang arsitek akan mempunyai imajinasi yang tinggi karena tidak mudah membayangkan suatu hal sebagai sesuatu yang lain yang jauh berbeda. Bagaimana mungkin sebuah bangunan yang berupa benda mati diibaratkan sebagai pohon yang memiliki sifat hidup, atau bangunan yang bersifat visual diibaratkan sebagai musik yang merupakan sebuah bunyi. Dibutuhkan imajinasi dan kreatifitas yang tinggi dalam melakukan ini. Tanpa imajinasi dan kreatifitas yang tinggi, karya arsitektur yang dihasilkan bisa hanya menjadi sebuah peniruan dan bukannya perumpamaan serta akan menghasilkan karya yang bernilai rendah. Beberapa kelebihan dalam menggunakan arsitektur metafora, antara lain : 1. Penggalian bentuk bentuk arsitektur yang lebih baik, yang tidak hanya terbatas pada plantonis, fungsialis, dan sebagainya. 2. Memberi peluang untuk melihat suatu karya dalam sudut pandang lain. 3. Membawa pikiran seseorang ke suatu hal yang belum diketahui. 4. Memberi nilai tambah untuk bangunan yang dimetaforakan Gambar 23: Water Garden Gambar 24: pemandangan dari teras atap 11

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN KESIMPULAN Metafora merupakan salah satu tema yang bisa digunakan dalam pencapaian ide bentuk dalam arsitektur. Cara pencapaiannya adalah dengan mengumpamakan sesuatu sebagai sesuatu yang lain. Ada tiga cara dalam pencapaiannya, yaitu secara literal atau jelas dan berangkat dari visual yang disebut dengan tangible metaphor, secara tersembunyi dan berangkat dari konsep yang disebut dengan intangible metaphor, dan dengan cara keduanya yang disebut dengan combine metaphor. Kategori mana yang akan dipilih oleh arsitek tergantung pada keinginan arsitek apakah dia ingin karyanya mudah dibaca atau tidak. Dalam mengumpamakan sesuatu ke dalam sebuah arsitektur, seorang arsitek bisa mengambil sifat-sifat non fisik atau fisik atau keduanya dari sesuatu yang lain itu ke dalam arsitektur. Bagaimana cara menerapkan sifat-sifat benda lain ke dalam arsitektur tergantung bagaimana arsitek menginterpretasi benda tersebut. Salah satu arsitektur yang menggunakan tema metafora adalah karya Itsuko Hazegawa. Bangunan ini mengambil sifat-sifat dari bibit yang tumbuh, buahbuahan, serta tumbuh-tumbuhan yang ditampilkan dalam sebuah bangunan. Kategori yang dipakai adalah combine metaphor karena Hazegawa bukan hanya menampilkan sifat fisik tapi juga non-fisik. Karyanya ini masih memiliki sedikit rahasia sehingga tidak semua bentuk dalam karyanya ini bisa dibaca oleh pengguna. Dengan menggunakan konsep metafora dalam arsitektur, maka karya arsitektur akan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh karya arsitektur lain yang tidak menggunakan tema ini. Bukan berarti bahwa tema yang lain lebih buruk dari metafora, tetapi tema metafora akan menghasilkan karya yang berbeda, berciri khas, unik, dan berjati diri, serta memberikan identitas tersendiri pada suatu karya arsitektur. 12

METAPHOR AS THE NEW POWER OF DESIGN DAFTAR PUSTAKA ABEL, CHRIS (1997) Architecture and Identity. : Architectural Press. ANTONIADES, ANTHONY C. (1992) Poetics of Architecture Theory of Design. New York: Van Nostrand Reinhold. HOLLIER, DENIS (1989) Against Architecture. Cambridge: MIT Press www.greatbuildings.com www.arup.com 13