BAB I Permasalahan Umum Persampahan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sampah sebagai material sisa aktivitas manusia maupun proses alam

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Sampah. Pedoman.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Implementasi Perda No 02 Tahun 2011 Di Kota Samarinda (Ghea)

V. PERAN PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PENGELOLAAN KEBERSIHAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN KOTA BANDAR LAMPUNG. Abstrak

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

KATA PENGANTAR. Mohd. Gempur Adnan

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

PERAN GENDER DALAM MENANGANI PERMASALAHAN SAMPAH. Oleh : Tri Harningsih, M.Si

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Laporan Akhir PENYUSUNAN LAYANAN PERSAMPAHAN KOTA BOGOR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN SEKTOR & ASPEK UTAMA

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 27 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DI KOTA BANDUNG

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB 3 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung yang dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

Sub Sektor : Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *)

Transkripsi:

BAB I Permasalahan Umum 1.1. Timbulan Sampah Permasalahan yang berhubungan dengan timbulan sampah antara lain sebagai berikut: Produksi sampah setiap orang rata-rata terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat ekonomi penduduk, disamping itu populasi penduduk secara keseluruhan bertambah. Komposisi sampah rumah tangga dan komersial selalu berubah dengan kecenderungan komponen sampah basah relatif berkurang, sedangkan kertas, kaca, plastik, logam, dan berbagai macam benda lain bertambah. Sampah tidak dipilah dari sumbernya sehingga pemanfaatan kembali sampah menjadi sulit dan kurang ekonomis karena membutuhkan waktu, tenaga dan biaya. Penggunaan sampah secara tradisional untuk membuat kompos telah banyak berkurang karena tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sudah tidak memungkinkan untuk membuat kompos serta kebutuhan pertanian akan kompos belum maksimal. Masih ditemukan pembuangan sampah ditempat terbuka, sehingga menimbulkan bau kurang sedap, mengganggu estetika, menimbulkan banjir, menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit dan tikus yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. 1.1. Pengelolaan Sampah Permasalahan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut: a. Pewadahan dan Pengumpulan Masih ditemukan sebagian kecil warga yang membuang sampah secara sembarangan, tanpa berfikir bagaimana sampah tersebut akan dipindahkan/diangkut. Masih ada warga yang secara sengaja membuang sampah ke CSS Bjm.Vol 3 1/23

saluran air dengan maksud agar cepat hanyut. Namun pada kenyataannya sampah mengendap dan menyumbat saluran drainase serta mengganggu aliran sungai. Fasilitas umum pewadahan sampah belum memadai secara kualitas dan kuantitas. Pengumpulan sampah hanya dilakukan pada wilayah yang padat penduduk, sedangkan pada wilayah yang jarang penduduknya, pengelolaan sampah dilakukan oleh masing-masing keluarga menurut kehendak sendiri. Kegiatan penyapuan dan pengumpulan sampah di tempat-tempat fasilitas umum (jalan, taman, trotoar, dan lain-lain) masih kurang. Sistem pengelolaan sampah yang ada belum dapat mencapai targettarget pekerjaan yang diharapkan. Dengan tingginya kepadatan penduduk dan semakin rapatnya bangunan, maka tidak banyak tersedia ruang untuk fasilitas umum persampahan, seperti tempat container, tempat pembuangan sementara (TPS), dan transfer station. Disamping itu masyarakat cenderung menolak keberadaan fasilitas tersebut di lingkungannya. Jadwal pengumpulan sampah dari rumahtangga ke tempat pembuangan sementara (TPS) dengan grobak tidak teratur waktunya sehingga sampah menginap, akibatnya dalam jangka panjang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Tempat menyimpan (wadah) sampah di masing-masing rumah tangga masih banyak yang belum memenuhi persyaratan (kesehatan dan teknis pengelolaan). Proporsi jumlah kendaraan pengumpul dengan jumlah produksi sampah belum berimbang. Disain transfer station sebagian besar secara teknis belum ideal. b. Pengangkutan Transfer station yang diharapkan dapat mempercepat pengangkutan sampah, ternyata masih berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah sementara (TPS), karena jumlah container dan truk pengangkut masih sangat kurang. CSS Bjm.Vol 3 2/23

Disain tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang ada kurang mendukung untuk mempercepat pemuatan sampah ke atas kendaraan yang digunakan. Ketersediaan alat angkut untuk mengangkut sampah dari sumber, tempat pembuangan sementara (TPS), dan transfer depo ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) tidak sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan dari seluruh Banjarmasin. Pengangkutan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) masih menggunakan kendaraan yang konstruksi dan sarananya belum seluruhnya memperhatikan resiko pencemaran lingkungan di sepanjang perjalanan. Lokasi TPS sebagian besar menempati lahan yang tidak memenuhi persyaratan. c. Pembuangan dan Pemusnahan Pembuangan/pemusnahan sampah di TPA Basirih belum menggunakan teknologi ramah lingkungan. Pengelolaaan lindi (leachate) dan gas yang dihasilkan dari TPA belum sempurna sehingga dapat mencemari air permukaan, air tanah, dan udara Pembuangan sampah secara terbuka di TPA memungkinkan sampah berserakan oleh angin, pemulung dan binatang serta menyebabkan berkembangnya vector penyakit yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Pembakaran sampah yang dapat menimbulkan gangguan lingkungan dan kesehatan masih dilakukan oelh sebagian warga. Pembuangan sampah secara sembarangan yang dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan masih dilakukan oleh sebagian warga. Belum ada upaya pengurangan timbunan sampah di TPA dalam skala besar yang dapat memperpanjang usia pakai TPA tersebut. CSS Bjm.Vol 3 3/23

d. Sampah Sebagai Sumberdaya Sebagian bahan kering dalam sampah dikumpulkan oleh pemulung dan dijual kepada pedagang dan industri untuk digunakan kembali. Namun masih banyak bahan yang berpotensi tidak diambil karena tidak memiliki nilai ekonomi tinggi. Ada sebagian profesi pemulung yang disalahgunakan untuk tindak kriminal, dan pekerjaannya sering mengganggu kegiatan operasional pengelolaan sampah di TPS dan TPA. Informasi mengenai usaha sampah yang dapat didaur ulang (kaca, kertas, kain, logam, dan plastik) dan pemasarannya belum tersebar luas. Tindakan mendaur ulang (Recycling) dan menggunakan kembali (Reuse) komponen sampah yang efektif tidak dapat berkembang sebab penduduk tidak memilah sampah di rumah sebelum dibuang, dan mereka sangat resistant terhadap ide sampah sebagai sumberdaya potensial. Masyarakat belum mengetahui tentang limbah padat B3 yang dihasilkan dari rumahtangga seperti batu baterai dan obat-obatan kadaluwarsa. e. Sistem Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah masih dilakukan secara parsial oleh banyak lembaga (tidak terpadu). Secara umum pemerintah belum memiliki rencana strategi, rencana induk, dan rencana operasional penanganan sampah skala. Pemerintah belum memiliki standar pelayanan minimum persampahan. Teknologi pengumpulan dan pembuangan sampah yang digunakan belum tepat guna dan belum efektif, sehingga merupakan pemborosan. Pengawasan terhadap sistem pengelolaan sampah masih lemah dalam sarana maupun mekanismenya. CSS Bjm.Vol 3 4/23

Mereka yang menerima manfaat dari sistem pengelolaan sampah secara formal belum seluruhnya membayar jasa pelayanan/retribusi. Sistem tarif dikembangkan alakadarnya, dan pungutan jasa pelayanan/retribusi tidak terkumpulkan sepenuhnya. Peraturan daerah (Perda) tentang persampahan belum cukup efektif untuk mengatur persampahan, dan penegakan hukumnya belum berjalan. Partisipasi swasta dalam pengelolaan sampah belum berkembang secara optimal. Gerakan kebersihan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. CSS Bjm.Vol 3 5/23

BAB II Kondisi Yang Diharapkan (Prioritas Perbaikan) Disebabkan sangat beragamnya permasalahan yang dihadapi pada subsektor pesampahan, maka prioritas perbaikan diutamakan untuk menyelesaikan permasalahan yang perlu dilaksanakan segera. 2.1. Timbulan Sampah Mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari setiap sumber penghasil sampah. Memisahkan sampah basah, sampah kering, dan B3 dari sumbernya agar pengambilan kembali sumberdaya dari sampah menjadi mudah dan ekonomis. Melakukan pembuatan kompos di setiap sumber penghasil sampah dan menggunakannya kembali untuk pertanian. Mengingatkan warga untuk memelihara kebersihan, membuang sampah pada tempatnya, memberikan penghargaan kepada mereka yang bertugas menangani sampah, serta menegakkan hukum persampahan. 2.2. Pengelolaan Sampah a. Pewadahan dan Pengumpulan Setiap rumahtangga dan tempat usaha harus memiliki wadah sampah yang sesuai dengan standar. Mencegah warga membuang sampah ke saluran air, dan mengajak warga untuk membersihkan sampah dari saluran tersebut. Setiap rumahtangga dan tempat usaha mendapat pelayanan langsung dari petugas kebersihan pemerintah. Menyediakan ruang terbuka untuk penempatan fasilitas umum persampahan, seperti tempat container, tempat pembuangan sementara (TPS), dan transfer depo.. Mengatur batas waktu pengumpulan sampah dari rumahtangga dan tempat usaha.ke tempat pembuangan sementara (TPS). CSS Bjm.Vol 3 6/23

Menambah dan mengganti alat angkut pengumpulan sampah dari rumah ke tempat pembuangan sementara (TPS). b. Pengangkutan Mengatur waktu kedatangan gerobak pengumpul dan kendaraan pengangkut sampah ke transfer depo agar tepat waktu. Merancang ulang (Redesign) tempat pembuangan sampah sementara (TPS) sehingga dapat mempercepat pemuatan sampah ke atas kendaraan pengangkut yang digunakan. Menambah jumlah dan mengganti armada pengangkut sampah agar pengangkutan dari sumber, tempat pembuangan sementara (TPS), dan transfer depo ke tempat pembuangan akhir (TPA) agar sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan dari seluruh Banjarmasin. Pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) menggunakan kendaraan yang memperhatikan aspek pemeliharaan lingkungan dan keamanan selama di perjalanan. c. Pembuangan/Pemusnahan Pembuangan/pemusnahan sampah dengan cara menggunakannya sebagai bahan untuk pengurugan dan perataan lahan harus melalui pengkajian secara menyeluruh terhadap tempat yang akan diurug dan menggunakan metoda pengurugan yang memadai agar tidak menimbulakan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Mencegah pembuangan sampah yang dilakukan secara tidak tepat, karena disamping akan menghasilkan lindi (leachate) yang dapat mencemari air permukaan dan air tanah, juga menyebakan berkembangbiaknya sumber penyakit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Segera meningkatkan lokasi tempat pembuangan akhir(tpa) sampah untuk dikembangkan menjadi tempat pembuangan akhir sampah milik yang memenuhi persyaratan. Mencegah kegiatan pembakaran sampah di daerah peran karena menimbulkan gangguan kesehatan. CSS Bjm.Vol 3 7/23

Mencegah pembuangan sampah secara sembarangan karena dapat menyebabkan gangguan terhadap lingkungan dan lingkungan. d. Sampah Sebagai Sumberdaya Meningkatkan pemanfaatan sampah rumahtangga untuk dibuat menjadi kompos, mendaur ulang plastik, kaca, dan bahan lainnya. Mendorong para petani untuk menggunakan pupuk organik agar struktur tanah yang rusak dapat diperbaiki. Mengembangkan pasar bagi bahan yang berpotensi untuk diambil kembali dari sampah. e. Sistem Pengelolaan Sampah Menyusun rencana strategi, rencana induk, dan rencana operasional pengelolaan sampah skala, dan melakukan pembagian tanggung jawab secara formal untuk melakukan pekerjaan antara pemerintah dan organisasi masyarakat. Membuat standar pelayanan minimum persampahan. Memperbaiki teknologi pengumpulan dan pembuangan sampah agar lebih efektif dan ekonomis. Meningkatkan keterampilan petugas pengelolaan sampah dan meningkatkan pengawasan. Meningkatkan penyebaran informasi dan keterbukaan. Meningkatkan penerimaan retribusi pelayanan sampah dan menyeimbangkan tarif agar sesuai dengan kebutuhan nyata pengelolaan sampah. Mengadakan perubahan terhadap Peraturan Daerah (Perda) tentang persampahan sehingga menjadi lebih efektip untuk mengatur pengelolaan persampahan, dan melaksankan penegakan hukumnya. CSS Bjm.Vol 3 8/23

BAB III Tindakan Yang Dilakukan 3.1. Timbulan Sampah Percontohan pemilahan sampah organik dan anorganik Gerakan Banjarmasin bersih Percontohan pembuatan kompos Kegiatan dalam rangka Adipura Kegiatan dalam rangka apresiasi kebersihan lainnya 3.2. Pengelolaan Sampah a. Pewadahan dan pengumpulan Pengadaan tempat sampah Pengadaan gerobak dorong Pengadaan gerobak motor sampah (Germosa) Pengoperasian dan pemeliharaan kontainer b. Pengangkutan Pengadaan dump truck Pengadaan armroll truck Pengadaan tempat pembuangan sementara (TPS) Pengadaan transfer station Pengadaan container Pengadaan Kelengkapan Sarana Kerja Kebersihan Perawatan transfer station, tempat pembuangan sementara (TPS), dan landasan kontainer Kendaraan bermotor roda 2 c. Pembuangan Pengadaan alat berat (buldozer, back-hoe, wheel loader) d. Sampah sebagai sumberdaya Pengadaan sarana dan prasarana pengolahan sampah e. Perencanaan pengelolaan sampah Evaluasi dan Monitoring Pelayanan serta Kebersihan CSS Bjm.Vol 3 9/23

BAB IV Kondisi Yang Diharapkan Kondisi pengelolaan sampah saat ini masih jauh dari keadaan yang ingin dicapai. Adapun kondisi persampahan yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat Banjarmasin adalah sebagimana yang diuraikan dibawah ini. 4.1 Timbulan Sampah Berkurangnya jumlah sampah yang harus dikelola. Terpeliharanya kebersihan dan keindahan. Tercegahnya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. 4.2 Pengelolaan Sampah a. Pewadahan dan Pengumpulan Tercegahnya warga membuang sampah sembarangan. Meningkatnya layanan pengumpulan sampah rumahtangga di setiap wilayah. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas layanan pengumpulan sampah Terpilahnya sampah organik dan anorganik di tingkat rumahtangga. b. Pengangkutan Meningkatnya jumlah pengangkutan sampah dari sumber, tempat pembuangan sementara (TPS), dan transfer station. Meningkatnya tingkat keamanan sarana dan prasaran pengangkutan sampah. Meningkatnya efisiensi dan efektifitas layanan pengangkutan sampah. c. Pembuangan dan Pemusnahan Sistem pembuangan dan pemusnahan sampah menjadi lebih baik. Terpenuhinya standar sarana dan prasarana pembuangan dan pemusnahan sampah. Terkendali dan terpantaunya dampak pembuangan dan pemusnahan sampah. CSS Bjm.Vol 3 10/23

d. Sampah Sebagai Sumberdaya Meningkatnya usaha daur ulang sampah. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat dari usaha persampahan. e. Sistem Pengelolaan Sampah Meningkatnya kinerja pengelolaan sampah baik dari aspek teknik dan keuangan. Tersedianya dokumen yang menjadi pegangan bagi operasionalisasi pengelolaan sampah skala. Terciptanya kelembagaan pengelolaan sampah yang terpadu. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. Tegaknya peraturan daerah (Perda) tentang persampahan. Meningkatkan kesejahteraan pegawai dan pengelola bidang persampahan. CSS Bjm.Vol 3 11/23

BAB V Hambatan Utama 5.1. Kebijakan Kebijakan nasional berkenaan dengan pelimpahan fungsi serta tanggungjawab persampahan belum pernah diberikan kepada pemerintah Pelimpahan peran dan tanggunjawab pada tingkat nasional tidak meliputi seluruh stakeholder Kerangkakerja hukum dan peraturan kurang efektip Pemerintah memiliki keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan penerimaan daerah Kebijakan subsidi kurang terencana dengan baik. 5.2. Kelembagaan Lembaga-lembaga pemerintah pusat tidak dapat menyediakan sanitasi secara efektip di Secara umum terdapat pemahaman yang sangat terbatas terhadap model pengelolaan yang sangat efektip untuk menyediakan layanan persampahan Pemerintah saat ini kurang memiliki kemampuan untuk mengelola persampahan secara mandiri Pengalaman swasta dalam menyediakan pelayanan persampahan terkendala oleh aturan pemerintah pusat. 5.3. Keuangan Swasta dan rumahtangga masih banyak yang tidak mau membayar biaya pengelolaan sampah Sistem pengelolaan sampah masih menjadi beban pemerintah Pemerintah tidak memiliki akses terhadap pinjaman Swasta tidak bisa berperan lebih besar dalam pendanaan persampahan. CSS Bjm.Vol 3 12/23

5.4. Teknologi Terdapat kebimbangan pilihan teknologi pengelolaan sampah antara profit centre dan cost centre Norma-norma dan standar-standar teknologi, lingkungan hidup, dan kesehatan yang mendukung penyelesaian secara teknik belum bisa disediakan. 5.5. Partisipasi Keterlibatan konsumen dan masyarakat umum dalam pembuatan keputusan oleh pemerintah pusat tidak diterima selebar-lebarnya sebagai sesuatu yang penting untuk keberhasilan program persampahan Keterlibatan lembaga-lembaga stakeholder memerlukan pendekatan yang berbeda dari pendekatan yang tepat untuk rumahtangga kurang memiliki kapasitas dalam partisipasi dan promosi pengelolaan sampah. 5.6. Lingkungan Hidup Kebutuhan dana untuk pengelolaan sampah dalam rangka melestarikan lingkungan hidup bersaing dengan kebutuhan dana untuk keperluan lain. 5.7. Kesehatan Perubahan perilaku bersih dan sehat kurang karena kurang promosi dan sosialisasi. CSS Bjm.Vol 3 13/23

BAB VI TARGET PERSAMPAHAN KOTA BANJARMASIN 6.1. Target Banjarmasin s/d Tahun 2012 Data persampahan ini diambil dari Buku Putih menurut data tahun 2006 antara lain mencakup jumlah penduduk tahun 2006, laju generasi sampah, timbulan sampah, kapasitas sampah terangkut, sampah yang dimanfaatkan dan sampah yang tidak terangkut. Tabel Target Banjarmasin s/d tahun 2012 No Uraian Satuan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1 2 3 4 5 6 7 Laju generasi sampah Jumlah penduduk Kapasitas sampah /hari Persen sampah terangkut Kapasitas sampah terangkut Kapasitas sampah tak terangkut Sampah yg dimanfaatkan m3/hari 0.0025 0.0026 0.0026 0.0027 0.0027 0.0028 0.0029 jiwa 602,725 632,620 663,998 696,932 731,500 767,783 805,865 m3/hari 1,507 1,645 1,726 1,882 1,975 2,150 2,337 % 50% 55% 60% 63% 66% 68% 70% m3/hari 753 905 1036 1,185 1,304 1,462 1,636 % 40% 30% 25% 20% 15% 12% 10% % 10% 15% 15% 17% 19% 20% 20% CSS Bjm.Vol 3 14/23

6.2. Target Kapasitas Sampah Terangkut s/d Tahun 2012 A. Tabel Kapasitas Sampah Terangkut s/d Tahun 2012 No Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Kapasitas sampah (L/hari) Kapasitas sampah terangkut (L/hari) 1 2006 602,725 1,506,813 753,406 2 2007 632,620 1,644,812 904,647 3 2008 663,998 1,726,395 1,035,837 4 2009 696,932 1,881,718 1,185,482 5 2010 731,500 1,975,051 1,303,533 6 2011 767,783 2,149,792 1,461,858 7 2012 805,865 2,337,008 1,635,905 B. Grafik Kapasitas Sampah Terangkut s/d Tahun 2012 2,500,000 Target kapasitas sampah terangkut s/d th 2012 2,000,000 1,500,000 1,000,000 Jumlah penduduk (jiw a) Kapasitas sampah (L/hari) Kapasitas sampah terangkut (L/hari) 500,000-2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 tahun CSS Bjm.Vol 3 15/23

BAB VII PROGRAM & RENCANA KEGIATAN PERSAMPAHAN KOTA BANJARMASIN 7.1. Tahun 2008 A. DKPS NO PROGRAM KEGIATAN Pelaksana 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelola 1 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan 1.1 Komposter Aerob Instansi Terkait Waktu Pelaksanaan Alokasi x1000 DKPS 6 Bln 115,000 1.2 Rehabilitasi TPS Banjarmasin DKPS 6 Bln 115,000 1.3 Pengadaan Motor/Becak/Gerobak Sampah DKPS 6 Bln 170,000 Sumber 1.4 Pengadaan Alat Angkut Sampah a. Kendaraan Roda 2 1.5 Pengadaan Alat Berat a. Loader 1 Unit DKPS 3 Bln 1,100,000 DKPS DKPS 3 Bln 1,000,000 1.6 Pengadaan Tong Sampah DKPS 3 Bln 150,000 2 Peningkatan Operasi & Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan DKPS 12 Bln 6,693,939 3 Kerjasama Pengelolaan Sampah DKPS 12 Bln 2,850,000 CSS Bjm.Vol 3 16/23

NO PROGRAM KEGIATAN Pelaksana 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelola 4 Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Sampah (Penegakkan Hukum Yustisi Perda No.4 Tahun 2000) 5 Penyusunan Kebijakkan Kerjasama Pengelolaan Sampah Instansi Terkait Waktu Pelaksanaan Alokasi x1000 DKPS 6 Bln 160,000 DKPS LSM, Infokom 6 Bln 754,700 6 Pengembangan Teknologi Pengelolaan DKPS 6 Bln 167,866 Sumber TOTAL 13,276,505 CSS Bjm.Vol 3 17/23

7.2. Tahun 2009 A. DKPS NO PROGRAM KEGIATAN Pelaksana 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelola 1 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan 1.1 Komposter Aerob 1.2 Pengadaan Tanah Untuk Transfer Station di 5 Kecamatan 1.3 1.4 Rehabilitasi TPS Banjarmasin Pengadaan Motor/Becak/Gerobak Sampah 1.5 Pengadaan Alat Angkut Sampah a. Compector Instansi Terkait Waktu Pelaksanaan Alokasi x1000 DKPS 6 Bln 126,500 DKPS 6 Bln 1,000,000 DKPS 6 Bln 126,500 DKPS 3 Bln 187,000 DKPS 3 Bln 800,000 b. Kendaraan Roda 3 DKPS 3 Bln 1,210,000 1.6 Pengadaan Tong Sampah DKPS 3 Bln 165,000 1.7 Rehabilitasi Tanggul air Lindi TPA Basirih 1.8 Rehabilitasi TPA Basirih Tahap I 2 Peningkatan Operasi & Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan DKPS 6 Bln 1,000,000 DKPS 20,000,000 DKPS 12 Bln 12,923,469.9 Sumber CSS Bjm.Vol 3 18/23

NO PROGRAM KEGIATAN Pelaksana Instansi Terkait Waktu Pelaksanaan Alokasi x1000 Sumber 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelola 3 Kerjasama Pengelolaan Sampah DKPS 12 Bln 3,135,000 4 Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Sampah (Penegakkan Hukum Yustisi Perda No.4 Tahun 2000) DKPS 6 Bln 176,000 5 Pengembangan Teknologi Pengelolaan DKPS 6 Bln 887,553 TOTAL 41,737,023 CSS Bjm.Vol 3 19/23

7.3. Tahun 2010 A. DKPS NO PROGRAM KEGIATAN Pelaksana 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelola 1 Penyediaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan 1.1 Komposter Aerob Instansi Terkait Waktu Pelaksanaan Alokasi x1000 DKPS 6 Bln 139,150 1.2 Pembangunan Transfer Station Di 5 Kecamatan DKPS 6 Bln 1,250,000 1.3 Rehabilitasi TPS Banjarmasin DKPS 6 Bln 139,150 1.4 Pengadaan Motor/Becak/Gerobak Sampah DKPS 3 Bln 205,700 Sumber 1.5 Pengadaan Alat Angkut Sampah a. Kendaraan Roda 3 b. Dump Truck DKPS 3 Bln 1,331,000 DKPS 3 Bln 1,000,000 1.6 Pengadaan Tong Sampah DKPS 3 Bln 181,500 1.7 Rehabilitasi Tanggul air Lindi TPA Basirih DKPS 6 Bln 1,000,000 1.8 Rehabilitasi TPA Basirih Tahap II DKPS 29,000,000 2 Peningkatan Operasi & Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Pengelolaan DKPS 12 Bln 12,582,306 3 Kerjasama Pengelolaan Sampah DKPS 12 Bln 3,448,500 CSS Bjm.Vol 3 20/23

NO PROGRAM KEGIATAN Pelaksana 1 Program Pengembangan Kinerja Pengelola 4 Sosialisasi Kebijakan Pengelolaan Sampah (Penegakkan Hukum Yustisi Perda No.4 Tahun 2000) Instansi Terkait Waktu Pelaksanaan Alokasi x1000 DKPS 6 Bln 193,600 TOTAL 50,470,906 Sumber CSS Bjm.Vol 3 21/23

BAB VIII LEMBAGA PELAKSANAAN 8.1. Pemerintah Pusat Pemerintah pusat dalam pengelolaan sampah berperan sebagai lembaga pengatur dengan tugas: membuat undang-undang dan peraturan tentang sanitasi secara umum yang mengatur kesehatan dan kebersihan di rumahtangga; dan membuat undang-undang dan peraturan tentang sumberdaya yang mengatur tata-cara pengelolaan dan menanfaatan sumberdaya termasuk sampah. Membuat undang-undang dan peraturan tentang pengelolaan limbah rumahtangga. 8.2. Pemerintah Pemerintah dalam pengelolaan sampah berperan sebagai lembaga pengatur dan sekaligus pelaksana pengelolaan sampah dengan tugas: Membuat peraturan daerah tentang pengelolaan sampah di Melaksanakan peraturan daerah tentang pengelolaan sampah Menyediakan layanan pengelolaan sampah; Melakukan pengawasan pengelolaan sampah. Pemerintah dalam menjalankan fungsinya telah melimpahkan wewenang kepada Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk melaksanakan dan pengawasan peraturan pengelolaan sampah tersebut. Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Dinas Kebersihan dan Pertamanan didukung oleh Dinas-dinas lain yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pengelolaan sampah. 8.3. Lembaga Usaha Swasta Lembaga usaha swasta berperan sebagai mitra pemerintah dalam pengelolaan sampah, baik sebagai investor yang mendanai kegiatan pengelolaan sampah, termasuk daur ulang, maupun sebagai kontraktor CSS Bjm.Vol 3 22/23

pelaksana pengelolaan sampah dari satuan kerja pemerintah daerah (SKPD). 8.4. Lembaga Swadaya Masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berperan sebagai mitra pemerintah dalam pengelolaan sampah, baik sebagai perintis kegiatan maupun sebagai donor dalam penyediaan dana bagi kegiatan yang mendukung pengelolaan sampah, meliputi pengumpulan, pengangkutan, atau daur ulang, maupun sebagai pelaksana pengelolaan sampah. 8.5. Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan Kelurahan Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), dan Kelurahan berperan sebagai mitra pemerintah, baik sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam penyediaan layanan pengelolaan sampah, maupun kegiatan kemasyarkatan termasuk penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, daur ulang, maupun sebagai pelaksana pengelolaan sampah. 8.6. Masyarakat Masyarakat berperan sebagai pelaku pengelolaan sampah yang sebenarnya. Penyediaan layanan oleh pemerintah, atau pihak lain tidak melepaskan tanggungjawab masyarakat secara keseluruhan dari pengelolaan sampah. Masyarakat secara umum akan menanggung resiko secara langsung dari dampak yang ditimbulakan akibat pengelolaan sampah yang buruk atau tidak memenuhi syarat keamanan lingkungan. CSS Bjm.Vol 3 23/23