SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016

-2- pada Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun, Perusahaan Pembiayaan, atau Perusahaan Penjaminan.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

PERATURAN MENGENAI PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.

- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DI INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

-1- LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2016

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

Peraturan mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan:

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK

BAGIAN KEDUA LAMPIRAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PSP, CALON ANGGOTA DIREKSI DAN CALON ANGGOTA

PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.05/2015 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /SEOJK.05/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT PERNYATAAN. Nama :... No. Kartu Identitas :... Tempat/ Tanggal Lahir :... Alamat :...

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR./SEOJK.03/2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 9 /PBI/2012 TENTANG UJI KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

- 2 - RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2016 TENTANG LEMBAGA PENDANAAN EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KOMISARIS PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI Jl.Raya Puputan No. 198, Niti Mandala, Denpasar Telp. (0361)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

USULAN. Menimbang: c.! bahwa untuk mendukung mewujudkan perizinan prima diperlukan pelayanan perizinan yang lebih cepat, tepat, mudah dan transparan;

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

BAGIAN PERTAMA LAMPIRAN DOKUMEN PERSYARATAN ADMINISTRATIF PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, CALON ANGGOTA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16/SEOJK.03/2015 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 44 /SEOJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMINAN

PRESS RELEASE PENERBITAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 222/PMK.010/2008 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAN PERUSAHAAN PENJAMINAN ULANG KREDIT

NOMOR 152/PMK.010/2012 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN. BAB I KETEN

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

penerimaan atau penolakan pertanggungan dan/atau klaim

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.04/2015 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.11/ 9 /DPbS Jakarta, 7 April 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

Yth. 1. Perusahaan Asuransi; 2. Perusahaan Asuransi Syariah; 3. Perusahaan Reasuransi; dan 4. Perusahaan Reasuransi Syariah di tempat.

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 9 /SEOJK.05/2018

Perusahaan adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah. 4. Perusahaan Asu

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13 /POJK.03/2017 TENTANG PENGGUNAAN JASA AKUNTAN PUBLIK DAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DALAM KEGIATAN JASA KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

No. 11/ 24 /DPbS Jakarta, 29 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

No. 14/ 25 /DPbS Jakarta, 12 September 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

2 Sehubungan dengan hal tersebut diperlukan proses uji kemampuan dan kepatutan terhadap calon pemilik dan calon pengelola perbankan syariah melalui pe

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2017 TENTANG PERMOHONAN PERIZINAN, PERSETUJUAN DAN PELAPORAN SECARA ELEKTRONIK BAGI

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 46 /SEOJK.03/2016 TENTANG BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /SEOJK.05/2017 TENTANG PENDAFTARAN, PERIZINAN USAHA, DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PERGADAIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 20/POJK.03/2014 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - GUBERNUR BANK INDONESIA,

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2017 TENTANG PELAYANAN PERMOHONAN PERIZINAN, PERSETUJUAN DAN PELAPORAN SECARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 /POJK.05/2016 TENTANG USAHA PERGADAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN KERJA DAN KODE ETIK DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS

No.14/36/DKBU Jakarta, 21 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

- 1 - FORMULIR 1 PERMOHONAN PENDAFTARAN PENYELENGGARA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../SEOJK.05/2017 TENTANG PELAYANAN PERMOHONAN PERIZINAN, PERSETUJUAN DAN PELAPORAN SECARA

No. 9/32/DPNP Jakarta, 12 Desember 2007 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Kepemilikan Tunggal pada Perbankan Indonesia

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2018 TENTANG PERIZINAN WAKIL PENJAMIN EMISI EFEK DAN WAKIL PERANTARA PEDAGANG EFEK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN /POJK.04/2014 TENTANG AHLI SYARIAH PASAR MODAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/22/PBI/2004 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

Transkripsi:

Yth. 1. Direksi Perusahaan Perasuransian; 2. Pengurus dan Pelaksana Tugas Pengurus Dana Pensiun; 3. Direksi Perusahaan Pembiayaan; 4. Direksi Lembaga Penjamin; 5. Direksi Perusahaan Modal Ventura; dan 6. Direksi Perusahaan Pergadaian; di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN NON-BANK Sehubungan dengan amanat ketentuan Pasal 35 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor./POJK /2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Pihak Utama Pada Lembaga Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor.), perlu untuk mengatur ketentuan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi pihak utama pada Industri Keuangan Non-Bank dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan sebagai berikut: I. KETENTUAN UMUM Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor./POJK /2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi Pihak Utama Pada Lembaga Jasa Keuangan, dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank yang selanjutnya disingkat LJKNB adalah lembaga jasa keuangan sebagaimana dimaksud

-2- dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang melaksanakan kegiatan di sektor keuangan non-bank, meliputi: a. Perusahaan Perasuransian adalah perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, perusahaan reasuransi syariah, perusahaan pialang asuransi, perusahaan pialang reasuransi, dan perusahaan penilai kerugian asuransi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian; b. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun, termasuk yang menjalankan seluruh kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah; c. Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang dan/atau jasa, termasuk yang melakukan seluruh kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai perusahaan pembiayaan dan perusahaan pembiayaan syariah; d. Lembaga Penjamin adalah perusahaan penjaminan, perusahaan penjaminan syariah, perusahaan penjaminan ulang, dan perusahaan penjaminan ulang syariah yang menjalankan kegiatan penjaminan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2016 tentang Penjaminan; e. Perusahaan Modal Ventura yang selanjutnya disingkat PMV adalah badan usaha yang melakukan kegiatan usaha modal ventura, termasuk yang melakukan seluruh kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai

-3- perusahaan modal ventura dan perusahaan modal ventura syariah; f. Perusahaan Pergadaian adalah perusahaan pergadaian swasta dan perusahaan pergadaian pemerintah, termasuk yang melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai usaha pergadaian; 2. Pihak Utama adalah pihak yang memiliki, mengelola, mengawasi, dan/atau mempunyai pengaruh yang signifikan pada LJKNB. 3. Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut dengan PSP adalah badan hukum, orang perseorangan dan/atau kelompok usaha yang memiliki saham atau yang setara dengan saham LJKNB dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pengendalian atas LJKNB. 4. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disingkat dengan RUPS adalah rapat umum pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bagi LJKNB yang berbentuk perseroan terbatas atau yang setara dengan RUPS bagi LJKNB yang berbentuk badan hukum koperasi, usaha bersama, dana pensiun, perusahaan umum, perusahaan daerah, perusahaan umum daerah, atau perusahaan perseroan daerah atau badan usaha perseroan komanditer. 5. Direksi adalah direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bagi LJKNB yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas atau yang setara dengan Direksi bagi LJKNB yang berbentuk badan hukum koperasi, usaha bersama, dana pensiun, perusahaan umum, perusahaan daerah, perusahaan umum daerah, perusahaan perseroan daerah, atau badan usaha perseroan komanditer. 6. Dewan Komisaris adalah dewan komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bagi LJKNB yang berbentuk perseroan terbatas atau

-4- yang setara dengan Dewan Komisaris bagi LJKNB yang berbentuk badan hukum koperasi, usaha bersama, dana pensiun, perusahaan umum, perusahaan daerah, perusahaan umum daerah, perusahaan perseroan daerah, atau badan usaha perseroan komanditer. 7. Dewan Pengawas Syariah adalah pengawas yang direkomendasikan oleh Dewan Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia yang ditempatkan di LJKNB atau unit syariah yang bertugas mengawasi kegiatan usaha perusahaan agar sesuai dengan prinsip syariah. 8. Pengendali Perusahaan Perasuransian adalah pihak yang secara langsung atau tidak langsung mempunyai kemampuan untuk menentukan Direksi dan Dewan Komisaris dan/atau mempengaruhi tindakan Direksi, Dewan Komisaris pada Perusahaan Perasuransian. 9. Pengendalian adalah suatu tindakan yang bertujuan untuk mempengaruhi pengelolaan dan/atau kebijakan perusahaan, termasuk pada LJKNB, dengan cara apapun, baik secara langsung maupun tidak langsung. 10. Auditor Internal adalah pejabat pada Perusahaan Perasuransian yang bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses tata kelola perusahaan yang bekerja secara independen dan sesuai dengan standar praktik yang berlaku. 11. Aktuaris Perusahaan adalah pejabat pada perusahaan asuransi, perusahaan asuransi syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan reasuransi syariah yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengelola dampak keuangan dari risiko yang dihadapi perusahaan yang bekerja secara independen dan sesuai dengan standar praktik yang berlaku. 12. Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK adalah Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.

-5- II. CAKUPAN PIHAK YANG MENGIKUTI PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN 1. Penilaian kemampuan dan kepatutan dilakukan terhadap pihak yang dicalonkan sebagai Pihak Utama. 2. Pihak Utama yang wajib mengikuti penilaian kemampuan dan kepatutan meliputi: a. PSP, antara lain: 1) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang akan melakukan pembelian, menerima hibah, menerima hak waris atau bentuk lain pengalihan hak atas saham LJKNB sehingga yang bersangkutan akan menjadi PSP; 2) pemegang saham LJKNB yang tidak tergolong sebagai PSP (non PSP) yang melakukan pembelian saham LJKNB, menerima hibah saham LJKNB menerima hak waris atau bentuk lain pengalihan hak atas saham LJKNB, sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP; 3) non PSP yang melakukan penambahan setoran modal sehingga mengakibatkan yang bersangkutan menjadi PSP; 4) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP pada LJKNB hasil penggabungan (merger); 5) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP LJKNB hasil peleburan (konsolidasi); dan/atau 6) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang akan menjadi PSP pada LJKNB yang akan didirikan. b. Pengendali Perusahaan Perasuransian, antara lain: 1) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang merupakan pemegang saham Perusahaan Perasuransian

-6- dan memenuhi kriteria sebagai PSP; 2) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang bukan merupakan pemegang saham Perusahaan Perasuransian namun ditetapkan oleh Perusahaan Perasuransian sebagai pengendali, termasuk badan perwakilan anggota pada perusahaan asuransi yang berbentuk badan hukum usaha bersama; 3) orang perseorangan dan/atau badan hukum yang bukan merupakan pemegang saham Perusahaan Perasuransian namun ditetapkan oleh OJK sebagai pengendali; c. Pihak Utama selain PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian yang terdiri dari anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan, antara lain: 1) orang perseorangan yang belum pernah menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan pada LJKNB, yang dicalonkan menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan pada LJKNB; 2) orang perseorangan yang sedang menjabat sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan pada LJKNB, yang dicalonkan menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan, pada LJKNB lain, baik pada sektor jasa keuangan yang sama maupun yang berbeda; 3) orang perseorangan yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan pada LJKNB, yang dicalonkan menjadi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris,

-7- anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan, pada LJKNB yang sama atau pada LJKNB lainnya; 4) anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan yang akan beralih jabatan pada perusahaan yang sama, antara lain: a) anggota Dewan Komisaris yang akan beralih jabatan menjadi anggota Direksi pada perusahaan yang sama; b) anggota Dewan Komisaris yang akan beralih jabatan menjadi komisaris independen pada perusahaan yang sama sepanjang telah memenuhi persyaratan terkait komisaris independen; c) anggota Direksi yang akan beralih jabatan menjadi anggota Dewan Komisaris pada perusahaan yang sama; d) anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi yang akan beralih jabatan ke jabatan yang lebih tinggi pada perusahaan yang sama, antara lain: (1) anggota Dewan Komisaris yang akan diangkat menjadi komisaris utama/wakil komisaris utama atau yang setara dengan itu pada perusahaan yang sama; (2) anggota Direksi yang akan diangkat menjadi direktur utama/wakil direktur utama atau yang setara dengan itu pada perusahaan yang sama; 5) anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan yang berasal dari LJKNB yang melakukan penggabungan atau peleburan, antara lain: a) orang perseorangan yang akan menjadi anggota

-8- Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada LJKNB hasil penggabungan yang berasal dari LJKNB yang menggabungkan ; b) orang perseorangan yang akan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi pada LJKNB hasil penggabungan yang berasal dari LJKNB yang menerima penggabungan termasuk perpanjangan jabatan; c) orang perseorangan yang akan menjadi anggota Dewan Komisaris atau anggota Direksi LJKNB hasil peleburan yang berasal dari LJKNB yang melakukan peleburan; 3. Pemegang Saham Pengendali sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah orang perseorangan, badan hukum, dan/atau kelompok usaha yang: a. memiliki saham atau modal sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau b. memiliki saham atau modal kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian pada Perusahaan Perasuransian, Perusahaan Pembiayaan, atau Lembaga Penjamin, baik secara langsung maupun tidak langsung. 4. Penilaian kemampuan dan kepatutan tidak dilakukan terhadap perpanjangan jabatan pada perusahaan yang sama bagi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan, kecuali perpanjangan jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf c angka 10). Termasuk dalam pengertian perpanjangan jabatan adalah setiap penugasan kembali dalam jabatan yang sama, setara, atau lebih rendah, baik sebelum maupun sesudah masa jabatan yang bersangkutan berakhir, antara lain:

-9- a. direktur pemasaran yang diangkat kembali menjadi direktur pemasaran pada perusahaan yang sama; b. direktur keuangan yang diangkat menjadi direktur pengelolaan risiko pada perusahaan yang sama; c. direktur utama yang diangkat menjadi direktur pada perusahaan yang sama; atau d. komisaris utama yang diangkat menjadi komisari pada perusahaan yang sama. 5. Perpanjangan jabatan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan tersebut dilaporkan kepada OJK sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada masing-masing LJKNB. III. PERSYARATAN DALAM PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN A. Persyaratan Integritas 1. Penilaian persyaratan integritas, dilakukan untuk memastikan tingkat kepatuhan dan itikad baik para Pihak Utama untuk mengelola, mengawasi dan/atau melaksanakan proses bisnis sehingga perusahaan di sektor LJKNB mampu memenuhi kewajibannya kepada pemegang polis, peserta, penerima jaminan, kreditur, atau konsumen. 2. Kriteria penilaian persyaratan integritas bagi Pihak Utama, meliputi: a. cakap melakukan perbuatan hukum; b. memiliki akhlak dan moral yang baik, paling sedikit ditunjukkan dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku, termasuk tidak pernah dihukum karena terbukti melakukan tindak pidana, meliputi: 1) tindak pidana di sektor jasa keuangan, yaitu tindak pidana perbankan, di bidang pasar modal dan di bidang LJKNB yang terbukti dilakukan dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan, antara lain dibuktikan dengan:

-10- a) perbuatan pidana atau berindikasi pidana yang dilakukan atau melibatkan Pihak Utama yang dinilai sebagai pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang LJK. Perbuatan-perbuatan tersebut antara lain tindak pidana di bidang perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, penjaminan, pembiayaan, modal ventura dan/atau pergadaian; dan/atau b) perbuatan pidana atau berindikasi pidana yang dilakukan atau melibatkan Pihak Utama yang dinilai sebagai pelanggaran atas peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian. Perbuatan-perbuatan tersebut antara lain tindak pidana di bidang keuangan negara, pencucian uang, OJK, perpajakan, dan/atau bea dan cukai, 2) tindak pidana kejahatan, yaitu tindak pidana yang tercantum dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) dan/atau yang sejenis KUHP di luar negeri dengan ancaman hukuman pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih yang terbukti dilakukan dalam waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan; 3) tindak pidana lainnya dengan ancaman hukuman pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih, antara lain korupsi, pencucian uang, narkotika/psikotropika, penyelundupan, kepabeanan, cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, pemalsuan uang, dibidang perpajakan, dibidang kehutanan, dibidang lingkungan hidup, dibidang kelautan dan perikanan, yang terbukti dilakukan dalam waktu 20 (dua puluh) tahun terakhir sebelum dicalonkan;

-11-4) yang dimaksud dengan sebelum dicalonkan sebagaimana dimaksud pada angka 1), 2), dan 3) adalah terhitung sejak yang bersangkutan dibebaskan sampai dengan tanggal surat permohonan LJKNB kepada OJK; 5) yang dimaksud dengan sikap mematuhi ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada huruf b antara lain mempertimbangkan catatan negatif yang bersangkutan yang terdapat pada lembaga penegak hukum dan/atau otoritas lain, c. memiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan mendukung kebijakan OJK, antara lain dibuktikan dengan: 1) tidak pernah melanggar prinsip kehati-hatian di bidang lembaga jasa keuangan, antara lain berupa: a) lalai atau secara sengaja melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam pengelolaan keuangan perusahaan yang menyebabkan kondisi keuangan perusahaan mengalami kerugian besar atau menjadi insolven; b) lalai atau secara sengaja melakukan pembayaran klaim kepada pihak yang tidak berhak misalnya melakukan pembayaran klaim tanpa didahului verifikasi yang memadai; c) melakukan penutupan asuransi atau pemberian penjaminan tanpa disertai proses underwriting atau analisis pemberian penjaminan yang memadai; d) melakukan penutupan asuransi atau pemberian penjaminan di atas retensi sendiri yang tidak disertai dengan dukungan reasuransi atau penjaminan ulang secara

-12- penuh; e) melakukan penempatan reasuransi atau penjaminan ulang ke luar negeri tanpa meneliti/memeriksa kondisi perusahaan reasuransi atau penjaminan ulang yang bersangkutan; f) melakukan penetapan atas penilaian kerugian yang tidak didasarkan pada kode etik profesi dan atau praktik umum yang sehat, bagi perusahaan penilai kerugian asuransi; g) memberikan pinjaman atau penetapan jumlah cadangan teknis yang tidak didasarkan pada norma, kode etik profesi dan atau praktik umum yang sehat; h) tidak atau terlambat melakukan pembayaran premi kepada penanggung terhadap premi yang telah diterima; i) melakukan tindakan yang melanggar kode etik profesi; j) tidak melakukan tahapan transaksi keuangan sesuai ketentuan yang berlaku; k) tidak melakukan verifikasi yang memadai dalam proses pembayaran manfaat pensiun; l) tidak melakukan pengkajian yang memadai dalam proses pembelian/pelepasan kekayaan; dan/atau m) melakukan penggelapan pada barang gadai, 2) tidak pernah melanggar peraturan perundangundangan di bidang lembaga jasa keuangan. Pihak Utama yang termasuk dalam kriteria dimaksud apabila melakukan perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan di bidang lembaga

-13- jasa keuangan dalam kedudukan atau jabatannya yang mengakibatkan perusahaan atau pihak yang dinilai tidak memenuhi ketentuan perundangundangan di bidang lembaga jasa keuangan dan dikenakan sanksi administratif oleh pembina dan pengawas sektor jasa keuangan. d. memiliki komitmen terhadap pengembangan LJKNB yang sehat, antara lain dibuktikan dengan: 1) penyampaian rencana calon PSP dan/atau calon Pengendali Perusahaan Perasuransian terhadap pengembangan operasional LJKNB yang sehat, yang paling kurang memuat arah dan strategi pengembangan LJKNB, dan rencana penguatan permodalan LJKNB untuk jangka waktu paling kurang 3 (tiga) tahun; 2) tidak pernah melanggar komitmen yang telah disepakati dengan instansi pembina dan pengawas LJKNB yaitu perbuatan tidak memenuhi komitmen untuk melaksanakan sebagian atau seluruh komitmen yang diperjanjikan yang dimuat dalam risalah rapat, berita acara atau yang dinyatakan dalam surat pernyataan komitmen perusahaan, antara lain tidak melaksanakan: a) rekomendasi laporan hasil pemeriksaan; b) program dalam rangka penyehatan perusahaan atau Dana Pensiun; dan c) penyelesaian kewajiban perusahaan kepada pemegang polis, peserta, penerima jaminan, kreditur, atau konsumen yang telah disepakati. 3) memiliki komitmen untuk tidak melakukan dan/atau mengulangi perbuatan dan/atau tindakan yang menyebabkan yang bersangkutan

-14- tercantum dalam daftar pihak yang dilarang sebagai Pihak Utama, bagi calon yang pernah tercantum dalam daftar pihak yang dilarang sebagai Pihak Utama. 4) tidak pernah melakukan perbuatan yang memberikan keuntungan secara tidak wajar kepada pemegang saham, Pihak Utama, pegawai dan/atau pihak lain yang dapat merugikan atau mengurangi hak pemegang polis, konsumen, kreditur, atau peserta, antara lain melakukan: a) penolakan klaim yang layak bayar atau mengabulkan klaim yang tidak layak bayar, tanpa alasan yang memadai; b) pembayaran klaim yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai yang seharusnya dibayar, tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; c) perumusan manfaat pensiun yang tidak wajar kepada sebagian peserta; d) pemberian pembiayaan kepada konsumen dengan mekanisme dan/atau jumlah yang tidak wajar; e) penolakan pembayaran kelebihan uang pelelangan barang jaminan kepada konsumen tanpa alasan yang memadai; f) pengembalian pembayaran kelebihan uang pelelangan barang jaminan kepada konsumen tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; g) pembayaran klaim fiktif dan/atau rekayasa; h) pengalihan kekayaan perusahaan atau Dana Pensiun kepada pemilik, komisaris, direksi, pegawai atau pihak lainnya secara tidak wajar

-15- baik mengenai nilai maupun transaksinya; i) pemberian komisi (fee) atas transaksi penutupan asuransi mekanisme dan jumlah yang tidak wajar; j) penetapan imbal jasa penjaminan atau pemberian komisi agen penjaminan dengan mekanisme dan/atau jumlah yang tidak wajar; k) pembelian kekayaan perusahaan atau Dana Pensiun dengan harga di atas harga pasar secara tidak wajar; l) pembelian kekayaan menggunakan dana perusahaan atau Dana Pensiun yang kepemilikannya diatasnamakan pihak lain; dan/atau m) pemberian gaji dan fasilitas yang sangat berlebihan kepada pengurus dan karyawan perusahaan atau Dana Pensiun, 5) tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kewenangannya atau di luar kewenangannya yaitu apabila berdasarkan informasi dari perusahaan, Pihak Utama dimaksud melakukan perbuatan yang melanggar anggaran dasar perusahaan, standard operating procedure (SOP) perusahaan dan/atau kontrak kerja dengan perusahaan; dan/atau 6) tidak pernah dinyatakan tidak mampu menjalankan kewenangannya, yaitu apabila berdasarkan informasi dari perusahaan, Pihak Utama melakukan perbuatan yang melanggar anggaran dasar perusahaan, standard operating procedure (SOP) perusahaan dan/atau kontrak kerja dengan perusahaan. e. tidak termasuk sebagai pihak yang dilarang untuk

-16- menjadi pemegang saham atau pihak yang mengelola, mengawasi, dan/atau mempunyai pengaruh yang signifikan pada LJKNB, yaitu apabila berdasarkan informasi yang diperoleh dari OJK dan/atau otoritas lain, Pihak Utama masuk dalam daftar tidak lulus yang diterbitkan oleh OJK dan/atau otoritas tersebut; B. Persyaratan Reputasi Keuangan 1. Penilaian terhadap faktor reputasi keuangan dilakukan untuk menilai kemampuan keuangan dan menilai keterlibatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, Aktuaris Perusahaan, dan Pengendali Perusahaan Perasuransian dalam kriteria faktor reputasi keuangan. 2. Kriteria penilaian persyaratan reputasi keuangan bagi Pihak Utama sebagaimana dimaksud angka 1, meliputi: a. tidak memiliki kredit dan/atau pembiayaan macet; dan b. tidak pernah dinyatakan pailit dan/atau tidak pernah menjadi pemegang saham, Pengendali Perusahaan Perasuransian yang bukan merupakan pemegang saham, anggota Direksi, atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun terakhir sebelum dicalonkan. 3. Pengertian kredit macet sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a tidak termasuk kredit macet yang berasal dari tagihan annual fee kartu kredit, biaya administrasi kartu kredit, dan/atau tagihan lainnya terkait kartu kredit yang bukan berasal dari transaksi pemakaian kartu kredit. C. Persyaratan Kelayakan Keuangan 1. Penilaian terhadap persyaratan kelayakan keuangan dilakukan untuk menilai kemampuan keuangan PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian yang merupakan pemegang saham dalam kriteria faktor reputasi keuangan.

-17-2. Kriteria penilaian persyaratan kelayakan keuangan, meliputi: a. memiliki reputasi keuangan sebagaimana dimaksud pada huruf B angka 2; b. memiliki kemampuan keuangan yang dapat mendukung perkembangan bisnis LJKNB, yaitu: 1) posisi keuangan PSP perorangan yang mampu mendukung perkembangan bisnis perusahaan, disertai surat pernyataan dari PSP perorangan bahwa yang bersangkutan memiliki kemampuan keuangan, hal tersebut dapat disertai bukti pendukung; dan 2) posisi laporan keuangan tahunan terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi PSP badan hukum, antara lain: posisi likuiditas, posisi solvabilitas, posisi penempatan investasi, posisi return on assets dan posisi return on equity, dan c. memiliki komitmen untuk melakukan upaya-upaya yang diperlukan apabila LJKNB menghadapi kesulitan keuangan. D. Persyaratan Kompetensi 1. Penilaian terhadap faktor kompetensi dilakukan untuk menilai pengetahuan yang dimiliki anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan agar memadai dan relevan dengan jabatannya. 2. Kriteria penilaian faktor kompetensi bagi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan, meliputi penilaian terhadap: a. pengetahuan dan kemampuan pengelolaan strategis yang dilakukan untuk memastikan bahwa: 1) anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota

-18- Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal memiliki pengetahuan yang memadai dan relevan dengan jabatannya, antara lain dibuktikan dengan: a) pengetahuan mengenai struktur organisasi, manajemen, uraian tugas, dan tanggung jawab; b) kemampuan potensial untuk melakukan analisis proses bisnis, memimpin organisasi, dan mengelola sumber daya manusia untuk mencapai tujuan organisasi; c) pengetahuan dasar pengawasan meliputi pengendalian internal; d) pengetahuan dasar terkait kepemimpinan dan manajemen konflik; dan/atau e) kemampuan melakukan evaluasi terhadap kewajiban perusahaan dan aspek teknis aktuaris lainnya, 2) anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan memiliki pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan, antara lain dibuktikan dengan: a) pemahaman terhadap peraturan perundangundangan di bidang lembaga jasa keuangan, diutamakan atas peraturan perundangundangan pada industri yang akan dijabat oleh Pihak Utama. b) pemahaman dasar terhadap peraturan perundang-undangan lain yang relevan, antara lain pemahaman atas peraturan perundangundangan di bidang perseroan terbatas, OJK, kepailitan, dan tindak pidana pencucian uang dan peraturan pelaksanaannya,

-19-3) anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan strategis dalam rangka pengembangan usaha yang sehat, antara lain dibuktikan dengan: a) bagi anggota Direksi, yaitu: (1) merumuskan visi dan misi perusahaan; (2) melakukan analisis situasi LJKNB; (3) melakukan analisis perkembangan kondisi internal LJKNB; (4) menetapkan target yang harus dicapai terkait jabatan yang diemban; dan (5) merancang strategi jangka pendek, menengah, dan panjang dalam rangka mencapai sasaran perusahaan termasuk kemampuan untuk mengantisipasi perkembangan di masa yang akan datang, seperti kemampuan untuk menyusun business plan tahunan, corporate plan jangka menengah dan jangka panjang dengan menggunakan asumsi yang realistis dan terukur, b) bagi anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, anggota Badan Perwakilan Anggota, dan Auditor Internal, yaitu: (1) melakukan analisis dasar situasi LJKNB; (2) melakukan analisis perkembangan kondisi internal LJKNB, antara lain kondisi kesehatan keuangan perusahaan, sumber daya manusia, dan teknologi; dan (3) melakukan analisis atas kebijakan

-20- anggota Direksi. c) bagi Aktuaris Perusahaan, yaitu: (1) melakukan analisis situasi perusahaan; dan (2) melakukan analisis perkembangan kondisi internal perusahaan. b. pengalaman di bidang LJKNB dan/atau bidang lain yang relevan dengan jabatannya yang dilakukan untuk memastikan bahwa anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan memiliki: 1) pengalaman pada perusahaan yang setara dengan rencana yang bersangkutan akan diangkat atau dipekerjakan, meliputi: a) pengalaman pada lembaga jasa keuangan yang sejenis; b) pengalaman pada lembaga jasa keuangan yang memiliki karakteristik sejenis, yaitu berdasarkan kategori sebagai berikut: (1) Perusahaan Perasuransian, Dana Pensiun, dan Lembaga Penjamin; (2) Perusahaan Pembiayaan, PMV, Perusahaan Pergadaian, dan bank; atau (3) pasar modal, c) pengalaman di lembaga pengawas atau instansi pemerintah; dan/atau d) pengalaman selain pada lembaga jasa keuangan, 2) pengalaman pada jabatan yang relevan dengan rencana yang bersangkutan akan diangkat atau dipekerjakan, yaitu:

-21- a) pengalaman pada jabatan yang sejenis dengan rencana yang bersangkutan akan diangkat atau dipekerjakan; b) jabatan dengan karakter sejenis dengan rencana yang bersangkutan akan diangkat atau dipekerjakan, yaitu berdasarkan kategori sebagai berikut: (1) Direksi; (2) Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah; (3) Auditor Internal; atau (4) Aktuaris Perusahaan, c) 1 (satu) tingkat di bawah jabatan yang sejenis, meliputi: (1) 1 (satu) tingkat di bawah Direksi; atau (2) pejabat eselon di instansi pemerintah/lembaga pengawas, atau d) pegawai perusahaan, dan 3) lama jabatan. c. keahlian di bidang LJKNB dan/atau bidang lain yang relevan dengan jabatannya pada LJKNB yang dilakukan untuk memastikan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan memiliki: 1) keahlian profesi setingkat ahli di bidang perasuransian atau yang setara; 2) keahlian profesi setingkat ahli di bidang dana pensiun atau yang setara; 3) keahlian profesi setingkat ahli di bidang penjaminan atau yang setara; 4) keahlian profesi setingkat ahli di bidang

-22- pembiayaan atau yang setara; 5) keahlian profesi setingkat ahli di bidang modal ventura atau yang setara; 6) keahlian profesi setingkat ahli di bidang pergadaian atau yang setara; 7) keahlian profesi setingkat ahli di bidang keuangan; dan/atau 8) keahlian akademik setingkat sarjana/diploma. IV. PROSEDUR PERMOHONAN DAN PERSYARATAN ADMINISTRATIF A. Prosedur Permohonan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan 1. Permohonan mengikuti penilaian kemampuan dan kepatutan terhadap Pihak Utama dilakukan oleh LJKNB. 2. LJKNB mengajukan surat permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan untuk memperoleh persetujuan atas calon Pihak Utama yang diajukan oleh: a. calon pemilik, pendiri, atau anggota Direksi LJKNB dalam hal permohonan izin pendirian LJKNB; b. anggota Direksi LJKNB, dalam hal LJKNB telah memperoleh izin usaha; atau c. dalam hal anggota Direksi LJKNB sebagaimana dimaksud pada huruf a atau huruf b tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan LJKNB, permohonan diajukan oleh: 1) anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan LJKNB; 2) anggota Dewan Komisaris apabila seluruh anggota Direksi tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan LJKNB; atau 3) pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS apabila seluruh anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris

-23- tidak dapat menjalankan fungsinya atau mempunyai benturan kepentingan dengan LJKNB, Kepada OJK menggunakan format 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini. 3. Penyampaian surat permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan untuk memperoleh persetujuan atas calon Pihak Utama sebagaimana dimaksud angka 2 harus dilengkapi dokumen persyaratan administratif dan dokumen pendukung. 4. LJKNB melakukan daftar pemenuhan persyaratan administratif menggunakan format 2 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini. 5. LJKNB harus terlebih dahulu melakukan penilaian sendiri (self assessment) terhadap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, anggota Badan Perwakilan Anggota, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan sebelum diajukan kepada OJK menggunakan format 3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini. 6. Penyampaian permohonan dan/atau dokumen persyaratan administratif dapat dilakukan melalui sarana elektronik dalam hal ketentuan yang mengatur mengenai hal tersebut telah diberlakukan. 7. Pengajuan permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan bagi calon Pihak Utama yang disampaikan oleh LJKNB harus mencantumkan jumlah Pihak Utama sesuai dengan posisi jabatan yang dituju. B. Persyaratan Administratif 1. Kelengkapan persyaratan administratif dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud huruf A angka 4 bagi

-24- pihak yang dicalonkan sebagai PSP orang perseorangan dan/atau Pengendali Perusahaan Perasuransian orang perseorangan, yaitu: a. daftar isian yang telah diisi lengkap menggunakan format 6 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini, dengan melampirkan: 1) fotokopi dokumen identitas diri berupa kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor yang masih berlaku; 2) nomor pokok wajib pajak (NPWP); dan 3) 2 (dua) lembar pas foto berwarna terbaru dengan ukuran 4x6 cm, dan b. surat pernyataan yang telah diisi lengkap, bermeterai cukup, dan ditandatangani oleh pihak yang dicalonkan sebagai PSP orang perseorangan dan/atau Pengendali Perusahaan Perasuransian orang perseorangan menggunakan format 5 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini, yang memuat pernyataan memenuhi aspek integritas dan aspek reputasi keuangan atau aspek kelayakan keuangan. 2. Kelengkapan persyaratan administratif dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud huruf A angka 4 bagi pihak yang dicalonkan sebagai PSP berbentuk badan hukum dan/atau Pengendali Perusahaan Perasuransian berbentuk badan hukum, yaitu: a. daftar isian yang telah diisi lengkap menggunakan format 6 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini, yang memuat data badan hukum, dengan melampirkan: 1) fotokopi dokumen pendirian berupa akta pendirian badan hukum, termasuk perubahan anggaran

-25- dasar terakhir yang disahkan instansi berwenang atau dokumen yang setara bagi badan usaha asing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di negara asal; dan 2) nomor pokok wajib pajak (NPWP) badan hukum atau dokumen yang setara yang berlaku bagi badan hukum asing, b. laporan keuangan tahunan terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan c. daftar riwayat hidup Direksi atau pejabat yang setara yang mewakili badan hukum yang telah diisi lengkap menggunakan format 4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini; d. surat pernyataan yang telah diisi lengkap, bermeterai cukup, dan ditandatangani oleh Direksi atau pejabat yang setara yang mewakili badan hukum menggunakan format 5 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini, yang memuat pernyataan memenuhi aspek integritas dan aspek reputasi keuangan atau aspek kelayakan keuangan. 3. Kelengkapan persyaratan administratif dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud huruf A angka 4 bagi pihak yang dicalonkan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan, yaitu: a. daftar riwayat hidup yang telah diisi lengkap menggunakan format 4 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini, yang memuat: 1) data pribadi, dengan melampirkan: a) fotokopi dokumen identitas diri berupa kartu

-26- tanda penduduk (KTP) atau paspor yang masih berlaku; b) nomor pokok wajib pajak (NPWP); dan c) 2 (dua) lembar pas foto berwarna terbaru dengan ukuran 4x6 cm, 2) riwayat pendidikan formal; 3) pelatihan dan seminar yang pernah diikuti; 4) riwayat pekerjaan, disertai surat keterangan pengalaman bekerja, khusus bagi anggota Dewan Pengawas Syariah disertai rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN- MUI); 5) penghargaan yang relevan dengan industri keuangan yang pernah dicapai; dan 6) keterampilan dan kemampuan berbahasa asing yang dikuasai, b. surat pernyataan yang telah diisi lengkap, bermeterai cukup, dan ditandatangani oleh pihak yang dicalonkan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan menggunakan format 5 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini, yang memuat pernyataan memenuhi aspek integritas dan aspek reputasi keuangan. c. tulisan mengenai rencana yang akan dilakukan setelah diangkat pada jabatan yang dituju, meliputi: 1) visi dan misi; 2) program yang akan dilakukan selama menjabat; dan 3) target yang akan dicapai selama menjabat.

-27- C. Daftar Pemenuhan Persyaratan Administratif 1. Sebelum LJKNB menyampaikan dokumen persyaratan administratif kepada OJK dalam permohonan pencalonan, LJKNB wajib terlebih dahulu melakukan daftar pemenuhan persyaratan administratif pemenuhan dokumen persyaratan administratif sebagaimana dimaksud huruf A angka 4. 2. LJKNB wajib menyampaikan hasil daftar pemenuhan persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada angka 1 kepada OJK yang ditandatangani oleh: a. pejabat LJKNB yang berwenang, dalam hal LJKNB telah memperoleh izin usaha; atau b. calon pemilik, pendiri atau pejabat LJKNB yang berwenang dalam hal permohonan izin pendirian LJKNB. 3. Penyampaian hasil daftar pemenuhan persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada angka 2 disertai penjelasan yang menyatakan bahwa dokumen administratif yang disampaikan: a. lengkap dan benar baik jumlah, format maupun substansi; dan b. menyatakan bahwa persyaratan administratif berupa pernyataan dan daftar isian adalah benar serta telah diisi dan ditandatangani oleh calon yang diajukan. 4. Daftar pemenuhan persyaratan administratif disampaikan bersamaan dengan penyampaian dokumen persyaratan administratif calon yang diajukan. D. Penilaian Sendiri (Self Assessment) 1. Penilaian sendiri (self assessment) terhadap anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan sebagaimana dimaksud pada huruf A angka 5 dilakukan oleh LJKNB sebelum diajukan kepada OJK yang terkait dengan:

-28- a. penilaian pemenuhan persyaratan integritas, reputasi keuangan, dan kompetensi terhadap calon anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan yang akan diajukan. Penilaian paling kurang mencakup penilaian rekam jejak termasuk sanksi yang pernah diberikan LJKNB, latar belakang pendidikan baik formal maupun informal dan prestasi yang dicapai dalam pelaksanaan tugas, kemampuan calon untuk menduduki posisi yang akan dijabat, rangkap jabatan, kepemilikan kredit/pembiayaan macet; dan b. pemenuhan persyaratan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. E. Alamat Penyampaian 1. Surat permohonan berikut persyaratan administratif dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada Romawi IV huruf A angka 2 dan Romawi IV huruf A angka 4 disampaikan secara lengkap dan benar kepada OJK. 2. Penyampaian dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 1 ditujukan kepada alamat sebagai berikut: a. bagi perusahaan pialang asuransi, pialang reasuransi, dan penilai kerugian asuransi: Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya, Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktur Jasa Penunjang IKNB Gedung Menara Merdeka Jl. Budi Kemuliaan I Nomor 2 Jakarta 10110 b. bagi LJKNB selain perusahaan pialang asuransi, pialang reasuransi, dan penilai kerugian asuransi: Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa

-29- Keuangan lainnya, Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktur Kelembagaan dan Produk IKNB Gedung Menara Merdeka Jl. Budi Kemuliaan I Nomor 2 Jakarta 10110 c. bagi LJKNB yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah: Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan lainnya, Otoritas Jasa Keuangan Up. Direktur IKNB Syariah Gedung Menara Merdeka Jl. Budi Kemuliaan I Nomor 2 Jakarta 10110 V. TATA CARA PELAKSANAAN PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN A. Penilaian Administratif 1. Tata cara penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 16 Peraturan OJK mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan dilakukan melalui penilaian administratif. 2. Penilaian administratif sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh OJK dalam rangka menilai kelengkapan dan kebenaran surat permohonan yang diajukan oleh Direksi LJKNB, meliputi: a. Bagi PSP orang perseorangan dan/atau Pengendali Perusahaan Perasuransian orang perseorangan, OJK melakukan penelitian atas: 1) surat permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf A angka 2;

-30-2) daftar pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf A angka 5; 3) persyaratan administratif dan dokumen pendukung daftar riwayat hidup sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 1 huruf a; dan 4) surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 1 huruf b. b. Bagi PSP berbentuk badan hukum dan/atau Pengendali Perusahaan Perasuransian berbentuk badan hukum OJK melakukan penilaian kelengkapan atas: 1) surat permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf A angka 2; dan 2) compliance checklist sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf A angka 5; 3) persyaratan administratif dan dokumen pendukung daftar isian perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 2 huruf a; 4) daftar riwayat hidup Direksi atau pejabat yang setara yang mewakili badan hukum sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 2 huruf b; 5) laporan keuangan tahunan terakhir dan dokumen pendukungnya sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 2 huruf c; dan 6) surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 2 huruf d. c. Bagi anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan, OJK melakukan penelitian atas: 1) surat permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud dalam angka

-31- romawi IV huruf A angka 2; 2) daftar pemenuhan persyaratan administratif sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf A angka 5; 3) penilaian sendiri (self assessment) terhadap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, dan Aktuaris Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf A angka 6; 4) persyaratan administratif dan dokumen pendukung daftar riwayat hidup sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 3 huruf a; dan 5) surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 3 huruf b. 3. Dalam hal persyaratan administratif dan dokumen pendukung yang diterima OJK tidak lengkap, OJK meminta Direksi untuk melengkapi persyaratan administratif dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf a, angka 2 huruf b, atau angka 2 huruf c dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja. 4. Dalam hal Direksi tidak menyampaikan kekurangan persyaratan administratif dan dokumen pendukung dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud pada angka 3, OJK menyampaikan surat penolakan atas surat permohonan Direksi. 5. OJK menyampaikan surat penolakan atas surat permohonan direksi apabila persyaratan administratif dan dokumen pendukung dinyatakan tidak benar. 6. Dalam rangka penilaian administratif pada pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan sebagaimana dimaksud pada angka 2, OJK dapat meminta informasi dan/atau surat rekomendasi atas Pihak Utama kepada pihak lain yang berwenang.

-32- B. Pemaparan/Presentasi oleh Calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian 1. Dalam rangka penilaian administratif terhadap calon PSP atau calon Pengendali Perusahaan, yang bersangkutan wajib melakukan pemaparan/presentasi. 2. Dalam hal calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian adalah pemerintah pusat maupun pemerintah daerah maka pemaparan/presentasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan apabila dianggap perlu. 3. Pemaparan/presentasi wajib dilakukan oleh calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian dalam rangka penilaian administratif sebagaimana dimaksud pada angka 1, paling kurang mengenai: a. rencana calon PSP terhadap pengembangan LJKNB yang akan dimiliki dan/atau yang akan dikendalikannya paling kurang untuk 3 (tiga) tahun sejak dimiliki; dan b. strategi calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian dalam hal LJKNB yang akan dimiliki dan/atau yang akan dikendalikannya mengalami kesulitan keuangan. 4. Calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian harus menghadiri pelaksanaan pemaparan/presentasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 melalui tatap muka langsung di kantor OJK atau tempat lain yang ditetapkan oleh OJK. 5. OJK memberitahukan jadwal pelaksanaan pemaparan/presentasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 secara tertulis kepada Direksi LJKNB paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah persyaratan administratif dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud dalam angka romawi IV huruf B angka 1 atau angka romawi IV huruf B angka 2 diterima oleh OJK secara lengkap dan benar. 6. Calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian yang tidak dapat hadir pada jadwal pelaksanaan

-33- pemaparan/presentasi yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada angka 4 harus menyampaikan pemberitahuan tertulis disertai alasan yang layak kepada OJK paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan. 7. Berdasarkan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 5, OJK dapat memberikan 1 (satu) kali kesempatan pemaparan/presentasi dan menyampaikan jadwal pelaksanaan pemaparan/presentasi yang baru kepada calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian. 8. Dalam hal berdasarkan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 5 OJK tidak memberi kesempatan pemaparan/presentasi kepada calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian atau yang bersangkutan tidak hadir dalam pelaksanaan pemaparan/presentasi sesuai jadwal yang baru tanpa pemberitahuan, OJK membatalkan permohonan penilaian kemampuan dan kepatutan calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian tersebut. 9. OJK menyampaikan pemberitahuan pembatalan permohonan calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian apabila alasan ketidakhadiran sebagaimana dimaksud pada angka 5 tidak diterima atau yang bersangkutan tidak menyampaikan pemberitahuan atas ketidakhadirannya dalam pemaparan/presentasi sebagaimana dimaksud pada angka 5. 10. Dalam hal calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian tidak hadir dalam pelaksanaan pemaparan/presentasi tanpa disertai pemberitahuan atau disertai pemberitahuan namun alasan ketidakhadirannya tidak dapat diterima oleh OJK, maka OJK menetapkan yang bersangkutan memperoleh predikat tidak disetujui dan dinyatakan tidak memenuhi persyaratan kemampuan dan kepatutan. 11. Pemaparan/presentasi sebagaimana dimaksud pada angka 1

-34- dilakukan dalam Bahasa Indonesia. 12. Calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian yang tidak dapat berbahasa Indonesia harus menyediakan sendiri jasa penerjemah dalam pelaksanaan pemaparan/presentasi. 13. Dalam hal calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian berbentuk badan hukum, pemaparan/presentasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan oleh Direksi PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian yang bersangkutan. 14. Dalam hal Direksi PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian sebagaimana dimaksud pada angka 13 berhalangan hadir atau calon PSP atau Pengendali Perusahaan Perasuransian berasal dari negara lain, maka dapat diwakili oleh pejabat lain 1 (satu) level di bawah Direksi berdasarkan penunjukan surat kuasa (power of attorney) dari Perasuransian. calon PSP atau Pengendali Perusahaan C. Klarifikasi Calon Anggota Direksi, Anggota Dewan Komisaris, Anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan 1. Berdasarkan hasil penilaian administratif yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada huruf A angka 2 huruf c dan informasi dan/atau surat rekomendasi yang diperoleh oleh OJK atas Pihak Utama dari pihak lain yang berwenang sebagaimana dimaksud pada huruf A angka 6, OJK dapat menetapkan calon anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan yang memerlukan proses klarifikasi, apabila: a. terdapat informasi negatif mengenai calon yang diajukan; b. calon yang diajukan belum mempunyai pengalaman pada LJKNB di Indonesia yang relevan dengan jabatan

-35- yang dituju dan mempertimbangkan posisi jabatan, ukuran, kompleksitas dan/atau permasalahan LJKNB tempat yang bersangkutan akan dicalonkan; dan/atau c. calon yang diajukan pernah ditetapkan ditolak dalam pencalonan sebelumnya. 2. Ketentuan perlunya pelaksanaan klarifikasi bagi Perusahaan Perasuransian, Lembaga Penjamin, Perusahaan Pembiayaan, PMV, dan Pergadaian berdasarkan pengalaman calon anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan dilaksanakan berdasarkan kriteria pada tabel 1 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini. 3. Ketentuan perlunya klarifikasi bagi Dana Pensiun Pemberi Kerja berdasarkan pengalaman calon anggota dewan pengawas anggota pengurus, atau anggota Dewan Pengawas Syariah dilaksanakan berdasarkan kriteria pada tabel 2 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini. 4. Ketentuan perlunya klarifikasi bagi Dana Pensiun Lembaga Keuangan berdasarkan pengalaman calon pelaksana tugas pengurus atau anggota Dewan Pengawas Syariah dilaksanakan berdasarkan kriteria pada tabel 3 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran OJK ini. 5. OJK melakukan klarifikasi calon anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris Perusahaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 untuk mendapatkan penjelasan dari yang bersangkutan atas informasi yang diperoleh OJK atau untuk melakukan penilaian atas pengalaman atau keahlian yang bersangkutan. 6. Calon anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah, Auditor Internal, atau Aktuaris