BAB I PENDAHULUAN. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. modal pendidikan yang memadai, tenaga-tenaga ahli sebagai modal

I PENDAHULUAN. datang. Pada undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar, dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN STHL BERBASIS PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 5 KEPIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

( PTK di Kelas VIIIE Semester I SMP Negeri 2 Grobogan ) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2004: 387).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai ke perguruan tinggi. Belajar matematika di sekolah dasar tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama manusia, karena dengan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KELILING DAN LUAS SEGI EMPAT MELALUI METODE DRILL DENGAN UMPAN BALIK


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang memiliki

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB II LANDASAN TEORI. Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang telah diperoleh di sekolah. Matematika merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat 9

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

BAB I PENDAHULUAN. pada diri individu. Peningkatan mutu pendidikan terus diupayakan demi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT UNTUK SISWA KELAS IV SD MELALUI KOOPERATIF TIPE STAD

BAB I PENDAHULUAN. secara kelompok maupun secara individual. Hal ini dimaksudkan agar prestasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika memegang peranan penting dalam semua aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsinya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE SNOW BALL DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru memiliki peran yang sangat besar terhadap keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. datang yang dapat bersaing di dunia internasional. Tanpa adanya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan dan disukai siswa. Namun, pada kenyataannya bahwa belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas- kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari ilustrasi yang dekat dan mampu dijangkau siswa, dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus mampu meningkatkan

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

Transkripsi:

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan (Syaiful, B. D, 2002). Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan ini dikarenakan siswa bukan hanya makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Kegiatan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi, kematangan, proses, hubungan siswa dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas dipenuhi, maka melalui pembelajaran siswa dapat belajar dengan baik. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi moderen, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia (Kusmaryono, 2013). Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif 1

2 serta kemampuan bekerjasama (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006). Selama ini disekolah, pendidikan matematika lebih menekankan pada pembelajaran yang cenderung ketercapaian target materi menurut kurikulum atau menurut buku yang dipakai sebagai buku wajib, bukan pada pemahaman materi yang dipelajari. Siswa cenderung menghafal konsep-konsep matematika. Seringkali dengan mengulang-ulang menyebutkan definisi yang diberikan guru atau yang tertulis dalam buku tanpa memahami maksud dan isinya, sehingga pembelajaran matematika disekolah merupakan masalah jika konsep dasar yang diterima siswa salah. Maka sangat sukar untuk memperbaiki kembali. Kalau siswa bersikap terbuka maka masih ada harapan untuk memperbaikinya, namuan jika siswa bersikap pasif dan tidak pernah memberi umpan balik dalam bentuk pertanyaan atau tidak aktif menjawab pertanyaan guru maka kesalahan itu akan dibawa sampai pada suatu saat dia menyadari bahwa konsep yang mereka miliki adalah keliru. Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui proses yang berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses kecakapan hidup atau keterampilan hidup seseorang selama proses pembelajaran sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi siswa dimanapun perkembangan keterampilan proses seseorang siswa selama proses pembelajaran dapat diikuti atau diamati. Keterampilan proses merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran matematika. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Karena sebenarnya melalui pembelajaran

3 matematika tidak semata-mata hanya menanamkan pengetahuan saja. Tetapi sangat mungkin diterapkan pembentukan sikap positif, keterampilan cermat dan kritis. Dewasa ini, setiap proses dipandang sebagai rangkaian sejumlah subproses yang masing-masing memegang peranan terbatas dalam keseluruhan proses belajar, setiap subproses berlangsung selama jangka waktu tertentu. Pandangan ini bersumber pada teori belajar yang dikenal sebagai teori pemrosesan informasi (information processing). Dengan menggunakan teori pemrosesan informasi yang didalamnya berpikir sebagai suatu kejadian atau peristiwa dalam otak yang meliputi urutan langkah pengolahan informasi dari saat diterima sampai saat dilepaskan lagi (Winkel, 2009). Islam sesungguhnya telah memberikan arahan tentang beberapa tahapan atau fase dari setiap strategi dalam setiap proses pembelajaran. Al-Qur an menjelaskan dalam surat Az-Zalzalah ayat 7-8 sebagai berikut: Artinya : Barang siapa yang mengajarkan kebaikan seberat dzarahpun, niscaya dan dia akan melihat (balasannya) * dan barang siapa yang mengajarkan kejahatan seberat Dzarahpun niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula. (Departemen Agama RI: 1993). Ayat Al-Qur an ini memberikan gambaran bahwa dalam setiap pembelajaran, hendaknya guru memberikan satu bentuk motivasi yang berkaitan langsung dengan materi yang akan disampaikan pada proses pembelajaran, atau motivasi yang pada akhirnya dapat mendorong setiap siswa untuk belajar lebih giat dalam mengikuti dan mempelajari semua materi pada setiap pembelajaran.

4 Berdasarkan observasi di kelas VIII di MTs Miftahut Thullab, bahwa masih banyak siswa yang kurang pemahamannya mengenai pokok bahasan garis singgung lingkaran dan hasil belajar yang tergolong rendah. Semua ini bukan semata-mata hanya kesalahan siswa tetapi dapat juga karena penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat dan kurang diperhatikannya keterampilan proses selama pembelajaran matematika. Pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu soal dikatakan masalah bagi seorang siswa tetapi belum tentu menjadi masalah bagi siswa yang lain. Oleh karena itu siswa harus mulai diajak belajar memecahkan masalah baik secara individual maupun secara kelompok. Apabila siswa bekerja secara kelompok, maka upaya yang dilakukan agar dapat diterima dalam kelompoknya adalah dengan memberikan kontribusi sesuai kemampuan yang dimiliki. Pemberian tugas adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam bahan pelajaran, dan dapat pula mengecek bahan yang telah dipelajari. Tugas merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok (Sagala, 2011). Tugas terstruktur merupakan salah satu pembelajaran yang melatih siswa lebih giat atau dengan kata lain siswa mempelajari materi terlebih dahulu sebelum guru menerangkan. Adapun tugas terstruktur yang dimaksud adalah pemberian tugas oleh guru kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan yang dapat dipelajari sebelumnya baik melalui buku atau modul yang telah dipersiapkan (Sukestiyarno, 2001).

5 Kegiatan ini akan merangsang siswa untuk memahami materi lebih dalam. Sehingga pada saat diterangkan siswa dapat mengungkapkan kesukaran yang ditemui. Sehingga guru lebih fokus dalam mengajar. Strategi pembelajaran yang biasa diterapkan guru kelas VIII di MTs Miftahut Thullab adalah strategi pembelajaran ekspositori. Meskipun guru tidak harus menerus bicara, namun proses ini tetap menekankan penyampaian tekstual serta kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar siswa, kebiasaan bersikap pasif dalam proses pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami, sehingga suasana belajar sangat monoton dan kurang menarik. Strategi Student Team Heroic Leadership adalah suatu strategi pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk berfikir, menjawab, saling membantu sama lain, dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan yang heroik. Strategi dilakukan dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 siswa. Pembelajaran dengan menerapkan strategi kepemimpinan yang heroik adalah dimulai dengan menanamkan kesadaran diri bahwa siswa baik dalam kelompok maupun kelas supaya merasa dirinya adalah pemimpin yang mempunyai sifat heroik. Dimaksudkan bahwa setiap siswa merasa dirinya adalah pemimpin yang menyadari siapa dirinya dalam memilih cara pandang hidup, sadar akan dirinya mau mengembangkan potensi menambah keterampilan, melihat kelemahan, mengambil nilai manfaat, dan kesadaran menentukan pendirian untuk menyemangati diri sendiri maupun teman. Penerapan strategi ini, diharapkan dapat menambah nuansa baru bagi

6 pembelajaran matematika. Agar dalam pembelajarannya, keterampilan proses yang dapat berpengaruh positif terhadap hasil belajar dan siswa dapat mencapai ketuntasan belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat dan menarik dimana siswa dapat bertanya meskipun tidak pada guru secara langsung, mengemukakan pendapat, dan memiliki jiwa kepemimpinan yang heroik serta dapat meningkatkan keterampilan proses siswa, yaitu pengaruh keterampilan proses dalam pembelajaran berstartegi Student Team Heroic Leadership dengan tugas terstruktur terhadap hasil belajar. Pada penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh Ambarwati (2009) yang menghasilkan bahwa terdapat perbedaan hasil antara siswa yang memperoleh metode Student Team Heroic Leadership dengan pemberian tugas terstruktur berbantuan CD dengan pembelajaran ekspositori, hasil belajar matematika siswa dikenai metode Student Team Heroic Leadership dengan pemberian tugas terstruktur (76,82) lebih baik dari pada metode ekspositori (63,50), hasil belajar matematika siswa yang dikenai metode Student Team Heroic Leadership dengan berbantuan CD (72,34) lebih baik dari pada metode ekspositori (63,50), hasil belajar matematika siswa dikenai metode Student Team Heroic Leadership dengan pemberian tugas terstruktur (76,82) lebih baik dari pada metode Student Team Heroic Leadership dengan berbatuan CD (72,34).Rikha (2007) juga pernah melakukan penelitian dengan strategi yang sama menunjukkan bahwa, pembelajaran matematika Bangun Ruang dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur

7 (1) mencapai ketuntasan belajar keterampilan proses 70 dan ketuntasan hasil belajar 68, (2) keterampilan proses dengan strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi tugas terstruktur berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik (R 2 ) sebesar 83,8%, dan (3) hasil belajar dengan Strategi Student Team Heroic Leadership yang dilengkapi Tugas Terstruktur lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori. Sejalan dengan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dibuktikan bahwa penggunaan strategi Student Team Heroic Leadership dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka penulis mencoba menerapkan penggunaan strategi Student Team Heroic Leadership dengan tugas terstruktur sebagai alternatif dan sarana meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar siswa. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Keterampilan Proses Berstartegi Student Team Heroic Leadership dengan Tugas Terstruktur Terhadap Hasil Belajar Siswa pada pembelajaran matematika materi garis singgung lingkaran pada siswa kelas VIII MTs Miftahut Thullab Sukolilo-Pati tahun pelajaran 2015-2016. B. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka permasalahan penelitian ini yang dapat didefinisikan bahwa masih banyak siswa yang bersikap pasif dalam proses pembelajaran, sebagian dari siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami sehingga suasana belajar sangat monoton dan kurang menarik, dan matematika menjadi pelajaran yang tidak disenangi, patut ditakuti dan dibenci. Kurangnya pemahaman mengenai pokok bahasan garis singgung lingkaran dan hasil belajar yang tergolong rendah, ini

8 dikarenakan kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan dan kurang diperhatikannya keterampilan proses. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti yaitu : 1. Sasaran penelitian ini adalah siswa MTs Miftahut Thullab kelas VIII semester genap. 2. Pengaru adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang atauu benda yang ikut membentuk watak kepercayaan atau perbuatan seseorang. Dalam penelitian ini ha yang berpengaruh adalah keterampilan proses dalam pembelajaran berstrategi Student Team Heroic Leadersip dengan Tugas Terstruktu. 3. Hasil belajar adalah suatu perubahan yyang diperoleh setelah terjadinya proses belajar mengajar yang dapat dilihat setelah siswa melalui peniaian. Hasil belajar dikatakan tuntas jika memenuhi kriteria ketuntasan 70. 4. Materi yang dipelajari dalam penelitian ini hanya pada Pokok Bahasan Garis Singgung Lingkaran. C. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian pokok-pokok pemikiran tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah keterampilan proses siswa pada pembelajaran berstrategi Student Team Heroic Leadership dengantugas terstruktur pada pembelajaran matematika materi garis singgung lingkaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa?

9 2. Apakah rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan strategi pembelajaran Student Team Heroic Leadership dengan tugas terstruktur pada pembelajaran matematika materi garis singgung lingkaran mencapai ketuntasan belajar 70? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh keterampilan proses terhadap hasil belajar siswa dalam strategi Student Team Heroic Leadership dengan tugas terstruktur. 2. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan strategi Student Team Heroic Leadership dengan tugas terstruktur pada pencapaian ketuntasan belajar yaitu 70 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa a. Dengan menggunakan stretegi pembelajaran Student Team Heroic Leadership dan pemberian tugas terstruktur diharapkan dapat membentuk siswa yang memiliki jiwa kepemimpinan, kepahlawanan (Heroic) secara akademik. b. Mampu memberikan sikap positif terhadap mata pelajaran terkhusus materi garis singgung lingkaran. 2. Bagi Guru

10 Sebagai motivasi dalam memilih strategi pembelajaran yang sesuai dan bervariasi 3. Bagi Sekolah Dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah 4. Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman secara langsung begaimana penggunaan strategi pembelajaran yang baik dan menyenangkan.