APLIKASI METODE GAYABERAT UNTUK MEMPREDIKSI PROSPEK PANASBUMI DI DAERAH KUNINGAN, JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

Pendugaan Struktur Bawah Permukaan 2½ Dimensi di Kawasan Gunungapi Kelud Berdasarkan Survei Gravitasi

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasrkan peta geologi daerah Leles-Papandayan yang dibuat oleh N.

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

PEMANFAATAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS UNTUK MENGETAHUI STRUKTUR GEOLOGI SUMBER AIR PANAS DI DAERAH SONGGORITI KOTA BATU

PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH SUMBER AIR PANAS SONGGORITI KOTA BATU BERDASARKAN DATA GEOMAGNETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

Unnes Physics Journal

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains MAULANA SOFYAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

BAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB II GEOLOGI REGIONAL

IV. METODOLOGI PENELITIAN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

ESTIMASI ZONA BIJIH BESI DI DAERAH LAMPUNG MENGGUNAKAN PEMODELAN MAGNETIK

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY)

IDENTIFIKASI SESAR DI DAERAH PONGKOR BOGOR JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT. Abstrak.

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Unnes Physics Journal

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

Identifikasi Struktur Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metode Gravity Di Desa Sumbermanjingwetan dan Desa Druju Malang Selatan

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. amat Olahan Data Gayaberat Terlampir, lih. Lampiran III) dengan ketinggian

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN INTERPRETASI DATA ANOMALI MAGNETIK DI PERAIRAN TELUK TOLO SULAWESI

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

Transkripsi:

Fibusi (JoF) Vol. 3 No. 3, Desember 2015 APLIKASI METODE GAYABERAT UNTUK MEMPREDIKSI PROSPEK PANASBUMI DI DAERAH KUNINGAN, JAWA BARAT Radinal J. Bahri 1 * ; Mimin Iryanti, 2 * ; Dadan Dani Wardhana 3 * 1,2 Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Dr.Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia 3 Pusat Penelitian Geoteknologi,Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. Sangkuriang, Bandung 40135 *Email: radinal.jalaludin@student.upi.edu, superwardhana@gmail.com, mimin_iryanti@yahoo.com Abstrak Identifikasi panasbumi menggunakan metode gayaberat berada di daerah Kuningan, Jawa Barat. Data geologi regional daerah penelitian menunjukkan adanya air panas yang muncul ke permukaan, sehingga untuk tujuan identifikasi adanya prospek panasbumi perlu dilakukan survey eksplorasi geofisika di daerah penelitian. Survey eksplorasi geofisika melalui metode gayaberat menghasilkan nilai anomali bouguer lengkap yang telah dilakukan koreksi. Kemudian hasil pengolahan data diplot menjadi peta kontur anomali bouguer dan akan dijadikan acuan dalam pembuatan model. Berdasarkan hasil pemodelan, Pada model lintasan A-A diidentifikasi adanya sistem penyusun panasbumi berupa batuan penutup (cap rocks) dengan nilai densitas sebesar 2,2 gr/cc, reservoir panasbumi dengan nilai densitas sebesar 2,5 gr/cc, sesar naik dan sesar turun. Sedangkan pada model lintasan R-R diidentifikasi adanya batuan penutup (cap rocks) dengan nilai densitas 2,25 gr/cc, reservoir panasbumi dengan nilai densitas sebesar 2,5 gr/cc, sesar naik dan sesar turun. Kata kunci : metode gayaberat, geothermal, reservoir panasbumi, densitas *Penanggung Jawab

Fibusi (JoF) Vol. 3 No. 3, Desember 2015 APLICATION OF GRAVITY METHODS FOR PREDICTING GEOTHERMAL PROSPECTS IN KUNINGAN AREA, WEST JAVA Radinal J. Bahri 1 *; Mimin Iryanti 2 * dan Dadan Dani Wardhana 3 * 1,2 Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Dr.Setiabudhi 229, Bandung 40154, Indonesia 3 Pusat Penelitian Geoteknologi,Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jl. Sangkuriang, Bandung 40135 *Email: radinal.jalaludin@student.upi.edu, superwardhana@gmail.com, mimin_iryanti@yahoo.com Abstract Geothermal identification using gravity methods in the area of Kuningan, West Java. Regional geological data of the study area indicates that the hot water come to the surface, so the prospects for identification purposes geothermal exploration necessary geophysical surveys in the study area. Geophysical exploration surveys using gravity method in the study area produce a complete Bouguer anomaly values that have made the correction. Then the data processing plotted into bouguer anomaly contour map and will be used as reference for modeling. In the model line A-A' identified the constituent geothermal system in the form of cap rocks with a density value 2.2 gr /cc, the geothermal reservoir with a density value 2.5 gr/cc, thrust faults and normal fault. While in the model line R-R identified the cap rocks with a density value 2.25 gr / cc, the geothermal reservoir with the density value 2.5 gr / cc, thrust faults and normal fault. Keywords : gravity method, geothermal, reservoir of geothermal, density *Penanggung Jawab

Fibusi (JoF) Vol. 3 No. 3, Desember 2015 PENDAHULUAN Panasbumi adalah bentuk energi panas yang proses pembentukannya terjadi secara alami di dalam kerak bumi kemudian ditransfer ke permukaan bumi secara konveksi dan konduksi. Sistem panasbumi tersusun dari komponen-komponen berupa sumber panas (heat source), reservoir panasbumi, batuan penutup (cap rocks) serta struktur pengontrol yang memiliki fungsi tertentu sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan fluida yang berada di atas permukaan melalui struktur pengontrol (sesar/patahan) menuju reservoir panasbumi yang berada di atas sumber panas (heat source). Sumber panas (heat source) dapat berupa intrusi magmatik yang memiliki suhu sangat tinggi (lebih dari 6000 C), dapur magma dan gradien temperatur. Intrusi magmatik dan dapur magma merupakan sumber panas yang banyak dijumpai di daerah gunung api sedangkan sumber panas berupa gradien temperatur ditemukan di daerah lempeng tektonik aktif atau di daerah cekungan sedimen, dimana semakin dalam dari permukaan maka temperatur akan meningkat. Reservoir panasbumi umumnya berupa batuan sedimen yang mempunyai porositas dan permeabilitas cukup baik. Peran dari reservoir adalah tempat menyimpan panas serta tempat terkamulasinya fluida hydrothermal. Posisi dari reservoir panasbumi ini berada di atas sumber panas (heat source), sehingga air dari permukaan (air meteorik) yang masuk melalui rekahan atau lapisan batuan yang permebel terakumulasi di dalam reservoir mengalami proses pemanasan secara konveksi. Air hasil pemanasan tersebut disebut sebagai fluida hydrothermal. Fluida hydrothermal tersebut memiliki densitas yang rendah sehingga cenderung bergerak ke atas permukaan melalui rekahan-rekahan atau batuan permeabel, kemudian dipermukaan muncul sebagai mata air panas atau manifestasi lainnya. Pada bagian atas reservoir terdapat batuan penutup (cap rocks). Karakteristik dari batuan penutup ini bersifat impermiabel sehingga temperatur/panas yang ada di dalam resevoir tetap terjaga serta tidak keluar ke permukaan. Dalam penelitian ini digunakan survey pendahuluan geofisika. Ilmu geofisika mempunyai peranan penting dalam eksplorasi panasbumi untuk menentukan model dari struktur geologi bawah permukaan berdasarkan parameter fisis yang ada. Salah satu metode geofisika tersebut adalah metode gayaberat. Metode gayaberat digunakan untuk memodelkan struktur bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi bumi yang disebabkan oleh perbedaan densitas antar batuan di bawah permukaan. Penelitian menggunakan metode gayaberat di aplikasikan pada daerah prospek panasbumi Kuningan, Jawa Barat. Dalam eksplorasi panasbumi, metode gayaberat digunakan untuk memetakan sistem panabumi berupa intrusi batuan, reservoir, sumber panas dan batuan penutup. Dengan melakukan interpretasi berdasarkan model yang telah dibuat, diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang kondisi daerah prospek panasbumi Kuningan, Jawa Barat. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian berada di daerah Kuningan, Jawa Barat. Secara geografis daerah penelitian terletak antara 108 0 30 108 0 35 BT dan 7 0 00 7 0 10 LS. Data variasi medan gravitasi merupakan data hasil pengukuran di lapangan yang telah dilakukan oleh tim geofisika eksplorasi Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI Bandung dengan bantuan alat Gravimeter La Coste & Romberg tipe G-804. Dalam pengukurannya, alat tersebut menggunakan sistem pengukuran secara relatif artinya data yang terbaca dari gravimeter tidak langsung dalam satuan miligal, melainkan dalam satuan skala pembacaan (count) yang dapat dikonversi ke satuan miligal dengan menggunakan tabel konversi berdasarkan spesifikasi alat gravimeter La Coste & Romberg tipe G-804. Besarnya percepatan gravitasi bergantung pada lima faktor, diantaranya (Telford dkk, 1976, hlm. 10) : 1) Lintang (Latitude) 2) Ketinggian (Elevation) 3) Topografi 4) Pasang surut (earth tides) 5) Variasi densitas bawah permukaan Secara umum, hasil pengukuran gayaberat dipengaruhi oleh lima faktor diatas, sehingga *Penanggung Jawab

untuk mendapatkan harga gravitasi dari target event yang diinginkan perlu dilakukan koreksi. Adapun koreksi yang dilakukan pada data gayaberat meliputi koreksi pasang surut (tidal correction), koreksi apungan (drift correction), koreksi lintang (latitude correction), koreksi udara bebas (free air correction), koreksi bouguer (bouguer correction) serta koreksi medan (terrain correction). Setelah proses koreksi-koreksi dilakukan pada data tersebut, maka akan diperoleh data anomali bouguer lengkap sehingga untuk memperoleh peta kontur anomali bouguer diperoleh dengan melakukan plotting data berupa data koordinat dan data anomali bouguer lengkap ke dalam software Surfer Versi 11. Untuk mengetahui anomali regional dan anomali residual, maka perlu dilakukan proses pemisahan anomali bouguer menjadi anomali regional dan residual. Pemisahan anomali bouguer menjadi anomali regional dan anomali residual dilakukan dengan menggunakan metode polinomial fitting atau Trend Surface Analysis (TSA). Penurunan matematisnya dilakukan oleh (Abdelrahman, dkk. 1985) dimana metode ini telah berhasil diuji pada data anomali bouguer lengkap Kubah garam Abu Roash yang letaknya di sebelah barat Kairo, Mesir. Secara sederhana, persamaan TSA dituliskan dalam persamaan di bawah ini : g i = c 1 x 0 i + c 2 x 1 i + c 3 x 2 n i + + a n+1 x i (1) Dengan i = 1,2,3,...n. m j 1 g i = x i j=1 Metode polinomial yang sering digunakan di tuliskan dalam persamaan berikut : Polinomial orde 1 Persamaan polinomial orde 1 dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut : c j g i = c 1 + c 2 x i + c 3 y i Polinomial orde 2 Persamaan polinomial orde 2 atau sering disebut dengan fungsi kuadratik, dinyatakan dalam persamaan berikut : g i = c 1 + c 2 x i + c 3 y i + c 4 x i y i + c 5 x i 2 + c 6 y i 2 Polinomial orde 3 Polinomial orde 3 atau fungsi kubik, dinyatakan dalam persamaan di bawah ini : g i = c 1 + c 2 x i + c 3 y i + c 4 x i y i + c 5 x i 2 + c 6 y i 2 + c 7 x i 3 + c 8 x i 2 y i + c 9 x i y i 2 + c 10 y i 3 dimana : g i = anomali gayaberat ke-i x i,y i = koordinat titik pengukuran c 1,c 2,c 3,...c n = konstanta polinomial yang dicari Pemisahan anomali bouguer menggunakan metode TSA, terlebih dahulu mencari nilai-nilai konstanta dari masingmasing orde, sehingga akan diperoleh nilai anomali gayaberat baru yang merupakan nilai anomali regionalnya. Untuk memperoleh nilai-nilai konstanta c 1,c 2,c 3,...c n, Persamaan polinomial dibuat dalam bentuk matriks. Misalkan bentuk persamaan polinomial orde 1 dinyatakan dalam persamaan di bawah ini : g 1 1 x 1 y 1 c 1 g 2 = 1 x 2 y 2 c 2 (2) g n 1 x n y n c n Persamaan (2) dapat disederhanakan menjadi : g = G.C (3) dimana g merupakan data anomali gravitasi sebagai data masukan, G merupakan matriks koordinat x dan koordinat y serta C merupakan konstanta polinomial yang nilainya akan dicari. Dari persamaan (3), maka nilai C adalah C = G -1 g (4) karena data G berukuran n x 3, dengan kata lain G bukanlah matriks persegi. Sehingga persamaan (4) tidak dapat digunakan untuk

mencari nilai C. Persamaan yang tepat untuk mencari nilai C di tuliskan dalam persamaan berikut ini : C = Invers (G + x G) x G + x g (5) Setelah itu, nilai C di substitusikan ke dalam persamaan polinomial orde 1, maka akan diperoleh nilai polinomial orde 1 yang merupakan nilai anomali regional. Anomali residual diperoleh dengan cara mengurangkan anomali bouguer dengan anoamli regional. Pemodelan penampang bawah permukaan dilakukan dengan cara membuat dua buah sayatan yakni lintasan A-A dan lintasan R-R pada peta anomali bouguer dengan bantuan Software surfer versi 11. sayatan yang dibuat pada peta kontur anomnali bouguer berupa garis yang mewakili nilai anomali bouguer rendah sampai nilai anomali bouguer tinggi. Hasil sayatan yang diperoleh akan ditampilkan dalam bentuk model dua dimensi yakni grafik hubungan antara nilai anomali bouguer lengkap terhadap jarak (spasi gridding) yang menjadi input pada software GM-Sys. Untuk membuat model struktur bawah permukaan, data masukan Pada software GM-sys terdiri dari data anomali berupa data anomali bouguer lengkap dan jarak serta data topografi berupa data ketinggian dan jarak. Langkah selanjutnya adalah mencocokkan hasil grafik anomali bouguer di lapangan dengan hasil grafik anomali bouguer pemodelan dengan memasukkan nilai densitas batuan. Selain itu, lapisan batuan dibuat dengan mengacu berdasarkan informasi peta geologi daerah setempat. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan data lapangan, maka diperoleh nilai anomali gayaberat (Anomali bouger). Untuk proses interpretasi secara kualitatif, dibuat peta kontur anomali bouger dengan spasi antar titik pengukuran pada peta kontur anomali bouger sebesar 250 meter. Hasil pembuatan kontur anomali bouger ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut : Gambar 1 Peta Kontur Anomali Bouger Spasi 250 meter Berdasarkan peta kontur anomali bouger yang ditunjukkan pada gambar diatas, diperoleh informasi bahwa nilai anomali pada daerah penelitian berkisar antara 94 mgal - 136 mgal. Nilai anomali relatif tinggi cenderung menempati daerah baratlaut menerus sampai ke arah timur. Sedangkan nilai anomali relatif rendah berada di timurlaut dan baratdaya. Selain itu, pada peta kontur anomali bouger diduga terdapatnya sesar-sesar yang diinterpretasi berdasarkan kerapatan kontur. Pemisahan anomali bouger menggunakan metode Trend Surface Analysis orde 3 yang menghasilkan anomali regional dan anomali residual. Anomali Regional merupakan nilai yang dihasilkan dari persamaan Trend Surface Analysis (TSA) orde 3. Peta kontur anomali regional orde 3 ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2 Anomali regional orde 3 Gambar 3 Anomali Residual orde 3 Pada tahapan pengolahan data, anomali residual orde 3 merupakan orde tertinggi pada metode trend surface analysis. Secara fisis, anomali residual orde 3 berada pada kedalaman yang sangat dangkal dan dekat ke permukaan. Berdasarkan kerapatan kontur dari peta kontur anomali residual orde 3 yang ditunjukkan pada gambar 3 dapat diinterpretasi adanya sesar. Lokasi Sesar-sesar tersebut ditunjukkan oleh garis putus-putus yang dapat dilihat pada gambar 3. Diketahui bahwa anomali residual orde 3 ini dekat ke permukaan sehingga sesar-sesar tersebut memungkinkan muncul ke permukaan. Interpretasi Kuantitatif dilakukan dengan membuat model 2-D penampang bawah permukaan menggunakan Software Oasis Montaj Gm-Sys. Beberapa parameter yang digunakan dalam input data pada software tersebut antara lain adalah Cross section berupa nilai jarak dari hasil slicing di surfer versi 11 tiap lintasan (dalam meter) dan kedalaman (dalam meter). Topography berupa nilai jarak dan ketinggian yang diperoleh dari hasil slicing (dalam meter) serta Gravity Station berupa koordinat dan nilai anomali bouger lengkap. Pada Software Oasis Montaj Gm-Sys nilai densitas memiliki satuan yaitu gr/cc. Dalam pemodelan 2-D dibuat dua penampang sayatan yaitu lintasan A-A dan lintasan R-R yang dapat dilihat pada gambar 10 dan gambar 11. Jarak dari lintasan A-A dan lintasan R-R sebesar 22.880 meter. Lintasan A-A yang ditunjukkan oleh gambar 4 memiliki jarak sebesar 22.800 meter dengan lintasan membentang lurus dari arah baratdaya hingga timurlaut. Dari hasil pemodelan 2D yang ditunjukkan pada gambar 4, model penampang 2D lintasan A-A memiliki kedalaman sebesar 3000 meter dengan lapisan penyusun batuan, antara lain : 1. Batuan dengan densitas 1,7 gr/cc berada yang ditunjukkan oleh warna orange. Lapisan batuan ini diduga sebagai endapan aluvium berupa kerikil, pasir dan tanah lempung yang berwarna kelabu. Lapisan ini pula letaknya dekat ke permukaan dan kedalamannya mencapai sekitar 300 meter dari permukaan. 2. Lapisan batuan dengan densitas 1,9 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna orange. Lapisan ini diduga merupakan undak sungai berupa kerak yang tertanam dalam pasir kelabu, setengah mengeras. Batuan ini berada pada kedalaman sekitar 400 meter dari permukaan. 3. Lapisan batuan dengan densitas 1,9 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna orange. Batuan ini diduga berupa lahar yang merupakan hasil gunungapi muda Cireme. Lapisan ini letaknya dekat dengan permukaan dan kedalamannya mencapai sekitar 400 meter dari permukaan. 4. Lapisan batuan dengan densitas 2,0 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna abu-abu. lapisan ini diduga sebagai breksi andesit yang tersisipi lapisan lava, breksi aliran dan tuf. Lapisan ini diduga merupakan hasil dari kegiatan gunung api tua Cireme. Kedalaman pada lapisan ini mencapai sekitar 1.200 meter dari permukaan. 5. Lapisan batuan dengan densitas 2,25 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna hijau tua merupakan formasi halang. Pada formasi ini ditemui beberapa batuan penyusun seperti batu pasir tufan, konglomerat, napal dan batu lempung. Pada lapisan ini pula ditemukan fosil foraminifera dan moluska. Lapisan ini diperkirakan berumur miosen akhir dengan kedalaman mencapai sekitar 1.700 meter dari permukaan. 6. Lapisan batuan dengan densitas 2,25 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna hijau tua

merupakan anggota gunung hurip formasi halang. Lapisan ini tersusun dari batuan seperti batuan turbidit yang terdiri dari breksi gunung api bersusunan dengan batuan andesit, bersusunan dengan batu pasir, batu lempung pasiran dan konglomerat. Lapisan ini dierkirakan berumur miosen tengah dengan kedalaman mencapai sekitar 1.700 meter dari permukaan. 7. Lapisan batuan dengan densitas 2,65 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna kuning. Laisan ini diduga sebagai formasi pemali. Formasi pemali tersusun atas batuan nafal globigerina yang memiliki warna biru dan hijau keabu-abuan. Pada formasi ini pula terdapat batu pasir tufan dan batu gamping pasiran yang berwarna biru keabu-abuan. Formasi ini diperkirakan berumur miosen awal dengan kedalaman mencapai sekitar 2.500 meter. 8. Lapisan batuan dengan densitas 2,85 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna cokelat. Lapisan ini diduga sebagai basement (Batuan dasar). Lapisan basement ini hampir mendekati permukaan, untuk itu sering disebut dengan basement high. Gambar 4 Model penampang lintasan A-A Lintasan R-R yang ditunjukkan oleh gambar 5 memiliki jarak sebesar 22800 meter dan kedalaman bawah permukaan sebesar 3000 meter. Dari hasil model 2D, lapisan batuan sebagai penyusun pada lintasan R-R terdiri dari : 1. Lapisan batuan dengan densitas 1,8 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna orange. Lapisan ini diduga sebagai endapan aluvium berupa kerikil, pasir dan tanah lempung yang berwarna kelabu. Lapisan ini berada di atas permukaan.

2. Lapisan batuan dengan densitas 1,9 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna orange. Diduga lapisan ini merupakan lahar cipedak berupa kepingan-kepingan batuan andesit yang berada di dalam pasir kasar dan mengeras. Lapisan ini berada dekat ke permukaan dan kedalamannya mencapai 50 meter dari permukaan. 3. Lapisan batuan dengan densitas 2,0 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna orange. Diduga lapisan ini merupakan berupa lahar yang merupakan hasil gunungapi muda Cireme. Lapisan ini letaknya dekat dengan permukaan dan kedalamannya mencapai sekitar 200 meter dari permukaan. 4. Lapisan batuan dengan densitas 2,2 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna abu-abu. Diduga lapisan ini merupakan breksi andesit yan tersisipi beberapa lapisan lava, breksi aliran dan tuf. Lapisan ini mempunyai ketebalan sekitar 350 meter dari permukaan. Lapisan ini berumur plistosen. 5. Lapisan batuan dengan densitas 2,25 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna hijau muda. Diduga lapisan ini merupakan formasi halang. Pada formasi ini ditemui beberapa batuan penyusun seperti batu pasir tufan, konglomerat, napal dan batu lempung. Pada lapisan ini pula ditemukan fosil foraminifera dan moluska. Lapisan ini diperkirakan berumur miosen akhir dengan kedalaman mencapai sekitar 700 meter dari permukaan. 6. Lapisan batuan dengan densitas 3,0 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna hijau. Diduga lapisan ini merupakan anggota gunung hurip formasi halang. Lapisan ini tersusun dari batuan seperti batuan turbidit yang terdiri dari breksi gunung api bersusunan dengan batuan andesit, bersusunan dengan batu pasir, batu lempung pasiran dan konglomerat. Lapisan ini diperkirakan berumur miosen tengah dengan kedalaman mencapai sekitar 1.700 meter dari permukaan. 7. Lapisan batuan dengan densitas 2,65 gr/cc yang berwarna kuning merupakan formasi rambatan yang berumur Miosen-Tengah. Lapisan penyusun formasi ini berupa batu pasir dan konglomerat yang bersisipan dengan lapisan-lapisan tipis napal dan serih. 8. Lapisan batuan dengan densitas 2,85 gr/cc yang ditunjukkan dengan warna coklat merupakan lapisan basement (Batuan dasar). Lapisan basement ini hampir mendekati permukaan, untuk itu sering disebut dengan basement high. Berdasarkan gambar 4 dan gambar 5, dapat pula dilakukan interpretasi yang dikaitkan dengan model pada sistem panasbumi. Dari gambar tersebut dapat diprediksi adanya komponen-komponen yang merupakan sistem penyusun panasbumi. Komponen-komponen tersebut berupa reservoir panas bumi, batuan penutup (Cap rock) dan struktur pengontrol berupa sesar/patahan. Sumber panas diduga berasal dari sisa-sisa erupsi magma akibat aktivitas gunung api yang terakumulasi di bawah permukaan. Sumber panas tersebut mentransferkan energi panasnya secara konveksi melalui pori-pori batuan sehingga air yang terakumulasi di dalam reservoir terpanaskan. Air yang terakumulasi di dalam reservoir yang mengalami pemanasan ini disebut sebagai hydrothermal. Pada bagian atas reservoir terdapat lapisan batuan penutup (Cap rocks) yang berfungsi sebagai batuan penutup reservoir sehingga panas yang ada di dalam reservoir tetap terjaga. Selain itu, terdapat pula struktur pengontor berupa sesar/patahan. Struktur pengontrol ini memiliki peran sebagai jalannya aliran fluida hydrothermal yang muncul ke permukaan misalnya berupa mata air panas. Dalam penelitian ini, didaerah penelitian teramati adanya mata air panas yang keluar ke permukaan. Hal ini mengindikasikan bahwa di daerah penelitian bisa saja memiliki prospek panasbumi. Struktur pengontrol juga memiliki peranan untuk transportasi aliran air meteorik (air hujan) yang berasal dari permukaan menuju reservoir.

Gambar 10 Model penampang lintasan R-R Gambar 5 Model penampang lintasan R-R KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data serta analisis dari hasil pengolahan data, maka pada lokasi penelitian diduga adanya prospek panas bumi. Hal tersebut terlihat pada model penampang 2D lintasan A-A dan lintasan R- R yakni tedapatnya komponen penyusun sistem panas bumi. Komponen dari sistem panas bumi tersebut berupa aliran panas yang berasal dari sumber panas, Reservoir panas bumi, Batuan penutup dan sesar. Reservoir panas bumi pada model tersebut memiliki densitas 2,5 gr/cc dengan batuannya berupa batuan sedimen. Batuan penutup memiliki rentang densitas 2,2 2,25 gr/cc. Terdapat sesar/rekahan pada batuan penutup dan reservoir panas bumi diduga sebagai media transportasi fluida. REKOMENDASI Untuk membuktikan kebenaran serta keakuratan hasil penelitian, perlu adanya eksplorasi lanjutan dilokasi yang sama dengan metode geofisika yang berbeda seperti metode Magnetotelluric (MT) atau mikroseismik serta perlu juga dilakukan eksplorasi dengan metode lainnya seperti metode geokimia, metode geologi dan metode landaian suhu.

DAFTAR PUSTAKA Abdelrahman, E,M., Riad, S., Amin,Y., Refai, E., (1985). On The Least Square Residual Anomaly Determination. Geophysics Vol.50 No.3 hlm. 473-480. Blakely, Richard J. (1996). Potential theory in gravity and magnetic applications. Cambridge: Cambridge University Press. Kastowo dan Suwarna, N. (1996). Peta Geologi Lembar Majenang. Bandung : Badan Geologi. Rahman, M., Sunaryo, Susilo, Adi. (2014). Pendugaan Struktur Bawah Permukaan 2 ½ Dimensi di Kawasan Gunung Kelud Berdasarkan Survei Gravitasi. Jurnal Natural B. Vol. 2, No.3, April 2014. Hlm.473-480. Reynolds, J.M. (1998). An introduction to applied and environmental geophysics. Chicester: John Wiley & Sons Ltd. Telford, W.M., Geldart, L.P., & Sheriff, R.E. (1990). Applied geophysics. Cambridge: Cambridge University Press.