PENGARUH PELATIHAN SMALL SIDED GAMES TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS AEROBIK MAKSIMAL (VO2MAX) PADA PEMAIN FUTSAL MOH.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PELATIHAN SMALL SIDED GAMES THREE-A-SIDED DAN SMALL SIDED GAMES SIX-A-SIDED TERHADAP PENINGKATAN CARDIOVASCULAR ENDURANCE PEMAIN SEPAK BOLA

PENGARUH LATIHAN SMALL SIDE GAME TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMP NEGERI 1 PAKEM, SLEMAN TAHUN 2016 E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH LATIHAN SMALL SIDED GAMES

BAB III METODE PENELITIAN. keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti.

PENGARUH LATIHAN Z-PATTERN RUN DRILL DAN BARRIER JUMP WITH CUT AND SPRINT TERHADAP KELINCAHAN DAN POWER OTOT TUNGKAI MUHAMMAD AGUSMAN

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2: , Agustus 2016

III. METODOLOGI PENELITIAN. tehnik penelitian membicarakan alat-alat yang akan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai sarana untuk meraih prestasi. latihan fisik yang teratur dan sesuai untuk mengembangkan kemampuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Waktu penelitian dilaksanakan

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : 82 88, Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga semakin lama mendapat tempat di dunia kesehatan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat dan

PENGARUH LATIHAN SMALL-SIDE GAMES 3 VERSUS 3 TERHADAP KECEPATAN PEMAIN SEPAKBOLA USIA DINI

PENGARUH METODE LATIHAN TRIANGLE RUN TERHADAP DAYA TAHAN (VO2MAX) PADA ANGGOTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 CABANGBUNGIN

PENGARUH LATIHAN COUNTINOUS RUNNING TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAK BOLA USIA TAHUN DI AKADEMI SALATIGA TRAINING CENTER

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

PENGARUH PELATIHAN INTERVAL TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR DAN KECEPATAN

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL LATIHAN PASSING CONTROL FEBI FUTSAL GAMES TERHADAP PENINGKATAN HASIL PASSING CONTROL OLAHRAGA FUTSAL UNTUK PEMAIN PEMULA

Pengaruh Pelatihan Air Alert Menggunakan Metode Latihan Interval terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

PENGARUH LATIHAN SMALL SIDED GAMES TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA U-17 DI PERSATUAN SEPAKBOLA SMUBA JUNIOR KOTA BATU

PENGARUH LATIHAN LADDER DRILLS DIBANDING LATIHAN SMALL SIDED GAME TERHADAP PRESTASI KETERAMPILAN MENGGIRING BOLA PEMAIN SEPAKBOLA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu, artinya penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

PENGARUH LATIHAN SMALL SIDE GAME 4 VS 4 DAN 6 VS 6 TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN AEROBIK TIM SEPAKBOLA UKM UNY SKRIPSI

PENGARUH METODE KOOPERATIF DAN KOMANDO TERHADAP KETERAMPILAN TEKNIK DASAR BERMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

PENGARUH LATIHAN BALL FEELING TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING PEMAIN SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) KALASAN

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Journal of Sport Sciences and Fitness

TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KETAHANAN (ENDURANCE)

BAB III METODE PENELITIAN. teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

HUBUNGAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING BOLA FUTSAL PADA ATLET O2SN KECAMATAN SUMEDANG UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB III METODE PENELITIAN. jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4

2015 PERBANDINGAN METODE CONTINOUS TRAINING DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK PADA ATLET SEPAKBOLA

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015

Kadek Sutyantara, Ni Luh Kadek Alit Arsani, I Nyoman Sudarmada

PENGARUH LATIHAN HIGH INTERVAL INTENSITY TRAINING DALAM MENINGKATKAN NILAI VOLUME OKSIGEN MAKSIMUM ATLET SEPAKBOLA JUNIOR (U-18) Pahala Tua Hutajulu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

BAB III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka populasi merupakan

PENGARUH LATIHAN KNEE-TUCK JUMP

2014 PENGARUH METODE LATIHAN SMALL SIDED GAMES DAN KEBUGARAN JASMANI TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS ANAEROBIK

oleh; Vito Septiana Rohman; 1 H. Doddy Achmad Hidayat., M.Pd.; 2 H. Abdul Narlan, M.Pd.; 3 dan

PELATIHAN PERMAINAN GAME TIPE A LEBIH MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KEBUGARAN FISIK DIBANDINGKAN PERMAINAN GAME TIPE B PEMAIN FUTSAL IKIP PGRI BALI

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah penjaga gawang. Cabang olahraga ini asal mulanya dari cabang

Didi Yudha Pranata 1

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

PENGARUH PERBEDAAN LATIHAN TERHADAP KEMAMPUAN SMASH BOLA VOLI. Slamet Riyadi Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta

JURNAL. Oleh: Azis Galuh Purwanto Dibimbing oleh : 1. Ruruh Andayani Bekti, M.Pd 2. Hendra Mashuri, M.Pd

PENGARUH LATIHAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP KEMAMPUAN SERVIS ATAS DALAM PERMAINAN BOLAVOLI MAHASISWA PUTRA

ANALISIS KONDISI FISIK ATLET PERSIK KEDIRI TAHUN 2015 (STUDI PADA KELOMPOK UMUR 17 TAHUN)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

PENGARUH LATIHAN BARRIER HOPS TERHADAP PRESTASI SHOOTING SISWA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA SMPN 1 WONODADI KABUPATEN BLITAR TAHUN 2016/2017

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

PENGARUH LATIHAN SMALL SIDED GAMES TERHADAP KETERAMPILAN PASSING SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER FUTSAL DI SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK SLEMAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan olahraga, mulai dari pemilihan calon atlet sampai pada metode latihan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh : SUGENG SANTOSA

2015 PERBANDINGAN HASIL AEROBIC MAXIMAL CAPACITY (VO2MAX) MENGGUNAKAN LABORATORIUM TEST DAN FIELD TEST PADA PEMAIN BOLA BASKET

PENERAPAN PEMBELAJARAN DRILL DAN BERMAIN TERHADAP HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS VII SMPN 2 BANYUWANGI

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

PENGARUH PELATIHAN ALTERNATE LEG BOUND TERHADAP KECEPATAN DAN POWER OTOT TUNGKAI

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Modifikasi Permainan Dalam Pembelajaran Dribbling Terhadap Keterampilan Motorik

PERBANDINGAN JUMLAH KALORI YANG DIKELUARKAN DAN HEART RATE DIBERBAGAI POSISI DALAM OLAHRAGA FUTSAL

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING

INDONESIA PERFORMANCE JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL BEBENTENGAN TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX PESERTA EKSTRAKURIKULER PENCAK SILAT

BAB III METODE PENELITIAN

SURVEI KONDISI FISIK PEMAIN PS. PUTRA SAKTI JOMBANG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen (true experiment),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. Data hasil penelitian diolah untuk distandarisasikan dengan T-Score karena

BAB I PENDAHULUAN. atlet. Prestasi yang diraih ditandai dengan keberhasilan atlet dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen tidak murni. Penelitian

Transkripsi:

PENGARUH PELATIHAN SMALL SIDED GAMES TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS AEROBIK MAKSIMAL (VO2MAX) PADA PEMAIN FUTSAL MOH. AGUNG SETIABUDI Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Olahraga Kesehatan Universitas PGRI Banyuwangi ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tuntutan teknis atau aturan bermain yang berbeda pada pelatihan small sided games. Tuntutan teknis atau aturan bermain 3 sentuhan dan tanpa 3 sentuhan. Tiga puluh enam pemain futsal terlibat dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok eksperimen I pelatihan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan. Kelompok eksperimen II pelatihan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan dan kelompok kontrol dengan pelatihan konvensional. Penilaian dari pelatihan small sided games diukur menggunakan tes Multi Stage Fitness. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan Randomized Control Group Pretest-Posttest Design. Analisis ANOVA yang dilanjutkan dengan uji posthoc dengan LSD menunjukkan bahwa small sided lebih optimal dibandingkan dengan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dan pelatihan konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa small sided adalah faktor yang lebih berpengaruh. Pengaruh dari faktor tuntutan teknis atau aturan bermain dapat meningkatkan beban kerja pemain. Dalam hal ini peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Untuk meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) pemain futsal dapat dilakukan dengan metode pelatihan small sided games. Sehingga, pelatih sebaiknya merancang program pelatihan small sided games dengan memperhitungkan tuntutan teknis yang diberikan misalnya dengan 3 sentuhan atau dengan yang lain. Kata Kunci: Small sided games, tuntutan teknik atau aturan bermain, kapasitas aerobik maksimal. PENDAHULUAN Permainan futsal baru-baru ini mendapatkan perhatian yang cukup serius. Ini bisa dilihat dari perkembangan futsal dari tahun ke tahun menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Terbukti dengan adanya ketersediaan lapangan futsal khususnya di kota-kota besar, sudah dapat menunjukkkan bahwa olahraga ini cukup diminati oleh masyarakat. Belum lagi adanya kejuaraan futsal cup ataupun kompetisi futsal dapat menjadikan gambaran bahwa olahraga yang satu ini mendapat tempat di hati masyarakat. Sebagai cabang olahraga yang masih tergolong baru fenomena tersebut nampaknya mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Dari yang semula tidak dipertandingkan pada even berskala nasional, maka pada tahun 2012 permainan futsal mencatatkan sejarah baru bagi perkembangan olahraga nasional, mengingat permainan futsal untuk pertama kalinya dipertandingkan pada kejuaraan PON 2012 yang telah berlangsung di provinsi Riau. Hal ini semakin mempertegas bahwa permainan futsal sudah mendapat tempat dimata masyarakat maupun pemerintah. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 21

Pada hakikatnya permainan futsal merupakan induk dari olahraga sepakbola. Hal ini bisa dilihat dari karakteristik permainan futsal yang tidak jauh berbeda dengan olahraga sepakbola. Karena asal usulnya berawal dari sepakbola maka terdapat beberapa kemiripan dengan permainan futsal, walaupun dari segi jumlah pemain dan ukuran lapangannya berbeda. Beberapa kemiripan yang dimaksud mulai dari segi teknik, taktik dan juga fisik maupun kesamaan dengan adanya penjaga gawang. Melihat dari beberapa kemiripan tersebut bukan tidak mungkin kemampuan yang dibutuhkan permainan futsal juga membutuhkan perhatian yang cukup serius sebagaimana halnya dengan olahraga sepakbola, artinya kemampuankemampuan tersebut merupakan aspek elementer untuk meraih prestasi. Pada olahraga sepakbola misalnya kemampuan teknik, taktik dan juga kondisi fisik merupakan aspek penunjang untuk mencapai prestasi yang maksimal. Hal ini pula juga berlaku pada permainan futsal yang notabene permainannya tidak jauh berbeda dengan sepakbola. Namun demikian seperti halnya sepakbola upaya untuk meningkatkan performance pemain sepakbola masih sering fokus pada kemampuan teknik dan taktik tanpa memedulikan kebugaran dan aspek fisiologis (Helgerud, 2001). Hal yang demikian mungkin juga berlaku pada permainan futsal. Dengan kondisi sedemikian rupa, maka peran pelatih menjadikan sosok yang fundamental, artinya berhasil tidaknya atlet untuk mencapai prestasi tertinggi juga tergantung sejauh mana program latihan memberikan efek yang signfikan terhadap perkembangan atlet. Mengingat tugas dan tanggung jawab yang diemban pelatih cukup besar, maka perlu kiranya seorang pelatih dapat memahami karakteristik cabang olahraga yang ia latih, termasuk didalamnya khasanah ilmu pengetahuan yang cukup mumpuni. Kajian ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gerakan-gerakan tubuh, perkembangan dan pertumbuhan anak, mekanika gerak, gizi, pengaruhpengaruh latihan pada sistem faal tubuh, ilmu jiwa, dan sebagainya (Harsono, 1988). Futsal memiliki karakteristik olahraga intermitten, sehingga pemain futsal dituntut untuk memiliki kondisi fisik, kemampuan teknik dan taktik yang baik (Costa dkk, 2011). Kondisi fisik yang prima sangatlah menunjang penampilan seorang pemain. Setiap pemain dituntut untuk memiliki kemampuan teknik individu yang sangat baik serta kemampuan strategi bermain yang juga harus baik.persiapan fisik merupakan suatu hal yang penting dalam masa persiapan sebuah tim untuk mencapai prestasi yang optimal. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kondisi fisik sangat mempengaruhi penampilan seorang pemain di dalam lapangan. Melalui latihan fisik, kondisi pemain yang kurang baik akan meningkat. Setelah melakukan latihan fisik yang terprogram dengan baik, hasil dari latihan fisik tersebut dapat dilihat dari meningkatnya penampilan seorang pemain yang akhirnya berdampak positif pada penampilan tim (Lhaksana, 2011). Olahraga futsal merupakan olahraga yang kompleks, karena memerlukan teknik dan taktik khusus. Begitu pula dalam hal kondisi fisik, permainan futsal memiliki perbedaan dengan olahraga-olahraga yang lain, karena karakteristik olahraga futsal adalah membutuhkan daya tahan kecepatan, daya tahan kekuatan dan kelincahan dalam waktu yang relatif lama (Lhaksana, 2011). Ditinjau dari sisi fisiologis, kapasitas aerobik maksimal dianggap sebagai faktor yang mendukung dalam permainan futsal. McMilan, dkk, (2005) mengungkapkan bahwa nilai VO2max yang tinggi memungkinkan pemain untuk dapat menempuh waktu di dalam setiap pertandingan. Lebih lanjut Durandt, dkk, Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 22

(2006) menjelaskan bahwa kapasitas aerobik maksimal berpengaruh pada kemampuan untuk mengulangi sprint dan melakukan gerakan dengan intensitas yang tinggi, baik dengan bola maupun tanpa bola. Dengan demikian, tampaknya penting bagi para pelatih untuk memperhatikan pembangunan dan optimalisasi kapasitas aerobik maksimal pada pemain futsal. Perlu disadari bahwa proses pelatihan olahraga erat kaitannya dengan masalah efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program latihan (Nasution, 2007). Metode latihan small sided games (SSG) dirasa memenuhi tuntutan tersebut, adanya unsur keterampilan teknik dan kemampuan kondisi fisik memenuhi secara spesifik serta penggunaan waktu akan menjadi efektif. Penggunaan small sided games (SSG) atau permainan sisi kecil dan pengkondisian permainan, banyak disarankan sebagai strategi yang efisien untuk meningkatkan waktu latihan tertentu pada pemain (Duarte dkk., 2009). Small sided games banyak digunakan pelatih untuk mengembangkan keterampilan teknik dan taktik. Lebih lanjut menurut Katis dan Kellis, (2009) menyatakan bahwa permainan small sided games (permainan sisi kecil) yang utama digunakan untuk daya tahan dan perbaikan kondisi fisik. SSG adalah pelatihan yang umum digunakan dengan tujuan meminta secara bersamaan teknik, taktik, dan komponen fisik (Rampini, dkk., 2007). Seorang pelatih dapat menggunakan berbagai bentuk permainan small sided games yang berbeda sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selama permainan small sided games, pemain mengalami situasi yang hampir sama dengan permainan sebenarnya (Owen, dkk., 2004). Permainan futsal menuntut pemain untuk selalu melakukan pergerakan selama permainan, pergerakan tersebut dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Melakukan pergerakan dengan intensitas seperti itu jelas membutuhkan kondisi fisik yang baik. Begitu juga dalam pelatihan small sided games (SSG) dimana jumlah pemain dan lapangan yang kecil membuat pemain harus bergerak serta mencari posisi yang kosong untuk menerima passing, menggiring bola, merebut bola dari lawan dan menghindar penjagaan lawan. Aktivitas yang terdapat dalam small sided games ini tidak jauh berbeda dengan permainan futsal yang sebenarnya. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Duarte, dkk., (2009) bahwa dengan memodifikasi jumlah pemain dan durasi pada latihan spesifik futsal, pelatih dapat mengubah stimulasi teknis dan fisiologis dari pemain. Selain itu menurut beberapa ahli, yang menyelidiki secara sistematis efek yang dirasakan pada pemain saat mengubah variabel yang berbeda atau aturan permainan (Kelly dan Drust, 2009). Selanjutnya menurut Owen, dkk. (2004), bahwa dengan mengubah jumlah pemain di lapangan, pelatih dapat memanipulasi tuntutan fisik dan teknis dalam permainan. Misalnya, dengan menghapus salah satu pemain dari setiap tim, tuntutan tersebut umumnya dapat ditingkatkan. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas dan tujuan menyediakan wawasan baru khususnya dalam olahraga futsal, maka rancangan pelatihan small sided games dalam penelitian ini adalah small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dan pelatihan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan. Satu hal yang mendasar dalam penelitian ini adalah menerapkan jenis-jenis pelatihan spesifik pada olahraga futsal melalui pelatihan model small sided games dengan variasi atau tuntutan teknis yang berbeda. Sebagaimana yang diungkapkan di atas bahwa pelatihan SSG dapat meningkatkan kemampuan fisik, maka dalam konteks penelitian ini adalah tuntutan teknis yang berbeda pada setiap kelompok. Pelatihan SSG dengan tuntutan variasi yang berbeda dimaksudkan untuk mengetahui jenis pelatihan mana yang lebih dominan untuk Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 23

meningkatkan kapasitas aerobik maksimal atau tingkat kebugaran (VO2max) pada pemain futsal. RANCANGAN PENELITIAN Metode penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek selidik (Arikunto, 1989). Sedangkan menurut Maksum (2012) penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui sebab akibat di antara variabel. Salah satu ciri utama dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment). Berdasarkan metode eksperimen tersebut, maka digunakan rancangan Randomized Control Group Pretest-Posttest Design (Maksum, 2009), Seperti dibawah ini : T01 T02 T03 X1 X2 ----- T1 T2 T3 Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Keterangan: T01 : Pretest kelompok eksperimen 1 T02 : Pretest kelompok eksperimen 2 T03 : Pretest kelompok kontrol X1 : Perlakuan kelompok eksperimen 1 X2 : Perlakuan kelompok eksperimen 2 T1 : Posttest kelompok eksperimen 1 T2 : Posttest kelompok eksperimen 2 : Posttest kelompok kontrol T3 Rancangan penelitian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Subjek penelitian diambil secara acak melalui random menjadi 2 kelompok. 2. Masing-masing kelompok dilakukan pretest, untuk pretest kelompok eksperimen small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan diberi simbol (T01), untuk pretest kelompok eksperimen small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan diberi simbol (T02), dan kelompok kontrol (T03). 3. Kelompok eksperimen 1 diberi perlakuan yaitu pelatihan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dengan simbol (X1) dan kelompok eksperimen 2 diberikan perlakuan yaitu pelatihan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan diberikan simbol (X2) dan kelompok kontrol diberikan perlakuan konvensional. 4. Setelah delapan minggu pelatihan selanjutnya dilakukan posttest kepada ketiga kelompok. Untuk posttest kelompok eksperimen small sided diberi simbol (T1), untuk posttest kelompok eksperimen small sided diberi simbol (T2) dan untuk posttest kelompok kontrol diberikan (T3). Menurut Nala (1998) bahwa, lama suatu pelatihan sehingga diperoleh hasil yang konstan, dimana tubuh telah teradaptasi dengan pelatihan tersebut, disebut juga durasi, biasanya tercapai dalam jangka waktu 6-8 minggu pelatihan. Dikatakan juga bahwa pelatihan peningkatan untuk meningkatkan kekuatan otot, power dan daya tahan sekitar 6 8 minggu dan dilakukan dengan penekanan pada durasi dan intensitas (Hairy, 1988). Perlakuan dalam penelitian ini berlangsung selama 24 kali pertemuan, dengan rincian pelatihan tiap minggu dilakukan sebanyak 3 kali. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah berjumlah 36 mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 24

Universitas PGRI Banyuwangi yang memiliki keterampilan futsal. Ditambahkan pula penjaga gawang, namun tidak termasuk sampel dalam penelitian ini. Penjaga gawang ini ditambahkan agar tingkat kesulitan dalam mencetak gol bertambah dan seperti permainan futsal sebenarnya. Mengacu pada desain di atas, maka populasi di atas akan dijadikan anggota sampel secara keseluruhan, dengan kata lain penelitian ini merupakan penelitian populasi. Proses pembagian anggota populasi ke dalam kelompok dilakukan secara simple random sampling. Randomisasi untuk mendapatkan ketiga kelompok tersebut dengan maksud memberikan kesempatan kepada semua objek populasi untuk memperoleh kesempatan yang sama. Hasil randomisasi dapat memudahkan untuk menentukan kelompok eksperimen. Variabel Penelitian Menurut Maksum (2012) bahwa, variabel adalah suatu konsep yang memiliki variabilitas atau keragaman yang menjadi fokus penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi. Variabel-variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri atas: a. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah program pelatihan small sided game 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dan pelatihan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan. b. Variabel tidak terkontrol Variabel tidak terkontrol dalam penelitian ini adalah aktivitas Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Dikjasor) di sekolah atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga yang lain, waktu makan, dan waktu istirahat. 2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Perlakuan (treatment) Perlakuan dalam penelitian ini terbagi atas dua bagian yaitu perlakuan pertama adalah small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan, dimana sampel melakukan treatment small sided games futsal tanpa modifikasi teknis 3 sentuhan untuk kelompok eksperimen I. Perlakuan yang kedua adalah pelatihan small sided, artinya dimana sampel melakukan perlakuan small sided games futsal dengan modifikasi teknis 3 sentuhan untuk kelompok eksperimen II dan untuk kelompok kontrol mendapatkan perlakuan konvensional yaitu mendapat pelatihan yang telah diprogramkan oleh pelatih futsal. Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dalam satu minggu, dilaksanakan perlakuan pelatihan small sided games sebanyak tiga kali dalam satu minggu. Berikut ini berupa jadwal perlakuan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Menurut Sukadiyanto (2011) bahwa, dalam penyusunan program latihan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain meliputi; mengetahui biodata olahragawan, langkah-langkah penyusunan program, dan karakteristik cabang olahraga. Dengan demikian, diperlukan adanya data awal untuk menentukan program latihan yang akan diberikan. Salah satu cara dalam memperoleh data awal tersebut yaitu dari tes awal berupa latihan small sided games. Berdasarkan teori North Carolina Youth Soccer Association (2011), bahwa durasi latihan small sided games sepakbola untuk U-15 U-16 yaitu 2 x 40 menit dengan masa recovery 15 menit setiap babak (masa recovery tersebut adalah masa recovery resmi yang dizinkan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 25

oleh FIFA). Sedangkan untuk olahraga futsal sendiri durasi permainan dan istirahatnya berbeda dengan sepakbola yaitu 2 x 20 menit, dengan masa istirahat (recovery) 10 menit. Dengan demikian, pemberian beban pelatihan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kemampuan sampel penelitian pada tes awal. Sampel penelitian yang rata-rata berusia 15-16 tahun melakukan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dan small sided selama 5 x 3 menit, setelah itu diperiksa denyut nadinya apakah sudah maksimal. Dimana menurut Wilmore (dalam Kusnanik dkk., 2011) denyut nadi maksimal dapat diprediksi dengan perhitungan 208 - (0,7 x umur). Dengan diketahuinya denyut nadi maksimal dari sampel penelitian, selanjutnya dapat disusun tentang beban latihan small sided games yang akan diberikan kepada sampel penelitian. Instrumen Pengukuran Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan pengukuran VO2Max menggunakan Multistage Fitness Test (MFT) (Kemenegpora, 2005). Tujuan dari tes kebugaran Multi-stage adalah untuk memantau perkembangan penyerapan oksigen maksimal (VO2max) seorang atlet (Mackenzie, 2005). a. Prosedur pelaksanaan Multistage Fitness Test (MFT): 1. Tes bleep dilakukan dengan lari menempuh jarak 20 meter bolakbalik, yang dimulai dengan lari pelan-pelan secara bertahap yang semakin lama semakin cepat hingga atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, berarti kemampuan maksimalnya pada level bolak-balik tersebut. 2. Waktu setiap level 1 menit. 3. Pada level 1 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 8,6 detik dalam 7 kali bolak-balik. 4. Pada level 2 dan 3 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 7,5 detik dalam 8 kali bolak-balik. 5. Pada level 4 dan 5 jarak 20 meter ditempuh dalam waktu 6,7 detik dalam 9 kali bolak-balik, dan seterusnya. 6. Setiap jarak 20 meter telah ditempuh, dan pada setiap akhir level, akan terdengar tanda bunyi 1 kali. Gambar 3.2 Lintasan Multistage Fitness Test (MFT) (topendsport.com, 2011) 7. Start dilakukan dengan berdiri, dan kedua kaki di belakang garis start. Dengan aba-aba siap, ya, atlet lari sesuai dengan irama menuju garis batas hingga satu kaki melewati garis batas. 8. Bila tanda bunyi belum terdengar, atlet telah melampaui garis batas, tetapi untuk lari balik harus menunggu tanda bunyi. Sebaliknya, bila telah ada tanda bunyi atlet belum sampai pada garis batas, atlet harus mempercepat lari sampai melewati garis batas dan segera kembali lari ke arah sebaliknya. 9. Bila dua kali berurutan atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari berarti kemampuan maksimalnya hanya pada level dan balikan tersebut. 10. Setelah atlet tidak mampu mengikuti irama waktu lari, atlet tidak boleh terus berhenti, tetapi tetap meneruskan lari pelan-pelan selama 3-5 menit untuk cooling down. Selanjutnya, hasil pencatatan pelaksanaan lari tersebut di atas dikonversikan dengan tabel nilai prediksi kemampuan VO2max peserta tes. Tabel Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 26

konversi ini diadopsi dari Multi Stage Fitness Test: A Progressive Shuttle-run Test for The Prediction of Maximum Oxygen Uptake karya John Brewer, Roger Ramsbottom, dan Clyde Williams dari Loughborough University, 1988 dan dipublikasikan oleh Australian Coaching Council (Sukadiyanto, 2011). Teknik Analisis Data Dalam proses analisis data peneliti menggunakan bantuan program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) Statistics 20. Dengan tujuan memberikan makna pada data yang dihasilkan dari tes dan pengukuran akan dilakukan sebagai berikut: 1. Uji Prasyarat Analisis a. Deskripsi data tentang subjek penelitian (N), rerata (mean) Tes awal-tes akhir dan delta (selisih skor tes akhir dengan tes awal). b. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorove-Smirnov Test c. Uji homogenitas varian menggunakan uji Levene s Tes. 2. Uji Statistik Hipotesis a. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan pada variabel terikat sebelum dan setelah perlakuan setiap kelompok penelitian digunakan paired t test (uji t), dengan tingkat penolakan hipotesis pada α = 0,05. b. Untuk mengetahui besarnya perbedaan pengaruh perlakuan terhadap peningkatan variabel terikat sebelum dan setelah perlakuan antar-kelompok digunakan analisis statistik Analysis of Variance (ANOVA), dengan taraf penolakan hipotesis pada α = 0,05. c. Untuk mengetahui variabel bebas mana yang lebih memiliki pengaruh paling besar dalam meningkatkan variabel terikat digunakan analisis statistik LSD (Least Significant Different), dengan taraf penolakan hipotesis pada α = 0,05. DISKUSI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa small sided games adalah metode yang sesuai untuk meningkatkan kapasitas aerobik maksimal. Untuk lebih jelasnya diskusi hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pengaruh Program Perlakuan Small Sided Games 3 Lawan 3 tanpa 3 Sentuhan terhadap Peningkatan Kapasitas Aerobik Maksimal (VO2max) Setelah diberikan program perlakuan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan selama delapan minggu dengan frekuensi tiga kali per minggu menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-t sebesar 22,379 dengan nilai signifikansi = 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) = 0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara (sebelum-sesudah) pelatihan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan terhadap peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) pada pemain futsal. Small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dalam penelitian ini merupakan aktivitas fisik futsal yang dimainkan 3 orang masing-masing tim dalam ukuran lapangan sebesar 10 meter x 20 meter dengan durasi waktu 5 x 3 menit minggu pertama, 5 x 4 menit minggu kedua, 5 x 5 menit minggu ketiga, 5 x 6 menit minggu keempat, 5 x 7 menit minggu kelima, 5 x 8 menit minggu keenam, 5 x 9 menit minggu ketujuh dan 5 x 10 menit minggu kedelapan. Jumlah pemain, durasi pemain dan luas lapangan tersebut berpengaruh terhadap beban pelatihan dan mampu memberikan stimulus atau rangsangan terhadap denyut jantung yang mengarah pada adaptasi dalam hal sistem energi aerobik dan anaerobik sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kondisi fisik dalam hal ini kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 27

Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Katis & Kellis (2009) menyatakan bahwa permainan small sided games (permainan sisi kecil) yang utama digunakan untuk daya tahan dan memperbaiki kondisi fisik. Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh Kelly & Drust (2009) pelatihan small sided games menyebabkan respon denyut jantung meningkat sekitar 90-95% dari detak jantung maksimal hal ini berarti bahwa pelatihan small sided games berpengaruh terhadap fisiologis sehingga berguna untuk sesi pelatihan fisik. Pernyataan yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bondarev (2011) bahwa small sided games adalah sarana atau metode pelatihan yang cocok untuk meningkatkan kardiovaskuler atau kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Pengaruh Program Perlakuan Small Sided Games 3 Lawan 3 dengan 3 Sentuhan terhadap Peningkatan Kapasitas Aerobik Maksimal (VO2max) Setelah diberikan program perlakuan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan selama delapan minggu dengan frekuensi tiga kali per minggu menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Hal ini dapat dilihat dari hasil uji-t sebesar 18,543 dengan nilai signifikansi = 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi (α) = 0,05. Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara (sebelum-sesudah) pelatihan small sided terhadap peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) pada pemain futsal. Small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan dalam penelitian ini merupakan aktivitas fisik futsal yang dimainkan 3 orang masing-masing tim dalam ukuran lapangan sebesar 10 meter x 20 meter dengan durasi waktu 5 x 3 menit minggu pertama, 5 x 4 menit minggu kedua, 5 x 5 menit minggu ketiga, 5 x 6 menit minggu keempat, 5 x 7 menit minggu kelima, 5 x 8 menit minggu keenam, 5 x 9 menit minggu ketujuh dan 5 x 10 menit minggu kedelapan. Dalam pelatihan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan, pemain futsal bermain seperti pertandingan yang sesungguhnya, akan tetapi yang membedakan disini para pemain hanya boleh melakukan 3 sentuhan terhadap bola, kemudian harus diberikan atau passing kepada teman yang lain, dan pemain yang telah melakukan 3 sentuhan harus mencari ruang kosong untuk bersiap menerima kembali bola yang diberikan oleh temannya atau dengan kata lain para pemain hanya melakukan 3 sentuhan terhadap bola. Jumlah pemain, durasi bermain, luas lapangan dan tuntutan teknis tersebut berpengaruh terhadap beban pelatihan dan mampu memberikan stimulus atau rangsangan terhadap denyut jantung yang mengarah pada adaptasi dalam hal sistem energi aerobik dan anaerobik sehingga berpengaruh terhadap peningkatan kondisi fisik dalam hal ini kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Hasil penelitian tersebut di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Almeida, Ferreira dan Volossovitch (2012) bahwa small sided games dengan aturan bermain dua sentuhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemain muda dalam melakukan penyerangan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Duarte, dkk., (2009) yang menyatakan bahwa dengan memodifikasi jumlah pemain dan durasi pada latihan spesifik futsal, pelatih dapat mengubah stimulasi teknis dan fisiologis dari pemain. Lebih lanjut menurut Hoff dkk (2002), menyatakan bahwa kehadiran bola selama small sided games memungkinkan peserta untuk meningkatkan kebugaran fisik serta keterampilan teknis dan taktis. Pernyataan yang telah dijabarkan di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bondarev (2011) bahwa small sided Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 28

games adalah sarana atau metode pelatihan yang cocok untuk meningkatkan kardiovaskuler atau kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Perbedaan Pengaruh antara Pelatihan Small Sided Games 3 Lawan 3 tanpa 3 Sentuhan dan Small Sided Games 3 Lawan 3 dengan 3 sentuhan terhadap Peningkatan Kapasitas Aerobik Maksimal (VO2max). Setelah diberikan program perlakuan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan ditambah dengan adanya perlakuan konvensional yang diberikan kepada kelompok kontrol maka akan dapat diketahui pelatihan mana yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max). Berdasarkan hasil analisis seperti pada bab sebelumnya diperoleh nilai Fhitung sebesar 124,504 > Ftabel = 3,30 dengan nilai signifikansi p = 0,00 < 0,05 (p < 0,05). Dengan demikian, H0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang sangat bermakna dari kedua perlakuan dan kelompok kontrol terhadap peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) antar kelompok penelitian. Untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dengan mengacu pada data peningkatan (delta), maka dilanjutkan uji post-hoc dengan Least Significant Different (LSD). Hasil mean difference peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) antara kelompok eksperimen II dengan kelompok eksperimen I sebesar 1,275 dan p = 0,000 berarti ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok penelitian. Perbedaan tersebut menjelaskan perlakuan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan lebih baik dalam meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) bila dibandingkan dengan perlakuan pelatihan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan. Hasil mean difference peningkatan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) antara kelompok eksperimen II dengan kelompok kontrol sebesar 2,391 dan p = 0,000 berarti ada perbedaan yang signifikan diantara kedua kelompok penelitian. Perbedaan tersebut menjelaskan perlakuan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan lebih baik dalam meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) bila dibandingkan dengan perlakuan pelatihan konvensional. Hasil uji post-hoc dengan LSD antar kelompok dari kapasitas aerobik maksimal (variabel terikat) dapat disimpulkan bahwa pelatihan small sided memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kapasitas aerobik maksimal (VO2max) daripada pelatihan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan maupun pelatihan konvensional pada kelompok kontrol. PENUTUP 1. Simpulan secara umum dalam penelitian ini bahwa pelatihan small sided games dengan tuntutan teknis yang berbeda dapat mempengaruhi beban kinerja pemain futsal. Penelitian ini menunjukkan bahwa small sided mempunyai beban kerja yang tinggi daripada small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan. Akibatnya peningkatan kapasitas aerobik maksimal lebih optimal pada kelompok eksperimen small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan, hal ini telah dibuktikan pada penjabaran bab sebelumnya. 2. Kesimpulan secara khusus adalah sebagai berikut: a) Program pelatihan small sided games 3 lawan 3 tanpa 3 sentuhan dapat meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) pemain futsal. b) Program pelatihan small sided games 3 lawan 3 dengan 3 sentuhan dapat meningkatkan kapasitas aerobik maksimal (VO2max) pemain futsal. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 29

c) Antara masing-masing kelompok penelitian terdapat perbedaan peningkatan kapasitas aerobik masimal (VO2max) pemain futsal. DAFTAR PUSTAKA Almeida, Carlos Humberto, Ferreira, Antonio Paulo dan Volossovitch, Anna. (2012). Manipulating Task Constraints in Small-Sided Soccer Games: Performance Analysis and Practical Implications. Lisbon, Portugal: Sport Expertise Laboratory, Faculty of Human Kinetics, Technical University of Lisbon. The Open Sports Sciences Journal, 2012, 5, 174-180 Arikunto, Suharsimi. (1989). Manajemen Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, PPLPTK. Bondarev, D.V. (2011). Factors Influencing Cardiovascular Responses during Small-Sided Soccer Games Performed with Recreational Purposes. Sevastopol National Technical University. Costa, Camila S. C. da, Alexandre Palma, Cristiana M. Pedrosa, Anna Paola T. R. Pierucci. (2011). Female Futsal Players Profile and Biochemical Alterations through Intermittent High-Intensity Exercise Training. Food and Nutrition Sciences, Vol. 3, 110-116 Duarte, Ricardo, Nuno Batalha, Hugo Folgado and Jaime Sampaio. (2009). Effects of Exercise Duration and Number of Players in Heart Rate Responses and Technical Skills During Futsal Small-sided Games. The Open Sports Sciences Journal, 2009, Volume 2, 1-5. Durandt J, Tee JC, Prim SK, & Lambert MI. (2006). Physical Fitness Components Associated with Performance in a Multiple Sprint Test. Int J Sports PhysiolPerf, 1(2): 150 160. Hairy, J. (1988). Fisiologi Olahraga. Jilid 1. Jakarta. PPLPTK. Depdikbud. Dirjen. Dikti. Harsono, (1988). Coaching dan Aspek- Aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK. Helgerud J., Hoff J., Wisløff U, Engen LC. (2001). Aerobic Endurance Training Improves Soccer Performance. American College of Sports Medicine, 2001, 1925-1931. Hoff J, Wisløff U, Engen LC. (2002). Soccer Specific Aerobic Endurance Training. British Journal Sports Medicine ;Vol. 36: 218 221. Katis, A. dan Kellis, E. (2009). Effects of Small-Sided Games on Physical Conditioning and Performance in Young Soccer Players. Journal of Sports Science and Medicine.8, 374-380. Kelly M., David dan Drust, Barry. (2009). The Effect of Pitch Dimensions on Heart Rate Responses and Technical Demands of Small Sided Soccer Games in Elite Players. Journal of Science an Medicine in Sport12, 475-479. Kemenegpora. (2005). Panduan Penetapan Parameter Tes Pada Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 30

Pelajar Dan Sekolah Khusus Olahragawan. Yogyakarta. Kusnanik, N.W, Nasution, J., Hartono, S.. (2011). Dasar-dasar Fisiologi Olahraga. Surabaya. Unesa University Press. Lhaksana, Justinus. (2011). Taktik dan Strategi Futsal Modern. Depok: Be Champion. Maksum, A. (2009). Buku Ajar Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. UNESA. Maksum, A. (2012). Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press. McMillan K, Helgerud J, MacDonald R, Hoff J. (2005). Physiological Adaptations to Soccer Specific Endurance Training in Professional Youth Soccer Players. British Journal Sports Med, 39(5): 273 277. Mckenzie, Brian. (2005). 101 Performance Evaluation Tests. London: Electric Word plc. Nala, Ngurah. (1998). Prinsip Pelatihan Fisik dalam Olahraga. Denpasar: Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana. Nasution, M. (2007).VO2 Max Dan Denyut Nadi Maksimal pada Pemain Sepakbola PSIS JUNIOR. Jurnal IPTEK Olahraga, VOL.9, No.2, 102-112. North Carolina Youth Soccer Association. (2011). The Recreation Soccer Handbook. A Manual for North Carolina Youth Soccer Association: Greensboro, North Carolina. Owen, A., Twist C dan Ford, P. (2004). Small-Sided Games: The Physiological And Technical Effect Of Altering Pitch Size And Player Number. Insight-Issue 2, Volume 7. Rampinini, E., Impellizzeri, F. M., Castagna, C., Abt, G., Chamari, K., Sassi, A. (2007). Factors Influencing Physiological Responses to Small-Sided Soccer Games. Journal of Sports Sciences, 25, 659 666. Sukadiyanto dan Dangsina Muluk. (2011). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Bandung: Lubuk Agung. Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas PGRI Banyuwangi 31