Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) merupakan upaya. pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia agar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang Refleksi Program Rintisan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/IX/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. program peningkatan mutu pendidikan, di antaranya adalah program

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

SERTIFIKASI TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan Alam (MIPA) dan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

RENCANA KINERJA TAHUN 2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

SMK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2009 TENTANG

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

2016, No Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Akreditasi Lembaga Pelatihan Kerja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentan

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/IX/2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMAGANGAN DI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, keterbukaan bursa kerja di tingkat nasional dan internasional,

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

Peran Diklat dan LPTK dalam Sertifikasi Guru Kejuruan Berdasarkan Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENINGKATKAN PROFESI GURU MELALUI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) PRA JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan.

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

A. Tujuan dan Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) 1. Pengertian Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

Zulhamidi 1, Ester Edwar 2. Jalan Bungo Pasang, Tabing, Padang Politeknik ATI Padang

STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENDIDIKAN

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, dan sumber daya manusia (SDM). Untuk memenuhi hal tersebut

PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DAN KESIAPAN LPTK DALAM MENDUKUNG PROGRAM SERTIFIKASI GURU

KURIKULUM PROGRAM STUDI S.1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN AKADEMIK

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

Transkripsi:

Strategi Mempersiapkan Guru SMK RSBI : Studi Pendahuluan di SMK RSBI DKI Jakarta 2009 Bambang Dharmaputra Abstrak Makalah ini disusun berdasarkan Studi Pendahuluan SMK RSBI di Propinsi DKI Jakarta pada bulan September Oktober 2009. Jumlah SMK yang diteliti sebanyak 6 SMK terdiri dari Bidang Keahlian Teknik, Manajemen, dan Pariwisata. Metodologi penelitian kualitatif diterapkan terhadap pimpinan SMK RSBI yang ditetapkan untuk menggali tuntutan mereka terhadap guru LPTK Kata kunci: LPTK, Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan dan Pendidikan Vokasi A. LPTK : Pendidikan Guru SMK Pelaksanaan pembelajaran di SMK tidak terlepas dari kemampuan guru kejuruan yang mengajarkan keahliannya. Hal ini diupayakan pemerintah dari sisi penghasil guru, dan pada tahun 1980 telah disusun 10 kompetensi guru oleh Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) sebagai guru yang profesional 1. Kompetensi profesional guru yang dimaksud adalah sepuluh penguasaan dasar keguruan, yakni meliputi: (1) menguasai bahan ajar, (2) mengelola program pembelajaran, (3) mengelola kelas, (4) mengelola interaksi belajar, (5) menggunakan media, (6) menilai hasil belajar siswa, (7) melaksanakan penyuluhan dan bimbingan, (8) melaksanakan administrasi pendidikan, (9) menguasi landasan pendidikan, dan (10) menguasai prinsip-prinsip penelitian. Pada tahun 1989 keluarlah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 yang menekankan ciri khusus pendidikan kejuruan dalam pendidikan sekolah. Pada pasal 11 ayat 3, dijelaskan bahwa yang dimaksud pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu Hal ini kemudian berdampak pada penamaan dan maksud sekolah kejuruan di pendidikan menengah, yang tadinya bernuansa spesialisasi keahlian tertentu menjadi sekolah kejuruan yang beragam sesuai tuntutan lapangan kerja. Sejak itu, hapuslah istilah STM (Sekolah Teknik Menengah), SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), dan sebagainya diganti menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Jadi satu SMK dapat mengelola lebih dari satu kejuruan yang berbeda, seperti ekonomi dan keteknikan dalam satu atap jika tuntutan lapangan kerja pada sekolah itu ada. Hal ini berdampak pada guru SMK yang harus mampu menyesuaikan keahliannya sesuai permintaan pasar kerja yang tersedia. Oleh sebab itu, kemampuan guru kejuruan mengembangkan diri menjadi penting diperhatikan oleh LPTK penghasil guru kejuruan. Dengan berlakunya undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, maka wajah pendidikan di Indonesia berubah dari senralistisk menjadi desentralistik, dan ini berpengaruh dalam perancangan kurikulum Jika dahulu, kurikulum disusun oleh pusat, maka tuntutan Sisdiknas mengarah pada pemberian kewenangan sekolah untuk mengembangkannya. Hal ini mengakibatkan tuntutan profesional guru menjadi tinggi, dan untuk itu keluarlah Undang Undang Guru Dosen Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,. Pada pasal 2 tentang standar nasional pendidikan terdiri dari 8 hal, yakni standar (1) isi, (2) proses, (3) kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga pendidikan, (5) pengelolaan, (6) sarana dan prasana, (7) pembiayaan, dan (8) penilaian pendidikan Sesuai dengan itu, maka keluarlah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) yang melahirkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk menjawab tuntutan standar isi dan kompetensi lulusan. Semua standar pendidikan telah dikeluarkan Permendiknas yang terkait, sehingga pelaksana di lapangan dapat menggunakan ketentuan tersebut. Oleh sebab itu, sebagai calon guru harus memahami apa yang diinginkan pemerintah agar pendidikan dapat berjalan dengan 1 Suharsimi Arikunto, Suhardjoni, dan Supardi., 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, h.1 23

baik. Kriteria standar pendidikan ini pun yang digunakan Badan Nasional Sekolah Mandarasah (BAN S/M) dalam menilai mutu sekolah di mana para guru bekerja. Dengan berlakunya Undang Undang Sisdiknas tahun 2003, terdapat tuntutan sekolah bertaraf internasional tidak saja di SMK tetapi juga di SD/SMP/SMA bahkan di madrasah pun diharapkan ada madrasah bertaraf internasional. Selanjutnya dari kajian Balitbangdiknas 1 didefinisikan bahwa sekolah/madrasah bertaraf internasional adalah Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional merupakan Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional. Pada prinsipnya, Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional harus bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan. B. Standar Nasional Pendidikan (SNP). SMK RSBI sesuai dengan definisi Balitbangdiknas adalah SMK yang telah berhasil memenuhi semua SNP diperkaya dengan ketentuan unggul lainnya. Sejak awal rintisan pembentukkan SMK Bertaraf Internasional, maka Ditmenjur Depdiknas 2 telah menetapkan beberapa kriteria, yakni : a. Menyelenggarakan program diklat yang mengacu pada standar kompetensi Internasional, menggunakann pendekatan Competency Based Training dan memberikan bekal yang cukup dalam kemampuan komunikasi bahasa Inggris (TOEIC). b. Memiliki tenaga kependidikan khususnya guru-guru produktif yang sebagian bersertifikat internasional, memiliki pengalaman kerja/magang di industri berstandar internasional dan mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. c. Tersedianya fasilitas yang mendukung pencapaian kompetensi tamatan standar internasional, baik milik sendiri maupun kerjasama dengan pihak lain (out sourcing). d. Menerapkan sistem manajemen mutu yang mengacu standar mutu internasional (ISO). e. Memiliki partner lembaga Diklat dan DU/DI berstandar internasional untuk mendorong peningkatan kualitas. f. Melaksanakan pengujian dan sertifikasi dengan menggunakan perangkat pengujian terstandar dan dilakukan oleh assesor bertaraf internasional (lembaga pengujian dan sertifikasi yang terakreditasi secara internasional). Setelah memasuki perioda KTSP, maka Ditmenjur pun menetapkan kriteria SMK BI sebagsaimana tercantum dalam buku Panduan Pelaksanaan Imbal Swadaya SMK BI 3 dengan membuat dua tahapan, yakni (1) tahap pengembangan (development) dan (2) tahap pemantapan (establisment). Secara rinci sasaran itu sebagai berikut: 1. Tahap Pengembangan (Development) : Penerapan Sistem Manajemen mutu ISO 9001 : 2000; Penyusunan KTSP dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seluruh program keahlian; Pembelajaran berbasis kompetensi; Pelaksanaan pembelajaran untuk 4 mata pelajaran produktif menggunakan pengantar bahasa Inggris; Pengembangan program praktik kerja industri; Penyusunan modul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; Promosi dan pemasaran sekolah bertaraf internasional; 1 Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Model Kurikulum Sekolah Bertaraf Internasional, hh. 2-3 2 Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Depatemen Pendidikan Nasional, 2002, Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berstandar Nasional dan Internasional, hh. 4-5 3 Direktorat Pembinaan SMK Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional. 2007, Imbal Swadaya SMK BI, hh. 3-4 24

Penataan lingkungan; Pengembangan website atau jaringan informasi sekolah. 2. Tahap Pemantapan (Establishment): Maintenance Sistem Manajemen Mutu; Pembelajaran menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya; Pengembangan program kerja praktek kerja industri; Pembelajaran berbasis produksi; Pengembangan sertifikasi internasional; Kemitraan (student and teacher exchange program); Program kompetisi siswa tingkat internasional Peningkatan disiplin Sebelum mendalami lebih lanjut tentang tuntutan SMK RSBI, maka peneliti berupaya mendapat hasil penilaian BAN S/M dengan meminta sekolah untuk mengisi ulang instrument BAN S/M yang telah dilakukan. Pengisian ini dilakukan tanpa diintervensi peneliti dan seluruhnya dinilai ulang sebagai evaluasi diri. Peneliti sadar bukan wakil dari petugas BAN S/M, sehingga tidak dapat memaksa sekolah untuk mau mengisinya. Ternyata dari 8 SMK RSBI yang mau mengembalikan hanya 4 SMK RSBI. Hasil evaluasi diri dari SMK RSBI tampak pada table berikut ini Tabel 1. Hasil Evaluasi tentang SPN SMK RSBI Kelompok Teknologi No Urut Bobot Nilai SMK Teknologi 1 1 Standar Isi 12 12 100 2 Standar Proses 15 15 100 3 Standar Kompetensi Lulusan 13 12.7 97.69 4 Standar Pendidik dan Tendik 15 14.31 95.40 5 Standar Sarana dan Prasarana 13 12.88 99.08 6 Standar Pengelolaan 10 10 100 7 Standar Pembiayaan 11 11 100 8 Standar Penilaian Pendidikan 11 11 100 Nilai Akhir 100 98.89 98.89 Peringkat A (Sangat Baik) Tabel 2. Hasil Evaluasi Diri tentang SPN SMK RSBI Kelompok Bisnis Manajemen No Urut Bobot Nilai SMK Bisnis 1 Nilai SMK Bisnis 2 1 Standar Isi 12 11.83 98.61 12.00 100.00 2 Standar Proses 15 14.48 96.51 15.00 100.00 3 Standar Kompetensi Lulusan 13 12.53 96.35 12.53 96.35 4 Standar Pendidik dan Tendik 15 14.44 96.30 14.68 97.84 5 Standar Sarana dan Prasarana 13 12.52 96.30 12.84 98.77 6 Standar Pengelolaan 10 9.31 93.13 10.00 100.00 7 Standar Pembiayaan 11 10.07 91.54 11.00 100.00 8 Standar Penilaian Pendidikan 11 10.07 91.54 10.41 94.62 Nilai Akhir 100 95.25 95.25 98.45 99.55 Peringkat A (Sangat Baik) A (Sangat Baik) 25

Tabel 3. Hasil Evaluasi Diri tentang SPN SMK RSBI Kelompok Pariwisata No Urut Bobot Nilai SMK Bisnis 1 1 Standar Isi 12 11.72 97.69 2 Standar Proses 15 15.00 100.00 3 Standar Kompetensi Lulusan 13 12.76 98.18 4 Standar Pendidik dan Tendik 15 14.35 95.68 5 Standar Sarana dan Prasarana 13 12.72 97.84 6 Standar Pengelolaan 10 10.00 100.00 7 Standar Pembiayaan 11 11.00 100.00 8 Standar Penilaian Pendidikan 11 11.00 100.00 Nilai Akhir 100 98.56 98.56 Peringkat A (Sangat Baik) Hal yang menarik dari evalusi diri mereka terhadap perangkat instrument SPN, maka perolehan yang tidak dapat maksimal (100) adalah Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan serta Standar Sarana dan Prasarana. Menyangkut Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, maka hal ini terkait dengan LPTK sebagai penghasil guru kejuruan. Sewaktu peneliti mendalami tentang masalah ini, umum sekolah mengeluh kemampuan soft skill yang dinilai rendah. Artinya, perilaku guru yang diharapkan pimpinan sekolah STM RSBI belum memenuhi harapan mereka. Sebenarnya, hal yang serupa pun telah muncul dalam penilaian evaluasi diri terdahulu seperti tercantum dalam internet. C. Pengembangan dan Pendidikan Vokasi Dari daftar SMK penerima bantuan program pengembangan SMK-RSBI tahun 2009 tercatat semua provinsi (kecuali Papua Barat), dan hampir semua kabupaten / kota di Indonesia telah mendapat bantuan. Tercatat ada 33 provinsi, 188 kabupaten/kota dan 247 SMK yang tercatat sebagai RSBI. 1 Hal ini sebenarnya masih terdapat tambahan SMK RSBI yang dibantu melalui jalur lain seperti INVEST. Namun jika dilihat tuntutan Undang Sisdiknas pasal 50 ayat 3, maka yang diinginkan ada satu sekolah bertaraf internasional di kabupaten/kota, dan ini berjumlah 349 kabupaten dan 91 kota. 2 Jadi setidaknya diinginkan minimal ada 440 sekolah bertaraf internasional di Indonesia, dan peluang untuk mengembangkan SMK bertaraf internasional terbuka ke depan. Hal ini diperkuat lagi keinginan pemerintah mengubah perbandingan SMK (70 %) dan SMU (30 %) ke depan. Dalam mengembangkan guru kejuruan (produktif) yang dapat memenuhi tuntuan di atas, maka Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 3 mengajukan syarat sebagai berikut: 1. Menguasai kompetensi keahlian: Dasar Kompetensi Keahlian Kompetensi Keahlian 2. Menguasai perancangan dan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan karakteristik kompetensi yang diajarkan, kondisi yang tersedia dan kebutuhan siswa 1 http://www.ditpsmk.net/ diunduh tanggal 20 Januari 2010 2 http://id.wikipedia.org/wiki/jumlah_wilayah_administratif_di_indonesia diunduh tanggal 30 Januari 2010 3 Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (2009), Spektrum Keahlian dan Kompetensi Guru Kejuruan pada SMK. Presentasi pada pertemuan Aptekindo di Jakarta tanggal 3-4 Juni 2009 26

Teknologi Pembelajaran Berbasis TIK (e-learning) 3. Mampu mengembangkan potensi siswa Pengembangan Karir dan Kreativitas 4. Menguasai prinsip-prinsip dasar pembelajaran berbasis kompetensi Pembelajaran Berbasis Produksi (Leaning by Doing) 5. Mengembangkan kurikulum (KTSP) berbasis kompetensi yang dapat mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran Menyusun kurikulum implementatif yang kontekstual dan up to date. 6. Merancang dan melaksanakan pembelajaran berbasis kompetensi yang mendidik Tidak hanya mengajarkan bagaimana, tetapi juga tentang kemengapaan. 7. Menilai proses dan hasil pembelajaran berbasis kompetensi yang mengacu pada tujuan utuh pendidikan Mengarahkan siswa menguasai hard dan soft skills secara utuh. Kompetensi guru produktif inilah yang akan dihasilkan LPTK untuk memasok kebutuhan guru di SMK baik negeri maupun swasta. Tidak ada tuntutan akademik yang tinggi, kecuali dalam bidang kompetensi guru sebagaimana yang diamanahkan undang-undang terkait. Bahkan dari diskusi dengan pimpinan SMK RSBI adanya tuntuan guru produktif harus mampu mengubah kompetensi keahliannya dari asal bidang studi yang di dalami di LPTK. Misalnya, banyak SMK RSBI non teknologi yang membuka kompetensi keahlian (jurusan) baru di luar program studi keahlian yang ada. Jadi, walaupun mereka masuk kelompok bisnis manajemen atau pariwisata, maka mereka sekarang membuka jurusan yang berada dalam lingkup program studi keahlian baru, yakni Teknologi Informasi dan Komunikasi. Waktu ditanyakan tentang guru yang mengajarkan, mereka mengandalkan guru mereka yang telah mempersiapkan diri untuk itu. Alasan pembukaan kompetensi keahlian baru itu adalah tuntutan pasar. Dari diskusi dengan guru-guru SMK sewaktu peneliti menghantarkan siswa PPL, mereka mengatakan bahwa kompetensi keahlian dapat dibuka dan ditutup sesuai permintaan pasar kerja. Jadi guru harus siap belajar dan berubah dengan tuntutan tersebut. Spektrum Keahlian Pendidkan Menengah Kejuruan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah 1 Nomor 251/C/kep/mn/2008 Tanggal : 22 Agustus 2008 menjelaskan bahwa SMK terdiri dari 6 Bidang Studi Keahlian, 40 Program Studi Keahlian, dan 121 Kompetensi Keahlian. Hal ini berarti LPTK harus mempersiapkan guru 121 kompetensi keahlian pada program studi yang ada sesuai spektrum tersebut. Hal ini akan menyulitkan, karena pendekatan di LPTK bersifat akademik perguruan tinggi, dan di SMK bersifat lapangan kerja yang dapat berubah sesuai kebutuhan. Oleh sebab itu, perlu difikirkan jalan keluar mempersiapkan guru Kompetensi Keahllian yang merupakan kebutuhan mendasar di SMK Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2, maka mengamanahkan agar setiap jabatan kerja mempunyai sertifikasi. Untuk itu ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi 3 (BNSP). Pada pasal 3 dinyatakan bahwa BNSP mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja, dan pada pasal 4 BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi (LSP) yang memenuhi persyaratan ditetapkan untuk melaksnakan sertifikasi kompetensi kerja. Dalam penjelasan PP tersebut dikatakan bahwa BNSP adalah lembaga yang mempunyai otoritas dan menjadi rujukan dalam penyelenggaraan sertifikasi kompetensi kerja secara nasional. Selain itu BNSP sangat penting dalam penyiapan tenaga kerja yang kompetitif di pasar kerja global, sehingga adanya BNSP akan memudahkan kerja sama dengan institusi-institusi sejenis di negara-negara lain dalam rangka membangun saling pengakuan (mutual recognition) terhadap kompetensi tenaga kerja masing-masing negara. 1 http://bppkla.com/files/sk_dirjen_spektrum_2008.pdf 2 http://pkbl.bumn.go.id/file/uu-13-2003-ketenagakerjaan.pdf 3 http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/kadin-131-3462-05022009.pdf 27

Di tahun 2006, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional 1 (Silatkernas) yang merupakan keterkaitan dan keterpaduan berbagai komponen pelatihan kerja untuk mencapai pelatihan kerja nasional. Prinsip dasar Silatkernas sebagaimana tercantum pada pasal 3 adalah (a) berorientasi pada kebutuhan pasar kerja dan pengembangan SDM, (b) berbasis pada kompetensi kerja, (c) tanggung jawab bersama antara dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat; (d) bagian dari pengembangan profesionalisme sepanjang hayat, dan (e) diselenggarakan secara berkeadilan serta tidak diskriminatif. Program pelatihan kerja ini disusun berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), Standar Internasional, dan/atau Standar Khusus yang dapat berbentuk pelatihan kerja berjenjang atau tidak berjenjang. Untuk pelatihan berjenjang akan mengacu pada KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) dan bagi tidak berjenjang didasarkan pada unit kompetensi atau kelompok unit kompetensi. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diselenggarakan pelatihan kerja sebagaimana dinyatakan pasal 9, yakni dengan metode pelatihan kerja yang relevan, efektif, dan efisien dalam rangka mencapai standar kompetensi kerja. Ini dapat berupa pelatihan di tempat kerja (pemagangan) dan/atau pelatihan di lembaga pelatihan kerja. Penyelenggara pelatihan kerja harus memenuhi persyaratan seperti tercantum pada pasal 11, 12, dan 13 sehingga setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya sehingga memperoleh sertifikasi kompetensi kerja dari BNSP setelah lulus uji kompetensi. Dalam pelaksanaan teknisnya, maka BNSP dapat memberikan lisensi kepada lembaga sertifikasi profesi (LSP) yang memenuhi persyaratan akreditasi untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja. Dalam implementasinya, banyak SMK yang mempersiapkan siswanya untuk mendapat sertifikat kompetensi kerja dari BNSP 2. BNSP telah mengeluarkan daftar lembaga sertifikasi profesi (LSP) yang telah dilesensi BNSP. sebanyak 36 LSP. Pada paparan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional tentang Spektrum Keahlian dan Kompetensi Guru Kejuruan pada SMK dijelaskan bahwa syarat menjadi guru SMK sesuai UU No. 14 Tahun 2005 antara lain harus mempunyai kompetensi (Sertifikat Kompetensi?) dari 5 syarat yang dituntut. Indikatornya bahwa guru mempunyai Sertifikat Kompetensi Keahlian Kejuruan, minimal setingkat lebih tinggi dari level kompetensi lulusan SMK, sesuai dengan KOMPETENSI KEAHLIAN yang diajarkan. 1 http://portal.djmbp.esdm.go.id/sijh/pp_no_31_th_2006.pdf 2 http://www.bnsp.go.id/website_bnsp/index.php?option=com_rokdownloads&view=folder&itemid=88&lang=in tanggal 5 April 2010 28