BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu jenis olahraga permaianan yang paling

dokumen-dokumen yang mirip
2015 HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

, 2015 HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN FUTSAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL ASPROV PSSI JAWA BARAT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

2016 HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL LEVEL 1 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dalam ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

BAB VI PENUTUP. Dari hasil pembahasan pada bab V, dapat dilihat proses pengambilan. keputusan wasit sepak bola yang meliputi dari faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam abad informasi telah membawa pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

Oleh Zul Andri Syamsul Gultom Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Anggi Sugiyono, 2015

Respect For The Rules dalam Permainan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI GAYA MENGAJAR LATIHAN

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

PERBEDAAN EFEKTIFITAS TENDANGAN PENALTI DENGAN MENGGUNAKAN KAKI BAGIAN DALAM DAN PUNGGUNG TIM SEPAK BOLA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola adalah suatu olahraga yang tidak asing lagi ditelinga kita.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (IPTEK) belakangan ini sangat. mempengaruhi pendidikan, terutama di negara-negara yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digemari oleh seluruh rakyat di dunia. Di Indonesia khususnya di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang sepak bola bagi sebahagian orang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, dari anak-anak, dewasa, dan orang tua, pria, maupun wanita. Hakekat sepakbola menurut Sucipto (1999:7) bahwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. S.E Iso-Ahola, 2006: 18) mendefinisikan sportivitas sebagai perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebanyak-banyaknya kegawang lawan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan olahraga yang cukup populer, digemari dan paling

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cabang olahraga yang sangat digemari dan paling populer di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Moch.Vichi Fadhli Rachman, 2015 PENGARUH LATIHAN UMPAN KOMBINASI TERHADAP DOMINASI BALL POSSESSION DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan olahraga yang merakyat dan telah dikenal ditanah

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. permainan yang cukup cantik dan menarik bagi siapapun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sepakbola ini para remaja banyak mendapat manfaat, baik dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Deskripsi data Variabel X (Menonton Sepak Bola di Televisi)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

I. PENDAHULUAN. regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain yang. dan mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga sekarang ini telah menjadi kebutuhan setiap individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. juta permainan sepakbola dimainkan setiap tahunnya.

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN. futsal mulai terkenal di dunia dan banyak di gemari oleh. semua masyarakat dunia.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi, olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi potensi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permainan sepakbola saat ini sangat pesat sekali, hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA UNP KEDIRI 2015

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus manusia untuk mengulangi masalah-masalah yang di hadapi

SURVEI LATAR BELAKANG WASIT SEPAKBOLA INDONESIA (Studi pada Wasit C-1 Pengcab PSSI Sidoarjo Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis. bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dari semua kalangan maupun usia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya club dan

PERATURAN PERTANDINGAN TURNAMEN FUTSAL GPKN CUP

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat olahraga merupakan kegiatan fisik yang mengandung sifat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu jenis olahraga permaianan yang paling popular. Terbukti dengan banyakanya orang yang menggemari permainan tersebut mulai dari usia anak-anak, remaja, dewasa sampai lanjut usia sekalipun. Dalam pertandingan sepakbola di Indonesia umumnya antusiasme penonton begitu besa runtuk menyaksikannya, baik yang datang ke stadion, maupun lewat layar televisi, terbukti dengan selalu penuhnya penonton dalam setiap pertandingan, terutama di kota-kota besar, serta banyaknya stasiun televisi yang menyajikan pertandingan secara langsung maupun siaran tunda. Organisasi yang baik dalam persepakbolaan di Indonesia bisa menciptakan suasana yang harmonis dalam setiap pertandingan, di dukung oleh pelatih yang kompeten serta pemain yang berkualitas secara fisik maupun psikis dan profesionalisme seorang pemain harus ditunjukkan dalam setiap pertandingan. Pertandingan bisa berjalan lancar, haruslah dipimpin oleh wasit dan kedua asisten wasit yang membantu yang memenuhi persyaratan administrasi yang ditetapkan oleh induk organisasi sepakbola. Hal tersebut sesuai dengan hasil penataran wasit sepakbola yang berlisensikan C1 ( wasit nasional ) PSSI 2009 Mulyana Soebandi sebagai Instruktur seorang asisten wasit (1) Usia menerangkan bahwa : Untuk menjadi seorang wasit dan minimal 18 sampai dengan 35 (2) Tingkat pendidikan minimal SMA sederajat (3) Lulus kursus sesuai dengan tingkatannya (4) Sehat jasmani dan rohani (5) Ramah, tegas, jujur dan adil. Selain itu, seorang wasit dan asisten wasit juga ditutut untuk menguasai peraturan permainan dengan baik. Yaitu lulus dalam tes peraturan permainan yang diadakan oleh PSSI. Wasit dan asisten wasit harus mengetahui dalam hal apa dan sebagai apa seorang wasit dan asisten wasit ditugaskan, wasit dan asisten wasit juga harus mengetahui darimana dia mendapat perintah dan kepada siapa harus memberi pertanggung jawaban. Seorang wasit dan asisten wasit yang profesional dengan berbekal pada pengetahuan, pengalaman, seta penguasaan peraturan permainan 1

2 diharapkan dapat bertugas memimpin suatu pertandingan dengan baik sesuai dengan tujuan serta sasaran yang direncanakan. Persepakbolaan Indonesia sering terjadi keributan-keributan yang mengakibatkan suatu pertandingan dihentikan, atau bahkan pertandingan tersebut harus tertunda, semua itu bukanlah hal yang aneh di dalam persepakbolaan di Negara kita ini, namun yang sering menjadi kambing hitam dari semua masalah itu adalah wasit dan asisten wasit, tapi kenyataanya bukan hanya wasit dan asisten wasit yang harus dipermasalahkan namun pemain, official bahkan penonton sekalipun. Hal ini dijelaskan oleh Rusli Lutan (2003:45) sebagai berikut : Dalam dunia olahraga sepakbola, resiko pertanggung jawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu pertandingan bukan saja menjadi tanggung jawab pemain, tim manager atau pelatih akan tetapi sangat dominan ditentukan oleh kepemimpinan wasit dan asisten wasit. Maka dari itu sebelum memimpin pertandingan sepakbola seorang wasit harus memiliki kesiapan (readiness). Karena segala keputusan wasit itu mutlak dan perlu kesiapan untuk mempertanggung jawabkan itu dihadapan para pemain dan official tim. Menurut hukum kesiapan Thorndike, dalam (id.shvoong.com/ aliran psikologi tingkah laku 2011:1) : Seseorang yang mempunyai kecenderungan melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Jadi seorang wasit sepakbola dalam setiap mengambil keputusan harus memiliki kesiapan agar menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Dalam memimpin pertandingan seorang wasit harus dalam keadaan siap, jadi seorang wasit yang hendak memimpin pertandingan agar dalam menjalankan tugasnya menuai keberhasilan dituntut untuk memiliki kesiapan. Suryanto dalam Bell ( 2011:1 ): Kesiapan (readiness), baik secara fisik dan psikis, siap secara fisik seperti seseorang tidak dalam keadaan sakit yang mana bisa menanggung kualitas konsentrasi. Siap psikis seperti seseorang yang jiwanya tidak sedang terganggu, seperti sakit jiwa dan lain-lain.

3 Seorang wasit sebelum memimpin pertandingan sudah seharusnya mempersiapkan diri secara baik. Menurut Suryanto ( 2009:1) : Persiapan diri sebelum pertandingan akan memberikan dampak positif bagi penampilannya nanti. Sehingga dengan persiapan ini wasit bisa menjadi tenang, berkonsentrasi penuh pada pertandingan, tidak ragu-ragu, sehingga tidak mengalami bentuk-bentuk kesalahan dalam pengambilan keputusan. Persiapan ini selain persiapan peralatan dan kelengkapan wasit, juga ada kegiatan yang tidak kalah pentingnya yaitu warming-up dan psyching-up. Warming-up dikenal juga sebagai upaya pemanasan untuk persiapan suatu latihan atau pertandingan. Dalam kegiatan ini aspek fisik menjadi sasaran utama karena untuk menunjang pernampilan yang baik seorang wasit harus memiliki kondisi fisik yamg prima karena mobilitas dan konsentrasi yang harus diemban seorang wasit ketika memimpin pertandingan.sementara itu, psyching-up merupakan suatu upaya untuk menempatkan emosi dan perasaan dalam suasana pertandingan. Kegiatan ini lebih menekankan aspek mental psikologis. Kedua kegiatan itu biasa digunakan bagi seorang wasit yang mau memimpin pertandingan. Analogi dengan kegiatan seorang atlit, seorang wasit yang akan memimpin pertandingan pun juga harus menyiapkan diri sebagaimana yang juga dilakukan oleh para atlit. Hanya saja yang membedakan adalah bentuk kegiatannya. Kedua kegiatan tersebut, oleh John Syerdan (2009:1), dikenal dengan istilah attenuation yang artinya menjadi sadar atau memusatkan perhatian. Apapun artinya, sebagai seorang wasit yang akan memimpin pertandingan, hendaknya melakukan langkah-langkah yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan atlitnya, sehingga kinerja di saat memimpin pertandingan nantinya bisa optimal. Pemahaman peraturan permainan oleh wasit dan asisten wasit merupakan hal yang mutlak, sebab hal itu merupakan modal dan senjata seorang wasit untuk memimpin suatu pertandingan di lapangan.seorang asisten wasit dapat juga diartikan sebagai seorang pembantu pengadil di lapangan yang harus memutuskan benar atau salahnya seorang pemain dalam waktu yang relatif singkat dalam suatu

4 pertandingan dengan ketentuan-ketentuan atau pasal-pasal yang telah ditetapkan dalam Law of The Game FIFA.Sehingga dengan ini seorang wasit dapat memtuskan dan membantu wasit dalam memberikan kartu kuning atau kartu merah. Maka dari itu sudah jelas jika tugas seorang wasit sepakbola relatif berat, oleh karena itu seorang wasit yang hendak memimpin pertandingan ditunutut untuk memiliki Kesiapan (readiness) agar menuai keberhasilan dalam menjalankan tugasnya. Pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting bagi wasit sepakbola. Karena kesiapan dan pemahaman peraturan permainan inilah yang menunjang untuk mengambil keputusan di lapangan pada saat pertandingan berlangsung antara kedua tim. Kemampuan wasit dalam menerapkan peraturan permainan yang ada untuk mengambil suatu keputusan sering menjadi bahan permasalahan atau menjadi sasarankesalahan bagi tim yang dirugikan, namun kenyataannya bukan hanya wasit yang harus dipermasalahkan tetapi pemain, official, bahkan penonton sekalipun. Hal ini sesuai dengan pendapat Lutan ( 2003 : 45) sebagai berikut : Dalam dunia olahraga sepakbola, resiko pertanggungjawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu pertandingan bukan saja menjadi tanggung jawab pemain, manajer, atau pelatih tetapi sangat dominan ditentukan oleh kepemimpinan wasit. Oleh sebab itu pengambilan keputusan merupakan modal dasar wasit yang paling kuat dalam memimpin pertandingan di lapangan. Seorang wasit dapat diartikan juga sebagai seorang pengadil lapangan yang harus memutuskan benar atau salah pemain dalam bermain sepakbola dan dalam waktu yang relatif singkat pula seorang wasit harus mengambil keputusan dalam suatu pertandingan dengan ketentuan-ketentuan, pasal-pasal, atau aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam peraturan permainan sepakbola dari FIFA. Sehingga adanya peraturan permainan tersebut seorang wasit dapat mengambil keputusan dalam hal memulai dan menghentikan permainan atau dapat pula memberikan peringatan dengan

5 mengeluarkan kartu kuning, bahkan kartu merah untuk pemain yang melanggar aturan yang telah ditetapkan dalam peraturan permainan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Kesiapan ( readiness) seorang wasit sangatlah penting. Maka tidak heran jika seorang wasit perlu melakukan persiapan tertentu sebelum memimpin pertandingan agar konsentrasi saat bertugas terjaga selalu dengan baik. Bertolak dari latar belakang tersebut ditunjang oleh keberadaan penulis sebagai salah satu wasit sepakbola, maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Kesiapan Psikis Seorang Wasit C2 Jawa Barat Dan Pemahaman Peraturan Dengan Pengambilan Keputusan Dalam Pertandingan Sepakbola. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian yang diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitiian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan psikis wasit C2 dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola? 2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pemahaman peraturan permainan dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola? 3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan psikis wasit C2 dan pemahaman peraturan permainan dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah penelitian yang akan di ungkap dan di rumuskan oleh penulis maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kesiapan wasit C2 Jawa Barat dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola. 2. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan pemahaman peraturan permainan dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola.

6 3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan kesiapan wasit C2 Jawa Barat dan pemahaman peraturan permainan dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola D. Manfaat Penelitian Secara umum hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan ilmu pengetahuan bagi para wasit atau informasi khususnya bagi pengurus pengcab yang ada di Jawa Barat. Penulis berharap dari hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut : a. Secara Teoritis 1. Penelitian dapat dijadikan sebagai informasi serta masukan bagi para wasit mengenai pentingnya kesiapan dan pemahaman peraturan permainan untuk menunjang pengambilan keputusan dalam pertandingan. 2. Sebagai masukan bagi para pengurus pengcab maupun pengprov dan pihak yang berkompeten terhadap pembinaan wasit khususnya wasit sepak bola mengenai kesiapan, pemahaman peraturan permainan dan hubungannya dengan pengambilan keputusan. 3. Sebagai referensi bagi yang akan melakukan penelitian mengenai materi yang berhubungan dengan wasit dikemudian hari. a. Secara Praktis 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi para wasit, mengenai pentingnya kesiapan dan pemahaman peraturan permainan. 2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi rujukan untuk induk perwasitan di Indonesia mengenai pentingnya kesiapan dan pemahaman peraturan permainan. 3. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi lembaga-lembaga terkait untuk lebih memperhatikan psikologis wasit dalam memimpin pertandingan.

7 E. Batasan Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak terlalu luas dalam pelaksanakan dan pada tujuan yang akan di capai, maka permasalahan dalam penelitian di batasi sebagai berikut : 1. Ruang lingkup penelitian, hanya ditekankan kepada kesiapan wasit, dan berdasarkan kepada lisensi yang dimiliki, pemahaman peraturan pertandingan dan pengambilan keputusan. 2. Populasi terdiri dari wasit sepakbola berlisensi C2 yang berdomisili di di Kota bandung. 3. Sampel yang digunakan peneltian ini adalah12 orang wasit, 4. Metode penelitian ini adalah Deskriptif. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan persepsi tentang judul, maka perlu ada penjelasan tersendiri tentang makna dan arti dari judul tersebut. Penjelasan tersebut dikemas dalam penegasan istilah seperti berikut : 1. Kesiapan. Suryanto (2009:1) mengemukakan bahwa: Persiapan diri sebelum pertandingan akan memberikan dampak positif bagi penampilannya nanti. Sehingga denganb persiapan ini seorang wasit bisa menjadi tenang, berkonsentrasi penuh pada pertandingan, tidak raguragu, sehingga tidak mengalami bentuk-bentuk kesalahan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan teori tersebut maka, kesiapan seorang wasit menentukan hasil dan lancarnya sebuah pertandingan. Maka dari itu seorang wasit sepakbola harus memiliki kesiapan sebelum memimpin pertandingan agar pertandingan berjalan lancar dan tidak ada pihak yang dirugikan didalamnya. 2. Pemahaman peraturan permainan. FIFA (2010:34) bahwa : Setiap pertandingan sepakbola dipimpin oleh seorang wasit yang wewenangnya mutlak dalam menegakkan peraturan permainan pada pertandingan atau tempat dia ditugaskan.

8 Kemampuan wasit dalam menerapkan peraturan permainan yang ada untuk mengambil suatu keputusan sering menjadi bahan permasalahan atau menjadi sasaran bagi tim yang dirugikan, namun kenyataannya bukan wasit yang harus dipermasalahkan tapi pemain, official, bahkan penonton sekalipun. Hal ini sesuai dengan pendapat Lutan (2003:45) sebagai berikut: Dalam dunia olahraga sepakbola, resiko pertanggungjawaban terhadap keberhasilan atau kegagalan suatu pertandingan bukan saja menjadi tanggung jawab pemain, manajer tim, atau pelatih akan tetapi sangat dominan ditentukan oleh kepemimpinan wasit. Maka dari itu seorang wasit harus paham betul mengenai peraturan permainan karena tanggung jawabnya terhadap keberhasilan pertandingan dominan ditentukan oleh kepemimpinan seorang wasit. 3. Pengambilan keputusan. Dermawan (2006:67-68) menjelaskan bahwa : Teori pengambilan keputusan merupakan sebuah pengetahuan dan teknik-teknik analisis yang saling behubungan dari sejumlah tingkatan pemikiran yang berbeda, yang tersusun secara sistematis dan ilmiah, yang didesain untuk mengambil keputusan (dicision maker) dalam memilih satu alternatif dari sejumlah solusi yang menghasilkan konsekuensi peristiwa yang berbeda-beda. Berdasarkan uraian-uraian tersebut penulis beranggapan bahwa seorang wasit sepakbola diwajibkan untuk memiliki kesiapan yang prima dan pemahaman peraturan permainan, sehingga dalam mengambil keputusan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 4. Hubungan. Nurhasan (1999:17) Kata hubungan sama dengan korelasi. Korelasi adalah hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan kesiapan wasit C2 Jawa Barat dan pemahaman peraturan permainan dengan pengambilan keputusan dalam pertandingan sepakbola. 5. Kesiapan Psikis. Djamarah (2002:35) berkaitan dengan kecerdasan, daya ingat tinggi, kebutuhan yang terpuaskan ada hasrat atau motivasi, dapat berkonsentrasi, dan ada perhatian

9 6. Wasit. Sukintaka (1983:3) adalah Orang yang memimpin jalannya suatu pertandingan olahraga. Menurut penulis wasit adalah sosok yang menjadi sentral dalam sebuah pertandingan karena segala keputusan ditangan seorang wasit. 7. Sepakbola. Sucipto, dkk (1999:7) adalah Permainan beregu, masingmasing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang, yang dimainkan dengan menggunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang boleh menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya. Menurut penulis sepakbola adalah sebuah permainan yang dimainkan oleh masing-masing regu dengan setiap regu berjumlah 11 orang di dalam lapangan termasuk penjaga gawang, dan masing-masing regu akan berusaha untuk mencetak gol.