BAB II DASAR TEORI 2.1 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO

dokumen-dokumen yang mirip
a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

SESSION 8 HYDRO POWER PLANT. 1. Potensi PLTA 2. Jenis PLTA 3. Prinsip Kerja 4. Komponen PLTA 5. Perencanaan PLTA

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MINIHIDRO BERBANTUAN PROGRAM TURBNPRO DI DESA SINAR PEKAYAU KECAMATAN SEPAUK KABUPATEN SINTANG

BAB V STUDI POTENSI. h : ketinggian efektif yang diperoleh ( m ) maka daya listrik yang dapat dihasilkan ialah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Pembangkit Listrik Tenaga Air. BY : Sulistiyono

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. TURBIN AIR. 1.1 Jenis Turbin Air Turbin Impuls

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK

STUDI POTENSI SALURAN IRIGASI CIPAGANTI DAN CIBARANI BANDUNG SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRI TENAGA MICRO-HYDRO

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI SEPANJANG SUNGAI CITARIK KABUPATEN SUKABUMI MENGGUNAKAN GOOGLE EARTH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Optimasi Energi Terbarukan (Mikrohidro)

Stabilitas Konstruksi Bendungan

BAB III PEMILIHAN TURBIN DAN PERANCANGAN TEMPAT PLTMH. Pemilihan jenis turbin ditentukan berdasarkan kelebihan dan kekurangan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air

BAB III METODE PEMBAHASAN

PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA

BAB II DASAR TEORI. E p = Energi potensial (joule) m =Massa benda (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) h = Ketinggian benda (m)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro

BAB II DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO. 2.2 Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Hidro

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH ENERGI ALTERNATIF HYDROPOWER BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL ANALISIS. Ketinggian jatuh air merupakan tinggi vertikal dimana air mengalir dari atas

STUDI PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO DI DESA GUNUNG RINTIH KECAMATAN STM HILIR KABUPATEN DELI SERDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Survei, Investigasi dan Disain Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi NusaTenggara Timur

DRAFT PATENT LINTASAN RANTAI BERBENTUK SEGITIGA PYTHAGORAS PADA ALAT PEMBANGKIT ENERGI MEKANIK DENGAN MENGGUNAKAN ENERGI POTENSIAL AIR

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

Energi dan Ketenagalistrikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL FISIK KINCIR AIR SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK

BAB 3 STUDI LOKASI DAN SIMULASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air

Publikasi Online MahsiswaTeknikMesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

TUGAS AKHIR. Rancang Bangun Kincir Air Irigasi. Sebagai Pembangkit Listrik di Desa Talawaan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

LAMPIRAN. Panduan Manual. Alat Peraga PLTMH Dengan Turbin Pelton. 1. Bagian Bagian Alat. Gambar 1.1 Bagian Alat. Keterangan gambar:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu sistem PLTA dan PLTMH, turbin air merupakan salah satu

TURBIN AIR. Turbin air mengubah energi kinetik. mekanik. Energi kinetik dari air tergantung dari massa dan ketinggian air. Sementara. dan ketinggian.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR. Analisa Dan Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hindro ( PLTMH ) Berdasarkan Perhitungan Beban

TINJAUAN LITERATUR. padi dan sebagainya. Di daerah daerah terpencil, misalnya terbuat dari bambu

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB II LANDASAN TEORI...

PERANCANGAN KINCIR TERAPUNG PADA SUNGAI UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. digalakan penemuan-penemuan atau pemanfatan-pemanfaatan energi-energi

Gambar 9. Segitiga kecepatan untuk turbin reaksi aliran ke luar.

Jl. Banda Aceh-Medan Km. 280 Buketrata - Lhokseumawe Abstrak

BAB II DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR SKALA PIKO

KONVERSI ENERGI AIR HASBULLAH, MT. Teknik Elektro FPTK UPI, 2009

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Pembangkit listrik kecil yang dapat menggunakan tenaga air pada saluran

SURVEY POTENSI PLTM KANANGGAR DAN PLTM NGGONGI

UJI PERFORMANSI TURBIN PELTON DENGAN 26 SUDU PADA HEAD 9,41 METER DAN ANALISA PERBANDINGAN MENGGUNAKAN VARIASI BENTUK SUDU

BAB II LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN ALAT PRAKTIKUM TURBIN AIR DENGAN PENGUJIAN BENTUK SUDU TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN YANG DIHASILKAN

BAB III PENGUMPULAN DATA DAN PEMBUATAN RANCANG BANGUN SIMULATOR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)

PENGARUH VARIASI DIAMETER NOSEL TERHADAP TORSI DAN DAYA TURBIN AIR

Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit Andalan Sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN TURBIN AIR KAPLAN SEBAGAI PEMBANGKIT LITRIK TENAGA MIKROHIDRO (BERTITIK BERAT PADA DIMENSI GUIDE VANE)

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

UJI PERFORMANSI TURBIN PELTON DENGAN 24 SUDU PADA HEAD 5,21 METER DAN ANALISA PERBANDINGAN MENGGUNAKAN VARIASI BENTUK SUDU

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), 2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), 3. Pembangkit Listrik Tenaga Angin,

Tahapan Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

PEMILIHAN TURBIN AIR SEBAGAI PENGGERAK GENERATOR 3 KW DI DESA PADAYO KECAMATAN LUBUK KILANGAN

1. PENDAHULUAN 2. TUJUAN

BAB II LANDASAN TEORI. semakin populer sebagai alternatif sumber energi, terutama di wilayah yang

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO 2.1.1 Gambaran Umum Mikrohidro Air merupakan salah satu sumber energi yang terbarukan yang sudah sejak lama dipergunakan. Pada dasarnya, air memiliki energi potensial pada air jatuh dan energi kinetik pada air mengalir. Pada jaman dulu, air diaplikasikan sebagai alat pemutar kincir air yang digunakan untuk penggilingan dan penggergajian. Dengan berkembangnya teknologi, air sudah dipergunakan sebagai penghasil energi mekanis dan energi listrik. Tenaga air ialah energi yang diperoleh dari air mengalir dengan mengubah energi mekanik dari air ( energi mekanik tersebut dihasilkan dari konversi energi potensial akibat air yang mengalir dari sebuah ketinggian tertentu menuju ke daerah yang lebih rendah ) yang dimanfaatkan untuk memutar turbin air, kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik. Mikrohidro ialah ialah pembangkit listrik tenaga air dalam skala kecil, sesuai dengan keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nmr:1122K/30/MEM ) memiliki kapasitas listrik lebih kecil dari 1 MW ( < 1 MW ). Sejauh ini, pembangkit listrik tenaga air sebagian besar memanfaatkan air dalam skala besar. Pembangkit listrik tenaga air skala besar membutuhkan bendungan yang luas dan berkapasitas besar. Dengan bertambahnya kebutuhan listrik yang cepat, pemanfaatan air sebagai pembangkit listrik skala kecil berkembang luas. Hal ini disebabkan biaya pembangkitan dan perawatan yang murah. Dan juga tidak memerlukan lahan yang luas dan bendungan yang besar. Sehingga cocok digunakan sebagai sumber listrik di daerah terpencil. 5

2.1.2 Konversi Energi Sistem konversi energi yang terjadi pada pembangkit listrik tenaga mikrohidro ialah dengan mengubah energi potensial pada air menjadi energi mekanik kemudian menjadi energi listrik. Energi Potensial Energi Kinetik Energi Mekanik Energi Listrik Gambar 2.1 : Skema Konversi Energi pada PLTMH Pada awalnya potensi pada air diubah menjadi energi mekanik pada turbin yang akan memutar generator dan menghasilkan energi listrik. Daya yang dapat dihasilkan oleh suatu pembangkit mikrohidro sangat dipengaruhi oleh ketinggian ( head ) dan debit aliran air. Head mempresentasikan perbedaan ketinggian antara dam ( reservoir ) pada bagian atas dengan tempat perputaran turbin pada bagian bawah. Sedangkan debit air ialah besarnya volume air yang dialirkan setiap satu satuan waktu menuju turbin. Dalam prosesnya tidak semua potensi energi air dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik, namun terdapat energi yang hilang dalam proses kerjanya yang dapat diakibatkan oleh gesekan, pemanasan maupun efisiensi alat yang digunakan. Adapun persamaan umum konversi energi pada pembangkit listrik tenaga mikrohidro ialah : Potensi Energi air = Energi listrik keluaran + rugi-rugi Potensi energi air [6] ialah E = mgh 2.1 dimana m ialah massa air ( kg ) 6

g ialah percepatan gravitasi ( m/s² ) h ialah ketinggian ( m ) Massa air merupakan perkalian antara massa jenis air ( ρ ) dengan volume air ( V ), sehingga : E = ρvgh 2.2 dimana ρ ialah massa jenis air ( kg/m³ ) V ialah volume air ( m³ ) Daya ( P ) ialah besarnya energi persatuan waktu ( E/t ) dan debit ( Q ) ialah besarnya volume persatuan waktu ( V/t ), sehingga persamaan 2.2 dapat dinyatakan: P = ρqgh 2.3 dimana P adalah daya (watt) Q adalah debit air (m 3 /s) Adapun daya keluaran yang dapat dihasilkan ialah Daya Keluaran = Potensi daya masukan x efisiensi = ρqghη W 2.4 dimana h = ketinggian ( m ) Q = debit air ( m 3 /s ) g = percepatan gravitasi bumi ( m/s 2 ) 7

η = efisiensi total efisiensi sistem ( turbin, generator, dan sipil ) 2.1.3 Jenis Pembangkit Sistem Mikrohidro 2.1.3.1 Resevoir and Dam Based Pada sistem pembangkit reservoir, pembangkit menggunakan tempat penampungan air. Jadi aliran air ditampung terlebih dahulu pada kolam tando dan kemudian disalurkan untuk memutar turbin. Dengan menggunakan kolam tersebut, besar debit air yang disalurkan menuju turbin dapat diatur. Selain itu, dengan adanya kolam maka kolam dapat menampung debit air yang melimpah pada musim hujan dan ketika debit air sungai berkurang pada musim kemarau, air yang disimpan pada kolam tando dapat dimanfaatkan. Penggunaan kolam tando pada pembangkit mikrohidro tergantung pada karakter dan bentuk geografis aliran sungai, kestabilan debit aliran sungai. Pembuatan kolam tando juga mengakibatkan semakin besarnya biaya pembangkitan. 2.1.3.2 Run-off River Yang dimaksud dengan jenis pembangkit Run-off River ialah pembangkit yang mengikuti debit aliran sungai. Pembangkit ini tidak memiliki reservoir/ kolam tando untuk menampung air sementara, sehingga air akan langsung disalurkan melalui saluran untuk menuju turbin. Pembangkit ini merupakan jenis pembangkit yang pertama kali diperkenalkan dan diaplikasikan. Pembangkit ini sangat tergantung pada debit aliran air di setiap waktu. Oleh karena itu, ketika debit aliran air sungai sangat kecil pembangkit tidak dapat memproduksi listrik sehingga mengurangi efisiensi energi keluaran pembangkitan. Keuntungan pembangkit ini ialah biaya pembangunan pembangkitan karena tidak perlu dibangunnya kolam tando. Selain itu dampak terhadap lingkungan juga lebih minim. Sedangkan kekurangan pembangkit ini ialah debit 8

air yang menuju turbin sangat tergantung pada debit aliran air sungai di setiap waktu. 2.1.3.3 Gabungan Reservoir dan Run-off River Pembangkit ini merupakan gabungan dari dua jenis pembangkit yang telah dijelaskan sebelumnya. Tipe pembangkit ini dapat dilakukan pada pembangkit mikrohidro yang menggunakan lebih dari 1 ( >1) turbin untuk pembangkitannya. Sebagai contoh PLTMH yang menggunakan 2(dua) buah rumah pembangkitan dimana pada hulu pembangkitan dibangun reservoir untuk penampungan air yang kemudian disalurkan ke rumah pembangkitan 1. Kemudian air keluaran pada rumah pembangkitan 1 kemudian langsung disalurkan ke rumah pembangkitan 2. 2.2 TURBIN AIR Turbin merupakan salah satu komponen utama pada PLTMH. Turbin berfungsi untuk mengubah energi kinetik pada air jatuh menjadi energi mekanik yang berupa putaran yang akan dihubungkan dengan generator menggunakan gear atau belt sehingga memutar generator dan menghasilkan listrik. Turbin memiliki beberapa jenis sesuai dengan efektifitasnya masingmasing. Pemilihan jenis turbin yang digunakan pada suatu pembangkit didasarkan pada beberapa hal antara lain ketinggian lokasi air, debit air yang dihasilkan, daya yang ingin dihasilkan dan besarnya putaran turbin yang ingin dihasilkan. Air yang menumbuk turbin akan melalui sudu. Sudu turbin terdiri dari dua yaitu sudu tetap yang berfungsi untuk mengarahkan air agar tepat menumbuk sudu gerak turbin Besarnya putaran turbin yang dihasilkan harus disesuaikan dengan putaran yang dibutuhkan generator untuk menghasilkan daya listrik yang diinginkan. 9

Putaran pada turbin dapat lebih kecil dibandingkan generator dengan menggunakan gear atau belt pada shaft turbin dan shaft generator dengan perbandingan sebaiknya tidak melebihi 1:3. Tetapi sangat disarankan untuk menggunakan kecepatan yang sama sehingga generator dan turbin dapat dihubungkan dengan satu poros. Kalkulasi efisiensi pada turbin dapat diperkirakan dengan persamaan : T. Efisiensi Turbin = Q 2.5 dimana T = Torque ( Nm ) ω = Kecepatan sudut ( rad/s ) P = Tekanan air jatuh ( N/m 2 ) Q = Debit air ( m 3 /s ) 2.2.1 Jenis-jenis Turbin Turbin air dibedakan menjadi dua jenis menurut prinsip kerjanya, yaitu : 2.2.1.1 Turbin Impuls Pada nozle, energi potensial air berubah menjadi energi kinetik. Air yang memiliki kecepatan ini akan menghasilkan momentum ( impuls ) pada sudu turbin sehingga menghasilkan putaran. Turbin impuls ialah turbin tekanan sama karena tekanan air ketika keluar nozle sama dengan tekanan atmosferdi sekitarnya. Cara kerjanya ialah dengan mengubah energi kinetik hasil perubahan energi potensial menjadi energi mekanik berupa energi putaran. 10

Cara kerja turbin impuls Beberapa jenis turbin impuls : 1. Turbin Crossflow Ide salah satu jenis turbin impuls ini dibuat oleh Michell-Banki. Turbin ini beroperasi pada head rendah hingga sedang yaitu 2-200 m dengan debit air 0,1-10 m 3 /s. Turbin crossflow menggunakan nozle persegi panjang yang lebarnya disesuaikan dengan lebar runner. Prinsip kerja turbin ini ialah air mengalir membentur sudu turbin sehingga menghasilkan energi mekanik berupa putaran dan kemudian air menuju keluar dan membentur sudu yang lainnya sehingga menghasilkan energi putaran tambahan ( lebih kecil dibandung ketika masuk ). Gambar 2.2 : Skema Kerja Turbin Crossflow [23] 11

Gambar 2.3 : Turbin Crossflow [23] 2. Turbin Pelton Turbin pelton merupakan salah satu turbin yang paling efisien. Turbin ini bekerja oleh pancaran air yang disemprotkan melalui nozle ke sudu turbin. Setiap Sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian rupa sehingga pancaran air menumbuk tepat di bagian tengah sudu dan pancaran air berbelok ke kedua arah sudu dan berbalik arah. Hal ini dilakukan untuk menghindarii terjadi gaya-gaya samping. Gambar 2.4: Nozle dan Turbin Pelton [20] Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head yang tinggi (sekitar 75-400 m) dengan debit sekitar 0,2 hingga 3 m 3 /s. Tetapi untuk skala mikro dapat juga digunakan pada ketinggian 20 m. Untuk menghasilkan daya yang besar dapat digunakan beberapa nozle untuk penyemprotan air menuju sudu. Dengann demikian ukuran diameter nozle diperkecil dan ember sudu lebih kecil. 12

3. Turbin Turgo Turbin impuls ini dapat beroperasi pada head sedang dan tinggi berkisar 30 s/d 300 m. Pancaran air dari nozle pada turbin turgo membentur sudu pada sudut 20 o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin Pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke generator karena tidak diperlukannya belt untuk menambah putaran sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan biaya. Gambar 2.5 : Sudu Turbin Turgo dan Nozle [6] 2.2.1.2 Turbin Reaksi Pada turbin ini energi yang mekanik yang dihasilkan bukan hanya akibat energi kinetik tetapi diakibatkan juga oleh adanya perbedaan tekanan. Bentuk dari turbin ini memiliki profil khusus yang mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan air ketika melalui sudu. Runner turbin jenis ini sepenuhnya tercelup dalam air dan berda di dalam runah turbin. Kecepatan turbin reaksi relatif lebih tinggi dibandingkan turbin impuls pada debit dan ketinggian yang sama. Hal ini menyebabkan kebanyakan pembagkit yang ada menggunakan turbin reaksi. Beberapa jenis turbin reaksi : 13

1. Turbin Francis Turbin ini merupakan salah satu jenis turbin reaksi. Prinsip kerjanya sesuai dengan prinsip kerja turbin reaksi dimana air yang masuk pada tekanann tinggi dan bertekanan rendah padaa bagian keluar. Turbin ini dapat didesain horisontal atau vertikal. Turbin francis dapat digunakan pada head sekitar 15 300 m dengan debit antara 0,4 20 m 3 /s. Turbin ini memiliki memiliki sudu pengarah. Sudu pengarah inii ada yang dapat digerakkan dan ada yang tetap. Sudu pengarah ini berfungsi untuk mengatur arah tangensial air masuk sehingga menghasilkan putaran yang paling efektif. Untuk penggunaan padaa berbagai kondisi aliran air, penggunaan suduu pengarah yang dapat digerakkan/diatur merupakan pilihan yang lebih tepat Gambar 2.6: Skema Turbin Francis [21] 2. Turbin Propeler dan Kaplan Turbin propelerr ini merupakan turbin reaksi aliran aksial. Bentuk turbinnya brupa propeler seperti bentuk kipas motor pada perahu. Turbin ini digunakan untuk ketinggian rendah sekitar 3 20 m dengan debit 1,5 40 m 3. Turbin propeler yang digunakan biasanya memiliki 3-6 sudu. Turbin ini memiliki diamneter yang lebih kecil dibandingkan turbin francis. 14

Pada turbin ini terdapat pengaturan sudu (adjustable blade) dan pengaturan debit ( guide vane ). Jenis turbin yang sudu dan guide vane-nya dapat diatur merupakan kombinasi yang paling baik untuk rentang debit yang sangat lebar. Turbin sejenis ini disebut turbin kaplan. Kaplan memiliki efisiensi maksimum untuk rentang ketinggian dan debit yang besar. Gambar 2.7: Turbin Kaplan [17] Berikut pengelompokan turbin berdasarkan ketinggiannya : Jenis Head tinggi ( > 60 m ) Head sedang ( 20 60 m ) Head rendah ( 3 20 m ) Turbin Impuls Pelton Turgo Cross-Flow Multi-Jet Pelton Turgo Cross-Flow Turbin Reaksi Francis Propeller Kaplan Tabel 2.1 : Pengelompokan Turbin [6] 15

2.2.2 Kecepatan Spesifik Kecepatan spesifik ialah kecepatan putar turbin untuk menghasilkan satu satuan daya pada ketinggian efektif satu satuan panjang. Kecepatan spesifik merupakan salah satu faktor karakteristik turbin. Berikut persamaannya [23]: N P Ns = H 5 4 2.6 dimana : Ns ialah kecepatan spesifik N ialah kecepatan putaran turbin (rpm) P ialah daya keluaran turbin (kw) H ialah ketinggian efektif (m) 2.2.3 Efisiensi Turbin Efisiensi turbin menunjukkan berapa persen (%) kecepatan putar turbin yang terjadi dibandingkan dengan kecepatan maksimum. Efisiensi turbin tergantung dari beberapa faktor antara lain keadaan beban dan jenis turbin. Efisiensi juga dinyatakan dalam beberapa keadaan yaitu : tinggi terjun maksimum, tinggi terjun normal, tinggi terjun minimum dan tinggi terjun rancangan. Berikut tabel efisiensi beberapa jenis turbin pada berbagai kondisi beban : % Efisiensi Pada Berbagai Kondisi Beban % Beban Pada Jenis Ns Efisiensi Turbin 0,25 0,5 0,75 1 Max Maksimum Pelton 22 81 86 87 85 87,1 70 75 62 83 88 83 88 75 Francis 110 60 85 90 84 90,2 80 220 59 83 90 85 91,5 85 16

335 54 82 91 86 91 87,5 410 47 71,5 85 87 91,5 92,5 460 55 74,5 86,5 86 92,5 92 Propeller 690 45 70 84,5 82 91,5 92 800 32 59 78 84 88 96 Kaplan 750 83,5 91 91,5 87 91,6 70 Tabel 2.2: Efisiensi Beberapa Jenis Turbin Pada Berbagai Keadaan Beban [23] 2.2.4 Kavitasi Kavitasi ialah susunan gelembung uap air yang terjadi pada turbin yang terendam air dimana tekanan lokalnya lebih rendah dibandingkan tekanan uap air. Bila cairan masuk ke daerah tekanan lokal lebih rendah dibandingkan tekanan uapnya, maka sebagian dari cairan tersebut akan menguap dan membentuk gelembung air. Ketika gelembung air ini mengalir menuju tekanan yang lebih tinggi maka gelembung tersebut akan pecah dan cairan di sekitar akan mengalir dengan cepat untuk mengisi rongga akibatnya pecahnya gelombang udara tersebut. Jika tumbukan ini terjadi pada turbin maka akan terjadi lubang-lubang kecil pada sudu-sudu turbin yang lama kelamaan akan merusak turbin dan mengurangi efisiensi turbin. Selain itu, kavitasi ini mengakibatkan terjadinya getaran dan suara berisik. Pada turbin reaksi yang letak turbinnya terendam air harus diperhatikan tekanan lokalnya agar tidak lebih rendah dibandingkan tekanan uap untuk menghindari terjadinya kavitasi. Untuk desain turbin yang memiliki kecepatan spesifik tinggi juga mempunyai kecepatan dan tekanan yang rendah. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi dan pemilihan runner dengan bentuk yang tepat. Selain itu juga dapat didesain dengan memasang runner pada posisi lebih rendah terhadap permukaan air sebelah bawah (tailrace) Analisis kavitasi pada turbin reaksi akan dijelaskan dengan pertolongan gambar di bawah. Hukum Bernoulli [23] dikerjakan pada titik 1 dan titik 2 17

sebagai berikut: 2 2 p1 v1 p2 v2 z1 + + = z2 + + γ 2g γ 2g (2.7) 2 v1 Hs + H1 + = 0 + Hatm + 0 2g (2.8) Tinggi kecepatan pada Titik 1 berbanding lurus dengan tinggi terjun efektif H. Agar tidak terjadi kavitasi maka tinggi tekanan pada Titik 1 harus lebih besar atau sama dengan tinggi tekanan kavitasi. Oleh karena itu, Persamaan 2.8 dapat ditulis sebagai: Hatm Hv Hs Hb Hs σ = = H H dengan Hb = Hatm Hv (2.9) dimana: σ ialah koefisien kavitasi Hatm ialah tinggi tekanan udara luar Hv ialah tinggi tekanan kavitasi Hs ialah tinggi tekanan isap H ialah tinggi terjun efektif Hb ialah selisih antara tinggi tekanan udara luar dengan tinggi tekanan kavitasi 18

Gambar 2.8: Skema Turbin Untuk Analisis Kavitasi [23] Nilai Hb menurun dengan naiknya elevasi tempat dengan laju rerata 0,11 m tinggi air untuk setiap 100 m kenaikan elevasi tempat. Pada permukaan air laut rata-rata Hb=10,3m. Dengan pemisalan bahwa fluktuasi tekanan atmosfir ±5%, maka untuk keperluan praktis dapat digunakan rumus empiris [23] mencari Hb: Hb E = 0,95{10,3 0,11 x( )} meter (2.10) 100 dengan E adalah elevasi tempat terhadap permukaan air laut rata-rata.. 2.3 TRANSMISI MEKANIK Pada dasarnya, apabila putaran generator yang diinginkan sama dengan kecepatan putar turbin, maka tidak diperlukan transmisi mekanik antara turbin dengan genrator. Generator dan turbin dapat langsung didesain memilki poros yang sama. Tetapi pada umumnya, kecepatan turbin dan generator berbeda. Oleh karena itu, transmisi mekanik sangat diperlukan untuk menghasilkan putaran yang diperlukan generator. Ada beberapa jenis transmisi elektrik, antara lain : 1. Jenis Belt 19

Poros turbin dan generator dihubungkan pulley atau flywheel dan belt yang rasionya disesuaikan dengan perbandingan kecepatan turbin dan generator. Transmisi mekanik ini lebih murah harganya tetapi tidak tahan lama. Efisiensinya sekitar 95 98 %. Gambar 2.9: Belt [22] 2. Jenis Gearbox Poros turbin dan generator dihubungkan menggunakan gear dengan suatu poros parallel pada satu wadah dan bearing yang menyesuaikan dengan rasio kecepatan antara turbin dengan generator. Transmisi mekanik ini lebih mahal tetapi tahan lama. Efisiensinya antara 95% - 97%. Gambar 2.10: Gearbox[22] 2.4 SURVEY POTENSI SUNGAI Survey potensi ini adalah hal pertama yang harus dilakukan. Dengan survey ini, dapat diperoleh faktor-faktor awal yang kemudian dipertimbangkan untuk menentukan layak tidaknya dibangun PLTMH. Beberapa hal yang harus disurvei ialah : Pengukuran debit air sungai Pengukuran head sungai Penempatan power house yang paling efektif 20

Mengidentifikasi letak beban yang akan disuplai atau jaringan PLN yang terdekat. 2.4.1 Prediksi Debit Air Sungai Debit aliran air setiap harinya tidak selalu sama. Oleh karena itu, dibutuhkan perhitungan debit air secara berulang-ulang untuk memperoleh nilai debit aliran untuk beberapa selang waktu. Pada penelitian ini, nilai debit air sungai adalah hasil perhitungan oleh pihak Balai Hidrologi Pusat Sumber Daya Air Jawa Barat dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air Nasional. Salah satu kegiatan pihak yang bersangkutan adalah melakukan perhitungan debit aliran air sungai tahunan di wilayah Jawa Barat. Adapun metode perhitungan debit yang dilakukan ialah sesuai dengan persamaan debit, dimana debit aliran sungai merupakan perkalian antara kecepatan dengan luas penampang sungai. Oleh karena itu perlu dilakukan survei langsung ke sungai untuk menghitung kecepatan aliran sungai dan luas penampang. Menghitung Kecepatan Aliran Sungai Ada beberapa cara untuk menghitung kecepatan aliran sungai : o Current Meter Kecepatan aliran rata-rata di suatu penampang dapat diperoleh dengan menggunakan current meter. Kecepatan rata-rata ini diperoleh dari berbagai titik vertikal aliran sungai sesuai dengan kedalaman, lebar sungai dan sarana yang ada. 1. Pengukuran kecepatan aliran satu titik, dilaksanakan pada titik yang berjarak 0.6 atau 0.2 kedalaman (d) dari permukaan air a. kedalaman 0.6 d dilakukan apabila kedalaman kurang dari 0.75 m b. kedalaman 0.2 d dilakukan apabila pengukuran 0.6 d tidak dapat dilakukan, misalnya pada saat banjir 21

2. Pengukuran kecepatan aliran dua titik dilakukan apabila kedalaman air lebih dari 0,75 m. pengukuran dilakukan pada jarak 0.2 d dan 0.8 d, dan kecepatan rata-ratanya diambil dari persamaan: V V = + V 0.2 0.8 2 (2.11) dimana: V ialah kecepatan aliran rata-rata pada suatu vertical (m/s) V0.2 ialah kecepatan aliran pada titik 0.2 d (m/s) V0.8 ialah kecepatan aliran pada titik 0.8 d (m/s) 3. Pengukuran kecepatan aliran tiga titik dilaksanakan pada kedalaman 0.2 d, 0.6 d, dan 0.8 d, dan kecepatan rata-ratanya ditentukan dari persamaan: V V + V V = + 2 2 0.2 0.6 0.8 (2.12) dengan tambahan V 0.6 = kecepatan aliran pada titik 0.6 d (m/s) 4. Pengukuran kecepatan aliran dibanyak titik kedalamn diukur pada kedalaman tiap 1/10 bagian kedalaman dan kecepatan rata-ratanya dapat ditentukan dengan secara grafis o Float Methode Metode ini dapat diaplikasikan pada aliran sungai yang lurus, tidak beriak dan tidak banyak halangan. Metode ini menggunakan sebuah benda yang dapat melayang pada aliran sungai. Benda ini ( biasanya menggunakan bola kecil atau gabus ) dialirkan pada lairan sungai sepanjang jarak tertentu. Kemudian dihitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk mencapai jarak tersebut. Dengan demikian dapat diperoleh kecepatan aliran air. Percobaan ini sebaiknya dilakukan berulang-ulang pada beberapa sisi sungai dan jarak berbeda-beda, kemudian dihitung kecepatan rata-ratanya. Kecepatan ini kemudian dikoreksi dengan faktor koreksi sesuai dengan 22

jenis sungai yang sidurvei. Adapun beberapa faktor koreksi antara lain : - Sungai besar, lurus, lambat dan tidak banyak halangan 0.75 - Saluran bersemen, lurus, dan bentuknya teratur 0.85 - Sungai kecil, lurus dan tidak banyak halangan 0,65 - Sungai dangkal dan bergelombang 0.45 - Sungai sangat dangkal dan bergelombang 0.25 Sumber : Manual book on Micro hydro Development Menghitung Luas Penampang Sungai Untuk menghitung luas penampang dapat dilakukan dengan mengalikan lebar sungai dengan kedalaman sungai. Yang menjadi permasalahan ialah nilai kedalaman sungai yang berbeda beda di setiap titik. Oleh karena itu, nilai kedalaman sungai dihitung pada beberapa titik. Semakin banyak titik perhitungannya semakin akurat nilainya. Setelah diperoleh nilainya, maka luas penampang dapat dirumuskan dengan persamaan [23] : (2.13) dimana A ialah luas penampang ( m 2 ) l ialah lebar sungai ( m ) h 1,h 2...h n ialah kedalaman di beberapa titik ( m ) n ialah banyak titik perhiungan kedalaman sungai 2.4.2 Prediksi Head Air Sungai Perhitungan nilai head yang tersedia dapat diperkirakann dengan menggunakan software Google Earth. Tetapi nilai head ini tidak dapat dijadikan patokan karena ketelitian dan kepastian nilai yang kurang teliti. Oleh karena itu diperlukan survei lebih lanjut ke lokasi untuk melakukan perhitungan head secara langsung. 23

Ada beberapa metode pengukuran head. Hal ini tergantung pada bentuk topografi lokasi, rentang head sungai dan keadaan lingkungan di sekitar aliran sungai. Untuk pengukuran head sebaiknya menggunakan beberapa metode untuk menghasilkan nilai head yang lebih teliti. Metode yang akan digunakan penulis untuk menentukan head ialah waterfilled-tube and rods. Metode ini cocok dilakukan pada head rendah sampai sedang karena membutuhkan peralatan dan biaya yang relatif mudah, tetapi akurasi cukup bagus. Metode ini pada prinsipnya mengaplikasikan sifat air yang selalu berada pada posisi mendatar pada tekanan yang sama. Peralatan yang dibutuhkan yaitu selang nilon transparan, tongkat, batang pengukur dan catatan. Prinsip kerjanya memerlukan minimal dua orang untuk berada pada dua titik ketinggian yang berbeda.cara kerjanya ialah : 1. Apabila perhitungan dilakukan dari atas sampai ke bawah, orang pertama berada pada posisi awal menyesuaikan posisi air dalam selang pada ketinggian tertentu dengan tanah yang diinjak ( agar tidak terganggu aliran air ), sedangkan orang kedua turun sambil membawa selang dan tongkat pengukur sampai posisi tertentu ( tergantung peralatan yang ada ). Kemudian orang kedua menghitung ketinggian air pada selang dari tanah yang diinjak. Nilai ini dikurangi dengan ketinggian air dalam selang terhadap tanah yang diinjak orang pertama. 2. Setelah itu orang pertama turun ke daerah yang lebih rendah dengan membawa tongkat pengukur dan selang. Sedangkan orang kedua tetap pada posisinya dan menyesuaikan posisi air dalam selang pada ketinggian tertentu terhadap tanah yang diinjak ( agar tidak terganggu aliran air ). Setelah mencapai posisi tertentu ( tergantung peralatan yang ada ), orang pertama menghitung ketinggian air pada selang dari tanah yang diinjak. Nilai ini dikurangi dengan ketinggian air dalam selang terhadap tanah yang diinjak orag kedua. 24

3. Langkah-langkah tersebut diulang sampai posisi terendah ( tempat power house yang direncanakan ). Nilai head ( tinggi jatuh air ) ialah penjumlahan dari head-head yang diperoleh dari setiap tahapan. Gambar 2.11: Cara Pehitungan Head Sungai [6] 2.4.3 Penempatan Power House Rumah pembangkit ( power house ) merupakan tempat peralatan elektrikal-mekanik terpasang. Unit turbin beserta sistem transmisi mekanik, generator, panel kontrol, dan ballast load terpasang di dalam bangunan ini. Pada dasarnya setiap pembangunan mikrohidro berusaha untuk mendapatkan head yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit berada pada tempat yang serendah mungkin. Karena alasan keamanan dan konstruksi, lantai rumah pembangkit harus selalu lebih tinggi dibandingkan permukaan air sungai. Data dan informasi ketinggian permukaan sungai pada waktu banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi rumah pembangkit. Selain lokasi rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman, saluran pembuangan air ( tail race ) harus terlindung oleh kondisi alam, seperti 25

batu-batuan besar. Disarankan ujung saluran tail race tidak terletak pada bagian sisi luar sungai karena akan mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta memungkinkan masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit. 26