KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN POKOK PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA.

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN POKOK PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7S TAHUN 1996 TENTANG. KETENTUAN POKOK PE1UANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING

KEPPRES 37/1992, USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK OLEH SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 70 /SK/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR : K/20/M.PE/1994 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344/KMK.06/2001 TANGGAL 30 MEI 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.03/2010 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1992 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TANGGAL 21 DESEMBER 2000 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No dan Gas Bumi kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sebagaimana ditetapkan dalam Pera

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 344 / KMK.06 / 2001 TENTANG PENYALURAN DANA BAGIAN DAERAH DARI SUMBER DAYA ALAM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 80/PMK.03/2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA BUMD PT PERDANA MULTIGUNA SARANA BANDUNG BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN DI BIDANG PASAR MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor barang untuk kegiatan usaha eksploita

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1992 TENTANG BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

*40950 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 35 TAHUN 2004 (35/2004) TENTANG KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (PT) MIGAS MANDIRI PRATAMA KALIMANTAN TIMUR

NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2002 TENTANG BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

MENTERl ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30TAHUN2017

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 486/KMK.04/2000 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.03/2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 27 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

1 of 6 1/30/2008 3:15 PM KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN POKOK PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Mengetahui : a. bahwa untuk mempercepat proses pembangunan pertambangan batubara dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan energi nasional serta kebijaksanaan ekspor non migas, kegiatan pengembangan ekspor non migas, kegiatan pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya batubara perlu sema ditingkatkan; b. c. bahwa dengan semakin berkurangnya peranan Pemerintah dalam pengusahaan pertambangan batubara, dipandang perlu meningkatkan peran serta pihak swasta sebagai kontraktor Pemerintah dalam pengusahaan pertambangan batubara: bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, dipandang perlu me kembali ketentuan dalam Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1993 Ketentuan Pokok Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batu Antara Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam dan Perusahaan kontraktor Pertambangan Batubara dengan Kep Presiden. Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Udang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2818) sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor Tahun 1970 (Lembaran Negara Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lem Negara Nomor 2943): 3. Undang undang Nomor 11 Tahun 1987 tentang Ketentuan ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); 4. 5. Undang undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dala Negeri (Lembaran Negara Tahun 1968 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2853) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 (Lembaran negara Tahun 1970 Nomor 47, Ta Lembaran Negara Nomor 2944); Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 49, Tambaha

2 of 6 1/30/2008 3:15 PM Lembaran Negara Nomor 3262) sebagaimana telah diubah den Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3566); 6. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lemb Negara Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran negara Nomor sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang unda Nomor 10 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 60, Ta Lembaran Negara Nomor 3567); 7. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak penjualan Atas Barang Mewah (lembaran negara Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran negara Nomor 3264) sebagaimana telah diubah dengan Undang udang Nomor 11 Tahun (lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3568); 8. 9. 10. 11. 12. 13. Undang undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan B (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 62, Tambahan Lemb negara Nomor 3569); Undang undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (Lembara Negara Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3316); Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksana Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan keten Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 60, tambahan Lembaran Negara Nomor2196) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 1992 ( Lembaran negara Tahun 1992 Nomor 130, Tambahan Lembaran negara Nomor 3510); Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1982 tentang Pelaksanaan Ekspor Impor dan lalu Lintas Devisa (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 1, Tambahan Lembaran negara Nomor 3210); Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Sahan Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3552); Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993 tentang tata Cara Penanama Modal;

3 of 6 1/30/2008 3:15 PM MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KETENTUAN POKOK PEERJANJI KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini, yang dimaksud dengan Perjanjian adalah Perjanjian Karya antar Pemerintah dan perusahaan Kontraktor Swasta untuk melaksanakan pengusahaan peretambangan bah galian batubara. BAB II KETENTUAN POKOK PERJANJIAN Pasal 2 (2). Perusahaan Kontraktor Swasta beertanggung jawab atas pengelolaan pengusahaan pertamb batubara yang dilaksanakan berdasarkan Perjanjian. Perusahaan Kontraktor Swasta menanggung semua resiko dan semua biaya berdasarkan Perjanjian dalam melaksanakan perusahaan pertambangan batubara. (3). Untuk melaksanakan pengusahaan pertambangan batubara, perusahaan Kontraktor Swasta wajib menyampaikan rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahunan kepada Pemerintah. Pasal 3 Perusahaan Kontraktor Swasta wajib menyerahkan sebesar 13,50 % (tiga belas dan lima puluh perseratus) hasil produksi batubara kepada Pemerientah secara tunai atas harga pada saat berada di atas kepal (Free on Board) atau harga setempat (at sale point). (2). Dalam hal pengusahaan pertambangan dilakukan dilakukan dengan cara bawah tanah dan a batubara yang diproduksi ternyata bermutu rendah, besarnya hasil produski batubara yang diserahkan kepada Pemrintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipetimbangan berdasarkan hasilkajian yang diajukan oleh perusahaan Kontraktor Swasta. (3). Hasil peroduksi batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2), digunakan untuk : a. pembiayaan pengembangan batubara; b. investasi sumber daya batubara; c. biaya pengawasan pengeloaan lingkungan dan keselamatan kerja pertambangan ; d. pembayaran Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (royalty) dan Pajak Pertambahan Nilai. (4). Pengelolaan dan tata cara penggunaan dana hasil peroudksi batubara sebagaimana dimaksud pa

4 of 6 1/30/2008 3:15 PM ayat (3) huruf a, huruf b, dan huruf c ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi, sedangkan dana hasil produksi batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d lang disetorkan ke Kas Negara. Pasal 4 Perusahaan kontraktor Swasta wajib membayar: a. Pajak kepada Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yan berlaku pada saat Perjanjian ditandatangani : b. Pungutan-pungutan daerah untuk sesuatu fasilitas atau pengesahan yang diberikan oleh Pemerintah. (2). Perusahaan Kontraktor Swasta setiap tahun membayar Iuran Tetap (dead rent) kepada Pemerintah berdasarkan luas wilayah kerja pengusahaan pertambangan batubara sesuai dengan peratura perundang-undangan yang berlaku. Pasal 5 (2). Penanaman modal yang bertindak selaku perusahaan Kontraktor Swasta dalam rangka Pe dibebaskan dari Bea Masuk, pungutan impor, dan Bea Balik Nama sehubungan dengan barang-barang tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undngan yang berlaku. Perusahaan Kontraktor Swasta setiap tahun wajib menyampaikan daftar rencana kebutuhan barang modal dan bahan yang diimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah mendapatkan persetujuan. BAB III PENYERAHAN DAN PENGEMBANGAN KEPENTINGAN NASIONAL Pasal 6 Penanaman modal yang bertindak selaku perusahaan Kontraktor Swasta wajib mendirikan ba hukum menurut hukum Indonesia, berkedudukan di Indonesia dan semata-mata berusaha dal bidang pengusahaan pertambangan batubara. (2). Dalam hal perusahaan Kontraktor Swasta merupakan perusahaan penanaman modal asing yang seluruh modalnya dimiliki warga dan/atau badan hukum asing, perusahaan Kontraktor Swas tersebut menjual sebagian sahamnya kepada warganya dan/atau badan hukum Indonesia, ses dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 7 Dalam melaksanakan usahanya, perusahaan Kontraktor Swasta wajib mengutamakan penggunaan produksi dan jasa dalam negeri, tenaga kerja Indonesia dan memperhatikan kebijaksanaan Pemerienta dalam pengembangan daerah dan perlindungan lingkungan.

5 of 6 1/30/2008 3:15 PM BAB IV KETENTUAN LAIN Pasal 8 Menteri Pertambangan dan Energi untuk dan atas nama Pemerintah menandatangani Perjanjian sesu dengan Keputusan Presiden ini dengan melakukan pengawasan dan pelaksanaan Pertanjian y bersangkutan. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara yang telah ditandatangani se berlakunya Keputusan Presiden ini tetap berlaku sesuai dengan jangka waktu dalam Perjanjian yang bersangkutan. (2). Segala hak dan kewajiban Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam berdasarkan Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), beralih kepada Pemerintah. Pasal 10 Bagian produksi batubara yang telah diserahkan perusahaan Kontraktor Swasta kepada Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam tetapi belum disetork kepada Pemerintah, diselesaikan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun terhitu sejak tanggal berlakunya Keputusan Presiden ini. Pasal 11 Menteri Pertambangan dan Energi mengambil langkah-langkah yang diperlukan bagi pelaksanaa hak dan kewajiban dan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dan penyelesaian bag produksi yang belum disetorkan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Ketentuan lebih lanjut diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan Presiden ini diatur oleh : a. Menteri Pertambangan dan Energi, sepanjang pelaksanaan teknis pertambangan dan tata cara permohonan (aplikasi) perusahaan Kontraktor Swasta.

6 of 6 1/30/2008 3:15 PM b. Menteri Keuangan, sepanjang mengenai pelaksanaan teknis perpajakan; c. Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Mo sepanjang mengenai pelaksanaan teknis penanaman modal. Pasal 13 Dengan berlakunya Keputusan Presiden ini, Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 1993 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara Antara Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Tambang Batubara Bukit Asam dan Perusahaan Kontraktor dan peraturan pelaksanannya yang bertentangan dengan Keputusan Presiden ini, dinyatakan tidak berlaku. Pasal 14 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 September 1996 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd S O E H A R T O