Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

PENGARUH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN ASAM URAT TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA ASAM URAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI SMALL GROUP DISCUSSION

SKRIPSI EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT UNTUK MENGURANGI NYERI ARTRITIS RHEUMATOID. Di Desa Singgahan, Kecamatan Pulung, Ponorogo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

PENGARUH SENAM 10 MENIT TERHADAP SKALA NYERI PADA PENDERITA GOUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENGGOT KOTA PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

JURNAL. Vira Julyanatien Igirisa, Rany Hiola, Nasrun Pakaya Jurusan Keperawatan, FIKK UNG ABSTRAK

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI DENGAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO

ARTIKEL EFEKTIFITAS HIDROTERAPI RENDAM HANGAT DALAM PENURUNAN SKALA NYERI EKSTREMITAS PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI DESA SIDOMULYO

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PERILAKU KLIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS BAHU MANADO

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI ARTRITIS GOUT PADA LANJUT USIA DI KAMPUNG TEGALGENDU KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI GAWANAN TIMUR KECAMATAN COLOMADU KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang

PENCEGAHAN DENGAN KADAR ASAM URAT PADA MASYARAKAT DUSUN DEMANGAN WEDOMARTANI, NGEMPLAK, SLEMAN, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

PENGARUH RENDAM AIR GARAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PENDERITA GOUT DI DESA KAUMAN KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

PENGARUH REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DI DESA MALANGGATEN KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR

PENGARUH KONSUMSI JUS NANAS TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DI UPT PANTI WERDHA MOJOPAHIT MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

Anna R. R. Samsudin Rina Kundre Franly Onibala

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat di dunia. Seperti yang diungkapkan oleh Hill (2003),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

(Submited : 16 April 2017, Accepted : 28 April 2017) Dewi Nurhanifah

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

PERBEDAAN EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP SKALA NYERI PADA KLIEN GOUT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BATANG III KABUPATEN BATANG

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih

Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK) Vol V, No 2, September 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

HUBUNGAN ANTARA NYERI GOUT ARTHRITIS DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DI PUSKESMAS TOWUNTU TIMUR KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

Kata Kunci :Riwayat Keluarga, Konsumsi Alkohol, Kadar Asam Urat Darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Nyeri pada penderita artritis reumatoid adalah gejala yeng sering

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

PENGARUH MENGKONSUMSI REBUSAN DAUN SIRSAK TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PENDERITA GOUT ARTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PINELENG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang telah direncanakan dan dilakukan secara berulang-ulang dengan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Hiperurisemia adalah keadaan terjadinya peningkatan kadar asam urat

HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGETAHUAN LANSIA TENTANG GOUT

SKRIPSI PENGARUH MCKENZIE EXTENSION EXERCISE TERHADAP TINGKAT PENURUNAN SKALA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEGAWAI KANTOR SAMSAT KABUPATEN KARANGASEM

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

PENGARUH PELATIHAN PATIENT HANDLING TERHADAP PENURUNAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG AKIBAT KERJA

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

Transkripsi:

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado Mellynda Wurangian Hendro Bidjuni Vandri Kallo Program studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: mellyndawurangian@yahoo.co.id Abstract: Arthritis Gout is a group of heterogeneous diseases as a result of the deposition of monosodium urate crystals in tissues or due to supersaturation of uric acid in the extracellular fluid. Non-pharmacological action for arthritis gout sufferers include warm compresses. The purpose of this study was to determine the effect of warm compresses in reducing pain scale in patients with arthritis gout in Bahu Public Health Center Manado. Samples found 30 respondents. Methods this study used a pre-experimental, pretest posttest one group design, sample selection with purposive sampling. This study uses statistical analysis Wilcoxon Signed Ranks Test with α of 0.05. The results of the research in get value where ρ ρ value 0.000 <0.05 then α H₀ rejected and we can conclude that there is a significant effect giving a warm compress to decrease pain scale in patients with arthritis gout in Bahu Public Health Center Manado. The conclusion of this study is a warm compress can reduce pain scale in patients with arthritis gout. Recommendation on this research that, presumably warm compresses can be applied to patients with arthritis gout independently at home. Keywords : Arthritis Gout, Pain, Warm Compress Abstrak: Gout Arthritis merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Tindakan nonfarmakologis untuk penderita gout arthritis diantaranya adalah kompres hangat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Sampel yang ditemukan 30 responden. Metode penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan desain One Group Pretest Posttest, pemilihan sampel dengan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan analisis statistik uji Wilcoxon Signed Ranks Test dengan α 0,05. Hasil penelitian di dapatkan nilai ρ value 0,000 dimana ρ < α 0,05 maka H₀ ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Simpulan penelitian ini yaitu kompres hangat dapat menurunkan skala nyeri pada penderita gout arthritis. Rekomendasi pada penelitian ini yaitu, kiranya kompres hangat dapat diterapkan pada penderita gout arthritis secara mandiri di rumah. Kata Kunci : Gout Arthritis, Nyeri, Kompres Hangat

PENDAHULUAN Gout Arthritis adalah penyakit yang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia. Gout (pirai) merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraselular. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar asam urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl (Sudoyo, 2009). Penanganan penderita gout arthritis difokuskan pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan meningkatkan atau mempertahankan fungsi dan kualitas hidup. Penanganan untuk gout arthritis meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis. Tindakan non farmakologis untuk penderita gout arthritis diantaranya adalah kompres, baik itu kompres hangat dan kompres dingin. Kompres merupakan tindakan mandiri perawat dalam upaya menurunkan suhu tubuh (Potter, 2005). Standar akreditasi rumah sakit yang dikeluarkan oleh JCI (Joint Commision International) tahun 2011 bahwa hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan nyeri. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif, pasien yang kesakitan mendapat asuhan sesuai pedoman pengelolaan nyeri (Kemenkes RI, 2011). Tahun 1986 dilaporkan prevalensi gout arthritis di Amerika Serikat adalah 13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi gout bertambah dengan meningkatnya taraf hidup. Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa, sebagaimana yang disampaikan oleh Hippocrates bahwa gout jarang pada pria sebelum masa remaja sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause (Sudoyo, 2009). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, prevalensi penyakit sendi adalah 24,7% dan prevalensi yang paling tertinggi yaitu di Bali mencapai 19,3%. Di Sulawesi Utara juga merupakan salah satu prevalensi tertinggi yaitu mencapai 10,3%. Dari data awal yang diperoleh dari Puskesmas Bahu, selama tahun 2014 dari bulan Januari sampai bulan Maret, ada 111 orang yang didiagnosa menderita gout arthritis. Jadi perbulannya ada sekitar 35 orang penderita gout arthritis yang berkunjung di Puskesmas. Menurut penelitian yang dilakukan Sani dan Winarsih tahun 2013, dari 40 responden yang dibagi dalam dua kelompok intervensi, kelompok yang pertama dilakukan pemberian intervensi kompres hangat sedangkan kelompok kedua dilakukan intervensi kompres dingin menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres dingin adalah 1,05. Hal ini berarti kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis. Pengobatan non farmakologis sangat efektif dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul pada gout arthritis. Banyak referensi yang mengatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan nyeri pada gout arthritis, tapi menurut peneliti belum ada yang meneliti secara ilmiah khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu dengan populasi sekitar 35 orang penderita perbulannya. Berdasarkan latar belakang ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini adalah preeksperimental dengan desain One Group Pretest Posttest yaitu mengungkapkan

hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek dengan cara memberikan pretest (observasi awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah diberikan intervensi kemudian dilakukan kembali posttest (observasi akhir). Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang yang bejumlah 35 orang. Sampel pada penelitian ini berjumlah 30 orang dengan menggunakan metode purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel yaitu nyeri pada pnderita gout sebelum dan sesudah dikompres hangat. Analisis bivariat dilakukan dengan cara uji Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 95% (α 0,05). Uji dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel bebas dan variabel terikat. Untuk membedakan nyeri gout arthritis sebelum dilakukan tindakan kompres hangat dan sesudah dilakukan tindakan kompres hangat. HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin di Puskesmas Bahu Manado tahun 2014 Jenis Kelamin n % Laki-laki 21 70,0 Perempuan 9 30,0 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden menurut umur di Puskesmas Bahu Manado tahun 2014 Umur n (%) 30 49 tahun 50 64 tahun > 65 tahun 7 12 11 36,7 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden menurut perilaku merokok di Puskesmas bahu Manado tahun 2014 Perilaku Merokok n (%) Merokok Tidak Merokok 7 12 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden menurut kebiasaan mengkonsumsi alkohol di Puskesmas bahu Manado tahun 2014 Alkohol n (%) Mengkonsumsi Alkohol Tidak Mengkonsumsi Alkohol 7 12 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi skala nyeri gout artrhritis sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat di Puskesmas Bahu Manado Tahun 2014 Pretest Tingkat Nyeri (%) Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat n % 7 3,3 12 46,7 11 50,0 36,7 100

B. Analisis Bivariat Tabel 5.6 Hasil analisis statistik Variabel Mean SD Z p Sebelum Dikompres 6,23 1,547 Sesudah 3,30 1,622-4,842 b 0,000 Dikompres Analisa statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon, menunjukkan hasil yang signifikan, dimana terlihat perbedaan yang sangat disignifikan pada angka rata-rata antara penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat. Skala nyeri rata-rata sebelum diberikan kompres hangat adalah 6,23 dengan standar deviasi 1,547 perbandingannya setelah diberikan kompres hangat adalah 3.30 dengan standar deviasi 1,622. Dengan p = 0,000 dan α = 0,05. Jadi p kurang dari α, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan kompres hangat. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada penderita gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu maka ditemukan bahwa responden yang ikut dalam penelitian lebih banyak adalah responden laki-laki (70,0%) dari pada responden perempuan (30,0%). Menurut Ode (2012), pada umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat dan kadar asam urat kaum pria cenderung lebih meningkat sejalan dengan perkembangan usia. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widi (2011) bahwa pasien yang menderita gout arthritis kebanyakan pada pria (85,71%) dibandingkan wanita (14,29%). Ada pula penelitian yang tidak sejalan yang dilakukan oleh Kalim (2013), responden yang terbanyak ada pada wanita (94,9%) dibandingkan dengan pria (5,1%). Menurut kelompok umur, responden paling banyak berada pada kelompok umur 50-64 tahun berjumlah 12 responden dengan persentase %, kelompok umur 30-49 tahun berjumlah 7 responden dengan persentase %, dan kelompok umur >65 tahun berjumlah 11 responden dengan persentase 36,7%. Hal ini didukung juga oleh penelitian yang dilakukan Widi bahwa pasien terbanyak adalah pasien dengan usia 51-60 (42,88%) dan ada juga penelitian yang dilakukan oleh Kalim (2013) yaitu responden terbanyak berusia antara 56-70 tahun (41,9%). Menurut kelompok perilaku merokok, responden paling banyak berada pada perilaku merokok berjumlah 21 responden dengan persentase 70%, dan perilaku tidak merokok berjumlah 9 dengan persentase 30%. Menurut teori Naga (2013) yaitu pada perokok berat dapat meningkatkan durasi terjadinya nyeri, hal ini berkaitan dengan peningkatan volume dan durasi perdarahan selama nyeri. Menurut kelompok kebiasaan mengkonsumsi alkohol, responden paling banyak berada pada responden yang tidak mengkonsumsi alkohol berjumlah 17 responden dengan persentase 56,7%, dan responden yang mengkonsumsi alkohol berjumlah 13 dengan persentase 43,3%. Menurut teori yang dikemukakan oleh Ode (2012) yaitu faktor risiko yang menyebabkan orang terserang penyakit asam urat salah satunya adalah mengkonsumsi alkohol. Alkohol menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine ikut berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam darah. Alkohol akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini bisa menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Karena itu, orang yang sering mengkonsumsi alkohol memiliki kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsinya. Hasil penelitian dan teori yang didapatkan tidak sejalan. Hal ini dikarenakan banyak faktorfaktor lain yang mempengaruhi gout arthritis seperti makanan, kegemukan dan suku

bangsa. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang mengandung purin. Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk kebutuhan sehari-hari, ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15% (Ode, 2012). Hasil pengukuran nyeri pada responden yang berjumlah 30 orang rata-rata nilai penderita sebelum dilakukan kompres hangat adalah 6,23 dan setelah dilakukan tindakan kompres hangat adalah 3,30 yang menunjukkan adanya penurunan skala nyeri. Hasil analisis dengan menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh bahwa terdapat perbedaan nyeri pada pasien gout arthritis sebelum diberikan kompres hangat dengan sesudah diberikan kompres hangat. Nilai p yang diperoleh melalui uji Wilcoxon Signed Ranks Test adalah (p = 0,000) dimana p < α (0,05), maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada pasien gout arthritis di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang serupa seperti yang dilakukan oleh Sani (2013) dari 40 responden yang dibagi dalam dua kelompok intervensi, kelompok yang pertama dilakukan pemberian intervensi kompres hangat sedangkan kelompok kedua dilakukan intervensi kompres dingin menghasilkan kesimpulan bahwa rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-rata penurunan skala nyeri pada kompres dingin adalah 1,05. Hal ini berarti kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada penderita gout arthritis. (Sani, 2013). Menurut teori yang dikemukakan oleh Perry (2005), tindakan non farmakologis untuk penderita gout arthritis diantaranya adalah kompres, baik itu kompres hangat dan kompres dingin. kompres hangat dan kompres dingin merupakan terapi modalitas fisik dalam bentuk stimulasi kutaneus. Kompres hangat dan kompres dingin dapat meringankan rasa nyeri dan radang ketika terjadi serangan asam urat yang berulangulang. Efek pemberian terapi panas terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan pengiriman leukosit dan antibiotik ke daerah luka, meningkatkan relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan, meningkatkan aliran darah dan meningkatkan pergerakan zat sisa dan nutrisi. Menurut Riyadi (2012), kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan untuk melancarkan sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Nyeri gout arthritis pada responden sebelum diberikan kompres hangat yaitu didapatkan sebagian besar responden berada pada tingkat nyeri berat. 2. Nyeri gout arthritis pada responden sesudah diberikan kompres hangat yaitu didapatkan sebagian besar responden berada pada tingkat nyeri ringan. Berdasarkan uji statistik didapatkan ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Wilayah Kerja Puskemas Bahu Manado DAFTAR PUSTAKA Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta Berman, A. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. EGC. Jakarta

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan; Aplikasi pada Praktek Klinik. EGC. Jakarta Hidayat,A.A. (2008). Praktikum Ketrampilan Dasar Praktik Klinik. Salemba Medika. Jakarta Kalim, H. (2011). Identifikasi Hubungan Pola Asupan Protein Hewan Dengan Resiko Gout Arthritis Di Kota Batu. Diakses dari digilib.upi.du. Pada tanggal 27 Maret 2014: Jam 11.30 Kemenkes RI. (2011). Standar Akreditasi Rumah Sakit JCI. Diakses dari www.elearning.mmr.umy.ac.id. Pada tanggal 10 Juni 2014: Jam 16.56 Misnadiarly. (2007). Rematik : Asam Urat- Hiperurisemia, Arthritis Gout. Pustaka Obor. Jakarta Naga, S.S. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta Ode, S.L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika. Yogyakarta Perry, G.A & Potter, P.A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. EGC. Jakarta Presetyo, S.N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu. Yogyakarta Price, A.S & Wilson, M.L (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. EGC. Jakarta PSIK Universitas Sam Ratulangi (2013). Panduan Penulisan Tugas Akhir Proposal dan Skripsi. Riskesdas (2013). Riset Kesehatan Dasar Tentang Penyakit Sendi. Diakses dari www.litbang.depkes.go.id. Pada tanggal 22 Mei 2014: Jam 14.13 Riyadi, S. & Harmoko, H. (2012). Standard Operating Procedure dalam Praktek Klinik Keperawatan Dasar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta Sani, A.T & Winarsih. (2013). Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat dan Kompres Dingin Terhadap Skala Nyeri pada Klien Gout di Wilayah Kerja Puskesmas Batang III Kab Batang. Diakses dari: www.eskripsi.stikesmuhpkj.ac.id. Pada tanggal 27 Maret 2014: Jam 15.05 Saryono. (2011). Kebutuhan Dasar Manusia. Huha Medika. Yogyakarta Sudoyo, A.W. et al (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (edisi ke 5). Interna Publishing. Jakarta Widi, R.R. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Derajat Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Fase Akut. Diakses dari: jurnal.ugm.ac.id. Pada Tanggal 27 Maret 2014: Jam 11.20