PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION MENURUNKAN FREKUENSI NYERI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI POSA RSUD DR.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan menurut Wahyuningsih (2005), terapi Intravena adalah suatu

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Aloei Saboe Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden kecelakaan merupakan penyebab utama orang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. paling umum untuk mencari pertolongan kesehatan. Seseorang yang nyeri

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

EFEKTIVITAS PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP KUALITAS TIDUR PASIEN KANKER PAYUDARA TESIS. Oleh

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Teknik Relaksasi...,Bayu Purnomo Aji,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP,2017

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ROBBANIA MUHIBBAH

HUBUNGAN PERCEIVED BENEFIT

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN IVA PADA KELOMPOK IBU PENGAJIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

SKRIPSI SULASTRI J

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI ESENSIAL SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MENDENGAR MUROTTAL AL-QUR AN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PASIEN PASCA OPERASI APENDISITIS

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TINGKAT PENGETAHUAN DALAM PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT RADANG SENDI PADA PASIEN USIA TAHUN

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA PADA HARI KE 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker pembunuh perempuan nomor satu. maka pengobatan yang diberikan adalah kemoterapi (Baradero,2007).

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

PENYULUHAN BATUK EFEKTIF TERHADAP PENURUNAN TANDA DAN GEJALA PASIEN TUBERKULOSIS PARU

BAB I PENDAHULUAN. cacing (appendiks). Infeksi ini bisa terjadi nanah (pus) (Arisandi,2008).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. (21,8%) diantaranya persalinan dengan Sectio Caesarea (Hutapea, H, 1976).

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.

PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP MUAL DAN MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan pendekatan One Group pretest-posttest. dilakukan pada pre-test (sebelum perlakuan) dan post-test (setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

Clinical Science Session Pain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGINARY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY DI RS DR. MOEWARDI SURAKARTA

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajaran Praktika Senior PRAKTIKA SENIOR. Oleh: FOURLINA NOVIYANI NDRAHA

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS II DI SMA N 1 KARANGNONGKO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. International for the Study of Pain (IASP) nyeri merupakan pengalaman yang

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

PERSEPSI WUS TENTANG SADARI DAN KANKER PAYUDARA DI DESA BANJAR TANGGUL PUNGGING MOJOKERTO FADILLATUS SHOLIHAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda vital, juga dalam pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

PENGALAMAN PASIEN YANG MENDERITA KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

PENGARUH CYTRUS (ORANGE) AROMATHERAPY TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DI RSUD KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

Guntur Prasetya*) Maria Suryani**) Mamat Supriyono***)

PENGARUH PELAKSANAAN FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN KELUARGA TERHADAP TERAPI DIET DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI BANDA ACEH

General Relaxation Effect On Blood Pressure Of Hypertension Patients In The Department Of Healthy City Madiun

PE GARUH TI GKAT PE GETAHUA TE TA G PE GOBATA KEMOTERAPI TERHADAP TI GKAT KECEMASA PASIE KA KER DI RUA G SITOSTATIKA RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARA G

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang banyak dialami oleh manusia. Meskipun bukan merupakan

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker

Transkripsi:

PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION MENURUNKAN FREKUENSI NYERI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI POSA RSUD DR.SOETOMO SURABAYA Endang Kasih*, Mira Triharini**, Tiyas Kusumaningrum** *Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga **Staf Pengajar Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga E-mail: endangkasih.enka@gmail.com ABSTRAK Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien kanker. Pada kanker payudara terjadi nyeri karena peradangannya, nyeri ini karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Progresive Muscle Relaxation (PMR) terhadap frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di POSA RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Desain penelitian yang digunakan yaitu one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi di POSA RSUD Dr. Soetomo sebesar 30 orang dengan besar sampel 28 responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi. Variabel independen dalam penelitian ini adalah progresive muscle relaxation (PMR). Variabel dependennya adalah frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu kuesioner dan lembar observasi. Analisis data yang digunakan yaitu Paired t Test dengan tingkat signifikansi <0,05. Hasil menunjukkan ada pengaruh progresive muscle relaxation (PMR) terhadap frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara (p=0,000). Saran penelitian selanjutnya dapat menggunakan jenis penelitian ini tetapi menggunakan metode yang berbeda. Kata kunci: Progresive Muscle Relaxation (PMR), nyeri, kanker payudara, kemoterapi ABSTRACT Introduction: Breast cancer pain occurs because inflammation, pain because of the edge receptor Nerve damage due to the inflammation or sandwiched posted swelling. Progresive muscle relaxation (PMR) Frequency Against breast cancer Pain Patients with chemotherapy at POSA Dr. Soetomo hospital. Methods: One group pretest posttest design was used in this study. The population were the breast cancer patients with chemotherapy in POSA Dr. Soetomo amounting 30 respondents. There were 28 respondents as sample, taken according inclusion criteria. Independent variable of this research was PMR. Dependent variable was frequency of breast cancer pain. Data was collected by using questionaire and observation sheets. Data was analyzed using paired t test with level of significant <0.05. Results: Results showed there was effect of progressive muscle relaxation (PMR) frequency against breast cancer pain (p=0.000). Further research could continues with using different methods related to this experiment. Keywords: Progresive Muscle Relaxation (PMR), pain, breast cancer, chemotherapy PENDAHULUAN Nyeri merupakan keluhan yang paling sering terjadi pada pasien kanker. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan 15

emosional yang tidak menyenangkan yang dihubungkan dengan jaringan yang rusak (Rosjidi 2010a). Kasus kanker payudara sebanyak 70% ditemukan dalam stadium lanjut (III dan IV). Penderita mengalami nyeri sedang sampai berat sebanyak 45-100%. Studi awal di POSA pada 15 pasien kanker payudara stadium III mengalami nyeri sedang, frekwensi nyeri 3-4 kali ada 9 orang, 1-2 kali sebanyak 6 orang, semua mendapat analgesic Asam mefenamat 3x1 tablet. dan rasa nyeri hilang antara 1-2 jam. Rasa nyeri sedang sampai berat akan mengganggu aktifitas penderita secara mandiri dan harus dibantu oleh orang lain. Penatalaksanaan nyeri di POSA (Poli Onkologi Satu Atap) selama ini diberikan terapi farmakologi, sedangkan terapi non farmakologi telah diberikan penyuluhan tentang relaksasi dengan pernafasan dan istirahat, namun hasilnya belum maksimal dikarenakan berbagai hal salah satunya adalah tidak ada demonstrasi yang dilaksanakan untuk pasien sehingga pasien sulit untuk menerapkan apa yang sudah diberikan oleh perawat. Melalui Progresive Muscle Relaxation (PMR) yang dicontohkan langsung dengan demonstrasi, diharapkan penderita bisa melakukan sendiri di rumah. Upaya yang bisa dilakukan terapi non farmakologi pada nyeri antara lain pengaturan lingkungan yang tenang, pengaturan nutrisi yang baik dan relaksasi (Abdulmuntolib 2006 dalam Rosjidi 2010b). Kanker payudara di Indonesia adalah 12/100.000 perempuan, sedang di Amerika adalah sekitar 92/100.000 perempuan dengan motalitas cukup tinggi, yaitu 27/100.000 atau 18% dari kematian yang dijumpai pada perempuan. Di Indonesia lebih dari 80% kasus ditemukan berada pada stadium lanjut, sehingga upaya pengobatan mencapai kesembuhan sulit dilakukan (Perhimpunan Onkologi Indonesia [POI] 2010). Progresive muscle relaxation (PMR) adalah salah satu dari tehnik relaksasi sederhana yang sudah pernah dilakukan peneliti sebelumnya pada efek samping kemoterapi mual dan muntah (Maryani 2008). Relaksasi PMR diajarkan kepada pasien dalam meningkatkan kemandirian pasien untuk mengurangi rasa nyeri secara non farmakologis. Sampai saat ini PMR belum diterapkan di POSA, oleh karena itu penelitian ini dilakukan di POSA dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh PMR terhadap frekwensi nyeri pada penderita kanker payudara tersebut. BAHAN DAN METODE Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre-posttest design. Besar sampel yang diperoleh adalah 28 responden. Teknik sampling menggunakan purposive sampling ( judgement sampling) dan diambil berdasarkan kriteria inklusi dari responden penelitian ini yaitu: 1) wanita umur 26-55 tahun, 2) menderita kanker payudara stadium III, 3) menjalani kemoterapi ke-1, CAF (Cyklofosfamid, Adryamicin, 5-FU), 4) mengkonsumsi obat paliatif, Asam mefenamat 3x1 per hari. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah Progresive Muscle Relaxation (PMR). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Paired t-test dengan nilai signifikansi 0,05. HASIL Seluruh responden 28 orang (100%) sudah menikah. Pada tingkat pendidikan hampir setengah responden berpendidikan SD dan SMP yaitu sebanyak 10 orang (35,7%). Metode kontrasepsi yang pernah digunakan hampir seluruhnya responden 23 orang (82,1%) menggunakan hormonal (pil, suntik dan susuk). Cara mengatasi nyeri responden hampir seluruhnya dengan minum obat (asam mefenamat 500 mg 3x1) 25 orang (89,3%). Pada saat pre intervensi, hampir seluruh responden memiliki nyeri dengan frekuensi nyeri antara 14 kali, yakni sebanyak 23 responden dengan persentase 82,1%. sebagian kecil responden memiliki frekuensi nyeri antara 12 kali 2 responden (7,1%), 10 kali, 9 kali, 7 kali masing-masing 1 responden (3,6%). Hasil uji Paired t Test pada tabel 1, dapat diketahui bahwa perbandingan frekuensi nyeri saat pre dan post test menunjukkan nilai signifikansi p=0,000. Hal 16

ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara di POSA RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Tabel 1. Frekuensi nyeri pre dan post pada penderita kanker payudara di POSA RSUD Dr. Soetomo Surabaya Frekuensi Nyeri Pre Post Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) 14 kali 23 82,1% 9 kali (1) 3,6% 12 kali 2 7,1% 8 kali (8) 28,6% 10 kali 1 3,6% 7 kali (15) 53,5% 9 kali 1 3,6% 6 kali (2) 7,1% 7 kali 1 3,6% 5 kali (1) 3,6% 3 kali (1) 3,6% Jumlah 28 100% 28 100% \ Paired t-test p=0,000 PEMBAHASAN Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh progressive muscle relaxation terhada frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di POSA RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Hasil penelitian sebelum diberi intervensi Progressive Muscle Relaxation (PMR) didapatkan hasil sebanyak 23 responden (82,1%) memiliki frekuensi nyeri 14 kali perminggu. Nyeri pada penderita kanker berasal dari nyeri somatic yaitu adanya kerusakan jasmaniah akibat adanya kanker berupa nyeri nosiseptik yaitu nyeri karena rangsangan nosiseptor aferen saraf perifer yang diakibatkan oleh pengaruh prostaglandin E, sirkulasi darah buruk karena ada pembuluh darah yang tidak lancar. Nyeri juga karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase. Pada kanker payudara terjadi nyeri karena peradangan, nyeri ini karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh terganggunya serabut saraf receptor nyeri (Sukardja 2000). Mayoritas (24 orang) responden mengatasi nyeri diberikan terapi farmakologi yaitu dengan minum obat yang diresepkan dokter. Peneliti melakukan wawancara secara informal juga didapatkan hasil bahwa obat yang diminum biasanya bertahan 1-2 jam untuk mengurangi nyeri dengan frekuensi nyeri responden 14 kali dalam satu minggu. Menurut Smeltzer & Bare (2012) terapi farmakologis untuk menurunkan nyeri meliputi analgesik dan anestesi, penggunaan opioid dan obat non steroid anti inflamasi (NSAID). Penggunaan obat-obatan harus dengan resep dan petunjuk dokter. Terapi non farmakologi telah diberikan penyuluhan (HE) tentang apa yang harus dilakukan saat nyeri timbul yaitu dengan istirahat dan relaksasi nafas dalam, namun hasilnya tidak maksimal oleh karena berbagai hal salah satunya adalah tidak adanya demonstrasi maka PMR perlu disampaikan. PMR ini akan memberikan contoh dan demonstrasi langsung sehingga diharapkan penderita bisa mempraktekkan langsung secara mandiri di rumah. Responden nomor 5 mengatasi nyeri dengan cara herbal yaitu disamping minum obat dari dokter responden ini juga minum sari daun sirsak, responden nomor 17 dan 24 dengan istirahat. Menurut Smeltzer & Bare (2012) terapi nonfarmakologis juga dapat membantu menurunkan nyeri, antara lain dengan stimulasi kutan dan massage, terapi panas dan dingin, Transkutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), teknik distraksi relaksasi, imagery guided, hipnosis dan herbal. Pengobatan nofarmakologis dapat menurunkan intensitas nyeri tapi tidak dengan frekuensinya. Berdasarkan usia, mayoritas responden berusia 36-45 tahun dengan frekuensi nyeri 14 kali.. Faktor demografi (usia) juga dapat mempengaruhi frekuensi nyeri 14 kali perminggu pada pasien kanker payudara dapat disebabkan oleh usia. Faktor usia yang lebih tua mempunyai jumlah nyeri yang lebih banyak dari pada usia muda. Pada tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi mudahnya seseorang untuk diajari PMR, semakin tinggi tingkat pendidikan akan 17

semakin mudah untuk diajari dan mudah diaplikasikan sehingga akan semakin tinggi keberhasilan untuk melakukan PMR. Status pernikahan dalam penelitian ini tidak banyak berpengaruh dalam frekuensi nyeri yang dirasakan oleh responden, dari 28 responden semua sudah menikah. Metode kontrasepsi yang pernah digunakan oleh responden hampir seluruhnya menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu 23 responden (82,1%). Peningkatan risiko terkena kanker payudara sebanding dengan semakin lama menggunakan kontrasepsi oral, hormon estrogen ini berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan payudara (Rini 2005). Nyeri payudara juga akan anda rasakan, bahkan bisa menimbulkan kanker payudara jika anda mengkonsumsi tablet kontrasepsi ini. Pada kontrasepsi hormonal juga akan menimbulkan nyeri,sehingga dimungkinkan nyeri bertambah pada pengguna kontrasepsi hormonal namun pada penelitian ini hampir seluruh responden mempunyai frekuensi nyeri yang sama yaitu 14 kali dalam satu minggu. Latihan relaksasi ini bertujuan untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang. Istilah relaksasi sering digunakan untuk menjelaskan aktifitas yang menyenangkan, relaksasi menghasilkan efek, perasaan senang, mengurangi ketegangan, terutama ketegangan psikis yang berkaitan dengan kehidupan (Ramdhani & Putra 2009). Hampir seluruh responden mengalami penurunan frekuensi nyeri setelah diberi intervensi PMR. Berdasarkan wawancara secara informal terhadap responden, sebagian besar responden mengatakan merasa nyeri berkurang dan merasa nyaman dengan relaksasi PMR. Pada responden yang telah dilakukan PMR mengalami penurunan frekuensi nyeri, hal ini karena gerakan PMR akan membuat sirkulasi pembuluh darah lancar sehingga dapat menguarangi frekuensi nyeri. Pada tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi mudahnya seseorang untuk diajari PMR, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah untuk diajari dan mudah diaplikasikan sehingga akan semakin tinggi keberhasilan untuk melakukan PMR. Terbukti dengan responden nomer 10 dengan pendidikan perguruan tinggi dengan nyeri 7 kali dalam satu minggu dan turun menjadi 3 kali dalam satu minggu, responden nomer 14, 17 kali dengan frekuensi 14 kali dan 10 kali dalam satu minggu bisa turun 6 kali dan 5 kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara di POSA RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Menurut Richmond (2007) dalam Alim (2010) PMR merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot melalui dua otot. PMR merupakan satu bentuk terapi relaksasi dengan gerakan mengencangkan dan melemaskan otot-otot pada satu bagian tubuh pada satu waktu untuk memberikan perasaan relaksasi secara fisik. Saat pelaksanaan PMR pada responden, peneliti belum dapat dilakukan yaitu peneliti belum melakukan observasi satu persatu responden di rumah. Pelaksanaan PMR tanpa adanya pengawasan langsung dari peneliti adalah suatu keterbatasan, apakah responden melakukan PMR dengan benar atau tidak, melakukan tepat waktu atau tidak, melakukan sesuai dengan anjuran atau tidak. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sebelum dilakukan Progressive Muscle Relaxation (PMR) seluruh responden memiliki rerata frekuensi nyeri 13,29 kali per minggu. Mayoritas responden mempunyai frekuensi nyeri rerata 7,07 kali per minggu setelah penerapan. Progressive Muscle Relaxation (PMR) menurunkan frekuensi nyeri pada penderita kanker payudara yang menjalani kemoterapi di POSA RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Saran Progressive Muscle Relaxation (PMR) ini diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi non farmakologis dalam menurunkan frekuensi nyeri sebagai tindakan mandiri perawat. Institusi pun diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam mengatasi nyeri dengan memberikan pilihan layanan Progressive Muscle Relaxation (PMR) di POSA RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pasien pun diharapkan memperoleh informasi tambahan tentang penatalaksanaan nyeri dan mampu mengatasi nyeri dengan melakukan PMR secara mandiri di rumah. Penelitian lanjutan dapat dilakukan dengan dengan menggunakan responden yang berbeda yaitu kanker payudara stadium II, melakukan kontroling responden/observasi langsung dalam pelaksanaan Progressive Muscle Relaxation (PMR) dan menggunakan kuesioner frekuensi nyeri dengan pertanyaan langsung. KEPUSTAKAAN 18

Alim, M.B. 2010. Langkah-langkah Relaksasi Otot Progresif, http//www psikologi Zone diambil 20 Juli 2014 Maryani, A. 2008. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap kecemasan, mual dan muntah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di Poliklinik RS Hasan Sadikin Bandung, Perpustakaan FKUI Perhimpunan Onkologi Indonesia 2010. Pedoman Tatalaksana Kanker fakulatas Kedokteran Universitas Indonesia, Perpustakaan FKUI Ramdhani, N. & Putra A. 2008. Pengembangan Multi Media Relaksasi otot Progresif, http://www psikologizon.com diakses tanggal 20 oktober 2014 Rosjidi, I.2010a, Epidemiologi kanker pada Wanita, Jakarta: Sagung Seto Rosjidi, I. 2010b. Perawatan paliatif suportif bebas nyeri pada kanker, Sagung Seto, Jakarta. Sukardja, I. 2000. Onkologi Klinik, Fakultas Kedoteran Universitas Airlangga, Surabaya. Smetzer, S.C. & Bare, B.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (Brunner & Suddarth), EGC, Jakarta. 19