INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN MEKANISME PENYALURAN bantuan PENDIDIKAN DALAM BENTUK BANTUAN sosial DAN BELANJA BARANG
DASAR HUKUM PP Nomor 45 Tahun 2013 1. Pasal 68 ayat (1) : Pembayaran atas beban APBN tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/ atau jasa diterima 2. Pasal 99 Ayat (1) Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan/atau kesejahteraan masyarakat, dalam APBN disediakan alokasi belanja bantuan sosial. Ayat (2) Pembayaran bansos dapat dilakukan dalam bentuk bansos yg bersifat: konsumtif, produktif, dan bansos melalui lembaga pendidikan, kesehatan, dan lembaga tertentu PMK 81/PMK.05/2012 1. Pasal 1 : Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi dan/atau kesejahteraan masyarakat. 2. Pasal 4: Ayat (8) Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk uang digunakan oleh penerima bantuan sosial untuk pengadaan barang dan/atau jasa, dikerjakan/dihasilkan sendiri oleh penerima bantuan sosial secara swakelola. Ayat (9) Belanja Bantuan Sosial yang disalurkan dalam bentuk barang dan/atau jasa dilaksanakan melalui penyaluran barang dan/atau jasa kepada penerima bantuan sosial yang pengadaan barang dan/atau jasanya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah. INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 2
LATAR BELAKANG Hasil Kajian KPK 1. Perlu perbaikan kebijakan Bansos karena sesuai Undang-Undang 11 Tahun 2009 bansos hanya merupakan bagian dari Perlindungan Sosial. Praktek saat ini cakupan Bansos tidak hanya untuk Perlindungan Sosial sehingga berpotensi terjadi penyalahgunaan kewenangan ; 2. Belanja Bantuan Sosial perlu dipusatkan di Kementerian Sosial dan Pemerintah mendesain ulang serta menetapkan grand desain penyelenggaraan bantuan sosial dan menyusun basis data terpadu Belanja Bantuan Sosial. Tindak Lanjut Kementerian Keuangan 1. Menteri Keuangan telah meminta BPKP untuk melakukan reviu terhadap Belanja Bansos pada 11 K/L dan hasil reviu BPKP tersebut telah ditindak lanjuti Menteri Keuangan dengan meminta K/L agar : a. Belanja Bansos yang tidak tepat sasaran dan tumpang tindih dibatalkan/direvisi/ditunda bila belum dilaksanakan/dicairkan; b. Belanja Bansos yang sedang/sudah dilaksanakan/dicairkan agar ditingkatkan governance nya dan dipersiapkan pertanggungjawaban serta auditnya. c. Belanja Bansos yang tidak transparan dan akuntabel, K/L agar memperjelas dan mempublikasikan secara luas program, kegiatan, pedoman penyaluran, serta penerima dan jumlahnya. 2. Membentuk Tim Kerja Belanja Bansos dengan anggota terdiri dari Kementerian Keuangan, BPKP, Kementerian Dalam Negeri dan KSAP untuk melakukan kajian atas Belanja Bansos. INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 3
LHP BPK DAN HASIL REVIU BPKP LHP BPK TAHUN 2013 1. Sekolah Penerima Bansos Sarana Prasarana belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban Penggunaan Dana, hal tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Mendikbud Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial dan masing-masing Petunjuk Teknis Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Tahun 2013 di Lingkungan Kemendikbud. BPK merekomendasi kepada Mendikbud agar menginstruksikan Pimpinan Satker untuk segera meminta penerima bantuan melengkapi laporan pertanggungjawaban serta Berita Acara Serah Terima (BAST) dan melakukan evaluasi atas laporan pertanggungjawaban dana bansos dan mengatur pemberian sanksi atas keterlambatan penyerahan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana dan bantuan sosial dalam juknis terkait. 2. Pengendalian dan pengelolaan Bantuan Siswa Miskin (BSM) belum sepenuhnya memadai untuk menjamin BSM diterima oleh siswa secara tepat waktu dan tepat sasaran yaitu kelemahan dalam proses verifikasi dan validasi siswa penerima bantuan, keterbatasan kemampuan bank daerah dalam penyaluran BSM dan ketidaktertiban bank dalam melaporkan penyaluran BSM serta Kemendikbud belum optimal dalam melakukan monitoring atas penyaluran BSM. Reviu BPKP Tahun 2014 Reviu difokuskan atas alokasi bansos pada K/L untuk melihat alokasi bansos yang: a. Tidak Tepat Sasaran, Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan yang penerimanya tidak memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam PMK No. 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga b. Tumpang tindih, Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan yang memiliki kesamaan secara substansi maupun penerimanya di antara Eselon I pada K/L yang bersangkutan dan/atau di antara 11 K/L yang direviu. c. Tidak transparan dan tidak akuntabel, Anggaran yang rencana anggarannya tidak didukung dengan Pedoman Penyaluran yang jelas dan/atau Program, Kegiatan, dan Pedomannya tidak dipublikasikan secara luas, dan/atau daftar penerima dan jumlahnya tidak ditetapkan secara jelas dan diumumkan secara terbuka INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 4
TINDAK LANJUT KEMENTERIAN KEUANGAN ATAS HASIL REVIU BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA K/L OLEH BPKP (Surat Menteri Keuangan Nomor : S-577/MK.02/2014 tanggal 4 September 2014 hal Hasil Review BPKP Terhadap Belanja Bansos Tahun 2014) Menteri Keuangan melalui surat tersebut merekomendasikan kepada Kementerian Negara/Lembaga, sebagai berikut : Tahun 2014 1. Belanja bansos yang sudah tepat sasaran, tidak tumpang tindih, serta transparan dan akuntabel, agar dalam tahap pelaksanaannya tetap dijaga governance pelaksanaan dan pengawasannya, serta disiapkan pertanggungjawaban dan auditnya. 2. Untuk bansos yang tidak tepat sasaran dan tumpang tindih: a. Bila belum dilaksanakan, agar K/L segera menunda/merevisi/menyesuaikan/membatalkan kegiatan tersebut agar sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku. b. Bila sedang/sudah dilaksanakan/dicairkan, agar K/L meningkatkan transparansi dan governance pelaksanaan dan pengawasannya, serta disiapkan pertanggungjawaban dan auditnya. 3. Untuk bansos yang tidak transparan dan akuntabel, K/L agar memperjelas dan mempublikasikan secara luas program, kegiatan, pedoman penyaluran, serta penerima dan jumlahnya. Tahun 2015 Dilakukan perbaikan dari awal perencanaan di RAPBN 2015 INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 5
KONDISI BELANJA BANTUAN SOSIAL PADA DIPA K/L TA 2014 DAN KESESUAIANNYA DENGAN KLASIFIKASI EKONOMI BANSOS PADA DIPA K/L TA 2014 REKOMENDASI ALOKASI SESUAI KLASIFIKASI EKONOMI IURAN/ASURANSI BELANJA BANSOS BEASISWA/BSM REHABILITASI SOSIAL JAMINAN SOSIAL UU SEKTO RAL UU SEKTO RAL UU SEKTO RAL TUSI K/L UU SEKTO RAL UU SEKTO RAL PROGRAM /KEGIATAN /OUTPUT STIMULAN/PERMODALAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT PENANGGULANGAN BENCANA TUNJANGAN OPERASIONAL LEMBAGA/ ADMINISTRASI PERLINDUNGAN SOSIAL PEMBERDAYAAN SOSIAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN PENANGGULANGAN BENCANA BELANJA PEGAWAI Transfer Daerah : DAK BANTUAN LEMBAGA PEMERINTAH PENGHARGAAN PENGADAAN FISIK BELANJA BARANG BELANJA MODAL INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 6
MEKANISME PENYALURAN DANA EKS BANSOS Sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor S-848/MK.05/2014 tanggal 16 Desember 2014 hal penataan Akun Bantuan Sosial, dengan ini disampaikan bahwa Pelaksanaan penyaluran belanja bantuan dari Satuan Kerja Kemendikbud dilakukan sebagai berikut : 1. Kemdikbud agar mengidentifikasi dan mengklasifikasi jenis belanja dan Akun yang akan digunakan pada kegiatan yang ada dikemdikbud sesuai peruntukannya dengan perpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 214/PMK.05/2013 tentang Bagan Akun Standar dan Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 224/PB/2013 tentang Kodefikasi Segmen Akun Pada Bagan Akun Standar; 2. Pelaksaan penyaluran belanja bantuan dari satuan kerja Kemendikbud dilakukan sebagai berikut : a. Pembayaran sampai dengan Rp50.000.000,- kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa dapat menggunakan mekanisme UP/TUP melalui Bendahara Pengeluaran Pembantu serta Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di satker Kemendikbud dengan tata cara sebagai berikut: 1) KPA satker menetapkan PPK dan BPP yang khusus menangani penyaluran bantuan; 2) BP satker mentransfer dana UP/TUP kepada BPP yang khusus menangani Penyaluran Bantuan sesuai kebutuhan; 3) BPP membuat pertanggungjawaban beserta bukti pengeluaran kepada PPK; 4) PPK melakukan pengujian dan pengesahan atas bukti pengeluaran tersebut, apabila memenuhi persyaratan diterbitkan SPP GU Isi/Nihil atau PTUP; 5) PPSPM melakukan pemeriksaan dan pengujian SPP GU Isi/Nihil atau PTUP beserta lampirannya, apabila memenuhi persyaratan akan diterbitkan SPM GUP Isi/Nihil atau PTUP. b. Pembayaran di atas Rp50.000.000,- kepada 1 (satu) penerima/penyedia barang/jasa menggunakan mekanisme Pembayaran Langsung oleh PPK; c. Pembayaran kegiatan pada angka a dan b dapat menggunakan Akun 521219 (Belanja Barang Non Operasional Lainnya) untuk bantuan operasional, dan/atau 526xxx (belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat/pemda) untuk pengadaan barang; INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 7
MEKANISME PENYALURAN DANA EKS BANSOS d. Pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran yang mengakibatkan pengeluaran Negara dilakukan dengan berdasarkan bukti-bukti pengeluaran yang sah meliputi bukti pembelian, kuitansi, perjanjian/kontrak dan penetapan keputusan; e. Pelaksanaan kegiatan swakelola dan pemilihan penyedia barang/jasa agar berpedoman pada ketentuan yang mengatur tentang pengadaan barang/jasa Pemerintah; f. Tata cara pembayaran, pencairan, penggunaan, pertanggungjawaban dan pelaporan realisasi agar berpedoman pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 g. KPA satker Kemendikbud membuat SOP/petunjuk pelaksanaan penyaluran dan pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sekurang-kurangnya memuat: 1) Tugas, wewenang dan tanggungjawab PPK, PPSPM dan BP satker pemberi bantuan serta PPK dan BPP yang khusus menangani penyaluran bantuan; 2) Mekanisme pencairan anggaran dan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan 3) Format laporan pertanggungjawaban PPK dan BPP yang khusus menangani penyaluran bantuan INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 8
AKUN YANG DIPERGUNAKAN Jenis Akun yang digunakan untuk Program Bantuan di Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan: 1. Penggunaan akun yang sesuai untuk digunakan adalah: a. Akun 521219 (Belanja Barang Non Operasional Lainnya), digunakan untuk pembayaran bantuan operasional dan pemberian penghargaan; b. Akun 526xxx (Belanja Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda) digunakan untuk pembayaran pengadaan barang yang diserahkan kepada Masyarakat/Pemda. 2. Khusus untuk menampung belanja tunjangan tenaga teknis non PNS seperti penyuluh dan guru/dosen telah ditetapkan akun baru dalam Belanja Pegawai. a. Akun 511521 (Belanja Tunjangan Tenaga Pendidik Non-PNS), digunakan untuk pembayaran tunjangan pendidik Non-PNS termasuk tunjangan profesi guru dan dosen non-pns dan/atau; b. Akun 511522 (Belanja Tunjangan Tenaga Penyuluh Non PNS), digunakan untuk mencatat pembayaran Tenaga Penyuluh Non PNS. INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 9
PEMBAYARAN DALAM RANGKA APBN Bel. Pegawai Barang/Jasa (setelah prestasi pekerjaan) Bel. Barang Pembayaran Jenis Belanja Per Bel. Modal Transfer (sebelum pekerjaan) Uang prestasi Bel. Bantuan Sosial INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 10
PEMBAYARAN DALAM RANGKA APBN Sudah pasti jumlahnya dan sesuai prestasi pekerjaan Jumlahnya di atas Rp 50.000.000 & Pembayaran Langsung Berdasarkan perjanjian/kontrak dengan penyedia barang/jasa Pembayaran melalui Transfer ke Rekening penyedia barang/jasa Mekanisme Pembayaran Berdasarkan Surat Keputusan untuk keperluan pembayaran honorarium dan perjadin melalui Bendahara Pengeluaran Untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari Pembayaran Uang Persediaan Untuk membiayai pengeluaran yang tidak dapat dillakukan melalui Pembayaran Langsung Pembayaran paling banyak sebesar Rp.50.000.000,- kepada satu penerima INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 11
Mekanisme Pencairan Dana Pendidikan Masyarakat dengan Mekanisme Tambahan Uang Persediaan Untuk Bantuan Operasional KPPN Jakarta III Satker Dit.Pembinaan Dikmas Dinas Pendidikan Propinsi Lembaga/UPT KPPN 5 K P A 6 4 PPK 3 P P K 2 Pimpinan/Ketua Lembaga /UPT 8 7 PP-SPM 11 1 B P 9 10 BPP 12 P U M INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 12
Keterangan : 1. Penerima Uang Muka Kerja pada Lembaga/UPT di daerah menyusun rencana kebutuhan dana untuk biaya operasional dan selanjutnya diajukan ke Pimpinan/Ketua Lembaga PAUD; 2. Pimpinan/Ketua Lembaga PAUD menguji rencana kebutuhan dana tersebut, apabila telah sesuai kebutuhan dan menyetujui, maka meneruskan rencana tersebut ke PPK Pelaksana di Provinsi; 3. PPK Pelaksana di Provinsi meneliti dan menguji rencana tersebut, mengakumulasi rencana dari Pimpinan/Ketua Lembaga PAUD dan rencana kebutuhan dana Pelaksana di Provinsi, lalu mengajukan rencana tersebut ke PPK Pelaksana di Tingkat Pusat; 4. PPK Pelaksana Tingkat Pusat meneliti, menguji, dan mengakumulasi rencana tersebut, kemudian mengajukan rencana tersebut ke KPA; 5. KPA membuat surat pengajuan persetujuan TUP beserta dokumen pendukungnya kepada Kepala KPPN Jakarta III dilampiri dengan: Rincian rencana penggunaan TUP meliputi Kebutuhan dana untuk kegiatan Lembaga/UPT seluruh Indonesia; Surat Pernyataan yang memuat: Dana TUP tersebut akan digunakan dan dipertanggungjawabkan sesuai jangka waktu yang diminta Tidak digunakan untuk pengeluaran yang harus dilaksanakan dengan pembayaran langsung (LS); Menyetorkan sisa dan TUP ke rekening Kas Negara 6. Kepala KPPN melakukan penilaian permintaan TUP tersebut, apabila memenuhi persyaratan maka membuat surat persetujuan TUP;
7. PPK berdasarkan surat persetujuan TUP tersebut, PPK Tingkat Pusat membuat SPP-TUP, lalu diajukan kepada PP- SPM satker Dit. Pembinaan Dikmas dengan dilampiri dengan: - Rincian penggunaan dana yang ditandatangani oleh KPA/PPK dan Bendahara Pengeluaran; - Surat Pernyataan yang memuat : Dana TUP tersebut akan digunakan dan dipertanggungjawabkan sesuai jangka waktu yang diminta Tidak digunakan untuk pengeluaran yang harus dilaksanakan dengan pembayaran langsung (LS); Menyetorkan sisa dan TUP ke rekening Kas Negara. - Surat Persetujuan TUP dari Kepala KPPN Jakarta III. 8. PP-SPM satker Dit. Pembinaan Dikmas meneliti dan menguji SPP tersebut, apabila memenuhi persyaratan lalu menerbitkan SPM, kemudian mengajukan SPM tersebut ke KPPN Jakarta III; 9. KPPN Jakarta III melakukan penelitian dan pengujian atas SPM-TUP tersebut, apabila memenuhi persyaratan maka diterbitkan SP2D TUP atas nama kepada Bendahara Pengeluaran (BP) satker Dit. Pembinaan Dikmas; 10. Selanjutnya BP satker Dit. Pembinaan Dikmas mentransfer dana ke masing-masing BPP di Tingkat Provinsi dalam waktu 3 hari; 11. PPK Tingkat Provinsi melakukan pengujian bukti pengeluaran atau menguji rincian kebutuhan dana dari Penerima Uang Muka Kerja (PUM) Lembaga/UPT di daerah. Apabila memenuhi ketentuan, kemudian memerintahkan BPP di Tkt. Provinsi untuk melakukan pembayaran atau menerbitkan SPBy agar BPP di tkt Provinsi melakukan transfer dana ke rekening PUM Lembaga/UPT di daerah; 12. BPP di Tingkat Provinsi mentransfer dana sesuai jumlah yang telah ditetapkan kepada Penerima Uang Muka Kerja Lembaga/UPT di daerah dalam waktu 3 hari.
Pertanggungjawaban Mekanisme Pencairan Dana Pendidikan Masyarakat dengan Mekanisme Tambahan Uang Persediaan Untuk Bantuan Operasional INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN KPPN Jakarta III Satker Dit.Pembinaan Dikmas Dinas Pendidikan Propinsi Lembaga/UPT KPPN PPK P P K 2 Pimpinan/Ketua Lembaga /UPT 7 5 6 PP-SPM 3 1 B P 4 BPP P U M
Keterangan : 1. Penerima Uang Muka Kerja pada Lembaga/UPT di daerah menyampaikan laporan pertanggungjawaban TUP (PTUP) atas dana yang telah dipergunakan dan mengirimkan kepada Pimpinan/Ketua Lembaga PAUD dengan dilampiri: Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh Kepala Sekolah beserta faktur pajak dan SSP; dan Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya. 2. Pimpinan/Ketua Lembaga PAUD menyampaikan laporan pertanggungjawaban TUP (PTUP) atas dana yang telah dipergunakan dan mengirimkan kepada PPK Pelaksana di Provinsi dengan dilampiri: Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh Ketua Pelaksana Kab./Kota beserta faktur pajak dan SSP; dan Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya. 3. PPK Pelaksana di Provinsi menyampaikan laporan pertanggungjawaban TUP (PTUP) atas dana yang telah dipergunakan dan mengirimkan kepada Bendahara Pengeluaran Pembantu di Provinsi, dengan dilampiri: Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh PPK Provinsi beserta faktur pajak dan SSP; dan Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya. 4. Bendahara Pengeluaran Pembantu di Provinsi melakukan pengujian dan pemeriksaaan atas PTUP tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian dikirim kepada BP satker Dit. Pembinaan Dikmas, dengan dilampiri: Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh PPK Propinsi beserta faktur pajak dan SSP; dan Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya.
5. BP satker Dit. Pembinaan Dikmas melakukan penelitian dan pengujian atas PTUP tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian menyampaikan kepada PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas, dengan dilampiri : Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh PPK Pelaksana Provinsi beserta faktur pajak dan SSP; dan Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya. 6. PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas melakukan penelitian dan pengujian atas PTUP tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian membuat SPP-PTUP, lalu dikirim kepada PP-SPM, dengan dilampiri : Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan oleh PPK Pelaksana Provinsi beserta faktur pajak dan SSP; dan Nota/bukti penerimaan barang/jasa atau dokumen pendukung lainnya. 7. PP-SPM melakukan penelitian dan pengujian atas SPP-PTUP tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian membuat SPM PTUP, lalu dikirim kepada KPPN Jakarta III.
Mekanisme Pencairan Dana Pendidikan Masyarakat dengan Mekanisme Pembayaran Langsung Untuk Bantuan Sarpras KPPN Jakarta III Satker Dit.Pembinaan Dikmas Dinas Pendidikan Propinsi Lembaga/UPT KPPN K P A 4 3 PPK 2 P P K 1 Pimpinan/Ketua Lembaga /UPT 5 8 9 PP-SPM 7 10 Penyedia Barang/Jasa 6 INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 18
Keterangan : 1. Pimpinan/Ketua Lembaga/UPT di daerah menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan selanjutnya diajukan ke PPK Pelaksana di Propinsi; 2. PPK Pelaksana di Propinsi menguji rencana kebutuhan dana tersebut, mengakumulasi rencana dari Pimpinan/Ketua Lembaga PAUD, lalu meneruskan rencana tersebut ke PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas; 3. PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas meneliti dan menguji rencana tersebut, mengakumulasi rencana dari PPK Pelaksana di Propinsi lalu mengajukan rencana tersebut ke KPA satker Dit. Pembinaan Dikmas; 4. KPA satker Dit. Pembinaan Dikmas melakukan penelitian dan pengujian atas rencana tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian menyetujui dan memerintahkan PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas untuk melakukan pengadaan barang/jasa melalui pelelangan; 5. PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas melakukan pelelangan, setelah dihasilkan pemenang lelangnya, PPK melakukan perikatan/kontrak dengan pihak penyedia barang/jasa; 6. Pihak penyedia barang/jasa melakukan pengadaan barang/jasa, lalu melakukan pengiriman barang dan membuat BAST kepada lembaga/upt; 7. Setelah melakukan pengiriman barang, kemudian mengajukan tagihan kepada PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas; 8. PPK satker Dit. Pembinaan Dikmas melakukan penelitian dan pengujian atas tagihan tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian membuat SPP-LS, lalu dikirim kepada PP-SPM, dengan dilampiri bukti-bukti pengeluaran SPM LS;
9. PP-SPM melakukan penelitian dan pengujian atas SPP-LS tersebut, jika memenuhi persyaratan kemudian membuat SPM LS, lalu dikirim kepada KPPN Jakarta III. 10. KPPN Jakarta III melakukan penelitian dan pengujian atas SPM-LS tersebut, apabila memenuhi persyaratan maka diterbitkan SP2D LS atas nama pihak penyedia barang/jasa;
PENYALURAN BANTUAN SOSIAL BANTUAN UANG Pemberi Bantuan (KPA/ PPK) KPPN BO I Bank/Pos Penyalur tunai Rekening Penerima Bantuan Penerima Bantuan BANTUAN BARANG/JASA Pemberi Bantuan (KPA/PPK) KPPN BO I Penyedia Barang/ Jasa Penerima Bantuan INTEGRITAS PROFESIONALISME SINERGI PELAYANAN KESEMPURNAAN 21
T E R I M A K A S I H