Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) Faks. (022) Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); MEMUTUSKAN: Menetapka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEPOLISIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2008

GubernurJawaBarat. Jalan Diponegoro Nomor 22 Telepon : (022) Faks. (022) BANDUNG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG TATA KERJA DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTITT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 82 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN JAWA BARAT CENTER DI BATAM GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

GubernurJawaBarat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PENINGKATAN PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2 c. bahwa guna memberikan dasar dan tuntunan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan irigasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, diperlukan komisi i


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG DEWAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2008 Nomor 1 Seri D.1

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN RISET DAERAH PROVINSI LAMPUNG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KERJA SAMA TRIPARTIT KOTA TEGAL

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI STAF AHLI BUPATI SITUBONDO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN ZOONOSIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KOMISI KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR : 14 TAHUN 2000 T E N T A N G SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG DEWAN RISET DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mengkoordinasikan dan memberdayakan potensi ilmu pengetahuan dan teknologi di Jawa Barat, telah dibentuk Dewan Riset Daerah sebagai wadah yang bersifat dinamis dan independen, berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2002 jo. Nomor 18 Tahun 2004 tentang Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Barat; b. bahwa untuk mengoptimalkan kinerja, peran dan fungsi Dewan Riset Daerah dalam memecahkan masalah-masalah aktual, termasuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan pengembangan core bussiness Jawa Barat berbasis riset, perlu meninjau kembali Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2002 jo. Nomor 18 Tahun 2004 tentang Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Barat, yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat; Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara RepublIk Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4219); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) 4232448-4233347-4230963 Faks. (022) 4203450 Bandung - 40115

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4700); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 4737); 9. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2005 tentang Dewan Riset Nasional; 10. Peraturan Menterl Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45); 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 49); 13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47); 14. Peraturan Daerah Provinsi JawaSarat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 21 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56); 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 60); MEMUTUSKAN : 2 Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG DEWAN RISET DAERAH PROVINSI JAWA BARAT.

3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. 4. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat 5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Badan adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. 6. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Kepala Badan adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat 7. Dewan Riset Daerah yang selanjutnya disebut DRD adalah Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Barat. 8. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 9. Ilmu Pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali, disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilandasi oleh metodologi ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif, kualitatif, maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian gejala dan/atau gejala kemasyarakatan tertentu. 10.Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau produk yang dihasilkan darl penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan, kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. 11.Tata Kerja adalah cara-cara pelaksanaan kerja yang seefisien mungkin mengenai sesuatu tugas dan mekanisme hubungan internal DRD serta DRD dengan lembaga-lembaga teknis terkait. 12. Tata Tertib adalah perilaku yang harus ditaati oleh semua anggota DRD. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 Dengan Peraturan Gubernur ini, dibentuk Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Barat.

BAB III KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 3 (1) DRD adalah forum konsultasi dan koordinasi serta merupakan Lembaga Non Struktural yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur, melalui Sekretaris Daerah dan mendapat pembinaan teknis dari Kepala Badan. (2) DRD berkedudukan di ibukota Provinsi Jawa Barat. 4 Bagian Kedua Tugas Pokok Pasal 4 DRD mempunyai tugas pokok membantu Pemerintah Daerah dalam merumuskan strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kebutuhan pembangunan Daerah serta memecahkan masalah-masalah aktual, termasuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan pengembangan core bussiness Jawa Barat. Bagian Ketiga Fungsi Pasal 5 Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, DRD mempunyai fungsi : a. perumusan prioritas utama riset dan strategi penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. pelaksanaan analisis strategi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; c. penilaian dan pemantauan kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam skala regional; d. pengkajian prioritas pelaksanaan riset dan pengembangan serta rekayasa teknologi; e. penyusunan bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah secara berkelanjutan melalui riset ilmu pengetahuan dan teknologl serta penguatan perwujudan penyelenggaraan otonomi Daerah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; f. pemecahan masalah-masalah aktual termasuk peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan pengembangan core bussiness Jawa Barat; dan g. pelaksanaan mediasi antarpemangku kepentingan guna meningkatkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5 BAB IV ORGANISASI DAN BIDANG TUGAS Bagian Kesatu Keanggotaan Pasal 6 (1) Susunan keanggotaan DRD terdiri dari : a. Ketua merangkap Anggota; b. Wakil Ketua merangkap Anggota; c. Sekretaris merangkap Anggota; dan d. Anggota. (2) Susunan Anggota DRD yang duduk dalam jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan ditetapkan sendiri oleh Anggota DRD pada sidang Pleno/Paripurna DRD, melalui tata cara yang diatur oleh DRD. (3) Ketua, Wakil Ketua dan Sekretaris merupakan Pimpinan DRD, yang dipilih dan diangkat dari kalangan Anggota DRD berdasarkan asas yang terbaik diantara sesamanya (primus inter pares). Bagian Kedua Bidang Tugas Unsur Organisasi Paragraf 1 Ketua Pasal 7 (1) Ketua mempunyai tugas memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan DRD serta melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan fungsi DRD kepada Gubernur. (2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua mempunyai fungsi : a. perumusan kebijakan pokok DRD; b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan program kegiatan DRD; c. pengoptimalisasian potensi sumberdaya peneliti di Daerah untuk melakukan penelitian terapan berdimensi jangka pendek, yang digunakan sebagai dasar penetapan kebijakan pembangunan Daerah; d. pelaksanaan kerjasama antar dan lintas komunitas di Daerah, terutama OPD yang membidangi penelitian dan pengembangan serta kerjasama dengan Kantor Kementerian Negara Riset dan Teknologi; e. pemetaan masalah pembangunan di Daerah dan penentuan prioritas kebijakan penelitian dan dimensi pembangunan Daerah; dan f. pelaporan hasil pelaksanaan tugas dan fungsi DRD kepada Gubernur. Paragraf 2 Wakil Ketua Pasal 8 (1) Wakil Ketua mempunyai tugas membantu Ketua dalam memimpin, mengkoordinasikan dan pengendalikan kegiatan DRD. (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wakil Ketua mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian pelaksanaan program kegiatan DRD;

6 b. pengambilan langkah-langkah yang dipandang perlu untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan DRD; c. membantu Ketua dalam pelaksanaan tugasnya dan memimpin DRD dalam hal Ketua DRD berhalangan; dan d. pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua DRD. Paragraf 3 Sekretaris Pasal 9 (1) Sekretaris mempunyai tugas memimpin tugas kesekretariatan DRD. (2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretaris mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian pelaksanaan program kegiatan harian DRD; b. pengaturan kegiatan DRD; c. pelaksanaan tugas dan fungsi harian DRD; d. penyiapan pelaporan hasil pelaksanaan sidang-sidang DRD; e. pelaksanaan tugas DRD sehari-hari penuh waktu; dan f. pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua DRD. (3) Dalam menyelenggarakan tugas pengaturan dan pengendalian internal kesekretariatan DRD, Sekretaris DRD dibantu oleh Sekretaris Badan. Paragraf 4 Anggota Pasal 10 (1) Anggota mempunyai tugas pokok membantu Ketua dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DRD dalam merumuskan strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kebutuhan pembangunan Daerah. (2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Anggota mempunyai fungsi a. penyusunan bahan perumusan prioritas utama riset dan strategi penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. pelaksanaan analisis strategis serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; c. penilaian dan pemantauan kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dalam skala regional; d. pengkajian prioritas pelaksanaan riset dan pengembangan serta rekayasa teknologi; e. penyusunan bahan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Derah secara berkelanjutan melalui riset ilmu pengetahuan dan teknologi serta penguatan perwujudan penyelenggaraan otonomi Daerah di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; f. med iasi antarpemangku kepentingan guna meningkatkan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 11 Keanggotaan DRD berjumlah ganjil, dengan ketentuan paling banyak 15 (lima belas) orang.

Pasal 12 (1) Keanggotaan DRD berasal dari unsur pemerintah daerah dan masyarakat daerah yang mewakili unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. (2) Kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur : a. Perguruan Tinggi; b. Lembaga Penelitian dan Pengembangan; c. Badan Usaha; dan d. Lembaga Penunjang. (3) Keanggotaan DRD bersifat pribadi berdasarkan kapasitas keilmuan yang dimiliki. 7 Pasal 13 Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai Anggota DRD adalah sebagai berikut : a. Warga Negara Indonesia, berdomisili di Jawa Barat; b. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. sehat jasmani, dan rohani; d. berumur paling kurang 35 (tiga puluh lima) tahun; e. mempunyai kualifikasi pendidikan paling kurang tamat program S-1 atau yang sederajat; f. menguasai paling kurang 1 (satu) bahasa asing secara aktif; g. mewakili unsur kelembagaan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) dan (2); h. memiliki keahlian, kepakaran, dan kompetensi di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; i. secara nyata terbukti menaruh perhatian terhadap pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan j. mempunyai waktu untuk melaksanakan tugas dan fungsi DRD. Bagian Keempat Kesekretariatan Pasal 14 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, DRD dibantu oleh Sekretariat. (2) Sekretariat mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris DRD dalam aspek teknis, pelayanan keadministrasian dan pembiayaan dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DRD. (3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Sekretariat mempunyai fungsi: a. penyusunan rencana program, anggaran dan laporan Sekretariat DRD; b. fasilitasi penyiapan kegiatan perumusan kebijakan DRD; c. pemberian dukungan kegiatan penyelenggaraan rapat-rapat dan persidangan serta memfasilitasi kegiatan hubungan antarlembaga DRD; d. pemberian dukungan administratif kepada DRD; dan

e. pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, keprotokolan, perlengkapan, dan ketatausahaan. (4) Sekretariat dilaksanakan oleh unit kerja yang berada di lingkungan Badan. (5) Sekretariat dipimpin oleh Kepala Sekretariat yang diangkat dan diberhentikan oleh Kepala Badan. (6) Staf Sekretariat berasal dari Pegawai Negeri Sipil, dengan susunan keanggotaan terdiri dari 1 (satu) orang Kepala Sekretariat, 1 (satu) orang pelaksana administrasi/administrasi umum, 1 (satu) orang pelaksana keuangan dan beberapa orang pelaksana teknis, untuk mendukung kegiatan DRD. (7) Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) secara fungsional bertanggungjawab kepada Ketua DRD dan secara administratif kepada Sekretaris Badan. Bagian Kelima Unsur Pendukung Paragraf 1 Komisi Teknis Pasal 15 (1) Komisi Teknis mempunyai tugas pokok membantu Ketua dalam merumuskan strategi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kebutuhan pengembangan Daerah, dengan fokus/prioritas riset. (2) Komisi Teknis terdiri dari Anggota DRD dengan minat dan kepakaran yang disesuaikan dengan fokus/prjoritas riset Daerah. (3) Susunan keanggotaan Komisi Teknis terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota, 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota, dan Anggota dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. (4) Jumlah Komisi Teknis yang dibentuk disesuaikan dengan kebutuhan Daerah berdasarkan hasil Sidang Pleno/Paripurna DRD dan ditetapkan dengan Keputusan Ketua DRD. (5) Ketua Komisi Teknis bertanggungjawab secara fungsional kepada Ketua DRD. 8 Paragraf 2 Badan Pekerja Pasal 16 (1) Badan Pekerja mempunyai tugas pokok membantu Ketua dalam menyiapkan bahan dan menindaklanjuti hasil-hasil Sidang Paripurna. (2) Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pekerja mempunyai fungsi: a. pembentukan Panitia Ad-hoc untuk menyusun prosedur-prosedur yang berkaitan dengan tata kerja dan tata tertib DRD; b. penyusunan rencana dan program kerja DRD; dan c. pemilihan calon Anggota baru DRD.

(3) Susunan keanggotaan Badan Pekerja terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota, 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota, dan 1 (satu) orang wakil dari masing-masing Komisi Teknis. (4) Ketua Badan Pekerja bertanggungjawab secara fungsional kepada Ketua DRD. 9 Paragraf 3 Kepanitiaan (Panitia Ad-hoc) Pasal 17 (1) Panitia Ad-hoc mempunyai tugas pokok membantu Badan Pekerja dalam membahas secara teknis masalah-masalah aktual yang dihadapi Daerah dalam pelaksanaan pembangunan dan menyusun prosedur-prosedur yang berkaitan dengan tata kerja dan tata tertib DRD. (2) Kepanitiaan dibentuk oleh Badan Pekerja melalui tata cara yang diatur oleh DRD. (3) Susunan keanggotaan Panitia Ad-hoc terdiri dari 1 (satu) orang Ketua merangkap Anggota, 1 (satu) orang Sekretaris merangkap Anggota, dan Pakar dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan. (4) Ketua Panitia Ad-hoc bertanggungjawab secara fungsional kepada Ketua Badan Pekerja DRD. BAB V PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN Bagian Kesatu Umum Pasal 18 Keanggotaan DRD diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Gubernur. Bagian Kedua Pengangkatan Pasal 19 Keanggotaan DRD diangkat untuk m'asa jabatan selama 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Pasal 20 (1) Pengangkatan keanggotaan DRD dilaksanakan oleh Gubernur dari calon anggota yang diusulkan oleh DRD atau oleh Tim Ad-hoc yang dibentuk untuk tugas tersebut. (2) DRD mengusulkan pengangkatan anggota baru atau pengangkatan kembali anggota DRD kepada Gubernur paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan anggota DRD berakhir. (3) Tim Ad-hoc sebagainnana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh Gubernur untuk melaksanakan pemilihan calon Anggota DRD, dalam hal DRD yang akan berakhir masa jabatannya tidak mengusulkan calon anggota DRD yang baru paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa jabatan anggota DRD berakhir.

(4) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan calon Anggota DRD yang diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur oleh DRD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Gubernur dapat menolak calon Anggota DRD yang diusulkan apabila tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 10 Bagian Ketiga Pemberhentian Pasal 21 Badan mengusulkan pemberhentian keanggotaan DRD yang berakhir masa jabatannya kepada Gubernur paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa jabata nnya berakhir. Pasal 22 (1) Keanggotaan DRD dapat berakhir apabila anggota yang bersangkutan : a. tidak memenuhi persyaratan keanggotaan DRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 13; b. mengundurkan diri; c. berakhir masa jabatannya; d. meninggal dunia; e. tidak melaksanakan tugasnya; dan f. dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (inkracht van gewijsde) dengan ancaman pidana paling kurang 4 (empat) tahun penjara. (2) Pemberhentian Anggota DRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur atas usul DRD. Bagian Keempat Penggantian Antarwaktu Pasal 23 (1) Pengangkatan Anggota baru pengganti antarwaktu DRD, kecuali anggota ex-officio, diusulkan oleh DRD kepada Gubernur. (2) Pengusulan pengangkatan Anggota baru pengganti antarwaktu DRD paling lambat 2 (dua) bulan setelah pemberhentian antarwaktu Anggota DRD. (3) Keanggotaan DRD pengganti antarwaktu berakhir bersamaan dengan masa jabatan keanggotaan DRD periode yang bersangkutan. (4) Pemberhentian dan pengangkatan keanggotaan DRD antarwaktu ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

11 BAB VI TATA KERJA Pasal 24 Pelaksanaan tugas DRD dilakukan dengan mengutamakan musyawarah untuk mufakat. Pasal 25 (1) DRD melaksanakan sidang secara berkala paling kurang 1 (satu) kall dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. (2) Sidang DRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengikutsertakan instansi Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, lembaga penelitian dan pengembangan, organisasi dan/atau pihak-pihak lain yang dipandang perlu sesuai dengan topik pembahasan dalam Sidang DRD. Pasal 26 DRD menyampaikan laporan kinerja secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan kepada Gubernur melalui Kepala Badan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Pasal 27 Ketentuan mengenai tata kerja DRD diatur lebih lanjut oleh DRD. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 28 Biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan DRD berasal dari sumbangan dan/atau hibah yang bersifat tidak mengikat, baik yang berasal dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Lembaga Pemerintah dan/atau Swasta, maupun perorangan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Dengan ditetapkannya Peraturan Gubernur ini, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku : a. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dewan Riset Daerah Provinsi ]awa Barat; dan

b. Keputusan Gubemur Jawa Barat Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dewan Riset Daerah. 12 Pasal 30 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung pada tanggal 2 Juni 2010 UR JAWA BARAT Diundangkan di Bandung pada tanggal 2 Juni 2010 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, LAKSAMANA BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E