PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu ( Quality Assurance Pendidikan Tinggi Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu ( Quality Assurance Pendidikan Tinggi Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi salah satu Praktik Baik Dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu ( Quality Assurance Pendidikan Tinggi Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu ( Quality Assurance Pendidikan Tinggi Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

STANDAR KEMAHASISWAAN

Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU


PEDOMAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu ( Quality Assurance Pendidikan Tinggi Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

STANDAR UNIVERSITAS DHYANA PURA

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

PANDUAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PMR

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR. TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA ORGANISASI KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

BAB I KEBIJAKAN MUTU INTERNAL FAKULTAS A. Kebijakan Umum 1. Fakultas sebagai bagian dari Universitas Andalas berpartisipasi aktif dalam gerakan menjag

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

RENCANA STRATEGIS

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Standar Mahasiswa & Pengelolaan Alumni STIKES HARAPAN IBU

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

PENGANTAR Pedoman Penjaminan Mutu ( Quality Assurance Pendidikan Tinggi Praktik Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi

STANDAR KEMAHASISWAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan meningkatkan

PEDOMAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi menjadi pilar utama dalam melahirkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

Judul BAB I PENDAHULUAN

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. fungsi pendidikan nasional yang terdapat pada Undang Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

PANDUAN SATUAN KREDIT KEGIATAN MAHASISWA (SKKM)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Ilham Taufik Effendi, 2015 PENGARUH MINAT BELAJAR, LINGKUNGAN BELAJAR, DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR

PANDUAN PROGRAM HIBAH PENYUSUNAN KURIKULUM DAN MODUL MATA KULIAH BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER KEBANGSAAN DAN BERORIENTASI KKNI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan.

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Transkripsi:

PENGANTAR Pada tanggal 1 Oktober 2003, Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdiknas telah menerbitkan buku Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi. Buku tersebut bertujuan memberikan inspirasi dan gambaran kepada para pengelola pendidikan tinggi di Indonesia tentang ide, konsep, dan mekanisme penjaminan mutu (internal) pendidikan tinggi yang dikelolanya. Di dalamnya diuraikan pula salah satu model penjaminan mutu yang dapat digunakan oleh para pengelola pendidikan tinggi, agar pendidikan tinggi yang dikelolanya mampu berkembang secara berkelanjutan (continuous improvement). Agar penjaminan mutu di lingkungan perguruan tinggi berhasil dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang dikemukakan di atas, maka dipandang perlu dilakukan inventarisasi pratek-praktek yang berhasil baik di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia, untuk kemudian diterbitkan buku tentang Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (Good Practices in Quality Assurance for Higher Education). Diharapkan bahwa buku ini akan merupakan sarana pembelajaran (lesson learned) bagi kalangan perguruan tinggi dalam melaksanakan dan 1

mengembangkan penjaminan mutu, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi pada peningkatan mutu pendidikan tinggi dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa (nation s competitiveness). Pemaparan praktek penjaminan mutu yang telah berhasil baik di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia, tidak bermaksud menempatkan perguruan tinggi yang belum melaksanakannya dalam posisi yang inferior, melainkan justru untuk menunjukkan bahwa perguruan tinggi yang telah berhasilpun ternyata memulainya secara bertahap. Sebaliknya, bagi perguruan tinggi yang telah berhasil baik melaksanakan penjaminan mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya; pemaparan ini tidak bermaksud untuk menghentikan pengembangan lebih lanjut penjaminan mutu, melainkan justru untuk meningkatkan semangat agar kiranya penjaminan mutu dapat dilaksanakan dengan lebih baik daripada yang telah dicapai. Praktek baik pelaksanaan penjaminan mutu akan dipaparkan dalam bentuk contoh-contoh, menurut butir-butir mutu yang masing-masing dimuat dalam sebuah buku. Pada tahun 2004 telah berhasil disusun sebuah buku yang selanjutnya disebut sebagai Buku I mengenai Proses Pembelajaran (diterbitkan pada bulan September 2004). Kemudian untuk tahun 2005 ini telah berhasil disusun 9 2

(sembilan) buku yang membahas butir-butir mutu yang lain, yaitu : 1. Buku II Kurikulum Program Studi 2. Buku III Sumber Daya Manusia (Dosen dan Tenaga Penunjang) 3. Buku IV Kemahasiswaan 4. Buku V Prasarana dan Sarana 5. Buku VI Suasana Akademik 6. Buku VII Keuangan 7. Buku VIII Penelitian dan Publikasi 8. Buku IX Pengabdian Kepada Masyarakat 9. Buku X Tata Kelola Agar diperoleh pemahaman yang utuh, diharapkan pengguna masing-masing buku tersebut di atas terlebih dahulu membaca buku Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi - Depdiknas (2003), serta buku Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Buku I Proses Pembelajaran (2004). Penyusunan kesembilan buku yang berhasil diterbitkan di tahun 2005 ini telah melibatkan berbagai pihak yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya, di tengah kesibukan 3

masing-masing dalam melaksanakan tugas utamanya. Oleh karena itu perkenankan saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada mereka, yaitu Bapak/Ibu sebagai berikut: Sudjarwadi, Johannes Gunawan, H.Ponpon S. Idjradinata, Toni Atyanto Dharoko, I Wayan Redi Aryanta, N. Sadra Darmawan, Tirza Hanum, Sritomo Wignjosoebroto, Edia Rahayuningsih, Kusminarto, Djoko Dwiyanto, H.C. Yohannes, A. Hanafi, Arief Djauhari, Nurmansyah, Firdaus, Hj. Maryanthi, Farichah, serta Staf Sarana Perguruan Tinggi Direktorat PAK, Ditjen Dikti Depdiknas. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan dan pengembangan penjaminan mutu pendidikan tinggi di Indonesia. Jakarta, Oktober 2005 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktur Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan Supeno Djanali 4

DAFTAR ISI Pengantar 1 Daftar Isi 5 Kemahasiswaan 6 1. Pendahuluan 6 2. Mekanisme Penetapan Standar 9 3. Mekanisme Pemenuhan Standar 15 4. Manajemen Pengendalian Standar 18 Penutup 24 Daftar Pustaka 25 Lampiran-Lampiran 26 5

KEMAHASISWAAN 1. PENDAHULUAN Secara umum yang dimaksud dengan mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Peserta didik menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Undang- Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut mengamanatkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. 6

Khusus pada pendidikan tinggi, untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan pembimbingan kemahasiswaan yaitu pembimbingan seluruh kegiatan mahasiswa sebagai peserta didik selama dalam proses pendidikan. Pembimbingan kemahasiswaan pada dasarnya merupakan pembimbingan pembelajaran agar potensi yang dimiliki oleh mahasiswa dapat membentuk kompetensi yang berguna dalam kehidupannya. Acuan untuk pembimbingan kegiatan kemahasiswaan adalah pasal 1 butir 1 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pembimbingan tersebut meliputi kegiatan yang bersifat kurikuler maupun yang bersifat ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler. Kegiatan yang bersifat kurikuler bertujuan untuk memenuhi standar kurikulum bidang 7

keilmuan yang didukung oleh kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler, sehingga tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang- Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai. Yang dimaksud dengan kegiatan kemahasiswaan dalam buku ini adalah kegiatan kemahasiswaan yang bersifat ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler, dengan tujuan mendorong perubahan sikap mahasiswa menjadi dewasa khususnya dalam bidang keilmuan, tingkah laku dan manajemen hidup. Pembimbingan yang bersifat ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler antara lain diarahkan pada pembimbingan kecakapan hidup yang meliputi kecakapan individual, kecakapan sosial, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional, dan pembimbingan kepemudaan yang antara lain meliputi kepanduan, keolahragaan, kesenian, kepemimpinan, kewirausahaan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler, institusi menyediakan fasilitas fisik dan pembimbing, yang di antaranya bertujuan memotivasi mahasiswa sehingga mahasiswa tertarik dan kemudian terlibat dalam kegiatan tersebut. 8

2. MEKANISME PENETAPAN STANDAR Berbagai kegiatan kemahasiswaan yang ditawarkan oleh institusi beserta standarnya ditetapkan sesuai dengan visi dan misi institusi (Tentang penyusunan visi baca Buku I Proses Pembelajaran). Visi dan misi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam berbagai bentuk program. Selanjutnya, berdasarkan programprogram tersebut ditentukan skala prioritas yang menjadi pedoman pembimbingan kemahasiswaan. Skala prioritas tidak saja ditentukan berdasarkan prestasi keberhasilan, jumlah mahasiswa yang terlibat, serta jumlah dan frekuensi kegiatan kemahasiswaan, tetapi juga ditentukan berdasarkan manfaat yang diperoleh baik untuk kepentingan individu maupun institusi. Semua kegiatan kemahasiswaan ini dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh setiap institusi dengan melakukan benchmark. Untuk mengukur tingkat keberhasilannya, setiap kegiatan kemahasiswaan harus dapat dikuantifikasi dan dievaluasi secara periodik. Hal ini selain untuk mempermudah pelaksanaan evaluasi itu sendiri, juga agar standar tersebut dapat ditingkatkan secara bekelanjutan (continuous improvement). Makin tinggi standar yang digunakan, makin tinggi pula mutu kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan. 9

Sebelum menetapkan standar mutu bagi kegiatan kemahasiswaan, terlebih dahulu ditentukan jenis-jenis kegiatan yang dapat diselenggarakan. Penentuan jenis kegiatan ini sangat dipengaruhi oleh sifat atau kekhasan perguruan tinggi, dan persepsinya terhadap pembentukan citra lulusannya. Penetapan jenis kegiatan kemahasiswaan tersebut kemudian diikuti dengan penetapan standar mutu masing-masing kegiatan yang dapat terdiri atas standar operasional dan standar keberhasilan. 2.1 Penetapan Jenis Kegiatan Kemahasiswaan Penetapan jenis kegiatan kemahasiswaan hendaknya mengacu pada visi dan misi perguruan tinggi, yang kemudian diturunkan menjadi visi dan misi dalam pembimbingan kemahasiswaan. Kegiatan kemahasiswaan diadakan dengan pertimbangan bahwa kegiatan tersebut akan memberikan kontribusi terhadap upaya pewujudan suasana akademis yang kondusif yang mampu meningkatkan kreativitas dan daya nalar mahasiswa. Selain itu, kegiatan kemahasiswaan juga diharapkan mampu meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap permasalahan kehidupan masyarakat, mengangkat nama perguruan tinggi di 10

mata masyarakat, melestarikan kekayaan budaya bangsa, dan sebagainya. Untuk memudahkan pelaksanaan pembimbingan secara operasional, kegiatan kemahasiswaan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok atau bidang kegiatan, misalnya menjadi empat bidang, yaitu 1) bidang penalaran; 2) bidang minat, bakat dan kegemaran; 3) bidang organisasi, dan 4) bidang kesejahteraan dan bakti sosial. Para mahasiswa dapat memilih satu atau lebih kegiatan tersebut tanpa mengorbankan waktu bagi kegiatan akademiknya. 2.2 Target-target Kegiatan Keberhasilan target-target kegiatan yang akan dicapai antara lain dipengaruhi oleh pembimbing kemahasiswaan dan fasilitas yang tersedia. 2.3 Pembimbing Kemahasiswaan Pembimbing kemahasiswaan adalah para dosen atau tenaga kependidikan di perguruan tinggi yang karena tugas atau jabatannya ditetapkan menangani bidang kemahasiswaan.pembimbing kemahasiswaan adalah 11

orang-orang yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidang kegiatan yang terdiri atas dosen pembimbing kegiatan kemahasiswaan, dosen mata kuliah, dan pembimbing internal dari kalangan mahasiswa (Badan Eksekutif Mahasiswa,Himpunan/Keluarga Mahasiswa) yang dinilai memiliki kemampuan dan pengalaman dalam suatu kegiatan tertentu. Ketua Jurusan/ Bagian/ Departemen dan dosen mata kuliah perlu juga memahami masalah kemahasiswaan, sehingga dapat membantu tugas dosen pembimbing kemahasiswaan. 2.4 Fasilitas Kegiatan Keberhasilan mahasiswa dalam mewujudkan kegiatan tersebut sangat bergantung pada fasilitas yang disediakan perguruan tinggi, serta kemudahan dalam menggunakan fasilitas tersebut. Fasilitas tersebut terdiri dari sarana prasarana yang menunjang kegiatan kemahasiswaan untuk pengembangan minat, bakat, dan kegemaran, organisasi, kesejahteraan dan bakti sosial. Penerbitan pers kampus dan/atau jurnal ilmiah, sebagai media untuk menyampaikan pandangan dan pendapat, berdasarkan kebebasan akademik yang bertanggung jawab. 12

Penyediaan fasilitas untuk kegiatan kemahasiswaan diarahkan sedemikian rupa, sehingga dapat menunjang perwujudan suasana akademik yang kondusif. Dengan adanya suasana akademik yang kondusif, mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan studi tepat waktu, dibekali dengan prestasi baik, dan mempunyai pengalaman berorganisasi serta kemampuan dalam peningkatan kreativitas. 2.5 Standar Mutu Kegiatan Standar mutu suatu kegiatan ditentukan dengan mengacu kepada sasaran yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan. Sebagai contoh, praktek baik di bawah ini dapat dijadikan standar pada keempat bidang kegiatan kemahasiswaan : - Bidang penalaran. Keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan ilmiah di luar kegiatan akademik, dapat diselenggarakan satu kali dalam satu tahun, baik di dalam maupun di luar kampus. Pelatihan diperlukan untuk meningkatkan mutu hasil kegiatan bidang penalaran. - Bidang minat, bakat dan kegemaran. Mencakup beberapa kegiatan seperti Pramuka, Resimen Mahasiswa, pers kampus, pencinta 13

alam, korps sukarela Palang Merah Indonesia, olahraga dan kesenian. Standar kualitas kegiatan ini dapat ditentukan dari keteraturan dalam melakukan kegiatan latihan. Dapat pula dimasukkan persentase kehadiran anggota dalam mengikuti kegiatan, maupun peranserta tim dalam kesempatan-kesempatan tertentu (lihat lampiran 1) - Bidang organisasi. Mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi baik yang sifatnya kepanitiaan maupun kelembagaan, intra maupun ekstra kampus. Standar mutu kegiatan ini dapat ditentukan dari jumlah mahasiswa dan frekuensi keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas organisasi. - Kesejahteraan dan bakti sosial. Mahasiswa mengikuti kegiatan bakti sosial, baik dalam bentuk kegiatan terprogram maupun yang insidental, di dalam dan di luar kampus. Standar kegiatan ini dapat ditentukan berdasarkan jumlah mahasiswa dan frekuensi kegiatan. 14

3. MEKANISME PEMENUHAN STANDAR 3.1 Standar Cara Pembimbingan Kemahasiswaan Dosen Pembimbing Kemahasiswaan menetapkan metode pembimbingan yang efektif dan efisien. Agar dapat menyelenggarakan proses pembimbingan secara efektif dan efisien, dosen perlu dibekali dengan keterampilan untuk menjalankan proses pembimbingan kemahasiswaan. Keterampilan tersebut dapat diperoleh melalui pelatihan khusus seperti Pelatihan Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan (OPPEK), Pelatihan Pelatih Orientasi Pengembangan Pembimbing Kemahasiswaan (PPOPPEK), Training for Trainers bidang Penalaran, Pelatihan Pemandu Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (PPLKMM) dan pelatihan sejenis lainnya. Pelatihan-pelatihan tersebut (OPPEK, PPOPPEK dll.) dapat diselenggarakan oleh Ditjen Dikti maupun oleh perguruan tinggi masing-masing. Pelaksanaan pembimbingan kemahasiswaan dapat pula dikoordinasikan dengan badan yang berfungsi membina, mengembangkan, dan mengkoordinasikan berbagai bidang seperti Badan Pembimbing Olah Raga Mahasiswa Indonesia (BAPOMI) untuk bidang 15

olah raga dan Badan Seni Mahasiswa Indonesia (BSMI) untuk bidang kesenian. 3.2 Standar Kegiatan dan Proses Pembimbingan Kemahasiswaan Agar kegiatan pembimbingan kemahasiswaan dalam satu semester dapat dilakukan sesuai dengan standar, maka jenis kegiatan dan proses pembimbingannya perlu dituangkan dalam suatu rencana. Rencana tersebut harus mencakup satuan waktu (hari, minggu, atau bulan), jenis kegiatan, prasarana-sarana, dan evaluasi. Pemenuhan jenis kegiatan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan atau bersifat insidental, serta didukung prasarana dan sarana yang memadai. Institusi perlu menyediakan prasarana dan sarana yang sesuai dengan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan. Pembimbingan dapat pula berbentuk pelatihan jangka pendek dengan target kompetensi yang spesifik. Pelatihan tersebut di antaranya adalah pelatihan kepemimpinan,pelatihan kewirausahaan, keterampilan manajemen mahasiswa, forum-forum ilmiah dan 16

sebagainya, yang dimaksudkan untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran mahasiswa agar memenuhi kompetensi yang ditentukan. Standar kegiatan ditetapkan secara realistis agar pemenuhan standar dapat dicapai dengan baik. Standar kegiatan tersebut harus memberikan informasi tentang perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut hasil evaluasi (PDCA). Mahasiswa yang berprestasi menurut standar kemahasiswaan perlu mendapat penghargaan (award) yang jenis dan besarannya bergantung pada kemampuan setiap institusi. 3.3 Standar Fasilitas Kegiatan Standar fasilitas untuk mencapai standar kegiatan kemahasiswaan yang baik dapat disesuaikan dengan kondisi dan potensi masing-masing perguruan tinggi. Kelengkapan dan kualitas fasilitas yang disediakan hendaknya selalu ditingkatkan, sehingga jenis kegiatan yang telah diprogramkan dapat ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitasnya. 17

4. MANAJEMEN PENGENDALIAN STANDAR Manajemen pengendalian standar dilakukan melalui tahapan proses dan evaluasi kegiatan yang telah diprogramkan, atau yang sifatnya insidental dalam bidang kemahasiswaan. Manajemen pengendalian standar merupakan tahap evaluasi dari penetapan dan pemenuhan standar. Keberhasilannya ditunjukkan antara lain oleh: - Perilaku mahasiswa. Semakin positif dan terus termotivasi untuk terus belajar melalui organisasi, mampu bekerja dalam tim, memiliki jiwa kepemimpinan, sportif, menghormati norma dan etika yang berlaku di masyarakat yang secara keseluruhan mendorong mahasiswa untuk selalu kreatif dan berprestasi. - IPK Mahasiswa. Kegiatan kemahasiswaan yang diikuti mahasiswa harus meningkatkan semangat belajar, sehingga positif mempengaruhi prestasi akademis (IPK). - Pembimbing. Para pembimbing harus selalu mencari peluang untuk meningkatkan kegiatan kemahasiswaan, baik 18

secara kualitatif maupun kuantitatif, di tingkat lokal, nasional, regional ataupun internasional. - Institusi. Tersedianya berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan kemahasiswaan, seperti sarana olahraga, kesenian, kelompok belajar, atau kegiatan lain, sejalan dengan skala prioritas yang tercantum dalam visi dan misi perguruan tinggi. Peningkatan kualitas kegiatan kemahasiswaan dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja berbagai kegiatan yang relevan. Berdasarkan standar yang ditetapkan dapat dilakukan langkah perencanaan untuk meningkatkan kualitas secara berkelanjutan dan mengimplementasikannya melalui tindakan nyata. Mekanisme pengendalian seperti ini lazim dikenal dalam manajemen mutu sebagai langkah PDCA (Plan, Do, Check, Action). Berikut beberapa contoh praktek baik (best practices) dari langkah PDCA yang dilakukan terhadap kegiatan kemahasiswaan, seperti (1) keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan kemahasiswaan, (2) kehadiran dosen dalam proses pembimbingan kegiatan kemahasiswaan, (3) persentase dosen yang mengikuti OPPK, dan (4) 19

peningkatan jumlah/jenis kegiatan kemahasiswaan kokurikuler dan ekstra- kurikuler. Contoh 1 : Peningkatan standar keikutsertaan mahasiswa dalam kegiatan kemahasiswaan (% dari jumlah mahasiswa). Continuous Improvement (Kaizen) 15% Sem.Ganjil 2006 12,5% PDCA Sem.Genap 2005 10% PDCA SDCA SDCA Sem.Ganjil 2005 7.5% PDCA SDCA Sem.Genap 2004 5% SDCA Sem.Ganjil 2004 Keterangan : PDCA = Plan, Do, Check, Action SDCA = Standard, Do, Check, Action Gambar 1. Peningkatan Standar Keikut-sertaan Mahasiswa dalam Kegiatan Kemahasiswaan Melalui Manajemen PDCA 20

Contoh 2 : Peningkatan persentase kehadiran dosen dalam proses pembimbingan kemahasiswaan. Continuous Improvement (Kaizen) 75% Sem.Ganjil 2006 65% 70% PDCA PDCA Sem.Genap 2005 SDCA Sem.Ganjil 2005 SDCA 60% PDCA SDCA Sem.Genap 2004 55% Sem.Ganjil 2004 SDCA Keterangan : PDCA = Plan, Do, Check, Action SDCA = Standard, Do, Check, Action Gambar 2. Peningkatan Kehadiran Dosen dalam Proses Pembimbingan Kegiatan Kemahasiswaan Melalui Manajemen PDCA 21

Contoh 3 : Peningkatan persentase dosen yang mengikuti Orientasi Pengembangan Pembimbingan Kemahasiswaan (OPPK). Continuous Improvement (Kaizen) 25% Sem.Ganjil 2006 15% 20% PDCA PDCA Sem.Genap 2005 SDCA Sem.Ganjil 2005 SDCA 10% PDCA SDCA Sem.Genap 2004 5% Sem.Ganjil 2004 SDCA Keterangan : PDCA = Plan, Do, Check, Action SDCA = Standard, Do, Check, Action Gambar 3. Peningkatan Persentase Dosen Mengikuti Orientasi Pengembangan Pembimbingan Kemahasiswaan (OPPK) Melalui Manajemen PDCA 22

Contoh 4: Peningkatan jumlah/jenis kegiatan kemahasiswaan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler. Continuous Improvement (Kaizen) 25 Sem.Ganjil 2006 20 PDCA SDCA Sem.Genap 2005 15 PDCA SDCA Sem.Ganjil 2005 10 PDCA SDCA Sem.Genap 2004 5 Sem.Ganjil 2004 SDCA Keterangan : PDCA = Plan, Do, Check, Action SDCA = Standard, Do, Check, Action Gambar 4. Peningkatan Jumlah/Jenis Kegiatan Ko-Kurikuler dan Ekstra-Kurikuler Melalui Manajemen PDCA 23

PENUTUP Kegiatan kemahasiswaan yang bersifat ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler, perlu terus dibina dan dikembangkan di Perguruan Tinggi, untuk mendukung kegiatan kurikuler agar tujuan pendidikan nasional dapat dicapai. Sehubungan dengan hal tersebut, perguruan tinggi perlu menyediakan baik fasilitas maupun pembimbing kemahasiswaan, agar dapat melaksanakan berbagai jenis kegiatan kemahasiswaan yang sesuai dengan kekhasan perguruan tinggi yang bersangkutan. 24

DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance). 2003. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, Buku I Proses Pembelajaran. 2004. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan. 25

LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Olahraga/Kesenian JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN Olahraga/ Keteraturan Koordinator Frekuensi Disusun jadwal Disiplin dan Kesenian latihan latihan latihan teratur; dan prestasi latihan sportivitas yang ingin dicapai Tersedianya Pembimbing Kelengkapan Program pengadaan Kualitas latihan sarana Kemahasiswaan sarana sarana semakin baik Jumlah Peserta Koordinator Partisipasi Sosialisasi dan Kemampuan latihan meningkat Promosi bekerja sama. Pembentukan Koordinator Terbentuknya Pembimbingan dan Partisipasi Tim latihan Tim pelatihan Tim dalam event 26

Lampiran 2. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Lomba Karya Ilmiah JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN Lomba Karya Rutin Koordinator Meningkatkan Mengikuti lomba- - Menghargai hasil Ilmiah mengikuti lomba lomba/ mahasiswa wawasan dan pengetahuan; dan prestasi yang akan lomba karya orang lain - Mengakui kelebihan orang lain dicapai - Memahami kelemahan diri sendiri - Kompetisi Jumlah Koordinator Partisipasi Sosialisasi dan Kemampuan Peserta lomba/ meningkat pelatihan bekerjasama mahasiswa 27

Lampiran 3. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Kelompok Bahasa Inggris JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN Kelompok Keteraturan Koordinator Frekuensi latihan Disusun jadwal latihan Disiplin Bahasa Inggris latihan latihan teratur; dan kemampuan berbahasa Inggris Kemampuan meningkat Tersedianya Instruktur Kelengkapan Program pengadaan Kualitas latihan sarana sarana sarana semakin baik Jumlah Peserta Koordinator Partisipasi Sosialisasi dan Promosi Jumlah mahasiswa latihan meningkat dengan kemampuan bahasa Inggris meningkat Pembentukan Tim Koordinator Terbentuknya Tim Pembimbingan dan Partisipasi dalam latihan pelatihan Tim event antar kampus/di luar kampus 28

Lampiran 4. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Unit Kenal Lingkungan JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN Unit Kenal Keteraturan Koordinator Frekuensi Disusun jadwal Disiplin Lingkungan menghadiri pertemuan dan latihan kehadiran dan latihan teratur; pertemuan dan latihan Kemampuan meningkat latihan tingkat kepedulian lingkungan Tersedianya Instruktur Kelengkapan Program pengadaan Kualitas latiahan sarana sarana sarana semakin baik Jumlah Peserta Koordinator Partisipasi Sosialisasi dan Jumlah mahasiswa latihan meningkat Promosi yang peduli lingkungan meningkat Pembentukan Koordinator Terbentuknya Tim Pembimbingan dan Partisipasi dalam event Tim latihan pelatihan Tim antar kampus/ di luar kampus 29

Lampiran 5. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Pers Kampus JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN Pers Kampus Rutin mengikuti Koordinator Tim Meningkatkan Mengikuti lomba-lomba Mampu mendapat pelatihan jurnalistik Pengetahuan dan ketrampilan; jurnalistik informasi yang valid prestasi yang Mampu dicapai menyajikan informasi dengan baik dan benar Terbentuk Media Koordinator Tim Membentuk jiwa Penerbitan yang Tanggap terhadap komunikasi wirausaha kontinyu perubahan permintaan masyarakat Jumlah Peserta Koordinator Partisipasi Sosialisasi dan Promosi Kemampuan lomba/ mahasiswa meningkat bekerja sama. 30

Lampiran 6. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN Latihan Manajemen Pemandu Terbentuknya Mahasiswa mengikuti Keterampilan Keterampilan Organisasi Organisasi seluruh tahapan manajemen Manajemen Mahsiswa Mahasiswa pelatihan (dasar, organisasi Mahasiswa dengan menengah, dan lanjutan) mahasiswa (LKMM) manajemen yang meningkat baik Jumlah mahasiswa yang mengikuti pelatihan Jumlah maksimum 50 orang per mahasiswa yang angkatan memiliki keterampilan Pelaksanaan pelatihan terjadwal dengan baik minimal satu kali untuk setiap tahapan per tahun manajemen meningkat minimal 10% dari jumlah mahasiswa 31

Lampiran 7. Contoh Model Pencapaian Standar Mutu Kegiatan Pelatihan Pelatih Orientasi Pengembangan Pembimbingan Kemahasiswaan (PPOPPK) JENIS KEGIATAN INDIKATOR SUMBER DATA SASARAN STRATEGI PENCAPAIAN KOMPETENSI SASARAN PPOPPK Keteraturan Pelatih Frekuensi latihan Disusun jadwal latihan Peningkatan latihan teratur minimal 1 kali setahun kemampuan dosen dalam melatih pelatihan pembimbingan kemahasiswaan Jumlah peserta Pelatih Partisipasi dosen dalam pembimbingan meningkat Sosialisasi Jumlah dosen yang dapat menjadi pelatih pembimbing kemahasiswaan meningkat 32