PENINGKATAN PENALARAN MORAL ANAK USIA DINI MELALUI PEMBERIAN DONGENG PEWAYANGAN PADA KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA KLEWOR KEMUSU BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan

EFEKTIFITAS DONGENG ISLAMI TERHADAP PENALARAN MORAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH 1 DIBAL NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat.di mana pengalaman-pengalaman yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak adalah amanat dari Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan dasar yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar sekolah. Salah satu acuannya adalah pendidikan harus berprinsip

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang DwiMurtiningsih,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan masuk dalam aspek perilaku prososial. Prososial memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan. spiritual) dan sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama).

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

NOVI NUR ENDAH RAHAYU A

BAB I PENDAHULUAN. yang dijelaskan dalam Undang Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang pasal 28 ayat 2 bahwa setiap anak berhak atas

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa yang lebih baik pendidikan anak anak harus diperhatikan. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

PENINGKATAN PERILAKU JUJUR ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA AUDIO-VISUAL PADA ANAK DIDIK KELOMPOK B DI BA AISYIYAH GRINTING NOGOSARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. belum dewasa sehingga perlu diberi pendidikan (Samino, 2011:19). membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

Transkripsi:

PENINGKATAN PENALARAN MORAL ANAK USIA DINI MELALUI PEMBERIAN DONGENG PEWAYANGAN PADA KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA KLEWOR KEMUSU BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Guna Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Guru PAUD Fakultas keguruan dan Ilmu pendidikan Jurusan S1 PAUD Disusun oleh: DESY LIA PERMATANINGRUM A 520 080 105 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak bukanlah orang dewasa dalam ukuran kecil. Oleh sebab itu, anak harus diperlakukan sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Hanya saja, dalam praktik pendidikan sehari-hari, tidak selalu demikian yang terjadi. Banyak contoh yang menunjukkan betapa para orang tua dan masyarakat pada umumnya memperlakukan anak tidak sesuai dengan tingkat perkembangananya. Di dalam keluarga orang tua sering memaksakan keinginannya sesuai kehendaknya, di sekolah guru sering memberikan tekanan (preasure) tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak, di berbagai media cetak/elektronika tekanan ini lebih tidak terbatas lagi, bahkan cenderung ekstrim. Tokoh pendidikan anak usia dini, Montessori dalam Rini Hildayani (2005 ; 12.1) mengatakan bahwa ketika mendidik anak-anak, kita hendaknya ingat bahwa mereka adalah individu-individu yang unik dan akan berkembang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Tugas kita sebagai orang dewasa dan pendidik adalah memberikan sarana dorongan belajar dan memfasilitasinya ketika mereka telah siap untuk mempelajari sesuatu. Tahun-tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa yang sangat baik untuk suatu formasio atau pembentukan. Masa ini juga masa yang paling penting dalam masa perkembangan anak, baik secara fisik, mental maupun spritual. Masa 12

perkembangan yang penting bagi anak ini, perlunya penanaman pendidikan moral sejak usia dini. Moral merupakan penting untuk mengembangkan pemahaman akan agama atau kepercayaaan terhadap anak. Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian terutama bagi para pendidik, ulama, pramuka, masyarakat dan orang tua. Banyak berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak anak maupun orang dewasa, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Sebagai contoh, terdapat 25 terpidana mati kasus narkoba, beberapa diantaranya warga negara indonesia, yang sampai saat ini belum satupun dieksekusi. Anak sekolah, mahasiswa, suami istri, birokrat sampai anak pejabat, banyak yang sudah bisa mengkonsumsi barang haram ini. Majalah porno bahkan sekarang melalui hp terdapat video porno yang disebarluaskan dengan mudah dan anak anak sampai orang dewasa dapat melihatnya, hal ini akan berpengaruh terhadap penyimpangan seksual, sehingga akan merusak moral. Jiwa anak yang kosong diperburuk dengan tontonan kekerasan yang vulgar di televisi merupakan inspirasi untuk keluar dari tekanan. Dari rentang waktu 15 Februari 2003 sampai dengan 9 Juni 2004 sudah tercatat 11 kali bocah berusia 11 sampai 15 tahun bunuh diri, (Republika, 11 Juni 2008). Melihat fenomena ini, banyak sudah kehilangan akal sehatnya, kebenaran semakin jauh dari genggaman. Insan sudah tidak lagi cerdas membedakan mana yang baik dan benar. Perbuatan salah dianggap benar,

standar kebenaran dan standar moral telah tereliminasi. Menurut Baron, dkk (1980) mengatakan bahwa moral adalah hal hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Seseorang dikatakan bermoral jika memiliki kesadaran moral, yaitu dapat menilai hal yang baik dan buruk, hal hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, serta hal hal yang etis dan tidak etis. Tokan (dalam Budiningsih, 2006;83) mengatakan bahwa seseorang yang bermoral dengan sendirinya akan tampak dalam penilaian atau penalaran moralnya serta pada perilakunya yang baik, benar dan sesuai dengan etika. Artinya ada kesatuan antara penalaran moral dengan perilaku moralnya. Setiono (1994;75) menjelaskan bahwa penalaran moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan dari pada sekedar arti suatu tindakan, sehingga dapat dinilai suatu tindakan tersebut baik atau buruk. Selanjutnya Kohlberg dalam Pratidamastuti (1993;66) mengemukakan bahwa penalaran moral bukanlah pada apa yang baik atau yang buruk, tetapi pada bagaimana seseorang berfikir sampai pada keputusan bahwa sesuatu adalah baik dan buruk. Beberapa penelitian tentang penalaran moral remaja yang mengacu pada teori penalaran moral Kohlberg menunjukkan pada umumnya remaja berada pada tingkat konvensional. Penelitian Setiono dalam Desmita,(2005;97) menunjukkan bahwa 180 Mahasiswa Universitas Padjajaran peserta KKN yang diukur penalaran moralnya berdasarkan Moral Judgement Interview (MJI) ialah 1% berada pada tahap 2, 5,6% berada pada tahap 3 dan 43% berada pada

tahap 4. Penelitian berikutnya dengan menggunakan alat ukur yang sama terhadap tingkat penalaran moral dari 71 mahasiswa Yogyakarta menemukan adanya perbedaan antara mahasiswa yang aktif dengan yang tidak aktif dalam kegiatan lembaga sosial masyarakat dengan hasil 39% dari mahasiswa yang aktif tingkat penalaranya mencapai tahap 4, sedangkan mahasiswa yang tidak aktif hanya 8% yang mencapai tahap 4. Berdasarkan penelitian diatas Desmita (2005;101) mengemukakan bahwa: Tahap penalaran moral remaja indonesia pada umumnya berkisar antara tahap 3 dan 4, bahkan lebih banyak yang baru mencapai tahap 3, ini mengindikasikan bahwa perkembangan penalaran moral remaja indonesia secara umum belum optimal. Hal ini terbukti dengan masih banyaknya ditemui remaja yang mengalami tahap penalaran moral remaja dengan memulainya sejak dini, yaitu sejak masih anak anak dengan menanamkan nilai nilai moral. Mengacu pada teori perkembangan penalaran Kohlberg, idealnya penalaran moral sendiri yang bisa sama atau berbeda dengan sistem moral masyarakat. Keluarga bertanggung jawab terhadap pendidikan anggotanya dengan menanamkan pendidikan moral di usia sedini mungkin, karena hal ini akan mewarnai karakter dan kepribadian pada usia selanjutnya. Anak membutuhkan bimbingan dan teladan, karena mereka belum dapat mengembangkan hati nurani. Anak akan menduplikasi yang dirasa, dilihat dan didengarnya. Setelah dasar moral terpatri, anak akan bergaul dengan moral masyarakat dan sekolah. Bila masyarakat dan sekolah tidak memiliki komitmen dalam memberdayakan

moral, maka standar moral yang telah dibangun akan mengalami stagnan, bahkan tidak tertutup terjadi degradasi (Pikiran Rakyat, 15 Juli 2008). Perkembangan penalaran moral anak menurut Harlock (1992;123) dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu pembawaan (heredity) dan faktor lingkungan. Faktor pembawaan terkait dengan perkembangan kecerdasan anak dengan berubahnya kemampuan menangkap dan mengerti, seorang anak bergerak ke tingkat perkembangan penalaran moral yang lebih tinggi. Sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan keluarga, yaitu orang tua yang merupakan pendidikan awal bagi anak dalam penanaman nilai moral, lingkungan sebaya yaitu interaksi dengan teman sebaya dalam berbagai pengalaman yang ada. Lebih lanjut Martani (dalam Pratidarmanastiti, 1991;64) mengemukakan bahwa perkembangan penalaran moral juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan. Kebudayaan akan mempengaruhi cepat lambatnya pencapaian tahap tahap perkembangan moral dan juga mempengaruhi batas tahap perkembangan yang dicapai. Dengan kata lain bahwa individu yang mempunyai latar belakang budaya tertentu dapat berbeda perkembangan moralnya dengan individu lain yang berasal dari kebudayaan lain. Mengenai kebudayaan Jawa, Mulders (dalam Budiningsih, 2006;79) menyatakan bahwa kehidupan orang jawa terletak dalam tingkatan tingkatan sosial dan dalam simbolis seperti agama, kerohanian, moralitas dan lingkungfan simbolis. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : 1) hubungan baik antara makhluk sosial dengan hakekat abadi, 2) individu harus taat pada kelompok, individu harus menjalankan kewajiban sosial dan tidak

mementingkan diri sendiri, 3) kemasyarakatan merupakan sumber kebahagiaan satu satunya. Selanjutnya Yusuf (2003;88) mengemukakan bahwa dalam rangka membimbing perkembangan penalaran moral anak prasekolah dan anak sekolah, sebaiknya orang tua atau guru melakukan upaya upaya sebagai berikut : 1. Memberikan contoh atau teladan yang baik, dalam berperilaku/bertutur kata 2. Menanamkan kedislipinan kepada anak, dalam berbagai aspek kehidupan, seperti memelihara kebersihan atau kesehatan dan tata krama atau berbudi pekerti luhur. 3. Mengembangkan wawasan tentang nilai nilai moral kepada anak, baik melalui pemberian informasi atau melalui cerita atau dongeng seperti cerita riwayat orang orang baik (para Nabi & Pahlawan), dunia binatang yang mengisahkan tentang nilai nilai kejujuran, kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan maupun cerita pewayangan. Telah dikemukakan diatas bahwa salah satu upaya dalam membimbing perkembangan penalaran moral anak adalah mengembangkan wawasan tentang nilai nilai moral, melalui pemberian informasi atau melalui cerita atau dongeng seperti cerita riwayat orang baik (para Nabi dan Pahlawan), dongeng binatang yang mengisahkan tentang nilai nilai kejujuran, kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan maupun cerita pewayangan seperti kisah Ramayana dan Mahabharata.

Dongeng merupakan sarana dalam membimbing dan mengembangkan wawasan tentang nilai nilai moral anak pada anak. Menurut Mulyadi (dalam Taufik, 2003;77) mendongeng adalah cara paling praktis untuk menanamkan nilai nilai kepada anak, karena nilai nilai yang terkandung dalam dongeng tersebut dengan cepat akan diserap otak anak yang membekas sampai mereka dewasa. Nilai nilai yang mereka bisa membedakan yang baik dan yang benar serta bagaimana mereka bisa bersikap. Mendongeng memberikan rangsangan terhadap otak anak sehingga bisa mempengaruhi perkembangan anak baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Dongeng mempunyai manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhan mental anak, lewat dongeng selain bisa menimbulkan imajinasi anak, merangsang anak bersikap aktif dan menjadikan anak suka membaca, juga bisa mendidika anak mengenal hal baik dan buruk. Dongeng merupakan metode yang tepat dan penyampaianya tidak disadari oleh anak (Taufik, 2003 : 10). Selama ini anak kita memang terlalu di didik oleh dongeng fantasi yang bebas nilai, sehingga anakpun tumbuh menjadi pribadi yang tidak terkontrol nilai nilai pendidikanya, mereka menjadikan Naruto, Dragonball, Avatar, Power Rangers, Doraemon, Shincan dan sejenisnya sebagai idola. Bagaimana dengan dongeng budaya yang berisi cerita pewayangan seperti kisah Ramayana atau Mahabharata yang sarat sekali akan nilai nilai moral dan budaya, mungkin jarang atau bahkan anak anak sekarang tidak mengenal sama sekali tokoh pewayangan tersebut.

Setiono (2004: 67) menjelaskan bahwa orang jawa mempunyai jenis kesenian tradisional yang bisa hidup dan berkembang hingga kini dan mampu menyentuh hati sanubari dan menggetarkan jiwa yaitu seni pewayangan. Selain sebagai alat komunikasi yang ampuh serta sarana memahami kehidupan, wayang bagi orang jawa merupakan simbolisme pandangan hidup mengenahi hal hal kehidupan yang tertuang dalam dialog di alur cerita yang ditampilkan. Dalam wayang seolah olah orang tidak hanya berhadapan dengan teori umum tentang manusia melainkan model model hidup dan kelakuan manusia digambarkan secara kongkrit. Pada hakikatnya seni pewayangan mengandung konsepsi yang ada dipakai sebagai pedoman sikap dan perbuatan dari kelompok sosial tertentu. Konsepsi tersebut tersusun menjadi nilai nilai budaya yang tersirat dan tergambar dalam alur ceritanya, baik dalam sikap pandangan terhadap hakekat hidup, asal dan tujuan hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia. Sutini (2006: 32) dalam artikelnya mengenai peran wayang dalam menunjang pendidikan. Kepribadian bangsa menjelaskan bahwa secara lahiriah kesenian wayang mengandung nilai nilai edukatif yang sangat penting dalam kehidupan yang tampak pada lakon lakon atau tokoh dalam cerita tersebut, misalnya dalam dunia pewayangan dikenal tokoh punokawan yang bernama Semar. Semar adalah punokawan dari para ksatria yang luhur budinya dan baik pekertinya, berjiwa pamong sehingga oleh para ksatria, Semar dihormati, dengan kata lain Semar adalah simbol rakyat yang merupakan sumber kedaulatan bagi para ksatria atau yang berkuasa.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Peningkatan Penalaran Moral Anak Usia Dini melalui Pemberian Dongeng Pewayangan pada Kelompok B di TK DHARMA WANITA Klewor Kemusu Boyolali. B. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Penelitian ini dibatasi hanya untuk anak usia dini khususnya kelompok B usia 5 tahun tentang dongeng pewayangan. C. Identifikasi Masalah Kata identifikasi, menurut WJS. Poerwodarminto (1989: 319) berarti penetapan atau penentuan identitas seseorang atau benda. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dikemukakan masalah sebagai berikut: 1. Masalah moral merupakan masalah yang sekarang ini sangat banyak meminta perhatian terutama bagi para pendidik, ulama, pramuka, masyarakat dan orang tua. Banyak berita tentang tindakan kriminalitas yang dilakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa, seperti yang terjadi di beberapa daerah yang diberitakan di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. 2. Salah satu upaya dalam membimbing perkembangan penalaran moral anak adalah mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral, melalui

pemberian informasi atau melalui cerita atau dongeng seperti cerita riwayat orang baik (para nabi dan pahlawan), dongeng binatang yang mengisahkan tentang nilai-nilai kejujuran, kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan maupun cerita pewayangan seperti kisah Ramayana dan Mahabarata. 3. Dongeng merupakan sarana dalam membimbing dan mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral pada anak. Mendongeng adalah cara paling praktis untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak karena nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng tersebut dengan cepat akan diserap otak anak yang membekas sampai mereka dewasa. Sehingga anak-anak bisa membedakan yang baik dan benar serta bagaimana mereka bisa bersikap. Mendongeng memberikan rangsangan terhadap otak anak sehingga bisa mempengaruhi perkembangan anak baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan : 1. Apakah ada peningkatan penalaran moral anak usia dini setelah diberikan dongeng pewayangan pada kelompok B di TK DHARMA WANITA Klewor Kemusu Boyolali? 2. Seberapa besar peningkatan penalaran moral anak usia dini setelah diberikan dongeng pewayangan pada kelompok B di TK DHARMA WANITA Klewor Kemusu Boyolali?

E. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya peningkatan terhadap penalaran moral anak usia dini setelah diberikan dongeng pewayangan pada kelompok B di TK DHARMA WANITA Klewor Kemusu Boyolali. 2. Mengetahui seberapa besarnya peningkatan penalaran moral anak usia dini setelah diberikan dongeng pewayangan pada kelompok B di TK DHARMA WANITA Klewor Kemusu Boyolali. F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah referensi teori metode pembelajaran anak usia dini melalui pendekatan pemberian dongeng b. Menambah kepustakaan untuk kelanjutan penelitian dimasa yang akan datang c. Menambah materi teoritis penulis dengan teori yang berkembang di masyarakat 2. Manfaat Praktis a. Menambah pemahaman kepada orang tua tentang hubungan pemberian dongeng dengan penalaran anak usia dini. b. Menambah pengalaman nyata tentang penerapan pemberian dongeng kepada anak usia dini. c. Menambah pengalaman pengetahuan tentang karakter anak-anak usia dini.