CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

NILAI PENDIDIKAN KARAKTERNOVEL BURLIANKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBALAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

ANALISIS PSIKOLOGI TOKOH UTAMA NOVEL HUJAN DI BAWAH BANTAL KARYA E. L. HADIANSYAH DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL BERLAYAR KE SURGA KARYA RAMADHA TSULATSI HAJAR DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan karya sastra banyak mengangkat kisah tentang kehidupan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

konvensi sastra Balai Pustaka BP (Nurgiantoro, 2000:54).

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN NOVEL BUNDA LISA KARYA JOMBANG SANTANI KHAIREN DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA KELAS XI

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

NILAI BUDAYA DALAM NOVEL SINDEN KARYA PURWADMADI ADMADIPURWA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

Oleh: Tri Wahyuningsih Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

Transkripsi:

CERITA FIKSI DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA SMP Dini Pangestuning Tyas 1 ) Roekhan 2 ) Ida Lestari 2 ) Universitas Negeri Malang, jalan Semarang 5 Malang E-mail: dinipangestu@yahoo.co.id ABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Data penelitian berupa kutipan cerita. Sumber data penelitian ini adalah cerpen dan dongeng. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa tabel pengumpul data dan identifikasi cerita. Hasil (1) tokoh utama sebagian besar rakyat biasa dan penokohan sebagian besar menggunakan teknik dramatik, (2) sebagian besar latarnya menggunakan rumah, (3) sebagian besar alurnya bersifat kronologis, (4) sebagian besar sudut pandangnya menggunakan sudut pandang orang ketiga, (5) sebagian besar temanya adalah sosial dan egoik, (6) kesesuaian cerita fiksi dengan siswa SMP sebagian besar sesuai. Kata Kunci: cerita fiksi, buku teks bahasa Indonesia SMP ABSTRACT: Purpose of this research to describe Fiction in Indonesian Text Book of the Junior High School. This research is qualitative research. Data of the research is story quotation. Data source are short story and fairy tale. Data is collected by documentation tecnique. Instrument that used are data aggregation tabel and story identification tabel. The result are (1) the main actor a considerable part is ordinary people and the character a considerable part is using dramatyc tecnique, (2) a considerable part of setting uses home, (3) a considerable part of plot is chronological, (4) a considerable part of point of view is third person point of view, (5) a considerable part of theme are social and egoism, and (6) appropriate of fiction with junior high school student a considerable part is suitable. Keywords: fiction, Indonesian text book of the junior high school Buku teks dibutuhkan di sekolah sebagai sarana penunjang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muslich (2010:24 25), yaitu buku teks atau buku pelajaran dipakai sebagai sarana belajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Buku teks yang baik harus disusun dan dirancang dengan baik dan benar sesuai dengan kurikulum yang berlaku, disusun oleh penulis yang ahli dibidangnya, serta disesuaikan dengan keadaan siswa. Suherli (2008) menyatakan bahwa buku teks pelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah harus memiliki kebenaran isi, penyajian yang sistematis, penggunaan bahasa dan keterbacaan yang baik, dan grafika yang fungsional. Oleh karena itu, buku teks yang baik harus mempunyai tingkat keterbacaan yang mudah, menarik, dan sesuai dengan kemampuan penggunanya, dan materi yang disajikan dapat dipahami penggunanya. Pada pelajaran bahasa Indonesia di sekolah, teks merupakan komponen yang penting, baik itu teks sastra maupun nonsastra. Teks yaitu naskah yang berupa katakata asli dari pengarang (Anwar, 2001:498). Jenis bacaan/teks yang kurang beragam dapat mengurangi motivasi siswa dan mengurangi minat mereka dalam belajar sedangkan motivasi dapat tercipta dari ketertarikan siswa terhadap bacaan. Dalam penelitian ini, teks yang diteliti adalah teks sastra yang meliputicerpen dan dongeng, novel tidak diteliti karena berupa kutipan sehingga kurang tepat untuk diteliti. 1 ) Dini Pangestuning Tyas adalah Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Program Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Negeri Malang. 2 ) Roekhan adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang. 2 ) Ida Lestari adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang.

Nurgiyantoro (1995:2) menjelaskan prosa dalam pengertian kesastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Prosa fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan pemeranan latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1987:66). Walaupun berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Nurgiyantoro, 1995:3). Lebih lanjut, Dermawan (2001:6 7) menjelaskan bahwa prosa fiksi merupakan karya sastra yang berbentuk prosa. Ciri-ciri fisik prosa anatara lain (1) bentuknya yang bersifat menguraikan, (2) adanya pembagian satuan-satuan makna dalam wujud alinea-alinea, dan (3) penggunaan bahasa yang cenderung longgar (menggambarkan pengertian yang sebenarnya). Karena itu, prosa fiksi juga disebut cerita rekaan. Cerita rekaan adalah rangkaian peristiwa imajinatif yang diperankan oleh pelaku-pelaku cerita dengan latar dan tahapan baru. Seiring dengan hal tersebut, Aminuddin (1987:66) menjelaskan bahwa sebagai salah satu genre sastra, karya fiksi mengandung unsur meliputi (1) pengarang atau narator, (2) isi penciptaan, (3) media penyampaian isi berupa bahasa, (4) elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Jadi, dapat disimpulkan bahwa cerita fiksi adalah cerita yang memiliki alur dan latar dari hasil imajinasi pengarang sehingga menghasilkan sebuah ciri khas cerita. Cerita tersebut berasal dari hasil renungan pengarang serta memiliki unsur-unsur tertentu. Berdasarkan hal tersebut, teks merupakan komponen yang penting. Namun, belum ada penelitian yang mengaji teks dalam buku teks bahasa Indonesia SMP. Teks yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cerita fiksi (cerpen dan dongeng). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) tokoh dan penokohan, (2) latar, (3) alur, (4) sudut pandang, (5) tema cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP, dan (6) kesesuaian cerita fiksi dengan siswa yang mempelajarinya. METODE Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP. Fokus masalah penelitian ini, yaitu tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Data penelitian ini adalah paparan kalimat yang berupa kutipan cerita. Sumber data penelitian ini adalah cerpen dan dongeng yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP kelas VII, VIII, dan IX. Buku yang dipilih, yaitu buku teks terbitan Erlangga dan Pusat Perbukuan Depdiknas. Buku tersebut dipilih karena banyaknya pemakai dan disusun berdasarkan kurikulum 2006. Data dikumpulkan menggunakan teknik dokumentasi. Instrumen yang digunakan berupa tabel pengumpul data dan untuk mengenali cerita fiksi,digunakan tabel identifikasi cerita. Tahapan pengumpulan data meliputi: (1) pencarian sumber data yang berupa buku teks bahasa Indonesia SMP, (2) pengidentifikasian data yang telah ditemukan, dan (3) pemberian kode pada data yang ditentukan.

Tahapan analisis data meliputi (1) menganalisis tokoh utama terlebih dahulu untuk menemukan karakteristik tokoh berdasarkan segi fisik, sosial, dan psikologis, (2) menganalisis sudut pandang dilakukan setelah tokoh karena dapat dengan mudah diketahui sudut pandangnya setelah mengetahui tokohnya, (3) menganalisis penokohan tokoh dilakukan setelah menganalisis tokoh untuk mengetahui pengarang cenderung menggunakan teknik dramatik atau analitik, (4) menganalisis latar pada cerita untuk mengetahui latar tempat dan waktu pada cerita tersebut, (5) menganalisis alur cerita dilakukan setelah mengetahui tokoh, penokohan, dan latar karena untuk mengetahui kejadian dalam cerita tersebut kronologis atau tidak, (6) karakteristik unsur intrinsik yang terakhir adalah tema, dilakukan di bagian akhir karena setelah membaca secara keseluruhan cerita, maka dapat dengan mudah diketahui tema cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia, (7) menganalisis kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya dilakukan setelah menganalisis keseluruhan karakteristik cerita fiksi karena agar mengetahui cerita fiksi tersebut sesuai atau tidak. Pengecekan keabsahan data pada penelitian ini dengan tiga cara, yaitu (1) ketekunan pengamatan, (2) kecukupan referensial, dan (3) diskusi kesejawatan. HASIL Pertama, ditemukan bahwa tokoh utamanya 87,5% adalah rakyat biasa. Menurut Anwar (2001:343) pengertian rakyat biasa adalah (1) orang kebanyakan, (2) bukan bangsawan, dan (3) bukan hartawan. Hal tersebut ditunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita fiksi, terdiri atas ibu rumah tangga, pedagang, pegawai, dan anak sekolah. Kedua, penokohan dalam cerita fiksi 100% menggunakan teknik dramatik dan 62,5% menggunakan teknik analitik. Jadi, yang lebih dominan adalah teknik dramatik. Teknik dramatik yang digunakan ada enam, yaitu (1) pelukiskan keadaan tempat tinggalnya, (2) cara berbicaranya, (3) sikap dan perilaku tokoh dalam menanggapi kejadian atau peristiwa, (4) pengakuan dan keluhan dirinya sendiri, (5) tanggapan tokoh tersebut terhadap tokoh-tokoh lain, dan (6) perbincangan tokoh tersebut dengan tokoh-tokoh lain. Ketiga, alur dalam cerita fiksi 100% beralur lurus. Jadi, rangkaian peristiwanya bersifat kronologis. Alur tersebut pun berurutan mulai tahap eksposisi hingga tahap penyelesaian. Ceritanya pun tidak serumit cerita orang dewasa. Artinya, cerita yang disajikan tidak berbelit-belit. Peristiwa-peristiwa yang dirangkaikan pun sangat mudah untuk diikuti oleh pembaca (remaja SMP). Keempat, sudut pandang yang digunakan pengarang 87,5% sudut pandang orang ketiga. Penggunaan sudut pandang tersebut pengarang tidak hanya sebagai pengamat, namun pengarang benar-benar berada dalam cerita tersebut. Jadi, dalam cerita tersebut pengarang mengetahui gerak-gerik tokoh, suara hati tokoh, dan motivasi yang melatarbelakangi tokoh untuk melakukan suatu hal. Kelima, tema cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP ditemukan tema sosial dan egoik yang sebanding. Maksudnya, tema sosial ditemukan 50% dan tema egoik 50%. Tema sosial didasarkan pada manusia sebagai makhluk sosial. Tema egoik didasarkan pada manusia sebagai individu. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri, dan sikap manusia tertentu lainnya yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan.

Keenam, sebagian besar cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indoensia sesuai dengan penggunanya. Hal tersebut dikarenakan cerita fiksi tersebut sesuai dengan indikator kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya. Sebagian besar yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP menggambarkan sikap remaja yang mudah emosi. Kesesuaian cerpen dan dongeng dengan latar cerita fiksi tersebut sesuai karena dilihat dari latar tempat dapat dikenal oleh penggunanya. Begitu juga pada latar waktu, latar waktu cerpen sesuai karena cocok dengan kondisi sekarang dan sesuai dengan latar waktu yang ada di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 37,5% latar tempat dalam cerita fiksi sebagian besar adalah di rumah. PEMBAHASAN Tokoh Cerpen dan Dongeng dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Hasil penelitian yang dilakukan terhadap cerita fiksi ditemukan bahwa tokoh utamanya 87,5% adalah rakyat biasa. Menurut Anwar (2001:343) pengertian rakyat biasa adalah (1) orang kebanyakan, (2) bukan bangsawan, dan (3) bukan hartawan. Hal tersebut ditunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita fiksi, terdiri atas ibu rumah tangga, pedagang, dan buruh. Pengarang memilih tokoh utama yang berupa rakyat biasa karena tokoh tersebut mudah dipahami dan bermanfaat bagi siswa. Maksudnya, siswa memahami latar belakang budaya dan manfaatnya dalam mempelajari sastra. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Rahmanto (1989:31) yang menyatakan bahwa siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka. Lebih lanjut, Rahmanto (1989:31) menjelaskan bahwa terdapat siswa yang membaca karya sastra yang tokohnya seorang bangsawan dan pembicaraanya mengenai kegemaran yang asing bagi siswa, sehingga menimbulkan keengganan belajar sastra karena siswa tidak menemukan kegunaannya membaca karya sastra tersebut. Oleh sebab itu, pengarang menggunakan rakyat biasa sebagai tokoh utama karena dapat membuat siswa peka terhadap orang sekitar, budaya, dan lingkungan mereka. Selain itu, mereka mampu memahami tokoh-tokoh tersebut karena dekat dengan kehidupan mereka. Penokohan Cerpen dan Dongeng Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penokohan dalam cerita fiksi, 100% menggunakan teknik dramatik dan dan 62,5% menggunakan teknik analitik. Jadi, yang lebih dominan adalah teknik dramatik. Pengarang menggunakan cara ini dengan pertimbangan, yaitu melatih berpikir, kepekaan emosi, dan melatih kemahiran berbahasa. Maksudnya, penokohan yang digambarkan secara tidak langsung tersebut mampu membelajarkan siswa dengan melatih kemahiran berbahasa dan ketajaman emosi melalui karakter tokoh yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Roekhan (1994:80) bahwa bahasa teks sastra berciri konotatif atau kiasan dilihat dari aspek semantis yang dikandungnya, bersifat informal bila dilihat dari ragam bahasanya, banyak mengandung majas, dan menonjolkan ciri wacana narasi dan deskripsi bila dilihat dari representasi

wacananya, kosa kata dan strukturnya menampakkan ciri kosa kata dan struktur bahasa informal. Itu sebabnya pengarang menyampaikan pesan secara tidak langsung atau terselubung. Pengajaran bahasa Indonesia tidak hanya dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan kemampuan berkomunikasi anak didik tetapi juga menumbuhkembangkan kemampuan berpikir dan bernalar, daya imajinasi, daya kreasi, kepekaan emosi, dan memperluas wawasan anak. Daya nalar ditumbuhkembangkan melalui pemahaman dan penghayatan penalaran yang digunakan para tokoh dalam menhadapi dan memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Kepekaan emosi ditumbuhkembangkan melalui melalui penghayatan karakter tokoh, dan peristiwa-peristiwa kehidupan yang disajikan pengarang. Latar Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 37,5% latar tempat dalam cerita fiksi sebagian besar di rumah. Pemilihan latar tempat tersebut tepat karena paling dekat dengan kehidupan anak. Rahmanto (1989:31) menyatakan bahwa siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau orang-orang di sekitar mereka. Begitu juga dengan, Rahmanto (1989:31) menjelaskan bahwa ada siswa yang mempelajari karya sastra dengan latar belakang budaya yang tidak dikenalnya. Mereka membaca karya sastra dengan latar budaya asing dengan tokoh bangsawan yang pembicaraanya berkitar kegemaran yang asing bagi siswa yang membacanya sehingga menimbulkan keengganan belajar sastra karena tidak menemukan kegunaannya. Oleh sebab itu, situasi ini menggambarkan bahwa betapa pentingnya karya sastra dengan latar budaya sendiri yang dikenal oleh siswa. Alur Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan 100% alur dalam cerita fiksi beralur lurus. Jadi, rangkaian peristiwanya bersifat kronologis. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarumpaet (1976:31) bahwa kemampuan siswa untuk membedakan peristiwa yang satu dengan yang lainnya dan kehadiran para tokoh berkaitan dengan peristiwa pada umumnya belum dapat diandalkan. Karena itu, dalam menjalin peristiwa harus diperhatikan faktor kejelasan penyebabnya. Alur tidak hanya dinamis dan hidup, tetapi harus dilandaskan pada penyebab yang jelas. Sudut Pandang Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sudut pandang yang digunakan pengarang 87,5% sudut pandang orang ketiga. Penggunaan sudut pandang tersebut karena membantu siswa bernalar. Maksudnya, berpikir logis untuk memahami posisi pengarang dalam cerita fiksi tersebut. Lebih jelasnya, hal tersebut dijelaskan Rahmanto (1989:20) yang menyatakan bahwa proses berpikir logis banyak ditentukan oleh ketepatan pengertian dan ketepatan interpretasi kebahasaan. Jadi, siswa harus dapat menyimpulkan penggunaan sudut pandang orang ketiga tersebut secara tepat.

Tema Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP Berdasarkan analisis cerita fiksi ditemukan tema sosial dan egoik yang sebanding. Maksudnya, tema sosial ditemukan 50% dan tema egoik 50%. Tema tersebut banyak ditemukan karena tema itu memang sesuai dengan penggunanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sarumpaet (1976:30) yang menyatakan bahwa tema yang sesuai bagi anak adalah tema yang menyajikan masalah-masalah yang sesuai dengan alam hidup anak-anak. Sumber-sumber yang dapat diambil untuk menggali tema yang sesuai antara lain kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan dunia anak. Kesesuaian Cerita Fiksi dalam Buku Teks Bahasa Indonesia SMP dengan Penggunanya Kesesuaian cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP dengan aspek karakterisitik psikologi remaja sebagian besar sesuai dengan penggunanya. Hal tersebut dikarenakan cerita fiksi tersebut sesuai dengan indikator kesesuaian cerita fiksi dengan penggunanya. Sebagian besar yang terdapat dalam buku teks bahasa Indonesia SMP menggambarkan sikap remaja yang mudah emosi. Remaja dalam menghadapi sesuatu lebih mendahulukan emosinya dari pada solusinya. Hal tersebut sesuai dengan penyataan Mappiare (1982:34) yang berpendapat bahwa kemampuan berpikir remaja lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang mampu mengadakan kesepakatan dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Jadi, pengarang menyesuaikan dengan kebiasaan anak. Sama halnya dengan kesesuaian cerpen dan dongeng dengan latar bahwa cerita fiksi tersebut sesuai karena dilihat dari latar tempat dapat dikenal oleh penggunanya. Begitu juga pada latar waktu, latar waktu cerpen sesuai karena cocok dengan kondisi sekarang dan sesuai dengan latar waktu yang ada di Indonesia. Hal tersebut karena siswa yang mempelajari karya sastra dengan latar belakang budaya yang tidak dikenalnya. Mereka membaca karya sastra dengan latar budaya asing dengan tokoh bangsawan yang pembicaraanya berkitar kegemaran yang asing bagi siswa yang membacanya sehingga menimbulkan keengganan belajar sastra karena tidak menemukan kegunaannya (Rahmanto, 1989:31). Selain itu dalam kurikulum terdapat kompetensi dasar yang berhubungan dengan latar cerpen dan dongeng, yaitu (1) KD 14.2 menjelaskan hubungan latar cerpen dengan realitas sosial (aspek berbicara/vii/2) dan (2) KD 5.2 menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang (aspek mendengarkan/vii/1). Hal tersebut menunjukkan bahwa latar sesuai dengan penggunanya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan, yaitu (1) tokoh utama dalam cerita fiksi sebagian besar adalah rakyat biasa dan penokohan dalam cerita fiksi sebagian besar menggunakan teknik dramatik, (2) latar cerpen dan dongeng sebagian besar menggunakan rumah, (3) alur cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP sebagian besar bersifat kronologis, (4) sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerita fiksi sebagian besar menggunakan sudut pandang orang ketiga, (5) tema yang ditemukan sebagian besar tema sosial dan egoik, (6) kesesuaian cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP dengan aspek

psikologi siswa SMP dan latar (tempat dan waktu), sebagian besar sesuai dengan siswa. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka adapun saran yang diajukan ke beberapa pihak, yaitu (1) siswa dianjurkan untuk lebih meningkatkan kegemaran membaca karya sastra karena melalui karya sastra, wawasan pengetahuan bisa bertambah, (2) guru agar memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengetahui dan memahami karakteristik cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia SMP serta dapat memilih teks sastra yang sesuai untuk siswa, dan (3) peneliti selanjutnya agar dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan cerita fiksi dalam buku teks bahasa Indonesia. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Anwar, D. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abdi Tama. Dermawan, T. 2001. Apresiasi Prosa Fiksi. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia. Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Mandiri. Muslich, M. 2010. Text Book Writing: Dasar-Dasar Pemahaman Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nurgiyantoro, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rahmanto, B. 1989. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Roekhan. 1994. Aplikasi Pemanfaatan Kemampuan Apresiasi Sastra sebagai Landas Tumpu Pengembangan Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jurnal Vokal: Telaah Bahasa dan Sastra, 1 (V): 80 81. Sarumpaet, R.K.T. 1975. Bacaan Anak-anak: Suatu Penyelidikan Pendahuluan ke dalam Hakikat, Sifat, dan Corak Bacaan Anak-anak serta Minat Anak pada Bacaannya. Jakarta: Pustaka Jaya. Suherli, K. 2008. Keterbacaan Buku Teks,(Online), (http://suherlicentre.blogspot.com/2008/07/keterbacaan-buku-tekspelajaran.html), diakses 1 Oktober 2011.