BAB I PENDAHULUAN. perbankan konvensional. Dari mulanya hanya satu bank syariah, dari tahun ke tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak sepadan (mismatched), tidak hati-hati (prudent), tidak

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai skandal penipuan dan manipulasi laporan keuangan yang telah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang berbasis syariah dalam tiga dekade terakhir, lembaga keuangan telah

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Tata Kelola Terintegrasi BAB I. No. COM/002/00/0116

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

2 Dalam rangka penerapan tata kelola terintegrasi yang baik, Konglomerasi Keuangan perlu memiliki Pedoman Tata Kelola Terintegrasi dengan mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penting bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

LAPORAN PELAKSANAAN GCG 2008

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

Manajemen Risiko Bagi Perusahaan Perasuransian. disampaikan dalam acara WORKSHOP Manajemen Risiko Perusahaan Perasuransian

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

BAB V PENUTUP. Devisa periode dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan yang semakin pesat saat ini menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Isu Corporate Governance (CG) telah muncul sejak tahun 1840-an namun

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, bank sebagai. lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary atau

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /POJK.05/ TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI LEMBAGA PENJAMIN

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan memerlukan

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution)

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kestabilan moneter dan sebagai lalu lintas pembayaran. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai Corporate

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan sehari-harinya. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ORISINALITAS TUGAS AKHIR...

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36 /POJK.05/2015 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentu sangat perlu akan kehadiran sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 5 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance mulai meningkat

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Didalam memajukan perekonomian negara, dunia perbankan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kinerja Maqashid Sharia Index I : Pendidikan Individu

BAB I PENDAHULUAN. kredit. Sebagai badan usaha yang bergerak di bidang jasa, kepercayaan. pengelola bank maupun masyarakat pengguna jasa bank.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan. kestabilan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, perbankan

Arah Kebijakan bagi Bank Perkreditan Rakyat Dalam Rangka Penerapan Tata Kelola dan Manajemen Risiko

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin meningkat, banyak peluang

Laporan Tahunan Pelaksanaan GCG 2009

PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BANK SYARIAH MANDIRI

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

2015 IIA Indonesia National Conference. J. SINDU ADISUWONO Jogjakarta, Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. Made 2016). Berdasarkan Financial Accounting Standards Boards (FASB)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang baik (good corporate governance) (Wicaksono, 2014:1).

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda. dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melaksanakan Corporate Governance (CG) dengan baik akan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI BANK BJB SYARIAH PUSAT. Jl. Tamansari No. 1 Bandung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia dimulai sejak tahun 1990-an dan mengalami perkembangan yang semakin pesat pada awal tahun 2000-an. Hal ini ditandai dengan bermunculannya sejumlah bank syariah yang didirikan oleh perbankan konvensional. Dari mulanya hanya satu bank syariah, dari tahun ke tahun perkembangan jumlahnya terus meningkat hingga saat tahun 2014 tercatat bahwa jumlah Bank Umum Syariah (BUS) sebanyak 11 bank, Unit Usaha Syariah (UUS) sebanyak 24 bank, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 158 bank diseluruh Indonesia. (sumber: Bank Indonesia, 2014) Perkembangan lembaga keuangan syariah yang signifikan menuntut para pengelola perusahaan untuk menciptakan suatu pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik dalam mengelola perbankan, termasuk perbankan syariah. Untuk itu Pemerintah dan Bank Indonesia telah membuat beberapa peraturan serta pedoman tentang Good Corporate Governance (GCG) yaitu PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dimana dalam perbankan syariah disebut dengan Sharia Governance. Latar belakang dikeluarkannya PBI ini adalah agar pelaksanaan shariah governance di dalam perbankan syariah memenuhi prinsip syariah. Penerapan sharia governancemengacu 1

2 pada peraturan yang dikeluarkan Islamic Financial Service Board (IFSB). IFSBmenetapan pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah, tujuannya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri perbankan syariah. IFSB menjelaskan bahwasharia governance merupakan seperangkat peraturan yang melibatkan seluruh elemen (organ) perusahaan yang dapat menjadikan perusahaan beroperasi lebih optimal. Sebagaimana yang diungkap dalam IFSB, pada organisasi (perusahaan) yang menerapkan prinsip syariah, penerapan GCG dinamakan juga Good Syariah Governance (GSG) atau Sharia Governance (SG). Dalam sharia governance, kepatuhan terhadap penerapan syariah merupakan penyempurnaan dalam penerapan GCG pada perusahaan berbasis syariah. Kebijakan pemerintah untuk menerapkan prinsip-prinsip sharia governance dalam kegiatan bisnis adalah salah satu syarat yang harus dilakukan Negara Indonesia dalam pemulihan perekonomian. Dalam rangka menerapkan prinsip-prinsip sharia governance di Indonesia, pemerintah telah membuat kebijakan dengan membentuk lembaga khusus yang membidangi penerapan GCG yaitu Komite Nasional Kebijakan CorporateGovernance (KNKCG) yang dibentuk berdasarkan keputusan Menteri Koordinator No. KEP-10/M.EKUIN/08/1999. Kemudian nama lembaga ini diganti dengan nama Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan keputusan No. KEP-49/M.EKON/11/2004. Tahun 2001 KNKG telah berhasil menyusun Code For Good Corporate Governance. (Joni Emirzon, 2007:195)

3 Ketaatan akan prinsip-prinsip sharia governance antara lain transparansi (transparency), kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), dan kewajaran (fairness) dalam menjalankan perbankan dan segala prosedur yang ada didalamnya haruslah terlaksana dengan baik agar perbankan dapat berkembang dengan baik dan sehat. Menurut Agustianto dalam Andik Dwi S. Saputro (2010) mengatakan bahwa konsep GCG yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic Financial Service Board) yang sering disebut dengan sharia governance sebagian besar memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan GCG konvensional. Perbedaan yang ada dalam GCG syariah dan konvensional hanya terletak pada syariah compliance yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsipprinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, professional dan kewajaran merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan GCG konvensional. Dalam Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 dijelaskan mengenai masing-masing prinsip GCG. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevanserta keterbukaan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan pertanggungjawaban organ Bank, sehingga pengelolannya berjalan secara efektif. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat. Profesional (Professional), yaitu memiliki kompetensi, mampu bertidak obyektif, dan bebas dari pengaruh atau tekanan dari pihak manapun

4 (independen), serta memiliki komitmen yng tinggi untuk mengembangkan bank syariah. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hakhak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Transparansi merupakan salah satu prinsip dalam sharia governance meliputi banyak hal dimana bank syariah harus dapat memberikan informasi yang tepat waktu, memadai, akurat, jelas, dan dapat diperbandingkan serta mudah di akses oleh stakeholder sesuai dengan haknya. Prinsip transparansi yang dianut oleh bank syariah tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan bank syariah sesuai dengan Undang-undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Prinsip transparansi menekankan sharia governance harus memastikan bahwa pengungkapan yang tepat waktu dan akurat dilakukan terhadap semua hal yang material berkaitan dengan perusahaan, mencakup situasi keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan (Joni Emirzon, 2007:167). Che Haat (dalam Haryani, Liggar, dan Syafruddin, 2011) menyatakan bahwa lemahnya GCG dan tingkat transparansi yang rendah dalam pengungkapan informasi oleh perusahaan, serta tidak efektifnya lembaga penegak peraturan perundang-undangan dalam mendukung pelaku dan melindungi saham minoritas adalah yang dianggap penyebab runtuhnya beberapa perusahaan di Indonesia. Seperti masalah yang baru-baru ini terjadi yaitu skandal Bank Century yang tidak transparan dalam memberikan informasi yang seharusnya diperoleh stakeholder. Masalah-masalah ini telah menarik

5 perhatian terhadap kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dan mempertahankan standar GCG terutama sharia governance. Untuk mengoptimalkan penerapan sharia governance, Bank Jabar Banten Syariah (BJBSyariah) melakukan pengukuran tingkat kepatuhan bank bjb syariah dalam menerapkan sharia governance menggunakan Self Assessmentdimana hasil penilaiannya berupa index. Untuk keperluan internal, penilaian dilakukan secara semesteran dan untuk keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian dilakukan secara tahunan. Seiring dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), bank bjb syariahtelah membuat laporan GCG untuk tahun 2012.(sumber:www.bjbsyariah.co.id) Berdasarkan PBI No. 11/4/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS perihal pelaksanaan GCG bagi BUS dan UUS, dan dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan sharia governance,bank bjb syariah telah melakukan Self Assessmentdimana dalam penilaian Self Assessmentterdapat faktorfaktor penilaian yang salah satu faktornya merupakan Penilaian terhadap Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan. Dalam laporan pelaksanaan sharia governancedi bank bjbsyariah tahun 2012, penilaian terhadap faktor transparansi kondisi keuangan dan non keuangan mendapat Peringkat 3 yang artinya pelaksanaannya cukup sesuai dengan kriteria dan indikator yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Dalam lampiran SEBI No.12/13/DPbS menyebutkan Kriteria

6 peringkat dilihat dari kondisi internal bank bjbsyariah berdasarkan data dan informasi yang relevan. Hasil analisis Self Assessmentmenunjukan bahwa pelaksanaan sharia governance Bank Cukup Sesuai dengan kriteria dan indikator.bila dibandingkan dengan bank umum syariah lainnya, penilaian terhadap faktor transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bankbjbsyariah termasuk peringkat yang paling rendah. Berikut merupakan hasil penilaian terhadap faktor transparansi kondisi keuangan dan non keuangan bank umum syariah tahun 2012 : Tabel 1.1 Perbandingan Transparansi pada Bank Umum Syariah (BUS) Bank Peringkat Keterangan PT. BCA Syariah 2 Sesuai PT. BNI Syariah 2 Sesuai PT. BRI Syariah 2 Sesuai PT. Bank Syariah Mandiri 2 Sesuai PT. Bank Mega Syariah 2 Sesuai PT. Bank Syariah Muamalat 1 Sangat Sesuai PT. Bank Panin Syariah 2 Sesuai PT. Bank Victoria Syariah 2 Sesuai PT. Maybank Indonesia 2 Sesuai Syariah PT. Bank Syariah Bukopin 2 Sesuai PT. Bank Jabar Banten Syariah 3 Cukup Sesuai

7 Tata kelola perusahaan (sharia governance) yang baik sebagai landasan operasional yang menjadi acuan untuk memastikan seluruh proses dan mekanisme yang terjadi guna mencapai tujuan bank dan mencegah bank dari penyimpangan dan risiko yang dapat mengakibatkan kegagalan pencapaian tujuan perusahaan melaksanakan kegiatan self assessment sebagai bentuk evaluasi atas pelaksanaan prinsip sharia governance di bank bjb syariah. Berdasarkan hasil self assessment yang telah dilakukan maka pelaksanaan sharia governance bank bjb syariahdi tahun 2012 memiliki nilai komposit 2.53 yang berarti masuk dalam kategori Cukup Baik. Tabel 1.2Parameter penilaian self assessment Bank Indonesia Nilai Komposit Predikat komposit Nilai Komposit < 1.5 Sangat Baik (SB) 1.5 Nilai Komposit < 2.5 Baik (B) 2.5 Nilai Komposit < 3.5 Cukup Baik (CB) 3.5 Nilai Komposit < 4.5 Kurang Baik (KB) 4.5 Nilai Komposit < 5 Tidak Baik (TB) (www.bjbsyariah.co.id) Bila dibandingkan dengan Bank Umum Syariah lainnya, penilaian self assessment Bank Indonesia terhadap bank bjb syariah masih terbilang Cukup Baik. Berikut merupakan penilaian self assessment oleh Bank Indonesia terhadap Bank Umum Syariah tahun 2012: Tabel 1.3 Penilaian Self Assessment Bank Umum Syariah 2012 Bank Nilai Komposit Predikat Komposit

8 PT. BCA Syariah 1.80 Baik PT. BNI Syariah 1.62 Baik PT. BRI Syariah 1.38 Sangat Baik PT. Bank Syariah Mandiri 1.67 Baik PT. Bank Mega Syariah 1.60 Baik PT. Bank Syariah Muamalat 1.15 Sangat Baik PT. Bank Panin Syariah 1.35 Sangat Baik PT. Bank Victoria Syariah 2.07 Baik PT. Maybank Indonesia Syariah 2.30 Baik PT. Bank Syariah Bukopin 1.60 Baik PT. Bank Jabar Banten Syariah 2.53 Cukup Baik Dalam penelitian sebelumnya Almilia (2007) menyatakan bahwa perusahaan diharapkan lebih transparan dalam mengungkapkan informasi mengenai GCG, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan oleh investor, kreditur, dan pemakai informasi lainnya. Oleh karena itu, pengungkapan sebagai salah satu aspek GCG diharapkan dapat menjadi dasar untuk melihat baik tidaknya kinerja perusahaan. Penelitian Haryani, dkk, (2011) yang meneliti Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja: Transparansi Sebagai Variabel Intervening pada perusahaan yang terdaftar di BEI yang menginformasikan laporan GCG dalam laporan tahunan pada tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Mekanisme Corporate Governance mempengaruhi kinerja perusahaan dan

9 transparansi. Mekanisme internal berupa komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak terbukti memberikan pengaruh terhadap kinerja perusahaan. (2) Variabel kontrol berupa ukuran perusahaan hanya berpengaruh pada transparansi perusahaan. (3) Transparansi bukan merupakan variabel pemediasi antara pengaruh mekanisme. Sebelumnya sudah banyak dilakukan penelitian kuantitatif yang membahas mengenai Good Corporate Governancedan prinsip transparansi.penelitian kuantitatif tersebut sebatas membahas mengenai pengaruh ataupun hubungan GCG dan transparansi dengan variabel lainnya. Hal ini yang menjadi alasan peneliti mengambil penelitian kualitatif, selain membedakan dengan penelitian terdahulu, penelitian kualitatif juga membahas secara mendalam mengenai sharia governance khususnya prinsip transparansi. Bank bjb syariahmerupakan bank umum yang melandaskan operasional dan transaksi perbankannya pada prinsip-prinsip syariah. Sebagai bank yang beroperasi atas prinsip-prinsip syariah (shariah compliance). Sudah selayaknya bank bjb syariah menerapkan dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan dalam prinsip sharia governanceterutama prinsip transparansi. Berdasarkan uraian diatas, maka bank syariah haruslah patuh terhadap prinsip dan norma syariah melalui Sharia Governance sebagai bagian dari Good Corporate Governance. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai penerapan prinsip

10 transparansi dengan judul Implementasi PrinsipTransparansidalam Sharia Governancepada BankJabar Banten Syariah 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, bahwa permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana implementasi prinsiptransparansi dalamsharia Governance pada Bank Jabar Banten Syariah? 2. Apa saja kendala dalam mengimplementasikan prinsip transparansidalamsharia Governancepada Bank Jabar Banten Syariah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui implementasi prinsiptransparansi dalamsharia Governance padabank Jabar Banten Syariah. 2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi dalam mengimplementasikan prinsip transparansi dalamsharia Compliance padabank Jabar Banten Syariah 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

11 1. Bagi perusahaan Agar perusahaan mengetahui apakah implementasiprinsip transparansi dalamsharia Governance sudah berjalan dengan baik atau belum. 2. Bagi Dunia Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi mengenai implementasiprinsip transparansi dalamsharia Governance. 3. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan mengenai implementasi prinsip transparansi dalamsharia Governance.