BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. menuntun pikiran dan perilaku seseorang. Dengan demikian, maka kecerdasan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan lingkungan. dari mereka sulit untuk menyesuaikan diri dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi muda yang berperan sebagai penerus cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat manusia dengan kecerdasan akal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia menurut (Marin, 2008) pada dasarnya terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB I PENDAHULUAN. terkait antara individu dan interaksi antara kelompok. Berbagai proses sosial dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pelajaran yang diberikan tidak efektif (Djiwandoyo, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

HUBUNGAN KONFORMITAS DENGAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA. Gani Tri Utomo H. Fuad Nashori INTISARI

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang individu, karena individu tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

MENINGKATKAN EMPATI MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai warga masyarakat. Meskipun manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional

prestasi saat ini siswa cenderung dituntut oleh pihak sekolah untuk memenuhi target pencapaian prestasi, sehingga mereka cenderung jenuh terhadap

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 21 tahun dan belum menikah ( Menurut UU No. 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB II LANDASAN TEORITIK

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Perbedaan Kecerdasan..., Muhammad Hidayat, FPSI UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya memiliki kemampuan untuk memberi kesan yang baik tentang

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistimatis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang berhubungan dengan moral, spiritual, intelektual emosional, dan sosial. (Yususf 2006: 54). A. Tingkat Kecerdasan Emosional murid di SMP Negeri 13 Kota Malang. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota malang mendapatkan kecerdasan emosional yang sedang. Ini dapat dilihat dari data yang sudah diolah yang menunjukkan bahwa 32,07% kecerdasan emosional berada pada kategori sedang, 15,09% dan berada pada pada kategori tinggi, 37,74% berada pada kategori rendah, dan 1,90% berada pada posisi sangat rendah dan serta 13,20% untuk kriteria sangat tinggi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas murid Tingkat Kecerdasan Emosional murid di SMP Negeri 13 Kota Malang mendapatkan kecerdasan Emosional yang sedang dan ini mengindikasikan bahwa hubungan antara guru dan murid berjalan dengan baik, dorongan untuk mencapai prestasi itu sanga tinggi, dorongan untuk memberikan penghargaan antar guru dan murid, kemampuan untuk saling membantu dan keinginan untuk saling berbagi yang tinggi. Selain beberapa aspek yang mengindikasikan Kecerdasan Emosional murid di SMP Negeri 13 Kota Malang, tingginya nilai kecerdasan emosional yang terdapat di

SMP Negeri 13 kota malang juga mengindikasikan eratnya hubungan antar guru dan murid maupun antara murid sesama murid. Tingginya tingkat kecerdasan emosional murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang bisa dimungkinkan oleh kesamaan latar belakang sosial, hubungan yang erat dengan lingkungan sosial sekitar, karakteristik remaja yang suka berkelompok, pengalaman dan intensitas bertemu antar guru dan murid karena kurang bertemu setiap harinya. Intensitas bertemu inilah yang diindikasikan mengakibat kecerdasan Emosional yang sedang. Pada tabel 5.3 didapati pula 32,07% murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota malang mendapatkan kecerdasan emosional yang sedang. Hal ini mengindikasikan selain ada sebagian murid yang mendapatkan kecerdasan emosional yang sedang, dan juga mendapatkan kecerdasan emosional yang cukup, yaitu cukup mendapatkan perhatian, sikap saling tolong menolong, dukungan positif, berempati antara guru dan murid yang ada di SMP Negeri 13 malang untuk menghadapi maslah sehari-hari. Di tabel 5.3 juga menunjukkan adanya 37,74% murid di SMP Negeri 13 Kota Malang yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa ada sebagian kecil dari murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang kurang mendapatkan kecerdasan emosional baik antar sesama murid maupun guru pengajarnya. Tingkat kecerdasan emosional yang redah dalam diri murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang mengakibatkan murid tersebut kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan, merasa malas, dan sering bolos di sekolah.

Tingkat kecerdasan emosional yang rendah ini dapat diakibatkan oleh siswa sering malas kesekolah, malas belajar, serta rasa kurang percaya diri yang rendah yang mengakibatkan anak tersebut tidak bisa bergaul dengan teman-teman yang lainnya. Tabel 5.3 juga mengemukakan bahwa 15,09% murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang berada pada posisi tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang didukung oleh kecerdasan emosional baik dari lingkungan sekolah, maupun guru dan murid. Hal ini dapat diakibatkan menjalin hubungan dengan teman baru dalam lingkungan sekolah yang baru yang mengakibatkan murid tersebut mampu beradaptasi. Hasil penelitian juga menunjukkan hasil sebesar 13,20% untuk kriteria sangat tinggi untuk kecerdasan emosional. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian murid yang mendapatkan kecerdasan emosional secara sempurna. Hal tersebut mengindikasikan bahwa di SMP Negeri 13 Kota Malang sedikit memiki kecerdasan emosional yang kurang baik terhadap kecerdasan emosional antar sesama murid. B. Tingkat Komunikasi Positif guru dengan Murid di SMP Negeri 13 Kota Malang Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa sebagian besar murid di SMP Negeri 13 Kota Malang memiliki komunikasi positif yang sedang. Ini dapat dilihat dari data yang sudah diolah yang menunjukkan bahwa 16,98% murid berada pada kategori tinggi, 37,74% murid berada pada kategori sedang, 28,31% berada pada kategori rendah, 1,88% berada dalam kategori sangat Rendah dan 15,09% murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang berada dalam kategori sangat tinggi.

Murid di SMP Negeri 13 Kota Malang dengan kategori sangat tinggi berjumlah 15,09%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian kecil dari murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang memiliki komunikasi Positif yang sangan tinggi. hal tersebut mengindikasikan bahwa ada sebagian dari murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri, berkomunikasi dengan baik, baik murid maupun dengan guru, kemampuan untuk mengontrol dirinya dengan baik, memiliki pola pikir yang lebih positif, serta mampu melihat kesempatan yang ada sebagai bahan belajar untuk meningkatkan kualitas murid. Murid yang memiliki tingkat komunikasi positif yang tinggi dapat disebabkan oleh kematangan sosial yang tinggi yang membuat murid tersebut mampu untuk beradaptasi dengan baik, dan mempu menjalin komunikasi yang baik dengan lingkungan sekolah baik murid maupun guru. Selain itu dapat diakibatkan oleh kematangan emosi yang baik yang mengakibatkan murid tersebut dapat mengendalikan dirinya ketika menghadapi suatu masalah. Serta pengalaman pengalaman terdahulu yang membuat murid tersebut dapat beradaptasi ketika menghadapai suatu masalah. Tabel 5.7 menunjukkan bahwa murid di SMP Negeri 13 Kota Malang yang masuk kategori tinggi berjumlah 16,98%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mayoritas siswa di SMP Negeri 13 Kota Malang memiliki komunikasi positif yang tinggi dan ini mengindikasikan bahwa yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, dapat beradaptasi dengan baik dilingkungan sekolah, memiliki pemikiran yang lebih positif. Selain beberapa aspek yang mengindikasikan komunikasi positif yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang, semakin baik komunikasi positif yang dimiliki oleh murid kelas

1 di SMP Negeri 13 Kota Malang menunjukkan bahwa murid tersebut memiliki semangat belajar yang baik, memiliki kemandirian, dan memiliki sikap yang positif. Semakin baik Komunikasi positif murid ini bisa dimungkinkan oleh pengaruh latar belakang sosial, hubungan dengan lingkungan sekolah, semangat belajar dan memiliki sikap yang positif. Hubungan antar guru dan murid, dan hubungan sesama teman di SMP Negeri 13 Kota Malang. Pada tabel 5.7 terdapa 37,74% murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang memiliki komunikasi positif yang sedang. Hal ini mengindikasikan bahwa murid kelas 1 cukup mampu berkomunikasi dengan baik. Tabel 5.7 juga menyebutkan bahwa 28,31% murid kelas 1 di SMP Negeri 13 Kota malang masuk dalam kriteria rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sebagian murid yang ada di sekolah tersebut kurang berkomunikasi dengan baik, serta kemampuan beradaptasi kurang terhadap lingkungan baru. Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa 1,88% murid yang ada di SMP Negeri 13 Kota Malang masuk kedalam kriteria sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian kecil murid kelas 1 kurang memiliki komunikasi dengan baik sehingga mereka mengakibatkan kecenderungan untuk berfikir negatif. Selain itu dapat diakibatkan oleh kegagalan dalam beradaptasi dengan lingkungan di sekolah. C. Hubungan Antara Komunikasi positif guru dan murid dengan kecerdasan Emosional murid di SMP Negeri 13 Kota Malang. Bagi murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang, sekolah merupakan tempat belajar mencari ilmu bagi siswa dan murid, hal ini membutuhkan lingkungan yang nyaman bagi setiap murid. Murid bisa di katakan remaja karena masa peralihan dari anak-anak menuju masa ramaja. Dalam teori menyebutkan bahwa Masa remaja adalah

masa transisi yang penuh dengan tantangan dan masalah. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja, antara lain Pertama, masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. Kedua, masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalah pahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua. Murid-murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang sedikit memiliki masalah karena dapat beradaptasi dengan lingkungan yang nyaman. Pada murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang, dalam hal komunikasi positif merupakan salah satu variabel penting yang membantu murid dalam masa peralihan dari anak-anak menuju remaja dan membutuhkan tantangan bagi murid mulai dari kondisi fisik, psikis maupun afeksinya. Tanpa adanya komunikasi yang baik antar guru dan murid, khususnya di SMP Negeri 13 kota malang. Maka murid akan cenderung melakukan tindakan-tindakan kearah yang negatif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa kecerdasan emosional murid di SMP Negeri 13 kota malang tergolong tinggi yaitu sebanyak 15,09% atau 8 orang murid dari 53 subjek yang diteliti. Selebihnya 37,74% atau 20 orang murid memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang. Dan 16,98% atau 9 orang murid memiliki tingkat Komunikasi positif yang tinggi, 28,31% atau 15 orang murid memiliki tingkat komunikasi positif yang rendah dan 1,88% atau 1 orang murid memiliki tingkat komunikasi positif yang sangat rendah.

Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar murid kelas 1 di SMP Negeri 13 kota malang memiliki komunikasi positif yang tergolong sedang, oleh karena itu hanya sedikit murid yang memiliki komunikasi positif yang baik (ada 32,07% murid dengan komunikasi positif tinggi dan sangat tinggi). Untuk mencapai komunikasi positif secara maksimal, murid yang ada di SMP Negeri 13 kota malang juga memerlukan bimbingan guru BK di sekolah. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali dan mengendalikan perasaan dan emosi pada diri sendiri serta mampu memahami dan merasakan perasaan orang lain dan menggunakannya untuk membimbing pikiran dan tindakan agar lebih produktif. Menurut Goleman, aspek kecerdasan emosional terdiri dari mengenali diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati, dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman 1999 : 45). Hasil analisis data menunjukkan bahwa kecerdasan emosional yang diperoleh di SMP Negeri 13 kota malang termasuk dalam kategori rendah, terbukti dari 53 orang murid yang diteliti sebanyak 37,74% atau 20 orang murid dalam kategori rendah. Selebihnya 15,09% atau 8 orang Murid memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi, 13,20% atau 7 orang murid memiliki tingkat kecerdasan emosional sangat tinggi, 32,07% atau 17 orang murid memiliki tingkat kecerdasan emosional sedang dan 1,90% atau 1 orang murid memiliki tingkat kecerdasan emosional sangat rendah. Hasil analisis ini memberikan bukti empirik bahwa hubungan komunikasi positif antar guru dan murid dengan kecerdasan emosional murid di SMP Negeri 13 Kota Malang telah memberikan kecerdasan emosional yang dirasakan secara memadai atau cukup kepada kebanyakan murid di SMP Negeri 13 kota malang.

Masalah komunikasi positif murid di SMP Negeri 13 kota malang bukan saja disebabkan oleh komunikasi positif kepada murid akan tetapi ada faktor lain. Seperti dari kutipan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa komunikan itu (1) suatu proses, (2) penyampaian informasi, (3) dari komunikator, (4) ke komunikan dan (5) agar komunikan berpartisipasi dan menjadikan informasi itu miliknya. Oleh karena itu komunikasi mengandung unsur : komunikator (encoder), komunikan (decoder), informasi dan tujuan. Sedangkan menurut pendapat Sasa Djuarsa Sendjaya, Ph.D, komunikasi adalah Suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengelolaan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan tertentu. Jika hal-hal tersebut diketahui dapat meningkatkan komunikasi positif murid di SMP Negeri 13 kota malang. Sumbangan efektif kecerdasan emosional sebesar 33,3 % yang ditunjukkan oleh nilai R-Square sebesar 0,333 berarti masih terdapat 66,7% faktor lain yang mempengaruhi komunikasi positif. Kecerdasan emosional merupakan faktor yang mempengaruhi komunikasi positif, walaupun demikian terdapat faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga dalam upaya pengembangan murid di sekolah. Dalam Kemandirian seorang murid diperkuat melalui proses sosialisasi yang terjadi antara murid dengan murid. Hurlock (2004) mengatakan bahwa melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima di dalam kelompoknya.

Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama dimana murid belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang bukan angota keluarganya. Ini lah yang dilakukan oleh murid dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga tercipta rasa aman, nyama. Ini salah satu untuk meningkatkan kecerdasan emosional murid di SMP Negeri 13 Kota Malang.