PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS DI KELAS BILINGUAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS BERSTATUS RSBI DI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS DI KELAS BILINGUAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS BERSTATUS RSBI DI BALI

PENGGUNAAN ENGLISH AS MEDIUM OF INSTRUCTIONS (EMI) DAN KONSEKUENSINYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

KESESUAIAN INSTRUMEN EVALUASI DENGAN MATERI PLANTAE YANG DIAJARKAN GURU DI SMA BANDUNG. Dosen Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau 2

ARTIKEL MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING SEPAK BOLA. Oleh I Made Dwi Ariyuda NIM

BAB I PENDAHULUAN. sangat ketat dalam segala aspek kehidupan. Menurut Zuhal (Triwiyanto,

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

Luh Putu Artini 1*, Ni Nyoman Padmadewi 2. Abstrak. Pendahuluan

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAKBOLA

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

Agus Awitama, Made Sri Indriani, Sang Ayu Putu Sriasih. Jurusan Pendidikan Bahasa Bali Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Oleh. Putu Ayu Karunia Komala Dewi, NIM

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARANACTIVE KNOWLEDGE SHARINGUNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA BIOLOGISISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAKTAHUN

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Keyword: Whole Language, Reading Comprehension

SIKAP MAHASISWA TERHADAP MATA KULIAH FISIKA DASAR PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Agar tujuan tersebut tercapai dibutuhkan proses yang relatif panjang, dimanapun

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII 3 SMP NEGERI 26 MAKASSAR.

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XV, No. 2, Tahun 2017 Bagas Dwi Pratomo & Sukanti 92-99

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

ABSTRAK. Kaca kunci: lesson study, profesionalisme guru

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

: model pembelajaran, pemahaman konsep matematis, tutor sebaya

PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE

ARTIKEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING SEPAKBOLA. Oleh Made Arya Sudita NIM

Randi Pratama 1 Dinawati Trapsilasiwi 2 Susi Setiawani 3 ABSTRACT

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : pembelajaran kooperatif, snowball throwing, hasil belajar, respon siswa

THE EFFECTIVENESS OF LABORATORY USE IN MADRASAH ALIYAH IN YOGYAKARTA. Sri Rahmiyati

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara tercermin dari pendidikan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS KELINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

PELAKSANAAN PENGAJARAN REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS II SD N 1 SEDAYU

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

EVALUASI PEMANFAATAN KOLEKSI BILINGUAL PADA PERPUSTAKAAN HIGHSCOPE INDONESIA BALI ABSTRAK

STRATEGI PEMBELAJARAN TERPADU MENYIMAK DAN BERBICARA DI PERGURUAN TINGGI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MURDER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 12 MAKASSAR

Perbedaan Persepsi Antara Siswa Sekolah Negeri Dan Swasta Terhadap Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MEMBUAT GAUN BAYI DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DI SMK NEGERI 4 YOGYAKARTA

PENGGUNAAN METODE TOTAL PHYSICAL RESPONSE UNTUK MENINGKATKAN VOCABULARY BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SDN II LOGANDU TAHUN AJARAN 2015/2016

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Oleh. Ni Putu Aryani Utami, NIM

PENGGUNAAN MEDIA VCD PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS SISWA KELAS IV SDN 4 BUMIREJO TAHUN 2013/2014

LAPORAN PPM KOMPETENSI FAKULTAS PENGEMBANGAN PARTIAL IMMERSION PROGRAM SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN BERBAHASA INGGRIS DI SEKOLAH

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

EVALUASI IMPLEMENTASI STANDAR PENILAIAN PADA PEMBELAJARAN BATIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

PENGEMBANGAN SCHOOL MOBILE LEARNING PADA MATA PELAJARAN KETERAMPILAN KOMPUTER DAN PENGELOLAAN INFORMASI DI SMK NEGERI 1 SUKASADA.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEBAK KATA TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

Kata-kata Kunci: TAI, aktivitas, hasil belajar, passing bola voli.

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

FACTUM Volume 6, Nomor 1, April 2017 HUBUNGAN ANTARA KOMPETENSI GURU DENGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

Kata-kata Kunci: TGT, aktivitas, hasil belajar,lompat jauh.

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL UNTUK PEMBELAJARAN GAMBAR MANUFAKTUR SMK KELAS XI

PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING PADA HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS VII A SMPN 3 TANJUNG DALAM KONSEP EKOSISTEM

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm 49-57

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NHT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN STRATEGI KUMUAT DI KELAS VIII SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM CREATING MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 TULUNGAGUNG

BAB II LANDASAN TEORI

Yonathan SMP Negeri 1 Tolitoli, Kab. Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN PEER LESSON DAN TTW DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

ARTIKEL IMPLEMENTASI KOOPERATIF GI MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING CONTROL SEPAK BOLA. Oleh I Putu Pranatha NIM

STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA BENGKEL PEMESINAN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya keterampilan intelektual, sosial, dan personal. Menurut

Ellya Rosida Sekolah Dasar Negeri 1 Pijeran Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PERAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS X.A SMA

EFFECT OF CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING WITH FIELD AND LABORATORY EXPERIMENT TO STUDENT S LEARNING ACHIEVEMENT OF X GRADE SMAN 2 YOGYAKARTA

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MODEL EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI DI KABUPATEN BANTUL

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA BAHASA INGGRIS MELALUI BERNYANYI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dapat. tinggi selalu memperbaharui mekanisme dan pola pembelajaran kearah

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR

Ketuntasan Belajar Mahasiswa Kelas Pendidikan Kimia Internasional 2010 Jurusan Kimia FMIPA Unesa pada Mata Kuliah English

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG BAHAN AJAR DENGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI (JURNAL) Oleh : RENI NOVIANTI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK

Transkripsi:

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP PENGGUNAAN BAHASA INGGRIS DI KELAS BILINGUAL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS BERSTATUS RSBI DI BALI Luh Putu Artini Universitas Pendidikan Ganesha, Jl. Achmad Yani No. 67 Singaraja, Bali email: tien_miasa@hotmail.com Abstract: Perception of the teachers and Students Towards the Use of English in Bilingual Senior High School Classes This study aimed at analyzing teachers and students perceptions towards the use of English in the teaching and learning process in bilingual classes in piloted international standard senior high schools in Bali. The number of subject was 100, comprising 4 school principals, 16 teachers and 80 students; utilizing questionnaires, observation and interview. The data which were analyzed descriptively revealed that there was a consistency between teachers and students perceptions about the advantage and effectiveness of the use of English as a media of instruction in the classroom. Abstrak: Persepsi Guru dan Siswa terhadap Penggunaan Bahasa Inggris di Kelas Bilingual di Sekolah Menengah Atas Berstatus RSBI di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris dalam proses belajar mengajar di kelas bilingual di SMA RSBI di Bali. Subjek penelitian adalah 100 orang yang terdiri atas 4 orang kepala sekolah, 16 orang guru, dan 80 orang siswa dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan wawancara. Data yang dianalisis secara deskriptif kualitatif menunjukkan adanya konsistensi persepsi guru dan siswa tentang manfaat dan efektifitas penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas. Kata Kunci: persepsi guru, kelas bilingual, sekolah RSBI, bahasa Inggris Keberadaan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di Indonesia menarik banyak perhatian para peneliti. Program yang diunggulkan sebagai terobosan untuk meningkatkan daya saing SDM Indonesia telah mendapat komentar pro dan kontra dari para akademisi dan masyarakat. Dukungan misalnya datang dari para orang tua siswa yang menganggap RSBI sebagai sebuah program yang prestigious sehingga mereka mendorong putra putri mereka untuk bisa diterima di sekolah yang berstatus RSBI. Akan tetapi beberapa penelitian mengkritisi program RSBI sebagai program yang tidak jelas. Penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran di sekolah sebenarnya merupakan penghambat bagi kemajuan belajar siswa kompas.com (2 Juni, 2010). Berdasarkan pengamatan, penelitian-penelitian di area RSBI selain banyak dilakukan oleh para akademisi juga banyak dilakukan oleh mahasiswa S1 maupun S2 tetapi tidak banyak yang dipublikasikan. Beberapa penelitian misalnya difokuskan pada perbedaan pengelolaan kelas atau motivasi belajar bahasa Inggris siswa di sekolah RSBI dan non-rsbi. Penelitian-penelitian tersebut didasari oleh fenomena adanya diskriminasi di dunia pendidikan. Sekolah berstatus RSBI dideskripsikan sebagai sekolah eksklusif, sedangkan yang non-rsbi sebagai sekolah biasa. Salah satu perbedaan antara sekolah biasa dengan sekolah RSBI adalah bahwa calon siswa RSBI diseleksi secara ketat untuk memastikan intake yang memiliki kecerdasan unggul (yang ditunjukkan oleh kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual) dan berbakat luar biasa (Depdiknas, 2007). Misi penyelenggaraan SBI adalah mewujudkan manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang mampu bersaing dan berkolaborasi secara global (Depdiknas, 2006:4-5). Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada acuan yang jelas ataupun sekolah yang bisa dijadikan model sebuah sekolah bertaraf internasional yang ideal menurut standar Indonesia. Salah satu langkah riil yang selama ini dijadikan sebagai penanda dari sekolah 307

308 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 307-312 bertaraf internasional masih sebatas pada penggunaan bahasa pengantar yang berbeda, yaitu bahasa internasional (bahasa Inggris). Sesungguhnya peran bahasa pengantar dalam konteks pembelajaran formal di kelas sangatlah penting (Martin, 2003). Bahasa yang digunakan tidak saja harus benar sesuai konteks berbahasa penutur asli, tetapi juga harus sesuai dengan tingkat kemampuan berbahasa peserta didik. Dengan kata lain, seorang guru yang mungkin seorang dwibahasawan sejati belum tentu seorang komunikator yang sukses dalam konteks kelas. Apabila guru menggunakan bahasa di luar jangkauan berbahasa peserta didik, sudah tentu pembelajaran bisa dipastikan kurang berhasil karena siswa kurang mampu menangkap pesan atau informasi yang disampaikan oleh gurunya. Demikian juga, apabila guru tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam salah satu bahasa (terutama bahasa Inggris), siswa akan mengalami kebingungan dalam memahami ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh gurunya. Telah dijelaskan di atas bahwa penelitian dalam konteks RSBI di Bali telah banyak dilakukan, tetapi belum ada yang melaporkan tentang apa sebenarnya yang terjadi dalam pikiran guru dan siswa tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas bilingual. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan bahasa asing tersebut di kelas bilingual dan bagaimana efektivitas penggunaan bahasa tersebut dalam pembelajaran Matematika dan Sains (Biologi, Kimia, dan Fisika). Hasil penelitian menggambarkan persepsi guru dan siswa terhadap digunakannya bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, dan seberapa efektif (menurut persepsi mereka) bahasa asing tersebut bisa mengantarkan siswa ke tujuan pembelajaran. Penggunaan bahasa Inggris meliputi bahasa yang dipakai oleh guru maupun siswa dalam interaksi belajar mengajar di kelas. Data tentang penggunaan bahasa meliputi kekerapan penggunaan bahasa Inggris (dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia) serta efektifitas penggunaan bahasa Inggris dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu istilah persepsi didefinisikan sebagai ide atau pendapat guru dan siswa tentang kemampuan berbahasa Inggris mereka dan seberapa besar kemampuan tersebut (dalam bayangan mereka) berperan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Persepsi juga mencakup hasil refleksi diri tentang kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Penelitian ini dianggap penting karena penelitianpenelitian yang bersifat evaluatif terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas bilingual belum secara spesifik meneliti tentang bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris. METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang terfokus pada análisis wacana kelas (classroom discourse analysis), yaitu penggunaan bahasa oleh guru di dalam kelas bilingual. Tujuan analisis wacana adalah untuk mendapatkan frekuensi dan kualitas bahasa Inggris guru-guru mata pelajaran Matematika, Biologi, Kimia, dan Fisika dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas bilingual. Dilihat dari hakikatnya, penelitian ini adalah penelitian evaluasi bidang pendidikan, yaitu upaya untuk mengungkapkan pelaksanaan suatu praktik pendidikan yang ada (yang dalam hal ini adalah pembelajaran bilingual di SMA-RSBI di Bali dalam rangka dapat dilakukan upaya peningkatan mutu dari praktik pendidikan dimaksud (improvement-oriented evaluation). Fokus penelitian adalah penggunan bahasa dalam implementasi pembelajaran bilingual pada SMA RSBI di Bali dan bagaimana persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan bahasa tersebut. Jumlah subjek penelitian adalah sebanyak 100 orang yang terdiri dari 4 orang kepala sekolah, 16 orang guru, dan 80 orang siswa. Empat buah instrumen digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) kuesioner persepsi guru, (2) kuesioner persepsi siswa, (3) alat perekam (audio), dan (4) lembar observasi kelas. Instrumen (1) dan (2) dikembangkan untuk menjaring data persepsi guru dan siswa tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas. Instrument (3) untuk merekam bahasa yang dipakai di kelas agar kekerapan penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia bisa dihitung. Sementara itu, intrumen (5), pedoman wawancara, digunakan untuk menjaring data tambahan untuk mengetahui efektifitas penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dimana penggunaan bahasa disimpulkan dari frekuensi berbahasa Inggris yang dihitung dari kekerapan penggunaan ujaran-ujaran lisan bahasa Inggris dan Indonesia yang digunakan oleh guru selama proses belajar mengajar di kelas. Persepsi guru dan siswa didapatkan melalui perhitungan persentase respon mereka terhadap butir-butir kuesioner, sementara efektivitas penggunaan bahasa Inggris di kelas bilingual didapat melalui triangulasi angket persepsi siswa dan wawancara.

Artini, Persepsi Guru dan Siswa terhadap Penggunaan Bahasa Inggris di Kelas Bilingual di Sekolah Menengah Atas 309 HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Guru tentang Kemampuan Berbahasa Inggris Dari hasil analisis data ditemukan bahwa ratarata guru Matematika, Biologi, Fisika dan Kimia memiliki persepsi positif terhadap penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas bilingual. Artinya, guru percaya bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar akan mampu membekali siswa mereka dengan kemampuan berbahasa Inggris yang bagus di kemudian hari. Analisis terhadap kuesioner persepsi guru menunjukkan bahwa 50% guru merasa memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang cukup dalam menggunakan bahasa Inggris di kelas bilingual dan sebagian lagi merasa tidak yakin jika mereka selalu bisa menggunakan bahasa Inggris di kelas bilingual. Persentase seperti ini juga muncul pada pernyataan yang berhubungan dengan dampak kemampuan berbahasa mereka terhadap pemahaman siswa. Sebanyak 50% guru merasa yakin (dan sisanya tidak yakin) bahwa siswa mereka memahami penjelasan mereka yang menggunakan bahasa Inggris saat mengajar. Data tentang persepsi guru tersebut mengisyaratkan bahwa setelah melaksanakan pembelajaran dengan bahasa Inggris selama bertahun-tahun, masih banyak guru yang belum merasa yakin dengan kemampuan bahasa Inggrisnya. Para guru Matematika dan Sains menyatakan ketidakyakinannya pada beberapa pernyataan di antara 20 pernyataan dalam kuesioner. Sebanyak 75% guru merasa tidak yakin bahwa siswa mereka tidak akan menemukan kesulitan dalam memahami penjelasan dalam bahasa Inggris. Dalam hal kefasihan mereka melafalkan kata-kata bahasa Inggris, 100% guru menyatakan tidak yakin jika mereka mampu melafalkan kata-kata bahasa Inggris dengan baik. Sebanyak 75% dari guru Matematika dan Sains juga merasa tidak yakin bahwa kemampuan bahasa Inggris mereka bisa membuat siswa menjadi segan. Hal ini sejalan dengan data yang menunjukkan bahwa 75% dari guru yang diteliti merasa tidak yakin jika mereka mampu berbahasa Inggris dengan baik dan juga merasa tidak yakin jika kompetensi yang mereka miliki dalam menggunakan bahasa Inggris pada saat mengajar dapat mempengaruhi efektivitas proses belajar mengajar. Di balik ketidakyakinan para guru terhadap kemampuan berbahasa Inggris mereka, semua menyatakan bahwa mereka menggunakan beberapa strategi untuk mengatasi keterbatasan dalam menggunakan bahasa Inggris. Pada saat tiba-tiba tidak tahu suatu kata dalam bahasa Inggris, guru menggunakan strategi yang bervariasi, misalnya (1) mengganti langsung kata-kata bahasa Inggris yang mereka tidak ketahui ke dalam bahasa Indonesia, (2) bertanya kepada siswanya, (3) berbicara pelan-pelan agar siswa mudah untuk mengerti, dan juga (4) mencari kata tersebut di kamus. Selain itu, hampir semua guru menyatakan bahwa mereka selalu mendorong siswa untuk belajar bahasa Inggris dengan lebih baik. Data yang menarik adalah meskipun tidak yakin dengan kemampuan berbahasa Inggris untuk mengajar, mereka tidak pernah merasa ragu dalam menggunakan bahasa Inggris di kelas. Para guru tersebut merasa bahwa keberanian mereka mengajar dengan bahasa Inggris ini mampu memotivasi siswanya untuk mengembangkan bahasa Inggrisnya. Frekuensi Penggunaan Bahasa oleh Guru di Kelas Bilingual Walaupun secara umum guru-guru di kelas bilingual tersebut memiliki persepsi positif tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, masing-masing guru menunjukkan frekuensi penggunaan yang berbeda. Rerata frekuensi penggunaan bahasa di keempat sekolah RSBI yang diteliti bisa dirangkum sebagai berikut: Tabel 1. Rerata Proporsi Penggunaan Bahasa oleh Guru Matematika dan Sains di SMA RSBI dalam Satu Kali Pertemuan No. Subjek Total jumlah ujaran Jumlah ujaran (%) dalam bahasa Inggris Jumlah ujaran (%) dalam bahasa Indonesia Jumlah ujaran (%) kombinasi antara bahasa Indonesia dan Inggris 1. Matematika 508 250 (49,2%) 228 (44,9%) 30 (5,9%) 2. Kimia 718 236 (32,9%) 321 (44,7%) 161 (22,4%) 3. Biologi 716 236 (33%) 387 (54%) 93 (13%) 4. Fisika 850 616 (72,5%) 209 (24,6%) 25 (2,94%) TOTAL 2.792 (100%) 1.338 (47,9%) 1.145 (41%) 309 (11%)

310 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 2, Juni 2010, hlm. 94-100 Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 1 terlihat adanya keseimbangan proporsi penggunaan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia di kelas bilingual dengan besaran frekuensi dari tinggi ke rendah adalah bahasa Inggris (47,9%), bahasa Indonesia (41%), dan campuran kedua bahasa 11%. Data ini menunjukkan bahwa secara umum setiap guru di kelas bilingual berusaha keras untuk menyeimbangkan penggunaan kedua bahasa tersebut. Apabila dilihat dari pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran, guru Fisika memiliki frekuensi penggunaan bahasa Inggris tertinggi yakni 72,5% dan guru Kimia dan Biologi memiliki frekuensi berimbang, yaitu 32,9% dan 33%. Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru umumnya tidak merencanakan sebelumnya proporsi target penggunaan bahasa melainkan berusaha untuk menggunakan bahasa Inggris sebanyak-banyaknya. Ini terbukti dari penggunaan bahasa Inggris yang mendominasi pembelajaran Fisika karena gurunya memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam hal kemampuan berbahasa Inggris. Lain halnya dengan guru Kimia dan Biologi yang menyatakan bahwa mereka tidak yakin bisa berbahasa Inggris dengan baik. Rasa percaya diri yang tidak tinggi ini berpengaruh terhadap frekuensi mereka menggunakan bahasa Inggris di kelas. Data di atas juga menunjukkan adanya kecenderungan bahwa guru Matematika tidak banyak berbicara di kelas. Dari empat sekolah yang direkam, jumlah ujaran yang dihasilkan oleh empat guru Matematika hanya 508. Jadi rata-rata seorang guru matematika berbicara 127 ujaran selama 2x45 menit. Dengan kata lain, guru lebih banyak mengalokasikan waktu bagi siswanya untuk mengerjakan tugas. Sementara itu, satu orang guru Fisika menghasilkan 212,5 ujaran selama 2 jam pelajaran, 159,4 di antaranya dengan bahasa Inggris. Jadi bisa dibayangkan bahwa guru Fisika banyak menggunakan waktunya untuk menjelaskan dalam bahasa Inggris. Persepsi Siswa tentang Pembelajaran Bilingual Respon siswa terhadap kuesioner menggambarkan persepsi mereka terhadap kemampuan berbahasa Inggris guru Matematika dan Sains saat mengajar di kelas, efektivitas penggunaan bahasa asing tersebut serta bagaimana dampak pembelajaran yang menggunakan bahasa Inggris terhadap pencapaian tujuan atau harapan siswa dalam belajar. Terhadap pertanyaan tentang apakah perkataan dan penjelasan guru dalam bahasa Inggris jelas, 49,36% siswa mengatakan bahwa penjelasan guru kurang jelas dan 26.03% mengatakan tidak jelas. Data ini menunjukkan bahwa di mata siswa, guru tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang cukup memadai untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar dalam bahasa Inggris. Hal ini sudah tentu berdampak terhadap pemahaman siswa terhadap konsep yang dijelaskan guru. Bisa dibayangkan pengalaman belajar seperti apa yang dialami siswa apabila penggunaan bahasa Inggris kurang efektif dalam pembelajaran. Siswa kemungkinan mengalami kebingungan dalam memahami konten pembelajaran akibat tidak jelasnya bahasa yang digunakan oleh guru. Dalam merespon pertanyaan yang menanyakan tentang kesulitan siswa dalam memahami penjelasan guru, 57,53% siswa mengatakan bahwa mereka kadang-kadang sulit memahami. Kata kadang-kadang memang relatif, tetapi yang jelas siswa tidak selalu bisa memahami penjelasan guru dengan mudah. Ini berdampak pada kualitas tugas yang dikerjakan siswa. Sebanyak 63,01% siswa menganggap bahwa mereka kadang-kadang kesulitan dalam mengerjakan tugastugas yang diberikan guru mereka. Dari semua pertanyaan yang mengarah pada efektivitas penggunaan bahasa Inggris oleh guru Matematika dan Sains, ada satu poin yang menggembirakan yaitu siswa secara umum merasa tertantang untuk lebih meningkatkan bahasa Inggrisnya. Jawaban 79,45% siswa menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Inggris di kelas bilingual berpengaruh positif terhadap penguasaan bahasa Inggris mereka secara umum. Hal ini sudah tentu perlu penelitian lebih lanjut, apakah peningkatan penguasaan berbahasa Inggris tersebut mencakup semua keterampilan berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, menulis dan membaca. Demikian juga perlu diteliti apakah peningkatan penguasaan bahasa Inggris terjadi akibat bahasa yang digunakan oleh guru atau karena kemampuan mereka memang tinggi dan mereka berusaha belajar sendiri untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris tersebut. Temuan di atas menyisakan beberapa pertanyaan besar tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas bilingual di SMA RSBI di Bali. Siswa di kelas bilingual, sebagaimana telah disebutkan di atas, dipilih secara ketat dengan kriteria yang jelas. Kriteria terpenting adalah kemampuan berbahasa Inggris dan prestasi belajar Matematika dan Sains siswa yang di atas rata-rata. Jadi, sebelum memulai kelas bilingual siswa sebenarnya telah memiliki bekal yang lebih dari cukup untuk mengikuti kelas bilingual. Selain bekal berupa background knowledge atau pengetahuan awal yang kuat dan bahasa Inggris yang bagus, anak-anak yang memang tergolong siswa pintar sudah tentu memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara, siswa SMA RSBI yang diteliti tersebut selalu berusaha untuk mempe-

Artini, Persepsi Guru dan Siswa terhadap Penggunaan Bahasa Inggris di Kelas Bilingual di Sekolah Menengah Atas 311 lajari kembali materi yang mereka dapat di kelas di rumah. Hal ini terutama dilakukan pada saat penjelasan guru di kelas belum atau tidak jelas sebagai akibat kurang bagusnya bahasa Inggris guru. Jadi pertanyaan besar yang dimaksud disini adalah apakah prestasi belajar siswa RSBI diakibatkan oleh kemampuan guru dalam mengajar (dengan bahasa pengantar yang mungkin bermasalah) atau memang karena motivasi siswa untuk belajar memang tinggi, dan apakah peningkatan kemampuan berbahasa Inggris siswa RSBI memang merupakan dampak langsung dari penggunaan bahasa Inggris oleh guru di kelas atau merupakan dampak tidak langsung karena siswa berusaha belajar sendiri di rumah sebagai akibat kurang jelasnya penjelasan guru. Guru memiliki persepsi positif tentang penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas bilingual. Yang dimaksud dengan positif di sini adalah guru percaya bahwa penggunaan bahasa Inggris memiliki dampak terhadap peningkatan kemampuan berbahasa Inggris siswanya di samping peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran Matematika dan Sains. Namun demikian, sebagian guru sejak awal sudah merasa tidak yakin atau tidak percaya diri dengan kemampuan berbahasa Inggris mereka untuk keperluan mengajar. Sebagian besar dari guru tidak yakin kalau siswa mereka tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran yang mereka laksanakan dengan bahasa Inggris. Dengan kata lain, mereka sudah bisa meramalkan bahwa siswa kemungkinan besar akan mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan mereka yang menggunakan bahasa Inggris. Gambaran persepsi guru seperti ini menunjukkan bahwa pembelajaran bilingual di SMA RSBI di Bali berangkat dari ketidakyakinan guru tentang efektivitas pembelajaran karena mereka merasa kurang percaya diri dengan kemampuan berbahasa Inggris mereka. Hal ini bisa dipahami karena dari riwayat pendidikan para guru Matematika dan Sains, mereka tidak memiliki latar belakang bahasa Inggris yang memadai untuk menyelenggarakan pembelajaran dalam bahasa asing tersebut. Frekuensi penggunaan bahasa Inggris guru Matematika dan Sains secara rata-rata kelihatan berimbang. Akan tetapi, rata-rata proporsi penggunaan kedua bahasa memiliki variasi yang besar pada setiap mata pelajaran. Sementara dalam mata pelajaran Matematika, proporsi kelihatan berimbang, pada mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia terjadi kesenjangan yang besar. Guru Fisika menggunakan bahasa Inggris dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi dari penggunaan bahasa Indonesia, guru Kimia dan Biologi menggunakan bahasa Indonesia dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi dari penggunaan bahasa Inggris. Temuan ini menunjukkan bahwa setiap guru memiliki latar belakang kemampuan berbahasa Inggris yang sangat bervariasi. Setiap guru berusaha menggunakan bahasa Inggris semampunya tanpa mempertimbangkan latar belakang teori pembelajaran bilingual yang sesuai dengan tujuan atau target pembelajaran. Berdasarkan analisis data persepsi siswa ditemukan bahwa efektivitas penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran Matematika dan Sains di SMA RSBI di Bali bisa dikategorikan kurang efektif. Temuan ini disimpulkan dari persepsi siswa tentang kejelasan bahasa Inggris yang digunakan guru untuk mengajar yang dinilai masih kurang yang berpotensi menyebabkan kebingungan bagi siswa dalam pemahaman materi. Selain itu, siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas yang dirancang oleh guru karena instruksi yang diberikan kurang jelas. Guru memiliki keterbatasan kemampuan mengungkapkan makna dalam bahasa Inggris yang efektif karena terbatasnya kata-kata bahasa Inggris mereka dan kurangnya kemampuan mengucapkan kata-kata bahasa Inggris dengan tepat. Oleh sebab itu, siswa merasa berkewajiban untuk berusaha sendiri untuk memahami apa yang dimaksud oleh guru dengan cara mempelajari kembali di rumah materi yang mereka dapat di kelas. Temuan penelitian ini mendukung penelitian besar yang sudah dilakukan oleh Coleman (2010) seperti yang dikutip oleh Kompas (2 Juni 2010) tentang RSBI di Indonesia. Penelitian yang memang khusus dilakukan sebagai tindakan evaluasi terhadap program RSBI di Indonesia tersebut menyimpulkan bahwa kemampuan bahasa Inggris para guru yang tergolong sangat terbatas justru menyebabkan kemunduran pencapaian hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang dirangkum dalam sebuah buku berjudul Teaching other Subjects through English in two Asian Countries: Teacher s Response to Globalization menyebutkan bahwa pembelajaran seharusnya dilaksanakan dengan bahasa ibu sehingga siswa merasa nyaman dalam belajar. Ketidakefektifan penggunaan bahasa Inggris di SMA RSBI di Bali, selain disebabkan oleh keterbatasan kemampuan berbahasa Inggris guru, juga disebabkan oleh masih belum jelasnya model pembelajaran bilingual yang diacu. Berdasarkan teori pendidikan bilingual yang dikemukakan oleh Dewaele, dkk. (2003), model kelas bilingual di Indonesia termasuk Certain Curriculum Areas Model, yaitu pembelajaran dengan dua bahasa dimana pengaturan didasarkan pada mata pelajaran. Semestinya menurut model itu, mata pelajaran Matematika dan Sains (Biologi, Fisika dan Kimia) menggunakan bahasa Inggris saja, sedangkan mata pelajaran lain menggunakan bahasa Indonesia. Akan

312 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 307-312 tetapi yang terjadi adalah guru mata pelajaran yang disebut di atas berusaha menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin meskipun mereka sebenarnya tidak yakin dengan kemampuan mengajar dengan bahasa asing tersebut. SIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan adanya kesinkronan antara persepsi guru dan siswa dalam hal penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran Matematika dan Sains di kelas bilingual di SMA RSBI di Bali. Sementara guru merasa kurang percaya diri dalam hal kemampuan berbahasa Inggris, siswa juga merasa bahwa bahasa Inggris guru mereka kurang jelas atau tidak mudah dimengerti. Di satu pihak semua guru percaya akan dampak positif dari penggunaan bahasa Inggris tersebut, tetapi di pihak lain hanya sebagian guru yang memiliki keyakinan dan rasa percaya diri bahwa mereka mampu mengajar dengan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Secara umum ditemukan bahwa frekuensi penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di kelas ternyata berimbang. Temuan ini menunjukkan bahwa walaupun guru-guru Matematika dan Sains berangkat dari kemampuan dan rasa percaya diri yang kurang memadai dalam hal mengampu mata pelajaran dalam bahasa Inggris, mereka berusaha untuk menggunakan bahasa tersebut sebaik dan sesering mungkin. Konsekuensinya adalah bahwa bahasa yang mereka gunakan menimbulkan kebingungan pada siswa karena tidak jelas, baik dari segi penggunaan kata maupun pengucapannya. Data menunjukkan bahwa banyak guru masih mengalami masalah dengan kemampuan berbahasa Inggris yang memadai untuk mengampu kelas bilingual. Hal ini tentu harus mendapat perhatian yang serius karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kualitas bahasa pengantar sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di kelas bilingual di SMA RSBI di Bali kurang efektif mengantarkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dibuktikan oleh temuan bahwa sebagian terbesar dari siswa merasa bahwa penjelasan guru dalam bahasa Inggris kurang jelas. Sebagai dampaknya mereka mengalami kesulitan dalam memahami penjelasan guru dan juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas. Bagi sebagian besar siswa, penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tidak istimewa terbukti dari persepsi dari pernyataan sebagian besar dari mereka yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan bahasa Inggris biasa saja. Dengan demikian, secara umum bisa disimpulkan bahwa pembelajaran Matematika dan Sains di kelas bilingual di SMA RSBI di Bali memerlukan suatu kajian yang lebih mendalam dalam hal model pembelajaran bilingual yang sesuai, proporsi penggunaan bahasa yang ideal, dan strategi peningkatan kualitas atau profisiensi berbahasa Inggris guru yang efektif. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2007. Panduan Penyelenggaraan Rintisan SMA Bertaraf Internasional. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Depdiknas. 2006. Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Dewaele, J.M., Alex Housen & Li Wei 2003 (eds) Bilingualism: Beyond Basic Principles. Sydney: Multilingual Matters Ltd. Kompas.com 2 Juni 2010. Penelitian RSBI: Bahasa Inggris bisa Hambat Kemajuan (http://www. Klubguru.com) diakses tanggal 9 Oktober 2010. Martin, P. 2003. Bilingual Encounters in the Classroom. dalam Dewaele, J.M., Alex Housen & Li Wei (eds). Bilingualism: Beyond Basic Principles. Sydney: Multilingual Matters Ltd.