Additional Intraocular Surgery after Pediatric Cataract Surgery

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAFAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS EMETROP DAN MIOPIA DERAJAT TINGGI DI RSUD DR.

AKURASI KEKUATAN LENSA INTRAOKULER PADA PASIEN MIOPIA AKSIAL MENGGUNAKAN ALAT OPTICAL BIOMETRY

KEAKURATAN TAJAM PENGLIHATAN HASIL BIOMETRI DENGAN HASIL KOREKSI KACAMATA BERDASARKAN AXIAL LENGTH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN TEKANAN INTRAOKULAR PRA DAN PASCAOPERASI KATARAK PADA PASIEN GLAUKOMA AKIBAT KATARAK DI RSUD DR MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

Perbedaan Tajam Penglihatan Pra dan Pasca Bedah Katarak dengan Uveitis

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI ANTARA PASIEN KATARAK SENILIS TANPA MIOPIA DENGAN MIOPIA DERAJAT TINGGI

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

Katarak Pediatrik: Profil Klinik dan Faktor Determinan Hasil Terapi. Pediatric Cataract: Clinical Profile and Outcomes Determinant

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berbagai kegiatan. Apabila mata menderita kelainan atau gangguan seperti low vision

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

PERBANDINGAN LAMA RAWAT INAP ANTARA PASIEN FRAKTUR TERBUKA GRADE III DALAM FASE GOLDEN PERIOD DENGAN OVER GOLDEN PERIOD SKRIPSI

PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA TERAPI TIMOLOL MALEAT DAN DORSOLAMID PASIEN GLAUKOMA. Jurnal Media Medika Muda

UNIVERSITAS UDAYANA MADE INTAN SHANTIVANI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lahir (Ilyas S, 2006). Orang tua akan menyadari untuk pertama kali dengan

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

The Incident of Postoperation Complication with Phacoemulsification at PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penglihatan, terlebih jika melibatkan fovea. Beberapa survei epidemiologi

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan Melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

PERBEDAAN SATURASI OKSIGEN AWAL MASUK TERHADAP LUARAN PNEUMONIA PADA ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Perbandingan Komplikasi Glaukoma Sekunder antara Pasien Post Operasi Tunggal dan Kombinasi Vitrektomi - Sklera Bukle

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif analitik dengan melihat

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN KANKER PAYUDARA DAN PENANGANANNYA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE JANUARI 2010 DESEMBER 2012

Reimplantasi Lensa Setelah Komplikasi Operasi Katarak

Comparison of corneal endothelial cells loss after phacoemulsification between soft shell and adaptive viscoelastic ORIGINAL ARTICLE

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW

MELLITUS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA NUNGKI RUSYDIANA PURNANINGRUM

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULER PADA LASER IRIDOTOMI DENGAN POWER KURANG DARI 700mW DAN LEBIH DARI 700mW

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN MIOPIA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

ABSTRAK PROPORSI DAN KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK PADA RUMAH SAKIT MATA BALI MANDARA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

HUBUNGAN ANTARA RISIKO TERJADINYA KATARAK SEKUNDER DENGAN BERBAGAI TEKNIK OPERASI KATARAK DI RSUD dr.saiful ANWAR MALANG PERIODE JANUARI DESEMBER 2008

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Katarak adalah keadaan terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN OPERASI SESAR DENGAN RIWAYAT BEKAS SESAR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PADA TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014

PERBEDAAN EKSPRESI VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR (VEGF) PADA RETINOBLASTOMA STADIUM KLINIS INTRAOKULAR DAN INVASI LOKAL.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PEMAKAIAN LENSA KONTAK PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010, 2011 DAN 2012

KARAKTERISTIK PENYAKIT HERNIA INGUINALIS PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN PERIODE

Correlation between Axial Length with Central Corneal Thickness and Degree of Myopia

PERBEDAAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PADA PENDERITA RINOSINUSITIS KRONIS SETELAH DILAKUKAN BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL DENGAN ADJUVAN

ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009

ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN DI RSUD KARANGANYAR

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

KARAKTERISTIK PENDERITA RETINOPATI HIPERTENSI YANG DATANG BEROBAT KE POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2012-MEI 2013.

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

SKRIPSI PROFIL KATARAK SENILE PRE-OPERATIF DI RUMAH SAKIT PHC SURABAYA PERIODE BULAN NOVEMBER 2014 SAMPAI DENGAN APRIL 2015

PERBEDAAN PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN KASA KERING DENGAN LAMA PELEPASAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

EVALUASI PERDARAHAN 24 JAM PASCA HEMOROIDEKTOMI

Abstrak Kata kunci: Retinopati Diabetik, Laser Fotokoagulasi, Injeksi Intravitreal Anti VEGF.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

PENGARUH INTERVENSI MUSIK KLASIK MOZART DIBANDING MUSIK INSTRUMENTAL POP TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DENTAL PASIEN ODONTEKTOMI

ABSTRAK. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

KELAINAN REFRAKSI PADA ANAK DI BLU RSU PROF. Dr. R.D. KANDOU

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

PENGARUH REAKSI IMUNISASI DPT/HB TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PELAKSANAAN IMUNISASI DPT/HB DI KOTA SEMARANG

Characteristics and Management of Pediatric Ocular Trauma

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

Tugas Akhir. Disusun oleh: PIPIT PUDJO YANANTO NIM.S PEMBIMBING. Dr. PAMUDJI UTOMO, SpOT, Dr. ISMAIL MARYANTO, SpOT

EFEKTIFITAS PELATIHAN PATIENT SAFETY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BIDAN DI RAWAT INAP PUSKESMAS TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

Farah Penatalaksanaan Katarak Kongenital pada Anak Perempuan Usia 4 Tahun yang Terinfeksi Rubella

ARTIKEL KARYA ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI KELAINAN REFRAKSI DI POLIKLINIK MATA RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN Oleh: ZAMILAH ASRUL

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL TAHUN 2011

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK. Kata kunci: Preeklampsia

I KOMANG AGUS SETIAWAN

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

Transkripsi:

294 Original Article Additional Intraocular Surgery after Pediatric Cataract Surgery Mario R Papilaya, Feti K Memed, Andrew M Knoch Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Padjadjaran University Cicendo National Eye Hospital, Bandung, West Java ABSTRACT Background: Advances in pediatric cataract surgery have led to decrease in complication rates, nevertheless additional intraocular surgery (AIS) often still required after pediatric cataract surgery to maximize the outcome. This study aims to review the clinical characteristic of children who underwent AIS in National Eye Center Cicendo Eye Hospital Method: Patient medical records were reviewed retrospectively. Patients then divided into two groups depending on type of AIS. Group A were the children who underwent secondary intraocular lens (IOL) implantation and group B were the children who underwent surgery to repair visual axis opacity. Result: There were 24 eyes in group A and 16 eyes in group B. Mean age at cataract surgery in group A and B were 14.7 and 41.14 months, mean age at AIS in group A and B were 73.8 and 100.3 months, mean time length were 59.6 and 57.6 months in group A and B. Patient in group A had better visual outcome compared to group B. 68.75 % eyes in group B were pseudophakic. Conclusion: Patient in group A had a younger age compared to group B, mean length time between surgery were similar in both group. Patient in group A had better BCVA compared to group B with most of the patients who need VAO surgery were pseudophakic. Keywords: Additional intraocualar surgery, pediatric cataract, secondary IOL Katarak anak dengan angka kejadian 5-20% merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada anak yang dapat dicegah. Waktu untuk dilakukan operasi dan pemilihan teknik operasi yang tepat, mempengaruhi dalam perkembangan dan rehabilitasi visual dari anak tersebut. Pasca operasi katarak anak, dapat terjadi komplikasi seperti posterior capsule opaciication (PCO), membran pupil, atau IOL pupilary capture. Komplikasi pasca operasi dan operasi tambahan dikatakan lebih sering terjadi pada pasien yang dilakukan pemasangan lensa intraokular (LIO) primer, sehingga kapan sebaiknya dilakukan pemasangan LIO pada operasi katarak anak masih banyak menjadi perdebatan. Operasi tambahan dibutuhkan untuk menghilangkan kekeruhan pada visual aksis dan atau pada anak afakia berupa penanaman LIO sekunder. 1-3 Penelitian yang membahas tentang pemasangan LIO sekunder dan komplikasi pasca operasi katarak cukup banyak dilakukan, tetapi tidak banyak yang melihat secara khusus tentang operasi tambahan berupa penanaman LIO sekunder atau operasi tambahan akibat kekeruhan pada aksis visual.

295 Penelitian observasional ini bertujuan untuk melihat karakteristik dari pasien anak yang pernah menjalani operasi katarak dan yang kemudian menjalani operasi tambahan di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo periode Maret 2012 sampai Februari 2013. MATERI DAN METODE Data dikumpulkan dari rekam medis 27 pasien anak yang pernah menjalani operasi katarak dan yang kemudian menjalani operasi tambahan di Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo periode Maret 2012 sampai Februari 2013. Data dilihat secara retrospektif dan dilakukan pengambilan data jenis kelamin, usia saat dilakukan operasi pertama dan kedua, jarak antara operasi pertama dan kedua, tempat operasi awal, lateralitas, tajam penglihatan sebelum dan sesudah operasi tambahan, panjang sumbu bola mata, kekuatan kornea, dan diameter kornea. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua anak yang pernah menjalani operasi katarak sebelumnya dan kemudian menjalani operasi tambahan di PMN RSMC. Pasien yang dilakukan operasi tambahan akibat katarak traumatika dan afakik/pseudofakik glaukoma tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Operasi tambahan yang dimasukan dalam penelitian ini adalah operasi berupa penanaman LIO sekunder dan operasi membuka visual aksis berupa membranektomi, sinekiolisis, pupiloplasti atau kombinasinya. Sampel pada penelitian ini akan dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan jenis operasi tambahan yang dilakukan yaitu kelompok yang dilakukan penanaman LIO sekunder (Kelompok A) dan kelompok yang dilakukan operasi berupa membranektomi, sinekiolisis, pupiloplasti atau kombinasinya (Kelompok B). Pengukuran panjang sumbu bola mata dilakukan dengan menggunakan A Scan Ultrasound Biometry (Tomey co.ltd, Japan). Pemeriksaan kekuatan kornea dilakukan di kamar operasi dalam anestesi umum dan posisi supinasi dengan automatic hand-held keratometer KM-500 (Nidek co.ltd,japan). Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Windows Microsoft Excel dan SPSS 16.0. HASIL Tabel 1 memperlihatkan data karakteristik dari pasien anak yang menjalani operasi tambahan di PMN RSMC. Terdapat 27 pasien anak dengan 40 mata yang dioperasi, pada kelompok A sebanyak 24 mata dan kelompok B sebanyak 16 mata. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan pada kelompok A dilakukan operasi tambahan lebih banyak pada perempuan (58,63%) dibandingkan laki-laki (41,6%), sedangkan sebaliknya pada kelompok B didapatkan pada lakilaki (56,25%) lebih banyak dibandingkan perempuan (43,25%), tetapi tidak didapatkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok (p=0,365). Didapatkan rerata usia saat dilakukan operasi awal di kelompok A lebih muda dibandingkan kelompok B yaitu 14,7 bulan pada kelompok A dibanding 41,1 bulan pada kelompok B, dimana perbedaan tersebut ditemukan bermakna secara statistik (p=0,01). Rerata jarak antara operasi awal dan tambahan antara kedua kelompok didapatkan tidak jauh berbeda yaitu 59,6 bulan pada kelompok A dan 57,6 bulan pada kelompok B (p=0,709). Tabel 1 juga menunjukan tempat dilakukan operasi awal dan lateralitas mata pada kedua kelompok. Didapatkan 95,83% operasi awal pada kelompok A dilakukan di PMN RSMC, sedangkan pada kelompok B didapatkan operasi awal lebih banyak dilakukan di luar PMN RSMC (62,5%). Tempat operasi awal dan lateralitas pada kedua kelompok tersebut ditemukan berbeda bermakna secara statistik (p=0,008 dan p=0,002). Variabel terakhir yang dapat kita lihat pada tabel 1 adalah operasi tambahan untuk membuka visual aksis lebih banyak dilakukan pada pasien dengan pseudofakia (68,75%) dibandingkan pasien afakia (31,25%). Perbandingan tajam penglihatan, panjang aksial bola mata, diameter kornea dan kekuatan kornea diperlihatkan pada tabel 2. Tajam penglihatan dengan koreksi terbaik sebelum operasi pada kelompok A didapatkan 13 mata (54,16%) mempunyai tajam penglihatan 6/18, sebaliknya pada kelompok B 11 mata (68,75%) mempunyai tajam penglihatan <3/60. Hasil yang tidak jauh berbeda juga didapatkan

296 pada tajam penglihatan pasca operasi, yaitu 11 mata (45,83%) mempunyai tajam penglihatan 6/18 pada kelompok A dan sebaliknya pada kelompok B yang terbanyak yaitu 10 mata (62,5%) mempunyai tajam penglihatan <3/60. Ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik pada tajam penglihatan sebelum dilakukan operasi awal pada kedua kelompok (p=0,002). Rerata panjang aksial bola mata pada kelompok A didapatkan lebih panjang dibanding pada kelompok B, sedangkan diameter kornea pada kelompok A sebesar 11,05 mm didapatkan lebih kecil dibanding kelompok B (11,45 mm), demikian juga kekuatan kornea pada kelompok A sebesar 44,77 D didapatkan sedikit lebih kecil bila dibandingkan dengan kelompok B (44,82). Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara statistik pada ketiga variabel tersebut. Table 1. Data karakteristik pasien yang menjalani operasi tambahan di PMN RSMC Karakteristik Jenis kelamin Laki-laki (%) Perempuan (%) Kelompok A (n=24) 10 (41,6%) 14 (58,3%) Kelompok B (n=16) 9 (56,25%) 7 (43,75%) *Nilai P 0,365 didapatkan pada Infant Aphakia Treatment Study 2 (IATS) yang menemukan sebanyak 49 mata yang memerlukan operasi tambahan dalam 1 tahun setelah dilakukan operasi katarak, studi oleh Kassar dkk 4 mendapatkan dari 43 mata yang dioperasi katarak, 14 diantaranya memerlukan operasi tambahan sedangkan studi lain oleh Lim dkk 5 yang melihat secara retrospektif selama 10 tahun mendapatkan dari 828 mata yang dioperasi 102 diantaranya memerlukan operasi tambahan. Studi-studi sebelumnya yang meneliti tentang pemasangan LIO sekunder, menyarankan pemasangan LIO primer dilakukan pada anak dengan usia diatas 2 tahun, pada anak dengan usia dibawah 2 tahun pemasangan LIO primer masih merupakan hal yang masih menjadi perdebatan mengingat kejadian PCO dan reaksi peradangan uvea yang tinggi. 6-9 Studi ini menunjukan hasil yang sejalan dengan studi-studi tersebut dimana pada kelompok A yang tidak dilakukan pemasangan LIO primer didapatkan rerata usia usia 14.7 bulan, sedangkan pada kelompok B yang dilakukan penanaman LIO pada 11 mata (68,75%) pada operasi awal, mempunyai rerata usia 41,14 bulan (SD 33,5 bulan). Mean usia (bulan) Operasi awal Operasi tambahan Mean (bulan) jarak operasi awal dan tambahan 14,7 (13,0) 73,8 (37,8) 59,6 (31,7) 41,14 (33,5) 100,3 (39,5) 57,6 (42,6) 0,01 0,056 0,709 Table 2. Perbandingan data klinis kedua jenis operasi tambahan Karakteristik BCVA Pre-Op (%) 6/18 <6/18 - >3/60 <3/60 Kelompok A (n=24) 13 (54,16%) 6 (25%) 5 (20,83%) Kelompok B (n=16) 1 (6,25%) 11 (68,75%) *Nilai P 0,002 Tempat operasi awal (%) Cicendo Luar Cicendo Lateralias Unilateral Bilateral 23 (95,83%) 1 (4,16%) 2 (8,4%) 22 (91,6%) 6 (37,5%) 10 (62,5%) 12 (75%) 0,008 0,002 BCVA Post-Op (%) 6/18 <6/18 - >3/60 <3/60 Mean panjang aksial bola mata 11 (45,83%) 9 (37,5%) 4 (16,6%) 22,32 (1,73) 2 (12,5%) 10 (62,5%) 21,91 (2,32) 0,12 0,73 Afakia/pseudofakia Afakia Pseudofakia 24 (100%) - 5 (31,25%) 11 (68,75%) *Mann-Whitney & Fisher Exact test, nilai p<0,05 (signiikan) DISKUSI Penelitian ini mendapatkan dalam periode 1 tahun dilakukan operasi tambahan pada 40 mata, jumlah mata yang hampir sama juga Diameter kornea 11,08 (0,88) 11,45 (0,4) 0,19 Kekuatan kornea 44,77 (2,17) 44,82 (2,31) 0,967 *Mann-Whitney & Fisher Exact test, nilai p<0,05 (signiikan) Rerata usia saat dilakukan penanaman LIO sekunder pada penelitian ini yaitu 73,8 bulan (SD 37,8 bulan), hampir sama bila dibandingakan dengan studi oleh Shenoy dkk 10 yang mendapatkan

297 rerata usia 72,9 bulan, sedangkan 2 studi lain oleh Trivedi dkk 3 dan Wilson dkk 11 mendapatkan hasil masing-masing sebesar 57,6 bulan dan 93,6 bulan bulan saat dilakukan penanaman LIO sekunder. Studi-studi diatas yang meneliti tentang penanaman LIO sekunder tidak ada yang secara khusus membahas kapan sebaiknya dilakukan penanaman LIO sekunder, tetapi dikatakan indikasi untuk dilakukan penanaman LIO sekunder adalah apabila kepatuhan pasien dalam menggunakan koreksi afakia dengan kaca mata atau lensa kontak tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. 3,9,11 Rerata usia saat dilakukan operasi tambahan untuk membuka aksis visual pada penelitian ini didapatkan sebesar 100,3 bulan, belum banyak penelitian yang secara khusus membahas tentang operasi tambahan untuk membuka aksis visual sehingga sulit untuk membandingkan hasil pada kelompok B dengan penelitian lain. Kekeruhan pada visual aksis akibat PCO mempunyai insidensi yang lebih tinggi pada pasien anak dibanding dewasa, studi-studi melaporkan angka kejadian berkisar dari 44-100%. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian PCO diantaranya adalah usia pasien saat dioperasi, manajemen dari kapsul posterior dan vitreous anterior, maupun pemilihan jenis dan desain LIO apabila akan dipasang LIO primer. 11,12 Studi-studi sebelumnya mendapat-kan pada pasien yang dilakukan pemasangan LIO primer didapatkan lebih sering untuk dilakukan operasi tambahan dibandingkan yang dibiarkan afakia terlebih dahulu. IATS mendapatkan 79% (34 dari 43 pasien) yang dipasang LIO primer memerlukan operasi tambahan untuk menghilangkan kekeruhan visual aksis sedangkan pada pasien afakia didapatkan 54% (6 dari 11 pasien) yang memerlukan operasi tambahan tersebut. 2,4 Penelitian ini mendapatkan hasil yang serupa dimana didapatkan dari 16 pasien yang memerlukan operasi tambahan untuk membuka aksis visual, sebanyak 11 mata (68.75%) diantaranya merupakan pasien yang dipasang LIO pada operasi awal. Hasil yang didapatkan tersebut terjadi karena kapsul posterior yang biasanya dibiarkan intak apabila dilakukan pemasangan LIO dan anterior vitrektomi akan lebih sulit untuk dilakukan apabila dilakukan pemasangan LIO dimana kedua hal tersebut dikatakan akan mengakibatkan PCO lebih cepat terjadi. 2,13,14 Tajam penglihatan pada kelompok A sebagian besar mempunyai tajam penglihatan lebih baik dari 3/60, baik sebelum dan sesudah operasi, berbanding terbalik dengan kelompok B dimana didapatkan tajam penglihatan <3/60 pada lebih dari 60% mata yang dioperasi. Secara statistik didapatkan perbedaan yang bermakna pada tajam penglihatan sebelum operasi (p=0.002). Buruknya tajam penglihatan akhir pada kelompok B kemungkinan diakibatkan oleh telah tertutupnya visual aksis yang cukup lama sehingga telah tejadi ambliopia yang berat, dan perlu diingat juga bahwa sebagian besar (62.5%) dari kelompok B tersebut dilakukan operasi awal di luar PMN RSMC, dimana kemungkinan fasilitas yang ada tidak selengkap fasilitas di rumah sakit tersier atau rumah sakit khusus mata seperti rumah sakit kami, sehingga kemungkinan komplikasi pasca operasi dapat lebih sering terjadi. Tabel 3 memperlihatkan perbandingan diameter kornea, panjang aksial, kekuatan kornea dan tajam penglihatan dari kedua kelompok. Didapatkan rerata diameter kornea yang lebih besar dan kekuatan kornea yang lebih besar pada kelompok B, sedangkan panjang aksial didapatkan lebih panjang pada kelompok A, akan tetapi tidak didapatkan perbedaan yang signiikan secara statistik pada ketiga variabel tersebut. Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah kurangnya data tentang operasi awal pada pasien yang dilakukan operasi di luar PMN RSMC, jumlah sampel yang sedikit dan pengambilan data yang dilakukan secara retrospektif REFERENCES 1. Vasavada AR, Nihalani BR. Pediatric Cataract Surgery. Curr Opinion Opthalmol 2006; 17:54-61 2. Plager DA, Lynn MJ, Buckley MD. Complication, Adverse Events and Additional Intraocular Surgery 1 Year after Cataract Surgery in the Infant Aphakia Treatment Study. Ophthalmology 2011; 118:2330-2334 3. Trivedi RH, Wilson ME, Facciani J. Secondary Intraocular Lens Implantation for Pediatric Aphakia. J AAPOS 2005;9:346-352 4. Kassar RB, Rozalien JL, Castano MA. Long-term follow up of the corneal endothelium after pediatric cataract surgery. Cornea 2012;31:529-532

298 5. Lim Z, Rubab S, Chan YH. Management and Outcomes of Cataract in Children: The Toronto Experience. J AAPOS 2012;16:249-254 6. Infant Aphakia Treatment Study Group. A randomized clinical trial comparing contact lens with intraocular lens correction of monocular aphakia during infancy: grating acuity and adverse events at age 1 year. Arch Ophthalmol. 2010; 128:810 8 7. Sharma N, Pushker N, Dada T. Complication of Pediatric Cataract Surgery and Intraocular Lens Implantation. J Cataract Refractive Surgery 2007; 25:1585-1588 8. Kim HD, Kim HJ, Kim SJ. Long Term Results of Bilateral Congenital Cataract Treated with early Cataract Surgery, Aphakic Glasses and Secondary IOL implantation. Acta Opthalmol 2012: 90:231-236 9. Bartholomew LR, Trivedi RH, Wilson ME. Pediatric Cataract Surgery and Intraocular Lens Implantation practice styles and preferences. J Cataract Refract Surg 2003;29:1811-1820 10. Shenoy HB, Mittal V, Gupta A. Refractive Outcome and Prediction Error following secondary intraocular lens implantation in children : a decade long analysis. Br J Opthalmol 2013;0:1-4 11. Wilson ME, Hafez GA, Trivedi RH. Secondary in the bag intraocular implantation in children who have been aphakic since early infancy. J AAPOS 2011;15:162-166 12. Vasavada AR, Praveen MR, Tassignon MJ. Posterior capsule management in congenital cataract surgery. J Cataract Refract Surg 2011;37:173-193 13. Awasthi N, Guo S, Wagner J. Posterior capsule opaciication : a problem reduced but not yet eradicated. Arch Opthalmol 2009; 127:555-562 14. Guo S, Wagner RS, Caputo A. Management of the anterior and posterior lens capsules and vitreous in pediatric cataract surgery. J Ped and Strabismus 2004;41:330-337