PENGENDALIAN PROSES PENGERASAN BAJA DENGAN METODA QUENCHING

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Ahmad Multazam Dosen Tetap Fakultas Teknik UNTB

PROSES THERMAL LOGAM

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENAHANAN SUHU STABIL TERHADAP KEKERASAN LOGAM

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. mengalami pembebanan yang terus berulang. Akibatnya suatu poros sering

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN BAJA KARBON RENDAH DENGAN METODE FLAME HARDENING WAKTU TAHAN 30 MENIT 1 JAM DAN 1 ½ JAM

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

ANALISIS PENGARUH TEMPERING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

ANALISIS PENINGKATAN KEKERASAN BAJA AMUTIT MENGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DROMUS

PRAKTIKUM METALURGI FISIK LAPORAN AKHIR

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

PENGARUH DRUMUS OIL SEBAGAI MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENINGKATAN KEKERASAN DAN TRANFORMASI FASA PADA PROSES PENGERASAN BAJA AMUTIT

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045

LAPORAN PRESENTASI TENTANG DIAGRAM TTT. Oleh: RICKY RISMAWAN : DADAN SYAEHUDIN :022834

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

ARANG KAYU JATI DAN ARANG CANGKANG KELAPA DENGAN AUSTEMPERING

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

HARDENABILITY. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU PENAHANAN SUHU STABIL (HOLDING TIME) TERHADAP KEKERASAN LOGAM

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

27 Andreas Reky Kurnia Widhi; Pengaruh Perubahan Temperatur Pada Proses Quenching Partitioning Terhadap Mikrostruktur Dan Kekerasan Baja JIS SKD 11

Pengaruh Heat Treatment Dengan Variasi Media Quenching Air Garam dan Oli Terhadap Struktur Mikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

PENGARUH VARIASI SUHU PADA PROSES SELF TEMPERING DAN VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA AISI 4140

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

Karakterisrik Mekanik Proses Hardening Baja Aisi 1045 Media Quenching Untuk Aplikasi Sprochet Rantai

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ANALISA QUENCHING PADA BAJA KARBON RENDAH DENGAN MEDIA SOLAR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

PEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

11-12 : PERLAKUAN PANAS

STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

Perlakuan panas (Heat Treatment)

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

BAB I PENDAHULUAN. pisau egrek masalah yang sering dijumpai yaitu umur yang singkat yang. mengakibatkan cepat patah dan mata pisau yang cepat habis.

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Logam Ferro

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN HEAT TREATMENT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN MINYAK PELUMAS SAE 40 PADA PROSES QUENCHING DAN TEMPERING TERHADAP KETANGGUHAN BAJA KARBON RENDAH

Jurusan Teknik Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan logam pada jenis besi adalah material yang sering digunakan dalam

PENGARUH VISKOSITAS OLI SEBAGAI CAIRAN PENDINGIN TERHADAP SIFAT MEKANIS PADA PROSES QUENCHING BAJA ST 60

Transkripsi:

PENGENDALIAN PROSES PENGERASAN BAJA DENGAN METODA QUENCHING Karmin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211 E-mail: karmin @ polsri.ac.id RINGKASAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kekerasan, ketahanan aus dan kekuatan baja dapat dilakukan dengan proses pengerasan termal, pada proses ini baja mengalami beberapa tahap proses yaitu: pemanasan awal, pemanasan lanjut, penahanan waktu pada suhu stabil, dan pendinginan. Kekerasan yang dapat dicapai tergantung pada kadar karbon dalam logam baja dan unsur lainya dalam baja, temperatur pemanasan, holding time dan laju pendinginan yang dilakukan saat proses laku panas. Perlu dipahami pada proses pengerasan baja, bahan yang diproses rentan akan kejadian yang tidak kita inginkan, seperti distorsi, reatak ataupun tidak tercapainya kekerasan yang kita inginkan. Untuk menanggulangi hal ini perlu dilakukan perencanaan dan pengendalian yang benar, baik dari segi teoritis maupun pelaksanaan praktek dalam proses pengerasan. Kata kunci: Fre-heting, Final heating, Holding Time, Quenching PENDAHULUAN Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi manufaktur dan kebutuhan akan material dengan berbagai bentuk, kekutan dan kekerasan maka bemunculan pula ilmuilmu yang dapat menjawab tantangan yang muncul. Baja merupakan salah satu material yang mampu memenuhi sebagian dari kebutuhan manufaktur yang sifatnya dapat direkayasa sesuai dengan kemampuan dari baja tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan terhadap baja tersebut adalah meningkatkan kekerasanya dengan metoda pengerasan quenching yang sudah cukup lama dikenal dalam teknologi material. Proses peningkatan kekerasan yang dimaksudkan tidaklah semudah apa yang akan kita bayangkan, dalam kenyataan operasionalnya tentu banyak yang perlu dipertimbangkan dengan baik untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk mencapai hasil yang optimal perlulah melakukan tindakan yang tepat untuk mendukung pelaksanaan proses tersebut. Dengan adanya kemungkinankemungkinan yang dapat menghambat tercapaiya tujuan dalam melakukan pengerasan baja dengan quenching, dalam tulisan ini memberikan penjelasan tentang hal tersebut. Perumusan Masalah Dalam upaya peningkatan kekerasan baja yang efektif dengan metoda quenchingyang, memerlukan banyak informasi teoritis dan praktis yang terkait baik terhafap pencapaian kekerasan maupun menghindari kegagalan produk. Pada tulisan ini hanya membahas prihal apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam merencanakan bentuk produk dan pelaksanaan/ proses pengerasan baja. Dalam tulisan ini tidak akan dibahas masalah inspeksi hasil dari heat-treatment tersebut. Informasi yang disampaikan pada tulisan ini mengacu pada literatur yang kumpulkan dari buku-buku teks, jurnal dan penelitian yang berhubungan dengan permasahan sehingga dapat dituangkan dalam bentuk tulisan ini. 17

Tujuan Maksud dan tujuan penulisan ini adalah memberikan pengetahuan untuk dijadikan pertimbangan dalam merancang produk baja yang akan dilakukan pengerasan metoda quenching sehingga prosesnya menjadi efektif dan efisien dengan hasil maksimal. TINJAUAN PUSTAKA Baja Baja adalah material yang unsur utamanya mayoritas adalah besi ( Fe ). Secara umum baja mempunyai komposisi lebih dari 90% adalah besi. Semua baja mengandung suatu unsur kedua yaitu karbon. Banyak unsur-unsur lain yang sengaja ditambahkan sebagai paduan dalam baja untuk mendapatkan sifat yang baru, tetapi karbon satu-satunya unsur yang ada dalam semua baja yang tak pernah tertinggalkan. Prosentase karbon didalam baja berkisar 0 2 % tetapi dipasaran kebanyakan baja mempunyai antara 0,15 1 % C. Baja salah satu material yang penggunaannya paling luas, hal ini mengingat baja mempunyai kekuatan tinggi, mampu dimesin dengan baik, mudah dibentuk, mudah diperoleh dipasaran dan harganya lebih murah dibandingkan material lain yang mempunyai sifat fisis serupa. Sifat baja tergangtung dengan unsur yang ada dialamnya, disamping itu pula beberapa baja jenis tertentu sifatnya dapat diubah melalui proses perlakuan panas. Ada banyak kategori dan jenis baja yang berbeda seperti ditampilkan pada Gambar 1, namun secara umumnya baja digolongkan menjadi dua yaitu baja karbon (Carbon steel) dan baja paduan (alloy steel). Gambar 1. Skema pengelompokan baja, [2] Kekerasan Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan suatu material (benda kerja) terhadap penetrasi/daya tembus dari bahan lain yang kebih keras (penetrator). Kekerasan merupakan suatu sifat dari bahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh unsur-unsur paduannya dan kekerasan suatu bahan tersebut dapat pula berubah bila dikerjakan dengan cold working seperti pengerolan, penarikan dan lain-lain. Disamping itu kekerasan baja dapat dicapai sesuai kebutuhan dengan perlakuan panas tentunya sesuai dengan kemampuan baja tersebut untuk dikeraskan ( hardenability ). Perlakuan Panas Perlakuan panas atau Heat-treatment dapat didifinisikan suatu kombinasi proses pemanasan dan pendinginan logam/ paduanya dalam keadaan padat secara terkontrol. Tujuannya adalah mempersiapkan material logam sebagai produk setengah jadi agar layak diproses lanjut untuk meningkatkan umur pakai material logam sebagai produk jadi. Pertimbangan lain, dengan biaya perlakuan panas yang relatif rendah, umur pemakaiann komponen akan lebih lama. Secara umum, proses perlakuan panas adalah sebagai berikut : Memanaskan logam / paduannya sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu, (Heating-temperature). Mempertahankan pada temp. pemanasan tesebut dalam waktu / tempo tertentu, (Holding time). Mendinginkan dengan media pendingin dan laju tertentu. 18

Proses ini dapat pula di tunjukan melalui diagram temperatur VS waktu seperti seperti gambar 2. SUHU Waktu Gambar 2 Prinsif Perlakuan Panas Temp. VS Waktu Ketiga kondisi proses diatas tergantung dari sifat yang ingin dicapai. Selama pemanasan dan pendinginan diharapkan didalam logam terjadi perubahan struktur mikro yang pada akhirnya akan diperoleh sifat baru yang kita inginkan. Perlu kita ketahui bahwa struktur mikro yang terjadi pada akhir proses perlakuan panas dipengaruhi oleh : - Komposisi unsur dalam material dan hardenability. - Proses perlakuan panas yang dilakukan pada bahan. - Struktur/ kondisi awal material. Dalam prakteknya terdapat banyak macam proses perlakuan panas yang dilakukan terhadap berbagai jenis logam/ paduannya. Secara garis besar macam proses perlakuan panas dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : Perlakuan panas yang menghasilkan struktur mikro yang ekualibrium seperti : annealing, Normalizing dan Tempering. Perlakuan panas yang menghasilkan struktur yang non ekualibrium seperti Hardening. Untuk dapat mempelajari lebih mendalam proses perlakuan panas perlu memahami hal yang menyangkut perubahan struktur mikro logam selama terjadi perlkuan terhadap logam tersebut terutama : Ekuilibrium ( keseimbangan ) yang berkaitan dengan difusi. Transformasi fasa ( selama pemanasan dan pendinginan ). Perpindahan panas dan reaksi kimia. Pengerasan Termal Tujuan pengerasan termal adalah membentuk struktur martensite/ bainit yang memiliki kekerasan tinggi. Pengerasan termal terdiri dari tiga tahap operasi yaitu; a. Pemanasan ( heating ) meliputi : Preheating, Final heating, Soaking / holding. Preheating. Pada saat logam/ material mengalami preheating, kondisi material akan mengalami pemuaian. Final heating. Fasa struktur mikro material bertransformasi, baja mengalami penyusutan. Holding. Pada saat mencapai temperatur austenisasi, pada material sebagian telah bertransformasi membentuk fasa dan sebagian masih fasa karbida sisa dan fasa lain. Setelah berakhirnya proses holding diharapkan semua bagian didalam baja mempunyai fasa struktur mikro tunggal yang stabil, baja menjadi sangat lunak. b. Quenching adalah suatu proses pendinginan cepat dengan media pendingin yang bertujuan untuk mendapatkan nilai kekerasan optimum dari baja ( struktur martensit ). Mekanisme Pendinginan ( Media cair ). Pada saat material dilakukan proses kuens, maka mekanisme pendinginan yang dialami material tersebut adalah digambarkan seperti gambar 3. 19

pemanasan dan pendingnan secara terkontrol ( sebagai upaya untuk merubah fasa struktur mikro ferrite pearlit ke fasa dan akhirnya menjadi fasa Martensit 100 %. Kejadian yang tidak diinginkan : Gambar 3 Mekanisme Pendinginan Media Cair [6] Selimut Uap (Vapor Blanked) :Kondisi ini Kecepatan Pendinginan relatif lambat akibat seluruh permukaan ditutupi oleh uap. Temperatur transisi menuju mekanisme pendidihan (leidenfrost temperture ) tidak dipengaruhi oleh temperatur awal saat dikuens. Pendidihan (Boiling ) : Kondisi ini Kecepatan Pendinginan sangat tinggi ditandai oleh gelembung-gelembung uap pada permukaan komponen. Konveksi : Kecepatan pendinginan kembali menjadi lambat melalui rambatan konveksi. Kecepatan perpindahan panas pada kondisi ini sangat dipengaruhi oleh viskositas cairan, agitasi dan temperatur cairan pendingin. PEMBAHASAN Pengerasan thermal merupakan salah satu upaya yang dapat diterapkan pada logam baja untuk meningkatkan kekerasannya. Dalam pelaksanaan prosesnya, logam tersebut akan mengalami kondisi dari temperatur ruang menjadi kondisi temperatur tinggi dan akhirnya dikondisikan lagi dalam keadaan dingin. Dengan pelakukan ini tentu logam akan mengalami suatu perubahan baik yang memang diharapkan maupun tidak diharapkan. Harapan yang ingin dicapai: Baja menjadi lebih keras dari sebelumnya ( sesuai dengan yang diharapkan ). Perubahan ini diupayakan melalui proses Baja yang diproses tidak tercapai kekerasan yang dinginkan, rapuh, terjadi sisa austenit dan ketidak seragaman mikrostruktur. Baja yang diproses mengalami distorsi dan bahkan menjadi cract dan fractur Kehilangan Kandungan elemen ada permukaan komponen ( dekarburisasi dan oxidasi ) Kejadian yang tidak dinginkan ini akan muncul apabila dalam pelaksanaanya tidak dilakukan perencanaan yang baik. Pada dasarnya dalam proses pengerasan baja dengan metoda kuens ada beberapa hal yang sangat menentukan hasil yaitu perencanaan: A. Material yang akan dikeraskan B. Pelaksanaan Pemanasan C. Media dan Pelaksanaan pendinginan. A. Material yang akan dikeraskan. Material yang akan dikeraskan dengan metoda quench haruslah memenuhi komposisi tertentu untuk dapat membentuk fasa martensit. Untuk itu pengecekan komposisi kimia material perlu dilakukan sebelum dikeraskan. Komposisi paduan dalam baja yang sangat berperan dalam hal pengaruhnya terhadap kemampuan baja untuk dikeraskan terutama unsur-unsur yang dapat mementuk karbida seperti unsur C, Mo, W dan lainnya. Khusus baja carbón hanya bisa dilakukan pengerasan dengan metoda quenching bila memiliki kadar carbón minimal 0,35%. Dimensi dan bentuk material juga perlu dirancang sedemian rupa dengan mengingat kemungkinan akan terjadinya efek distorsi terhadap material yang diproses. Pada proses pengerasan dengan quenching, bila kita tidak diantisipasi yang bearkaitan dengan pemanasan, pemuaian dan penyusutan kemungkinan produk yang diproses akan mengalami distorsi bahkan akan retak atau patah. Distorsi yang 20

mungkin terjadi pada produk yang diproses dapat dibedakan menjadi 2 yaitu [5] : Distorsi yang dapat dihindarkan seperti: Distorsi yang diakibatkan oleh cara perlakuan panas yang buruk ( thermal stress akibat perbedaan laju pemanasan/ pendinginan antara permukaan dan bagian dalam ). Kesalahan penggunaan media kuens menyebabkan tegangan akibat transformasi fasa (transformation stress) pada waktu pendinginan. Kesalahan pemiliham material dan rancangan bentuk dan demensi produk Distorsi yang tidak dapat dihindarkan, seperti : Perubahan mikrostruktur pada waktu pengerasan thermal dan temper. Tegangan termal akibat kontraksi volume.) Pada gambar 4 berikut ini ditampilkan beberapa contoh perencanaan demensi produk yang baik dan yang cendrung terjadi distorsi maupun retak. Gambar 4 Contoh Rancangan yang Berkaitan dengan Distorsi Dalam merancang geometri komponen perlu diupayakan supaya tidak terjadi distorsi seperti menghindari perubahan bentuk geometris yang drastis, usahakan bentuk komponen yang mempunyai bentuk yang sederhana, simetris dan seragam serta hindari sudut- sudut yang tajam dengan memperbesar radius lengkungan. B. Pelaksanaan Pemanasan ( Heating ) Untuk melakukan pemanasan, haruslah dipilih dapur yang memadai dengan perlengkapan kontrol suhu yang akurasinya dapat dihandalkan. Rencanakan mikrostruktur yang ingin diperoleh. Gunakan acuan yang dianjurkan oleh produsen pembuat material atau gunakan referensi yang setara dengan material yang akan diproses. Disamping itu perlu diperhatikan dalam pemanasan seperti : Demensi /ketebalan benda kerja dan kecepatan/ laju pemanasan Temperatur Austenitising. Untuk meperoleh martensite yang keras, maka saat pemanasan haruslah dicapai struktur austenit, karena austenit inilah yang dapat bertransformasi menjadi martensit. Bila saat pemanasan masih terdapat struktur lain, maka setelah diquench struktur tidak seluruhnya menjadi martensit. Tetapi walaupun telah dicapai struktur austenit seluruhnya saat pemanasan, belum tentu kekerasan maksimum dapat dicapai karena mungkin didalam austenit terlalu banyak karbon yang akan menyebabkan terdapatnya austenit sisa setelah diquench. Untuk menentukan temperatur autenisasi material produk yang baru dihasilkan perlu dilakukan penelitian hingga diperoleh temperatur pemanasan dan quench yang dapat memberikan kekerasan yang 21

maksimal. Sedangkan untuk produk yang telah distandard dapat kita mengikuti petunjuk dari textbook atau buku petunjuk yang diterbitkan oleh Pabrik, sebagai contoh untuk temperature pemanasan untuk beberapa logam seperti ditampilkan pada table 1[9]: Tabel 1. Temperatur Austenisasi Material Temperatur austenisasi o C ASSAB 709/ JIS SCM4 840-870 /AISI/SAE 4140 ASSAB705/JIS SNCM 1 830-860 /AISI/SAE 4337 ASSAB XW-42/ AISI D2 1000-1040 Thyrodur 2379/ JIS SKD 11/ AISI D2 1050-1080 EXTRATOUCH & HARD/ JIS 780-800 SK 3/ AISI W 1 EMS-35/ AISI 1035 850-880 AMUTIT S/JIS SKS 3/ 780-820 AISI 01 SPECIAL K-5/ JIS SKD 12 950-980 AISI A2 Secara umum untuk baja karbon, temperatur austenitising yaitu 30 0 50 0 C diatas tempertur kritis A 3 untuk baja hypoeutectoid dan 30 0 50 0 C diatas tempertur kritis A 1 seperti ditunjukan pada gambar 5. Holding Time Pada saat tercapainya suhu kritis atas, memang fase struktur sudah hampir semuanya austenit tetapi austenit masih berbutir halus dan kadar karbon dan unsur paduanya belum homogen untuk itulah dibutuhkan penahan waktu beberapa saat. Lamanya holding time ini tergantung pada: 1. Tingkat kelanjutan karbida dan ukuran butir yang diinginkan. Karena jumlah dan jenis karbida berbeda antara baja yang satu dengan yang lain maka lamanya holding time ini tergantung pada jenis baja dan tempratur austenisasi yang dipakai. Sebagai Contoh dari penelitian pengaruh holding time terhadap kekerasan baja amutit, sampel ukuran φ 32 x 20 mm kekerasan baja amutit yang dapat dicapai kekerasan maksimum, menunjukkan pada holding time 10 menit kekerasan naik menjadi rata-rata 60,08 HRC dari 34,24 HRC sebelum dilakukan proses perlakuan panas, kemudian naik menjadi 62,693 HRC pada holding time 20 menit, 64,52 HRC pada holding time 30 menit dan mencapai maksimum pada holding time 40 menit yaitu 65,146 HRC. [5] 2. Laju pemanasan. Misalnya, pemanasan dengan laju pemanasan yang sangat lambat terhadap baja hypoeutectoid, pada saat mencapai suhu kritis atas, austenit yang terbentuk sudah homogen sehingga tidak diperlukan lagi holding time. Sebaliknya dengan laju pemanasan yang cepat akan diperlukan waktu untuk mencapai austenit yang homogen. Berikut ini diberikan beberapa pedoman untuk menentukan Holding time untuk berbagai jenis baja secara umum [6]: Baja konstruksi [Baja karbon dan baja padan rendah yang mengandung karbida yang mudah larut], diperlukan Holding time 5-15 menit. Baja konstruksi [baja paduan menengah], diperlukan Holding time 15 25 menit. Low alloy tool steel, memerlukan Holding time yang tepat agar kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan 0,5 menit per millimeter tebal benda alat, 10 30 menit. High alloy chrome steel membutuhkan holding time yang paling panjang diantara semua baja perkakas dan juga tergantung pada tempratur pemanasan. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 22

menit permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit dan maksimum 1 jam. [6]. Hal yang perlu dikontrol: a. Lakukan pre-heating pada temperature sekitar 550-650 o C untuk mengeliminasi distorsi yang mungkin timbul akibat pemanasan. b. Kecepatan pemanasan harus dikontrol agar tidak menimbulkan gradient temperature yang sangat curam antara bagian dalam dan permukaan. Hal yang perlu diketahui: a. Perbedaan temperatur antara bagian dalam dan permukaan, akibat rambatan panas yang dapat menyebabkan perbedaan pemuaian volume. b. Baja menyusut sampai 4 % (volume) pada kenaikan temperatur mencapai transformasi austenite. C. Media dan pelaksanaan pendinginan. Untuk mencapai struktur martensit maka austenit yang terjadi harus didinginkan cukup cepat, setidaknya dapat mencapai laju pendidinginan kritis dari baja yang bersangkutan. Untuk ini baja harus didinginkan dengan media pendingin tertentu yang umumnya ditentukan oleh jenis baja/ paduannya. Ada sejumlah media pendingin yang biasa digunakan dalam proses pengerasan baja yaitu [6]: Air Air adalah media pendingin yang paling tua dan murah. Air mepunyai cooling capacity yang tinggi sekali ( terjadi pada suhu 300 o C yaitu temperatur mulainya terbentuk martensit ) padahal laju pendinginan tertinggi diperlukan pada saat melewati nose dari kurva transformasi, yaitu sekitar temp 550 o C sehingga air murni kurang baik untuk pendinginan baja yang mempunyai Hardenability yang tinggi. Untuk memperbaiki/menurunkan cooling capacity dapat dilakukan dengan menambahkan sedikit [5 10 %] soda atau garam dapur. [6]. Minyak Pendingin dengan minak akan lebih lambat dibanding dengan air. Pada minyak mempunyai cooling capacity tertinggi pada temperatur sekitar 600 o C dan agak rendah pada sekitar temperatur pembentukan martensit. Untuk menaikan cooling capacity minyak dapat dilakukan dengan menaikan temperaturnya 50 o -80 o C. Ada banyak macam minyak yang digunakan untuk pendingin, yang paling murah dan sederhana adalah minyak mineral dengan kekentalan rendah. Minyak biasanya digunakan untuk pendinginan baja paduan rendah dan medium yang ukuran penampangna kecil Udara Udara mepunyai cooling capacity yang rendah, tetapi dalam hal baja paduan justru hal ini menguntungkan karena dengan laju pendinginan yang rendah, thermal stees juga akan rendah sehingga benda kerja akan bebas distorsi maupun retak. Udara digunakan untuk pendinginan baja paduan tinggi dan baja paduan rendah dngan penampang kecil. Pada gambar 6 memperlihatkan perbandingan dan hubunganya dengan kecepatan pendinginan berbagai media pendingin. Gambar 6 Perbandingan Kecepatan Pendinginan dengan Beberapa Media Pendingin [3] 23

Pada saat melakukan proses pendinginan perlu diperhatikan: - Geometri benda kerja - Metoda dan media pendinginan - Jumlah benda uji Mikrostruktur baja sesudah di kuens. Terbentuknya martensite: Baja menjadi keras tetapi rapuh karena fasa berubah menjadi fasa Martensit stressed sisa karbida sisa lainnya. Sejumlah karbida diperlukan untuk mencegah pertumbuhan butir pada waktu baja diaustenisasi. Terdapat sisa austenit yang tidak bertransformasi pada kondisi setelah kuens. Sisa austenit terjadi akibat kandungan karbon yang tinggi, dan hadirnya elemen penstabil austenit pada baja paduan. digunakan untuk bahan yang tak mengalami beban yang berat seperti alat potong dan mata bor yang dipakai untuk kaca dan lain-lain. b. Tempering pada Suhu Menengah (300 500 ) o C. Tujuan : Meningkatkan keuletan dan kekerasannya sedikit berkurang.tepering pada suhu ini dilakukan pada alat-alat kerja yang mengalami beban yang berat. c. Tempering pada Suhu tinggi (500 650) o C. Tujuan: Untuk memberikan daya keuletan yang besar dan sekaligus mengurangi kekerasan. Proses ini digunakan pada roda gigi, poros, batang penggerak dan lain-lain. Sebagai contoh diperlihatkan pada gambar 7 dibawah ini merupakan hasil tempering AISI 4130: Penghilangan sisa austenite; Temper bainit, karbida, Martensit Subzero treatment 100% Martensit Setelah di kuens baja akan mengalami peningkatan kekerasan yang cukup nyata sebagaimana ditunujukan dari data-data penelitian terhadap logam AISI 4130 ( gambar 7 ), material menjadi keras tetapi tidak siap digunakan mengingat sifatnya yang rapuh sehingga dibutuhkan perlakuan temper. Tempering Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk menghilangkan tegangan dalam dan mengurangi kekerasan. Proses pemanasan berkisar pada suhu 150 650 0 C dan didnginkan secara perlahan-lahan tergantung sifat akhir yang diinginkan. Berdasarkan tujuan yang dinginkan, tempering dibagi menjadi tiga daerah suhu pemanasan yaitu : a. Tempering pada suhu rendah ( 150 300 ) o C. Tujuanya : Hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan kerapuhan.tepering pada suhu ini Gambar 7. Penurunan Kekerasan Akibat Tempering [8] KESIMPULAN Baja yang dikeraskan akan bertambah kekerasannya apabila dalam proses pemanasan, temperatur pemanasan, holding time yang dilakukan sesuai terhadap baja yang dikeraskan. Namun pada baja yang selesai diquenching, umumnya: - Terdapat tegangan sisa dan rapuh, ketidak seragaman mikrostruktur, deminsi tidak stabil dan tidak siap digunakan sehingga diperlukan perlakuan panas lanjutan (tempering). Pada perlakauan tempering pelu 24

dipertimbangkan temperaatur pemanasan karena tempertur pemanasan tersebut akan sangat menentukan penurunan kekerasan baja. - Untuk menghindari pengaruh kecepatan pendinginan akibat terbentuknya selimut uap pada permukaan material diperlukan agitasi/ mengupayakan fluida pendingin mengalir atau bergerak. - Kemungkinan terjadi distorsi dan bahkan retak. Untuk itu perlu melakukan pertimbangkan : a. Perencanaan geometri b. Pemilihan Media pendingin. c. Tegangan sisa akibat machining sebelum perlakuan panas. d. Perbedaan laju pemanasan/ pendinginan antara permukaan dan bagian dalam yang merupakan penyebab terjadinya thermal stress. Sebagai perbandingan media pendingin yang dapat mecapai kekuatan dan kekerasasan urutanya sebagai berikut: - Air dan brine ( air garam ) menghasilkan kekuatan dan kekerasan yang besar. - Minyak oli menghasilkan kekuatan yang besar dan kekerasan. - Udara menghasilkan kekerasan dan kekuatan yang rendah disbanding dengan yang lain. Urutan media pendingin yang kemungkinannya kecil menimbulkan bahaya terhadap internal stresses, distorsi dan crack: - udara sangat baik sebab pendinginan tidak drastis. - Minyak/oli berkemungkinan. - Air dan air garam berpotensi besar menimbulkan distorsi, crack atau internal stresses. DAFTAR PUSTAKA Barney E, Klamechi, 2003, Material and Processes in Manufacturing, Ninth Edition, John Weley & Sons, Inc Cherly R Books, 1996, Principles of the Heat Treatment of Plain Carbon and Low Alloy Steels, ASM International Daniel A.Brandt, 1985, Metallurgy Fundamentals. The Goodheart- Willcox Company,INC.Publisher. Mikell P. Groover, 2007, Fundamentals of Modern Manufacturing, Third Edition. John Weley & Sons, Inc. Jurnal Natur Indonesia II(I): 12-17 (1999), Pengaruh Perbedaan waktu Penahanan Suhu Stabil (Holding Time) Terhadap Kekerasan Logam Team, 1997, TIRA AUSTENIT, Materi Pelatihan Perlakuan Panas PEDC Bandung. Suherman,W, 1998, Prinsip-prinsip Perlakuan Panas, ITS, Surabaya. Willyanto, Internet, 01 Juni 2009, Optimasi Proses Tempering Baja AISI 4140 Untuk Peningkatan Sifat Mekanik Roller Speed Reduser.Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra....HIGH GRADE STEEL A PRODUCT OF BOHLER. P.T BOHLINDO BAJA 25