LAPORAN PRESENTASI TENTANG DIAGRAM TTT. Oleh: RICKY RISMAWAN : DADAN SYAEHUDIN :022834

dokumen-dokumen yang mirip
09: DIAGRAM TTT DAN CCT

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

HEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)

Sistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)

Laporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013

PROSES PENGERASAN (HARDENNING)

MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE

BAB VI TRANSFORMASI FASE PADA LOGAM

BAB IV HASIL PENELITIAN

METALURGI FISIK. Heat Treatment. 10/24/2010 Anrinal - ITP 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Di susun oleh: Rusdi Ainul Yakin : Tedy Haryadi : DIAGRAM FASA

FERIT, PERLIT, SEMENTIT, MARTENSIT, DAN BAINIT

PENGARUH PERLAKUAN QUENCH TEMPER DAN SPHEROIDIZED ANNEAL TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA PERKAKAS SKRIPSI. Oleh KHAIRUL MUSLIM

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

TUGAS AKHIR. Analisa Proses Pengerasan Komponen Dies Proses Metalurgi Serbuk Untuk Pembuatan Sampel Uji Konduktivitas Thermal

HARDENABILITY. VURI AYU SETYOWATI, S.T., M.Sc TEKNIK MESIN - ITATS

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

Materi #7 TIN107 Material Teknik 2013 FASA TRANSFORMASI

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

LOGAM DAN PADUAN LOGAM

STUDI MORFOLOGI MIKROSTRUKTUR DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAJU KOROSI ANTARA BAJA HSLA 0,029% Nb DAN BAJA KARBON RENDAH SETELAH PEMANASAN ISOTHERMAL

PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140

Perlakuan panas (Heat Treatment)

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN HEAT TREATMENT

METODE PENINGKATAN TEGANGAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BAJA KARBON RENDAH MELALUI BAJA FASA GANDA

Kekuatan tarik komposisi paduan Fe-C eutectoid dapat bervariasi antara MPa tergantung pada proses perlakuan panas yang diterapkan.

PROSES THERMAL LOGAM

yang tinggi, dengan pencelupan sedang dan di bagian tengah baja dapat dicapai kekerasan yang tinggi meskipun laju pendinginan lebih lambat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

BAB IV DATA. Gambar Grafik kekerasan yang dihasilkan dengan quenching brine water

Pengaruh Heat Treatment denganvariasi Media Quenching Oli dan Solar terhadap StrukturMikro dan Nilai Kekerasan Baja Pegas Daun AISI 6135

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan akan bahan logam dalam pembuatan alat alat dan sarana. Untuk memenuhi kebutuhan ini, diperlukan upaya pengembangan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

PERLAKUAN PANAS MATERIAL AISI 4340 UNTUK MENGHASILKAN DUAL PHASE STEEL FERRIT- BAINIT

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

27 Andreas Reky Kurnia Widhi; Pengaruh Perubahan Temperatur Pada Proses Quenching Partitioning Terhadap Mikrostruktur Dan Kekerasan Baja JIS SKD 11

Pengaruh Unsur-unsur Paduan Pada Proses Temper:

I. PENDAHULUAN. Definisi baja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan 1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen-komponen otomotif, kebutuhan

11-12 : PERLAKUAN PANAS

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

11. Logam-logam Ferous Diagram fasa besi dan carbon :

RANGKUMAN NORMALISING

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) F 191

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN BAJA CrMoV DENGAN MEDIA QUENCH YANG BERBEDA

Sidang Tugas Akhir (TM091486)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

ANNEALLING. 2. Langkah Kerja Proses Annealing. 2.1 Proses Annealing. Proses annealing adalah sebagai berikut:

II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan sifat-sifat logam yang diinginkan. Perubahan sifat logam akibat

BAB I PENDAHULUAN. Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

LAPORAN TUGAS AKHIR PENELITIAN TENTANG SIFAT-SIFAT KEKUATAN TARIK, KEKERASAN, KOMPOSISI KIMIA DAN STRUKTUR MIKRO DARI TALI SERAT BAJA BUATAN KOREA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Lama Pemanasan, Pendinginan secara Cepat, dan Tempering 600 o C terhadap Sifat Ketangguhan pada Baja Pegas Daun AISI No.

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADA BAJA AAR-M201 GRADE E

5 DIAGRAM BESI-BESI KARBIDA

PENGARUH KARBURASI DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN TERHADAP MICRO STRUKTUR BAJA KARBON

PENGARUH PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S

PENGARUH SILIKON (Si) TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN DARI BAJA TUANG PERKAKAS YANG MENGALAMI FLAME HARDENING SKRIPSI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES HARDENING TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MICRO BAJA AISI DENGAN MEDIA PENDINGIN Oleh: DEDI SUPRIANTO

PRAKTIKUM JOMINY HARDENABILITY TEST

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DOUBLE TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)

I. TINJAUAN PUSTAKA. unsur paduan terhadap baja, proses pemanasan baja, tempering, martensit, pembentukan

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

ANALISA PERBANDINGAN MATERIAL JIS SCM 415 DAN JIS SCM 420 PADA PROSES HEAT TREATMENT

PEMBUATAN MATERIAL DUAL PHASE DARI KOMPOSISI KIMIA HASIL PELEBURAN ANTARA SCALING BAJA DAN BESI LATERIT KADAR NI RENDAH YANG DIPADU DENGAN UNSUR SIC

Kategori unsur paduan baja. Tabel periodik unsur PENGARUH UNSUR PADUAN PADA BAJA PADUAN DAN SUPER ALLOY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

Proses perlakuan panas diklasifikasikan menjadi 3: 1. Thermal Yaitu proses perlakuan panas yang hanya memanfaatkan kombinasi panas dalam mencapai

BAB II KERANGKA TEORI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Waktu Tempering BHN HRC. 1 jam. Tanpa perlakuan ,7. 3 jam ,7. 5 jam

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 TUGAS AKHIR TM091486

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

ANALISA KEKERASA DAN STRUKTUR MIKRO TERHADAP VARIASI TEMPERATUR TEMPERING PADA BAJA AISI 4140

Transkripsi:

LAPORAN PRESENTASI TENTANG DIAGRAM TTT Oleh: RICKY RISMAWAN : 020571 DADAN SYAEHUDIN :022834 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2004

DIAGRAM TTT (Time Temperature Transformation) A. Definisi dan Tujuan Diagram TTT adalah suatu diagram yang menghubungkan transformasi austenit terhadap waktu dan temperature. Jika dilihat dari bentuk grafiknya diagram ini mempunyai nama lain yaitu diagram S atau diagram C. Proses perlakuan panas bertujuan untuk memperoleh struktur baja yang diinginkan agar cocok dengan penggunaan yang direncanakan. Struktur yang diperoleh merupakan hasil dari proses transformasi dari kondisi awal. Proses transformasi ini dapat dibaca dengan menggunakan diagram fasa namun untuk kondisi tidak setimbang diagram fasa tidak dapat digunakan, untuk kondisi seperti ini maka digunakan diagram TTT. Melalui diagram ini dapat dipelajari kelakuan baja pada setiap tahap perlakuan panas, diagram ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan struktur dan sifat mekanik dari baja yang diquench dari temperatur austenitisasinya kesuatu temperatur dibawah A 1.diagram ini menunjukan dekomposisi austenitdan berlaku untuk macam baja tertentu. Baja yang mempunyai komposisi berlainan akan mempunyai diagram yang berlainan, selain itu besar butir austenit, adanya inclusi atau elemen lain yang terkandung juga mempunyai pengaruh yang sama. B. Diagram TTT untuk baja etektoida (0.8%C) Austenit A 1 γ Perlit halus Perlit kasar Nose Permulaan transformasi Suhu γ M s γ + martensit Akhir transformasi γ + perlit atau bainit M f Martensit Diagram TTT untuk baja etektoida (0.8%C)

Gambar diatas menunjukan suatu transformasi dari baja etektoida yang mempunyai dekomposisi normal austenit sebagai berikut: γ (Aust) α (ferit) +C (Karbida) (Perlit) Bila baja tersebut kita dinginkan cepat sampai dibawah A 1 dan dibiarkan beberapa saat (± 30 detik pada 1250 o F) sedemikian rupa jatuh pada daerah dimana perlit baru sebagian terjadi, kemudian dilanjutkan segera dengan quench maka akan terjadi struktur perlit dan martensit sebagian. Martensit ini adalah hasil transformasi isotermis sebagian austenit pada suhu diatas tadi. Lamanya baja berada pada suhu dibawah A 1 akan menentukan banyaknya pembentukan perlit atau bainit, dan menentukan jumlah austenit sisa yang membentuk martensit setelah quench. Deengan kata lain perkataan proses pembentukan perlit/bainit pada suhu tersebut terhenti pada saat quenching. Garis sebelah kiri menunjukkan saat setelah berapa lama dimulai transformasi dan garis sebelah kanannya adalah akhir transformasi (100%) pada tiap-tiap suhu. Dilihat dari bentuk kurva maka untuk suhu diatas 1000 F, makin rendah suhu pembentukkan phase (perlit) lebih cepat dan dibawah 1000 F sampai dengan ±500 F makin rendah suhu, makin lama untuk pembentukkan phase (disisni terjadi struktur bainite). Dengan demikian pembentukan martensit bisa terjadi dengan pendinginan cepat dari setiap suhu tertentu bilamana waktu lama pada suhu-suhu tersebut berada disebelah kiri garis kurva kanan. Paling cepat terjadinya transformasi ke phase perlit/bainit adalah pada suhu sekitar 1000 F (merupakan nose dari kurva). Makin pendek lamanya baja tersebut dibiarkan pada suhu tertentu, makin besar jumlah austenit dan makin besar pula jumlah martensit yang terbentuk setelah quenching. Dari diagram, cenderung tidaklah mungkin memperoleh martensit dengan membiarkan baja tersebut pada suhu tertentu (konstan) untuk waktu yang sangat lama. Kembali pada pembicaraan semula, dekomposisi austenit dapat menghasilkan spherodite, perlit, bainit atau martensit, dan mungkin juga diperoleh campuran. Tempering dari struktur martensit juga bisa merubah menjadi spherodite, tempered martensite (atau sorbite) atau martensit dengan secondary troostite. Baja dengan struktur martensit mempunyai sifat magnetis dan cocok untuk

permanent magnit. Dalam pemakaian teknis baja martensit di-temper untuk memperoleh sifat ductile dan tonghness. Proses temper dipilih menurut keperluan optimasi antara kekuatan (hardness) dan keliatan. C. Reaksi Perlit dan Bainit Perlit adalah struktur eutektoida 0.8%C yang terdiri dari phase ferit yang diselingi dengan lapisan-lapisan carbida cement(fe3c). sedang bainit adalah konstitusi mikro campuran phase karbida dan phase ferit (ferrite-cementiteaggregate). Dari diagram TTT perlit dan bainit terbentuk pada suhu konstan (iso thermal) dari phase austenit pada suhu diantara A1 dan dibawah nose. Bila austenit didinginkan cepat ampai pada suhu ini, perlit belum terbentuk, baru beberapa saat dibiarkan pada suhu ini akan mulai terbentuk (gejala seperti recrystalisasi dari cold worked metal). Dekomposisi dimulai dari nucleus cementit yang nantinya membentuk nodule dari ferit, ini terjadi pada boundary kristal austenit atau pada inclusi. Nucleasasi (pengintian) dan growth (pertumbuhan) dan terjadinya perlit terlihat pada gambar dibawah. Batas butir aust. ferit Nucleus cementit baru nucleasasi cementit growth Nucleus cementit ferit Nucleus baru nucleasasi Sedang pada gambar dibawahnya, adalah menunjukan arah nucleasasi, growth dan difusi karbon. Nodul perlit terbentuk terdiri dari plat-plat ferit yang diselingi dengan pelat-pelat cementit. Arah nucleasasi Difusi karbon Arah Growth

Pada suhu lebih rendah maka waktu untuk pertumbuhan berkurang sehingga pelatpelat cementit dan perit menjadi tipts dan hal ini memberikan gejala meningkatkan kekerasan. Gejala bertambahnya kekerasan karena suhu dekomposisi austenit yang rendah, sama pada pembentukan bainit. Pada suhu dekomposisi austenit pada daerah nose akan menghasilkan campuran perlit dan bainit dalam periode waktu tertentu. Lebih rendah dari suhu ini (dan masih diatas suhu M s ) akan dihasilkan bainite. Jadi yang mempengaruhi pembentukan bainite adalah suhu dimana austenit akan dekomposisi isothermis. Pada suhu yang lebih tinggi (pada daerah antara nose dan M s ) dibawah nose, akan terbentuk mikrostruktur bainite feather like yang disebut high bainite atau upperbainite. Pada suhu yang lebih rendah akan terbentuk mikrostruktur bainite needle-like atau bainite acicular, atau disebut low bainite. Struktur bainite ini pada umumnya campuran ferit dan carbida yang mengelompok bersama yang terbentuk melalui pengintian perit. Diagram TTT dari baja paduan biasa mempunyai 2 buah nose yaitu nose untuk pembentukan perlit dan nose untuk pembentukan bainit. Dalam hal ini bisa terjadi bainit pada waktu quenching, sedang untuk baja carbon struktur bainite baru terjadi dengan proses isothermis. D. Reaksi Martensit Dalam diagram TTT, sumbu horizontal adalah sumbu yang menunjukan waktu yang diperlukan bagi perubahan transformasi austenit pada setiap suhu (dalam sumbu vertikal), atau keadaan transformasi pada setiap perubahan suhu persatuan waktu (kecepatan pendinginan) pada proses pendinginan. Kecepatan pendinginan makin lambat (kecil) makin besar waktu yang ditunjukan dalam sumbu tersebut, atau makin kekanan dalam diagram, dan sebaliknya. Kecepatan pendinginan terkecil untuk memperoleh martensit ditentukan oleh posisi nose dari diagram S. martensit akan diperoleh pada setiap kecepatan pendinginan yang sedemikian rupa tidak memotong diagram S tersebut. Kecepatan pendinginan yang terendah untuk menghasilkan martensit (menyinggung nose) disebut kecepatan pendinginan kritis (critical cooling rates). Kecepatan pendinginan kritis ini tergantung dari posisi nose berhubungan erat dengan sumbu waktu (waktu yang diperlukan untuk transformasi) dan ini ditentukan oleh komposisi, grain size, dan kondisi austenit sebelum quenching,

yang semua ini tergantung dari macam baja. Bilamana kecepatan pendinginan lebih cepat dari kecepatan kritis maka transformasi austenit menjadi martensit terjadi pada garis M s (martensit start). Pada suhu ini martensit terbentuk kira-kira 1% lebih rendah dari suhu M s jumlah martensit bertambah sampai pada garis suhu M f (martensit finish) dengan 99% martensit. Sesuai dengan garis M s dan M f yang paralel horizontal terhadap sumbu waktu, maka untuk kecepatan pendinginan yang lebih besar dari kecepatan kritis pembentukan tidak banyak tergantung lagi dari waktu atau kecepatan pendinginan. Bilamana austenit didinginkan sampai pada suhu diantara M s dan M f dan dibiarkan pada suhu ini (isothermally colled) maka austenit yang belum menjadi martensit akan menjadi bainit. Beberapa unsur seperti carbon dan unsur-unsur paduan lainnya (kecuali Codan Al) mempengaruhi garis Ms dan Mf. Bila kadar carbon dalam baja naik Ms akan turun, begitu juga unsur-unsur paduan baja tersebut mempunyai pengaruh yang sama. Pengaruh terhadap suhu Mf menunjukan gejala yang mirip. Bila suatu baja mempunyai komposisi kimia sedemikian rupa mempunyai Ms diatas suhu kamar dan Mf dibawah suhu kamar, maka pada proses dekomposisi austenit tersebut, pada suhu kamar masih terdapat phase austenit (retained austenit). Hal ini sering terjadi pada heat-treatment high-speed tool steel dan memungkinkan terjadinya retak. Untuk ini proses dekomposisi dengan metode deep-freezing (dibawah Mf dan jauh dibawah suhu kamar) diperlukan. Martensit terbentuk tanpa adanya carbon (carbida cement), seluruh karbon yang tadinya berada larut dalam γ-iron masih terlarut interstisi dalam α iron. Adanya atom-atom carbon interstisi ini, lattice martensit merupakan body-centeredtetragonal. Reaksi martensit yang terjadi pada pendinginan cepat adalah transformasi tanpa pengintian (nukleisasi), pertumbuhan dan difusi carbon, dan komposisi kimia terlarut dari martensit adalah sama dengan komposisi pada keadaan larutan padatnya.