Anis Prabowo, Weni Hastuti. Program Studi Diploma III Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan PKU Muhammadiya Surakarta ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal (Sarwono, 2002). Sejak awal pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

Dewi Indarwati, Riskiana, Aida Rusmariana, Rita Dwi Hartanti. Prodi S1 Keperawatan STIKES Pekajangan Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

Transkripsi:

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS PLOSOREJO GIRIBANGUN MATESIH KABUPATEN KARANGANYAR Anis Prabowo, Weni Hastuti Program Studi Diploma III Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan PKU Muhammadiya Surakarta ABSTRAK Latar belakang: Penyakit diabetes mellitus dapat menyerang semua lapisan umur dan sosial ekonomi. Titik berat pengendalian diabetes mellitus adalah pengendalian faktor risiko melalui aspek preventif dan promotif secara integrasi dan menyeluruh. Dii berpengaruh terhadap proses penyembuhan yang cepat bagi pasien. Diit diabetes mellitus berfungsi untuk menjaga kadar glukosa darah pada batas normal dan menjaga berat badan normal. Kepatuhan dalam melakukan diit diabetes mellitus mempengaruhi dalam keberhasilan diit diabetes mellitus. Tujuan: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dan pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar. Metode penelitian: Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di Puskesmas Plosorejo Karanganyar pada tanggal 6-13 Juni 2014. Populasi penelitian adalah seluruh penderita diabetes mellitus di Puskesmas Plosorejo Karanganyar tahun 2014 sebanyak 64 orang. penelitian menggunakan teknik total sampling karena semua anggota populasi menjadi sampel. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan chi square untuk taraf kepercayaan 95%. Hasil Penelitian: Tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus sebagian besar dengan tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). Dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus sebagian besar dengan dukungan rendah. Tingkat kepatuhan diit diebates melitus sebagian besar dengan tidak mematuhi diit. Hasil chi square varibel pendidikan x 2 hitung sebesar 19,911 (p (0.00 < 0.05) dan variebel dukungan keluarga x 2 hitung sebesar 19,581 (p (0.00 < 0.05). Kesimpulan: Ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar. Ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar. Kata Kunci: Pendidikan, dukungan keluarga, kepatuhan, diit, diabetes mellitus A. PENDAHULUAN Diabetes mellitus yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidakmampuan tubuh membuat atau menyuplai hormon insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan

kadar gula darah melebihi normal. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan, diabetes Mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012). Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa secara nasional, prevalensi diabetes mellitus berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala adalah 1,1%. Prevalensi nasional diabetes mellitus berdasarkan hasil pengukuran gula darah pada penduduk umur kurang dari 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan adalah 5,7%. Riset ini juga menghasilkan angka Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) secara nasional berdasarkan hasil pengukuran gula darah yaitu pada penduduk berumur kurang dari 15 tahun yang bertempat tinggal di perkotaan sebesar 10,2% (Depkes, 2008). Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolik menahun yang lebih dikenal sebagai pembunuh manusia secara diam-diam atau Silent killer. Seringkali manusia tidak menyadari apabila orang tersebut telah menyandang diabetes, dan seringkali mengalami keterlambatan dalam menanganinya sehingga banyak terjadi komplikasi. Diabetes juga dikenal sebagai Mother of Disease karena merupakan induk atau ibu dari penyakit-penyakit lainnya seperti hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. Penyakit diabetes mellitus dapat menyerang semua lapisan umur dan sosial ekonomi. Penyakit diabetes mellitus apabila dibiarkan tidak terkendali maka penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi lain yang membahayakan kesehatan (Anani, et al., 2012). Diabetes mellitus disebabkan oleh hiposekresi atau hipoaktivitas dari insulin. Pada saat aktivitas insulin tidak ada atau berkurang (deficient), kadar gula darah meningkat karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel jaringan. Sebagian besar faktor risiko dari kasus diabetes mellitus adalah perubahan gaya hidup yang cenderung kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat dan tidak seimbang, mempunyai berat badan lebih (Obesitas), hipertensi, hipercholesterolemi, dan konsumsi alkohol serta konsumsi tembakau (merokok). Titik berat pengendalian diabetes Mellitus adalah pengendalian faktor risiko melalui aspek preventif dan promotif secara integrasi dan menyeluruh (Anani, et al., 2012). Perubahan gaya hidup seperti diet dan kebiasaan olah raga yang salah merupakan predisposisi terjadinya resistensi insulin. Supaya kadar gula darah dapat selalu terkendali, diabetisi perlu mengupayakan gaya hidup sehat yakni dengan mengatur cara makan supaya makan tidak berlebihan serta meningkatkan aktivitas fisik sehingga tubuh tetap sehat dan terhindar dari komplikasi yang mungkin terjadi (Indriyani, et al., 2007). Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan sistemik yang ditandai dengan hiperglikemia karena glukosa beredar dalam sirkulasi darah dan tidak seluruhnya masuk ke dalam sel karena insulin yang membantu masuknya glukosa ke dalam sel terganggu sekresinya, glukosa diperlukan dalam metabolisme seluler dalam proses pembentukan energi. Secara garis besar diabetes mellitus terkait dengan supply dan demand

insulin berdasarkan kualitas dan kuantitas dari insulin itu sendiri (PERKENI, 2006). American Diabetes Association (2003) dalam penelitian Soegondo (2009) mendefinisikan diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia. WHO (World Health Organization), diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hiperglikemia kronis yang tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin dalam jumlah yang cukup atau ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (Suyono, 2006). Bagi penderita diabetes mellitus konsumsi makanan yang seimbang sesuai kebutuhan akan berpengaruh terhadap proses penyembuhaan yang cepat bagi pasien, sedangkan pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat memperlambat penyembuhan. Diit yaitu pemberian makanan yang ditentukan jumlah dan macam zat gizinya sesuai kebutuhan seseorang yang bertujuan untuk mempertahankan jaringan yang masih baik dan penyembuhan penyakit tertentu (Almatsier, 2006). Pemberian diit pada pasien harus diberikan sesuai standar kebutuhan pasien berdasarkan diagnosa penyakit pada pasien, tetapi perlu diingat bahwa pasien mempunyai kekhususan, baik dalam hal kebutuhan gizi maupun kemampuan untuk mengkonsumsi dan mencerna makanan yang disajikan oleh rumah sakit. Oleh sebab itu, kebutuhan perorangan tetap perlu diperhatikan dengan menyusun diet secara khusus. Untuk itu diperlukan pengkajian gizi secara seksama sebelum menentukan jenis diit, cara pemberian, pemantauan dan evaluasi pelaksanaanya khususnya pada pasien penderita diabetes mellitus. Bagi penderita diabetes mellitus, melaksanakan diit yang adekuat merupakan pola makan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Tujuan utama dari diit diabetes mellitus adalah untuk menjaga kadar glukosa darah pada batas normal dan menjaga berat badan normal. Untuk itu diet yang tepat penting bagi penderita diabetes mellitus. Kepatuhan dalam melakukan diit diabetes mellitus sangat mempengaruhi dalam keberhasilan diit diabetes mellitus. Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di Puskesmas Plosorejo didapatkan data kasus ditemukan kasus diabetes mellitus pada tahun 2013 sebanyak 471 kasus, sedangkan pada bulan Januari 2014 ditemukan 64 kasus. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian lebih lanjut tentang Hubungan Pendidikan dan Dukungan Keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar. B. METODE PENELITIAN Desain penelitian menggunakan observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Puskesmas Plosorejo Karanganyar. Sampel dalam penelitian adalah seluruh penderita diabetes mellitus di Puskesmas Plosorejo

Karanganyar tahun 2014 sebanyak 64 orang. Alat atau instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan chi square untuk taraf signifikan 5%. C. HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat a. Umur Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur No Umur F % 1 21-30 tahun 1 1,6 2 31-40 tahun 19 29,7 3 41-50 tahun 36 56,3 4 51-60 tahun 8 12,5 Tabel 1 menunjukkan pembagian kelompok umur pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Pada tabel tersebut menunjukkan penderita DM sebagian besar dengan umur 41-50 tahun, yaitu sebanyak 36 responden (56,3%) dan sebagian kecil dengan umur 21-30 tahun sebanyak 1 responden (1,6%). b. Pendidikan Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan F % 1 Tinggi 5 7,8 2 Menengah 23 35,9 3 Dasar 36 56,3 Tabel 2 menunjukkan pembagian kelompok jenjang pendidikan pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar. Pada tabel tersebut menunjukkan penderita DM sebagian besar dengan pendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 36 responden (56,3%) dan sebagian kecil dengan pendidikan tinggi sebanyak 5 responden (7,8%). c. Pekerjaan Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Kabupaten Karanganyar No Pekerjaan F % 1 PNS 2 3,1 2 Wiraswasta 11 17,2 3 Tani 16 25,0 4 Swasta 15 23,4 5 Tidak bekerja 20 31,3 Tabel 3 menunjukkan pekerjaan pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar. Pada tabel tersebut menunjukkan penderita DM sebagian besar tidak bekerja atau ibu rumah tangga yaitu sebanyak 30 responden (31,3%) dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS sebanyak 2 responden (3,1%). d. Riwayat Keluarga Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Riwayat Keluarga No Riwayat Keluarga F % 1 Ya 55 85,9 2 Tidak 9 14,1 Tabel 4 menunjukkan pembagian penderita diabetes sebagian besar keluarganya memliki riwayat diabetes melitus.

e. Lama Menderita Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes Melitus No Lama F % 1 < 1 tahun 28 43,8 2 1-2 tahun 23 35,9 3 > 2 tahun 13 20,3 Tabel 5 menunjukkan pembagian penderita diabetes sebagian besar menderita diabetes melitus < 1 tahun, yaitu sebanyak 28 responden (43,8) dan paling sedikit dengan lama menderita > 2 tahun yaitu sebanyak 13 responden (20,3%). f. Dukungan Keluarga Tabel 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluara Pada Diabetes Melitus No Dukungan F % Keluarga 1 Baik 28 43,8 2 Kurang 36 56,3 Tabel 6 menunjukkan pembagian penderita diabetes sebagian besar dengan dukungan keluarga kurang, yaitu sebanyak 36 responden (56,3%). g. Kepatuhan Diit Diabetes mellitus Tabel 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Diit Pada Diabetes Melitus No Kepatuhan F % 1 Patuh 26 40,6 2 Tidak patuh 38 59,4 Tabel.7 menunjukkan penderita diabetes sebagian besar tidak patuh dalam melakukan diit diabetes melitus, yaitu sebanyak 38 responden (59,4%). 2. Analisa Bivariat a. Analisa Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar Hubungan pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar. Analisa data menggunakan chi square, adapun hasil analisa bivariat dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel.8 Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar Kepatuhan Patuh Tidak X 2 hitun P Pendidika patuh g n F F Tinggi 5 0 17,911 0,00 Menengah 14 9 Dasar 7 29 Jumlah 26 38 Berdasarkan hasil di atas disimpulkan ada kecenderungan semakin tinggi pendidikan semakin patuh dalam diit diabetes mellitus. Berasarkan hasil uji chi square dengan bantuan SPSS versi 20.00 dipoleh nilai p value sebesar 0,000 < 0,05, sehingga disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar.

b. Analisa Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar Tabel 9 Hubungan Dukungan dengan Kepatuhan Diit Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar Kepatuhan Dukunga n Patuh Tidak patuh X 2 F F Baik 20 8 19,58 1 Kurang 6 30 Jumlah 26 38 Berdasarkan hasil di atas disimpulkan ada kecenderungan semakin baik dukungan keluarga semakin patuh dalam diit diabetes mellitus. Berasarkan hasil uji chi square dengan bantuan SPSS versi 20.00 dipoleh nilai p value sebesar 0,000 < 0,05, sehingga disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar. D. PEMBAHASAN 1. Umur Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden dengan umur 41-50. Menurut Perkeni (2006) risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Usia > 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Indiyani, dkk (2007) data ini P 0,00 sesuai yang disampaikan oleh bahwa kurva kejadian diabetes mellitus tipe 2 mencapai puncaknya pada usia setelah 40 tahun, hal ini karena kelompok usia di atas 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi terkena DM akibat menurunnya toleransi glukosa yang berhubungan dengan berkurangnya sensitifitas sel perifer terhadap efek insulin. Hasil penelitian lain oleh Anani (2012) usia penderita DM akan meningkat dengan bertambahnya umur, yaitu pada umur > 40 tahun. Umur merupakan salah satu faktor risiko tidak dapat dimodifikasi. Seseorang yang berusia 45 tahun memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya DM dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk memetabolisme glukosa. Namun kondisi ini ternyata tidak hanya disebabkan oleh faktor umur saja, tetapi tergantung juga pada lamanya penderita bertahan pada kondisi tersebut. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kasus hingga mencapai usia 60 tahun. Risiko untuk menderita intoleransi glukosa meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Menurut Perkeni (2006) orang pada usia di atas 45 tahun harus dilakukan pemeriksaan DM. 12 Pada penelitian ini, orang yang berusia 45 tahun lebih berisiko terkena DM dibandingkan dengan orang berusia <45 tahun. Hal ini sesuai dengan beberapa studi epidemiologi yang mengatakan bahwa tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit DM tipe-2 sejalan dengan bertambahnya umur. 2. Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden adalah tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan responden juga mempengaruhi kebiasaan makan responden. Hal ini dijelaskan pada

penelitian Martalena (2010) yang menyatakan bahwa responden yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga dan wiraswasta membuat jadwal makan tidak konsisten setiap hari. Kemudian, aktivitas pekerjaan dilakukan tanpa batasan tertentu dan berdasarkan kemampuan masing-masing subjek, sehingga jadwal makan sangat beragam antara satu subjek dengan subjek lainnya. Berbeda jika subjek yang diperoleh bekerja di kantor atau mempunyai aktivitas pekerjaan yang dibatasi oleh waktu, sehingga kepatuhan terhadap jadwal makan dapat tergambarkan. 3. Pendidikan Hasil penelitian menunjukkan sebagaian besar responden dengan pendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 36 responden (56,3%). Menurut CDC, dari tahun 1980 sampai 2008, persentase penderita diabetes meningkat 138% bagi mereka yang pendidikannya di bawah sekolah menengah atas (SD, SMP), 192% bagi mereka dengan tingkat pendidikan sekolah menengah atas, dan 127% dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi (CDC, 2010). Penelitian CDC tahun 2008, didapatkan presentase tertinggi penderita diabetes adalah penderita dengan tingkat pendidikan dibawah sekolah menengah atas (8,1%), diikuti (7,0%) sekolah menengah atas, dan (5,0%) perguruan tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil analisis data, dimana pasien diabetes dengan tingkat pendidikan yang rendah (SD, SMP). Pendidikan tidak dapat mengubah kebiasaan makan yang salah yang ada di masyarakat yang telah membudaya, terutama di masyarakat yang berpenghasilan rendah. Hasil penelitian Arsana (2009) juga menjelaskan pendidikan mempengaruhi perilaku dalam pola makan. Pendidikan mampu mempenpengaruhi mempengaruhi perilaku pola makan responden, serta faktor-faktor yang dihubungkan dengan kepribadian responden seperti; motivasi dan niat dari dalam diri responden, kembalinya responden ke pola makan awal karena merasa kondisi tubuhnya sudah baik sehingga kontrol dirinya berkurang, dan belum mampu menerapkan proporsi zat gizi yang dikonsumsi sesuai dengan anjuran. 4. Riwayat Keluarga Hasil penelitian menunjukkan responden sebagian besar mempunyai riwayat keluarga mengalami DM. Riwayat keluarga merupakan faktor DM yang tidak dapat termodifikasi. Menurut Wicaksano (2011) Diabetes Melitus Tipe 2 berasal dari interaksi genetik dan berbagai faktor mental. Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Penelitian di Jepang yang melibatkan 359 penderita DM tipe 2 dari 159 keluarga, mendukung bahwa penyakit ini berhubungan dengan kromosom 3q, 15q, dan 20q, serta mengidentifikasi 2 loci potensial, yaitu 7p dan 11p yang mungkin merupakan risiko genetik bagi DM tipe-2 pada masyarakat Jepang. Dalam penelitian ini, orang yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih berisiko daripada orang yang tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Hal ini selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukkan terjadinya DM tipe-2 akan meningkat dua sampai enam kali lipat jika orang tua atau saudara kandung mengalami penyakit ini. Zahtamal, dkk (2007) menjelaskan ada hubungan signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian DM, jumlah yang memiliki riwayat keluarga menderita DM lebih banyak pada kelompok kasus. Pendugaan faktor

risiko riwayat keluarga dengan DM diperoleh probabilitas untuk terjadinya DM pada orang dengan tidak ada riwayat keluarga menderita DM dan ada riwayat keluarga adalah lebih kurang 1 banding 4 dengan asumsi sekitar 73% kasus DM dapat dicegah dengan memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga menderita DM. Salah satu kelompok yang berisiko tinggi menderita DM jika ada salah satu yang mempunyai keturunan baik pada orang tuanya atau kakeknya, saudaranya dan lain-lain yang menderita DM. Faktor risiko keluarga lain adalah mereka yang melahirkan anak di atas 4 kg (gestasional DM). 5. Dukungan Keluarga Hasil penelitian menunjukkan responden sebagian besar dengan dukungan keluarga kurang. Dukungan keluarga merupakan hal yang penting bagi pasien dalam proses terapi penyembuhan. Setiadi (2008) menyatakan efek dari dukungan keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Di samping itu, pengaruh positif dari dukungan keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stres. Sedangkan Arsana (2008) menjelaskan dukungan dari keluarga dalam hal diet bermanfaat dalam mengkontrol jumlah makanan serta jam makan. 6. Kepatuhan Diit Dabetes Mellitus Hasil penelitian sebagian besar responden tidak patuh dalam melakukan diit. Menurut Niven (2002) responden yang tidak patuh terhadap anjuran disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, meningkatnya umur/usia responden menyebabkan terjadinya penurunanan daya ingat (lupa). Sedangkan Arsana (2008) menjelaskan kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada diabetes, para penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan dengan jenis dan jumlah makanan yang boleh dimakan setiap hari. Tetapi demi kesehatan dan keselamatannya, para penderita diabetes harus memiliki disiplin tinggi untuk mengurangi beban tambahan yang dapat meningkatkan kandungan gula darah di dalam tubuhnya melalui makanan ataupun minuman. 7. Hubungan Pendidikan dengan Kepatuhan Diit Hubungan pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar pada hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan semakin patuh dalam menjalankan diit diabetes melitus. Pada hasil penelitian 23 responden dengan pendidikan tinggi sebagian besar patuh dalam diit diabetes mellitus sedangkan 36 responden dengan pendidikan dasar sebagian besar tidak patuh dalam diit diabetes mellitus. Menurut Arsana (2008) tingkat pendidikan yang mempengaruhi pola pikir responden terhadap pentingnya diet sesuai anjuran bagi kesehatannya. Hasil ini sesuai temuan pada penelitian ini. Menurut Niven (2002) pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang aktif seperti penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri. Pendidikan mempengaruhi kualitas pasien terhadap pemahaman

interuksi yang diberikan. Niven (2002) menjelaskan tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang kurang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus diingat oleh pasien. Hasil uji statistik membuktikan adanya hubungan signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar. Hal ini menguatkan bukti bahwa pendidikan berpengaruh positif terhadap perilaku diit diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan penelitian Arsana (2009) juga menjelaskan pendidikan mempengaruhi perilaku dalam pola makan. Pendidikan mampu mempengaruhi mempengaruhi perilaku pola makan responden. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Sutiawati (2013) yang menjelaskan pendidikan mempengaruhi pengetahuan tentang diit diabetes melitus. Pengetahuan penderita mengenai DM merupakan sarana yang membantu penderita menjalankan penanganan diabetes selama hidupnya. Dengan demikian, semakin banyak dan semakin baik penderita mengerti mengenai penyakitnya, maka semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya dan mengapa hal itu diperlukan. 8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Diit Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar menunjukkan semakin baik dukungan keluarga kan meningkatkan kepatuhan dalam diit diabetes melitus. Hasil penelitian menunjukkan responden dengan dukungan baik sebagian besar patuh dalam diit diabetes melitus sedangkan responden dengan dukungan keluarga kurang sebagian besar tidak patuh dalam diit diabetes mellitus. Hal ini sesuai dengan pendapat Niven (2002) derajat di mana seseorang terisolasi dari pendampingan, isolasi sosial, secara negatif berhubungan dengan kepatuhan. Anggota-anggota jaringan sosial individu seringkali mempengaruhi seseorang dalam mencari pelayanan kesehatan. Jaringan kerja rujukan biasa terdiri dari sekelompok orang, biasanya keluarga atau teman, di mana seseorang pertama kali menceritakan keluhannya dan meminta nasihat. Bagaimanapun, dalam kaitannya dengan kepatuhan, perlu dicatat bahwa jaringan kerja rujukan biasa telah berperan penting dalam penentuan keputusan untuk mencari dan mematuhi anjuran pengobatan. Hasil analisa statistik hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo menunjukkan hubungan yang signifikan. Hal ini membuktikan secara teori dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan dalam diit diabetes melitus. Menurut Setiadi (2008) adanya dukungan keluarga yang baik dalam menjalani terapi diet dan dengan dukungan keluarga yang baik membuat pasien Diabetes Mellitus menjadi termotivasi untuk menjalani pola makan seimbang. Dalam menjalani terapi diet, dukungan dalam keluarga sangatlah diperlukan agar pasien Diabetes Mellitus merasa nyaman dan tentraman untuk menjalani diet Diabetes Mellitus. Selain itu pasien Diabetes Mellitus

patuh dalam melaksanakan perintah, mentaati aturan dan disiplin dalam menjalankan program diet yang sudah ditentukan, sehingga komplikasi dapat dikendalikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Susanti (2013) yang membuktikan dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri berdasarkan taraf kemaknaan ά 0,05 didapatkan ρ=0,00 dan ρ ά. Sedangkan penelitian lainnya yang memperkuat adalah penelitian yang dilakukan oleh Yusro (2013) dukungan keluarga meningkat kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Sementara penelitian lain oleh Senuk (2013) dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan kepatuhan menjalani diet diabetes melitus E. KESIMPULAN 1. Tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar sebagian besar dengan tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP). 2. Dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar sebagian besar dengan dukungan rendah 3. Tingkat kepatuhan diit diebates melitus pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Giribangun Matesih Kabupaten Karanganyar sebagian besar dengan tidak mematuhi diit. 4. Ada hubungan signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Puskesmas Plosorejo Karanganyar 5. Ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada penderita diabetes mellitus di wilayah Matesih Kabupaten Karanganyar F. SARAN 1. Bagi Masyarakat Masyarakat diharapkan melakukan deteksi dini kadar gula darah sebagai upaya pencegahan awal, salah satunya dengan melakukan diet diabetes melitus atau mengurangi makanan yang meningkatkan risiko diabetes melitus. Masyarakat dapat mencegah diabetes melitus dengan menjalankan pola hidup sehat. 2. Bagi Puskesmas Bagi Puskesmas atau institusi kesehatan, hasil penelitian ini dapat sebagai bahan informasi mengenai tingginya angka kejadian diabetes melitus dan cara penanganan yang kurang tepat, sehingga puskemas dapat lebih intensif dalam melakukan penyuluhan tentang diabetes melitus kepada masyarakat. 3. Bagi Penderita Diabetes Melitus Penderita diabetes melitus diharapkan patuh terhadap diit yang sudah dianjurkan oleh dokter atau petugas kesehatan. 4. Bagi penelitian selanjutnya Hasil penelitian masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diit diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Peelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Anani, et al., 2012. Hubungan Antara Perilaku Pengendalian Diabetes dan Kadar Glukosa Darah Pasien Rawat Jalan Diabetes Melitus (Studi Kasus di RSUD Arjawinangun Kabupaten Cirebon). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012 Budiarto. 2003. Biostatistika. Jakarta: EGC Depkes, 2012. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai 21.3 Juta orang. tersedia di www.depkes.go.id diakses tanggal 12 Januari 2014 Depkes, 2008. laporan Riskesda 2007. Jakarta; Departemen Kesehatan RI Departemen Kesehatan RI. 2011. Gizi. Direktorat Gizi Masyarakat Subdit Gizi Klinis, tersedia di http://www.scribd.com/doc/40 472334/DM1900. DM 1900. Diakses tanggal 19 Januari 2014 Friedman, 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik. Edisi ketiga, Jakarta: EGC Hidayat. A.A, 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Indriyani, dkk.2007. Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbalingga. Media Ners, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2007 Mansjoer A. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Makhfudli, dan Efendi, F., 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Niven, N., 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC Ramadhan, 2008. Seberapa Sehatkah Hidup Anda. Penerbit Think. Jogjakrta Riwidido. 2008. Statistik untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rihama PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta: Kongres Persadia Putu Moda Arsana.2012. Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus DI Poli Gizi RSU Dr. Saiful Anwar Malang. Majalah Kesehatan. FKUB Setiadi, 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Shahab, A. 2006. Diabetes mellitus di Indonesia. Editor: Aru W, dkk, Editors, Ilmu Penyakit Dalam,

Jilid III, Edisi 4., Jakarta: FK UI. Soebardi. 2006. Terapi Farmakologis Diabetes Mellitus. Dalam: Aru W, dkk, Editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4., Jakarta: FK UI Soegondo, 2009. Prinsip Penanganan Diabetes Mellitus. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Sugiyono. 2010. Statistik untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Suyono, 2006. Diabetes Mellitus Di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat penerbit Departemen Penyakit Dalam FK UI Taufiqurahman, M.A. 2009. Metodologi Penelitian untuk Kesehatan. Surakarta: UNS Press Tjokroprawiro, A. 2006. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes, Jakarta: PT Gramedia Unairawati dan Soetjiatie. 2011. :Efek Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rw Ii Krembangan Bhakti Surabaya. Jurnal Keperawatan VOL. IV No. 2 Agustus 2011 ISSN 1979-8091 Waspadji, S. 2009. Penyakit Dalam: Diabetes mellitus di Indonesia., Jilid III, Edisi 4. Editor: Aru W. Jakarta: FK UI.